Aktivitas Belajar Siswa Karakteristik Siswa SD

15 Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sumber daya alam dan kegunaaannya pada semester genap kelas V di SD Negeri Kluwut 04 Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes yang diperoleh dari tes formatif dengan kriteria ketuntasan minimal KKM berupa 70.

2.1.4 Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar merupakan keaktifan yang bersifat fisik maupun mental Saminanto 2010: 97. Saat kegiatan belajar, kedua aktivitas tersebut harus saling menunjang agar memperoleh hasil yang maksimal. Pada proses pembelajaran aktivitas belajar siswa harus mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan dari guru, dan dapat bekerjasama dengan siswa yang lain. Aktivitas belajar tersebut dapat bermanfaat bagi siswa dalam mencari pengalaman yang dialaminya sendiri, sehingga pembelajaran lebih menarik dan berhasil. Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik 2010: 172-173 membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yakni: 2.1.4.1 Kegiatan visual Kegiatan visual tersebut berupa kegiatan yang mengutamakan kegiatan visual siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan membaca, melihat gambar- gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain. 16 2.1.4.2 Kegiatan lisan Pada saat kegiatan lisan siswa dituntut untuk mampu menggungkapkan gagasannya dengan bahasanya sendiri. Kegitan lisan tersebut seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi. 2.1.4.3 Kegiatan mendengarkan Seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok. 2.1.4.4 Kegiatan menulis Seperti menulis cerita, menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket. 2.1.4.5 Kegiatan menggambar Seperti menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola. 2.1.4.6 Kegiatan metrik Seperti melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menari dan berkebun. 2.1.4.7 Kegiatan mental Seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis dan membuat keputusan. 2.1.4.8 Kegiatan emosional Seperti minat, berani, membedakan dan tenang. 17

2.1.5 Karakteristik Siswa SD

Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir karena anak usia sekolah dasar berlangsung dari usia 6 tahun hingga usia kira-kira usia 12 tahun. Pada masa kanak-kanak akhir ini anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu. Karakteristik utama siswa SD adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik siswa. Jean Piaget dalam Rifa’i 2009: 27-30 perkembangan kognitif siswa dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 2.1.5.1 Tahap sensorik-motorik umur 0-2 tahun Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera sensori mereka seperti melihat dan mendengar sedangkan dengan gerak motorik otot mereka hanya bisa mengagapai serta menyentuh benda. Selama dalam tahap ini, pengetahuan bayi tentang dunia yakni hanya terbatas pada persepsi yang diperoleh dari penginderaannya dan kegiatan motoriknya. Perilaku yang dimiliki masih terbatas pada respon motorik sederhana yang disebabkan oleh rangsangan penginderaan. Anak menggunakan keterampilan dan kemampuannya yang dibawa sejak lahir, seperti melihat, menggenggam serta mendengar untuk untuk mempelajari lingkungannya. 18 2.1.5.2 Tahap Praoperasional umur 2-7 tahun Tahap pemikiran anak lebih bersifat simbolik, egoisentris dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pada tahap ini anak secara mental sudah mampu mempresentasikan objek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain, sehingga muncul egoisme. Egoisentris ini terjadi ketika anak tidak mampu membedakan antara perspektif yang dimiliki dengan perspektif yang dimiliki oleh orang lain. Anak cenderung mengambil pandangan tentang objek seperti yang dia lihat, dan tidak dapat memahami pandangan orang lain pada objek yang sama. Selain itu pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan rasa ingin tahu tentang jawaban dari semua pertanyaan yang disebut dengan intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan serta pemahaman mereka, namun mereka tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui cara-cara apa yang mereka ingin ketahui. Mereka mengetahui tetapi tanpa menggunakan pemikiran rasional. 2.1.5.3 Tahap operasional konkrit umur 7-12 tahun Pada tahap ini anak sudah mampu mengoprasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada situasi kongkrit dan kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada akan tetapi belum bisa memecahkan masalah abstrak. 19 2.1.5.4 Tahap operasional formal umur 12-18 tahun Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam pemecahan masalah verbal, seperti anak dapat memecahkan masalah walaupun disajikan secara verbal A = B dan B = C. Anak juga sudah mampu berpikir spekulatif tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Disamping itu juga anak sudah mampu menyusun rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusinya. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif, siswa SD berada pada tahap perkembangan operasional konkrit. Pada tahap ini siswa sudah mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit. Oleh karena itu, guru dalam melakukan pembelajaran harus menggunakan bantuan media-media yang konkrit untuk menyampaikan pelajaran.

2.1.6 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam IPA

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Peningkatan minat dan hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode numbered heads together di SMP Nusantara plus Ciputat

1 6 201

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 45

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI.

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS V SD NEGERI PETIR I RONGKOP GUNUNGKIDUL.

0 2 259

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 161 Pekanbaru

0 0 13