4. Looking back memeriksa kembali proses dan hasil bagian terakhir dari Langkah Polya menekankan pada bagaimana cara memeriksa kebenaran
jawaban yang diperoleh, langkah ini terdiri dari: a. Dapat diperiksa sanggahannya.
b. Dapatkah jawaban itu dicari dengan cara lain. c. Perlukah menyusun strategi baru yang lebih baik atau,
d. Menuliskan jawaban dengan lebih baik.
2.1.6.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Indikator kemampuan pemecahan masalah menurut Shadiq Depdiknas, 2009: 14-15 antara lain adalah:
8. Kemampuan menunjukkan pemahaman masalah.
9. Kemampuan mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam
pemecahan masalah. 10.
Kemampuan menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk. 11.
Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat. 12.
Kemampuan mengembangkan strategi pemecahan masalah. 13.
Kemampuan membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah. 14.
Kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketujuh indikator tersebut.
2.1.6.4 Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan penelitian Kadir 2010 yang dikuatkan dengan penelitian
Helmaheri 2004, Hulukati 2005, Suhendri 2006, Noer 2007, dan Kadir 2009, faktor penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah adalah
sebagai berikut.
1. Rendahnya pengetahuan dasar matematika yang dimiliki siswa dan proses
pembelajaran matematika yang tidak variatif serta lebih condong mekanistik sehingga tidak membiasakan siswa berpikir tingkat tinggi dengan soal-soal open-ended.
2. Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru masih konvensional yang
juga dikenal dengan istilah tradisional, yaitu suatu pembelajaran yang lebih fokus pada metode ekspositori ceramah bervariasi sehingga pembelajaran masih berfokus
pada guru teacher centered.
3. Dominasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sudah seharusnya dikurangi
dan memberi peluang otonomi kepada siswa sedikit demi sedikit untuk aktif berkreasi
mengikuti proses pembelajaran dan memecahkan masalah yang diberikan guru.
2.1.6.5 Strategi Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Suatu strategi penyelesaian masalah yang dipilih tergantung kepada pengetahuan siswa dan retensi yang ada terhadap berbagai strategi yang pernah
digunakan dalam memecahkan masalah. Retensi ini tergantung kepada ketertarikan masalah yang diberikan dengan kebutuhan atau kehidupan siswa. Oleh karena itu,
pemberian masalah dalam pembelajaran matematika seharusnya adalah masalah-masalah yang kontekstual Kadir, 2010.
2.1.7 Keterkaitan Model Pembelajaran dengan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
2.1.7.1 Pembelajaran CTL dengan Kemampuan Pemecahan Masalah
Sebagaimana dipaparkan pada subbab sebelumnya bahwa penerapan pembelajaran CTL yang diintegrasikan dengan penggunaan CD Pembelajaran dan
worksheet akan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Berikut ini disajikan tabel 2.4 keterkaitan antara kedua faktor tersebut.
Tabel 2.4 Keterkaitan antara Penerapan Model Pembelajaran CTL dengan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Pemecahan Masalah
Kekuatan Penerapan Model Pembelajaran CTL berbantuan CD Pembelajaran dan
worksheet 1.
Rendahnya pengetahuan dasar matematika yang dimiliki siswa
dan proses
pembelajaran matematika yang tidak variatif
serta lebih condong mekanistik serta tidak membiasakan siswa
berpikir tingkat tinggi dengan soal-soal open-ended.
Pembelajaran CTL yang diintegrasikan dengan
CD Pembelajaran
mampu mengkonstruk
pemahaman siswa.
Sedangkan dengan
pengintegrasian worksheet,
siswa terbimbing
dalam menemukan nilai phi, rumus luas, dan
keliling lingkaran.
Sehingga dengan
menggunakan model pembelajaran CTL yang diintegrasikan dengan kedua media
tersebut membuat pembelajaran lebih variatif.
Dalam pembelajaran CTL, soal-soal yang disajikan adalah soal pemecahan masalah
yang
berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa terbiasa untuk
berpikir tinggi untuk menyelesaikan soal.
2. Proses pembelajaran matematika
yang dilaksanakan guru masih konvensional yang juga dikenal
dengan istilah
tradisional, sehingga pembelajaran masih
berfokus pada guru teacher centered.
Dengan menggunakan model pembelajaran CTL yang diintegrasikan dengan CD
Pembelajaran dan worksheet, guru mampu membuat siswa untuk belajar mandiri.
Tidak dengan diberikan rumus secara langsung, melainkan siswa dibimbing
untuk menemukan rumus tersebut dalam kelompok. Dengan demikian, pemahaman