2.1.2. Proses Belajar Mengajar Matematika
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, kompetensi, minat bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antarsiswa Suyitno, 2006: 1. Pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan guru mata
pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, kompetensi, minat bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antarsiswa. Suherman 2003: 7, sejak
lama pemecahan masalah telah menjadi fokus perhatian utama dalam pengajaran matematika di sekolah. Sebagai contoh, salah satu agenda yang dicanangkan the National
Council of Teachers of Mathematics NCTM di Amerika Serikat pada tahun 80-an bahwa “Problem solving must be the focus of school mathematics in the 1980s” atau
pemecahan-masalah harus menjadi fokus utama matematika sekolah di tahun 80-an. Sejak itu muncul banyak pertanyaan khususnya berkenaan dengan sifat dan cakupan
pemecahan masalah. Objek pembelajaran matematika adalah abstrak dan mengembangkan intelektual
peserta didik yang kita ajar. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan beberapa karakteristik pembelajaran matematika di sekolah Suherman, 2003: 299 yaitu:
a. Pembelajaran matematika adalah berjenjang bertahap
Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yang dimulai dari hal yang kongkret dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang
sederhana ke hal yang komplek atau dari konsep yang mudah ke konsep yang lebih sukar.
b. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.
Dalam setiap memperkenalkan konsep dan bahan yang baru perlu memperhatikan konsep dan bahan yang dipelajari peserta didik sebelumnya.
Bahan yang baru selalu dikaitkan selalu dengan bahan yang telah dipelajarinya dan sekaligus untuk mengingatnya kembali.
c. Pembelajaran matematika menetapkan pola pikir deduktif.
Pehaman konsep-konsep matematika melalui contoh-contoh dengan sifat-sifat yang sama yang dimiliki dan yang tak dimiliki oleh konsep-konsep
tersebut merupakan tuntutan pembelajaran matematika. d.
Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi. Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif
aksiomatiknya. Kebenaran-kebenaran pada matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran
suatu konsep dengan konsep lainnya. Suatu proses pembelajaran dikatakan sukses apabila seorang guru dan
sejumlah siswa mampu melakukan interaksi komunikatif terhadap berbagai persoalan pembelajaran di kelas dengan cara melibatkan siswa sebagai komponen
utamanya. Akan tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, antara lain kondisi internal
siswa dan kondisi pembelajaran.
Menurut Sugandi 2007: 28-30, terdapat enam komponen pembelajaran sebagaimana diuraikan berikut ini.
1 Tujuan
Tujuan dari sebuah pembelajaran adalah tercapainya “instructional effect
” yang dapat berupa pengetahuan dan keterampilan atau sikap dan “nurturant effect” yang dapat berupa kesadaran akan sifat pengetahuan,
tenggang rasa, dan kecermatan dalam berbahasa. 2
Subyek belajar Selain sebagai subyek belajar siswa juga berperan sebagai obyek.
Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar dan sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat
mencapai perubahan pada diri subyek belajar. 3
Materi pelajaran. Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses
pembelajaran sebab materi pelajaran akan memberikan warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran.
4 Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5 Media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.
6 Penunjang
Komponen penunjang berfungsi untuk memperlancar, melengakapi,
dan mempermudah proses pembelajaran, misalnya fasilitas belajar, buku sumber, alat pembelajaran, dan lain sebagainya.
Suherman mengatakan bahwa dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya.
Ibarat membangun sebuah apartemen, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan terwujud apabila pondasi lantai pertama tidak kokoh. Begitu pula dalam
mempelajari matematika, konsep pertama yang menjadi prasyarat harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Hudojo mengatakan bahwa di dalam matematika, apabila konsep A dan konsep B mendasari konsep C, maka konsep C
tidak mungkin dipelajari sebelum konsep A dan B dipelajari terlebih dahulu. Demikian pula pada konsep D baru dapat dipelajari apabila konsep C sudah
dikuasai, demikian seterusnya Hudojo, 1998: 100. Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa seseorang akan
lebih mudah mempelajari sesuatu apabila kegiatan belajar itu didasari oleh apa yang diketahuinya. Belajar materi matematika yang baru dipengaruhi oleh
pengalaman belajar yang lalu sebagai konsep prasyarat sehingga proses belajar matematika dapat berlangsung dengan baik.
2.1.3. Model Eliciting Activities MEA