50
C. Teknik Pengumpulan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu. Menurut Tony Wijaya
2013: 29 menyatakan bahwa dalam penentuan besaran sampel, ada beberapa peneliti yang meyakini sampel diambil sekitar 10 - 20 dari
jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian yang memenuhi pesyaratan untuk dijadikan sampel. Menurut Tony Wijaya 2013: 28
purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel didasarkan atas dasar tujuan atau target tertentu untuk memahami informasi pada sumber
tertentu. Alasan teknik pengambilan sampel dengan meggunakan purposive sampling adalah berdasarkan kriteria yang dimiliki masing
masing kabupatenkota untuk dijadikan sampel dengan tujuan diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang
dilakukan. Kota Bekasi dianggap memiliki Upah Minimum KabupatenKota
tertinggi, sedangkan Kabupaten Majalengka dan Kota Banjar dianggap memiliki Upah Minimum KabupatenKota terendah di Jawa Barat.
Kota Bekasi dan Kabupaten Subang dianggap memiliki tingkat pendidikan tinggi, sedangkan Kota Banjar memiliki tingkat pendidikan
rendah menurut jumlah tingkat pendidikan yang ditamatkan SMA di Jawa Barat.
51
Kota Bekasi dianggap memiliki tingginya penyerapan jumlah tenaga kerja, sedangkan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka
dianggap memiliki rendahnya penyerapan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Jawa Barat.
D. Metode Analisis
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan
permasalahan yang diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Ketepatan dalam penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan
pengambilan kesimpulan. Dalam penelitian ini analisis kuantitatif yang digunakan adalah
analisis statistik inferensial atau statistik induktif dengan menggunakan software statistic Eviews 7 untuk menjawab, menarik kesimpulan dan
membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Analisis ini mengambil sampel tertentu dari sebuah populasi yang jumlahnya banyak
dan dari hasil analisis terhadap sampel tersebut digeneralisasikan terhadap populasi. Berdasarkan teknik analisis ditinjau dari bentuk parameternya,
penelitian ini menggunakan statistik parametrik. Adapun beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan teknik statistik parametrik, antara
lain:
52
1. Sampel diambil secara acak random dari sebuah populasi 2. Data berskala interval atau data bersifat kuantitatif
3. Data berdistribusi normal 4. Ada hubungan linear antara variabel bebas dengan variabel
terikat 5. Tidak terjadi heteroskedastisitas
Analisis data panel juga dikenal dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square, pendekatan efek
tetap Fixed Effect, dan pendekatan efek acak Random Effect.
1. Pooled Least Square
Metode kuadrat terkecil biasa diterapkan dalam data yang berbentuk pool dan merupakan pendekatan yang paling sederhana
dalam pengolahan data panel. Dengan mengasumsikan komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat
melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross- section.
Untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus menggabungkan data cross-section dengan data time series pool
data. Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai suatu kesatuan pengamatan untuk mengestimasi model dengan metode
PLS. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu.
53
2. Fixed Effect Model
Fixed Effect Model FEM adalah bahwa satu objek memiliki konstanta yang tetap besarannya untuk berbagai periode
waktu. Demikian pula halnya dengan koefisien regresi yang memiliki besaran tetap dari waktu ke waktu. Model ini
mengasumsikan bahwa perbedaan antara unit dapat diketahui dari perbedaan nilai konstannya.
Pada model fixed effect, estimasi dapat dilakukan tanpa pembobot no weighted atau Least Square Dummy Variable
LSDV dan dengan pembobotan cross section weight atau Generalized Least Square GLS. Pembobotan dilakukan agar
dapat mengurangi heterogenitas antar unit cross section.
3. Random Effect Model
Random effect digunakan untuk mengatasi kelamahan fixed effect yang menggunakan variabel semu, sehingga model
mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, REM menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan
antar waktu dan antar objek Winarno, 2011: 9.17. Keuntungan menggunakan model Random Effect yaitu
menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Component Model ECM atau teknik Generalized Least
Square GLS.
54
Dalam penelitian terdapat lebih dari satu variabel bebas yaitu variabel tingkat pendidikan X
1
dan variabel Upah Minimum KabupatenKota X
2
, maka model yang digunakan disebut dengan regresi linier Berganda multiple regression. Adapun variabel
dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja Y. Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas,
variabel independen atau variabel penjelas. Sedangkan variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau
variabel dependen. Adapun persamaan umumnya adalah sebagai berikut:
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
n
X
n
Dimana : Y = tenaga kerja variabel dependen
X
1
= Tingkat Pendidikan X
2
= Upah Minimum KabupatenKota α = konstanta intersept
b = koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas.
Alasan penggunaan regresi linear berganda dalam penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh antara satu atau
beberapa variabel bebas terhadap variabel dependen. Regresi linear hanya dapat digunakan pada skala interval dan ratio.
55
E. Pengujian Model
Untuk menguji kesesuaian model dari ketiga model pada teknik estimasi model dengan data panel digunakan Uji Chow dan Uji Hausman.
Uji Chow digunakan untuk menguji kesesuaian antara model dari metode Pooled Least Square dengan model dari metode Fixed Effect. Selanjutnya
dilakukan Uji Hausman untuk menguji model yang terbaik yang didapat
dari hasil Chow Test dengan model yang diperoleh dari metode Random
Effect. Untuk melakukan model mana yang akan dipakai, maka dilakukan pengujian diantaranya:
1. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect. Uji ini dapat
dilakukan dengan uji restricted F-test atau uji Chow Test. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H : Model Pooled Least Square Restriced
H
1
: Model Fixed Effect Unrestriced Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah
dengan menggunakan F-statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow sebagai berikut:
CHOW
=
56
Dimana : RSSS
= Restricted Residual Sum Square merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi
data panel dengan metode Pooled Least Square. URSS
= Unrestricted Residual Sum Square merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi
data panel dengan metode Fixed Effect Model. N
= Jumlah data cross-section T
= Jumlah data time series K
= Jumlah variabel penjelas Pengujian ini mengikuti nilai probabilitas cross-section F
jika nilai probabilitas α = 0.05 , maka metode yang digunakan
adalah PLS, namun jika nilai probabilitas cross-section F α =
0.05 maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model
fixed effect.
2. Uji Hausman
Uji Hausman adalah pengujian yang digunakan untuk menentukan apakah Fixed Effect Model atau Random Effect
Model yang akan dipilih. Dengan hipotesa sebagai berikut H
: Model Random Effect H
1
: Model Fixed Effect
57
Sebagai dasar penolakan hipotesa nol adalah dengan menggunakan pertimbangan probabilitas cross section random.
Jika nilai probabilitas cross section random α = 5 maka Ho
diterima model yang digunakan adalah REM, sedangkan jika nilai probabilitas cross section random
α = 5 maka Ho ditolak model yang digunakan adalah FEM.
F. Uji Asumsi Klasik
Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik jika memenuhi asumsi klasik yaitu bebas multikolinieritas,
heteroskedastisitas, autokorelasi, serta disturbance term terdistribusi secara normal.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal.
Uji Normalitas juga bisa dilakukan dengan cara melihat nilai probability dari Jarque Berra. Jika nilai probability dari
Jarque Berra α = 5 maka dapat dikatakan data tidak
terdistribusi normal. Apabila nilai probability dari Jarque Berra α = 5 maka dapat dikatakan data terdistribusi normal.
58
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah terdapat korelasi yang signifikan diantara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi.
Karena melibatkan beberapa variabel bebas, maka gejala
multikolineritas hanya dapat terjadi dalam persamaan regresi berganda.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen.
Pengujian ada tidaknya multikolinieritas ini dilakukan dengan cara
melihat nilai probabilitas uji koefisien korelasi setiap variabel.
Ada beberapa cara untuk menghilangkan multikolinieritas
dalam menghadapi masalah multikolinieritas:
a. Biarkan saja apabila terjadi multikolinieritas, karena estimator masih dapat bersifat BLUE dan tidak
terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antarvariabel independen.
Namun harus
diketahui bahwa
multikolinieritas akan menyebabkan standard error yang besar.
b. Tambahkan data bila perlu atau teruskan dengan model yang
sedang digunakan.
Karena masalah
multikolinieritas biasanya muncul karena jumlah observasi sedikit.
59
c. Hilangkan salah satu variabel independen, terutama yang memiliki hubungan linier kuat dengan variabel lain.
Namun apabila menurut teori variabel independen tersebut tidak mungkin dihilangkan, berarti harus tetap
dipakai. d. Transformasikan salah satu atau beberapa variabel,
termasuk misalnya dengan melakukan diferensiasi. Uji Multikoliniearitas juga dapat dilakukan dengan cara
melihat nilai dari korelasi yang dimiliki antara masing-masing variabel independen. Apabila nilai korelasi 0,8 maka terdapat
adanya indikasi multikolinearitas, sedangkan apabila nilai korelasi 0,8
maka dapat
dikatakan tidak
terdapat indikasi
multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya Wing Wahyu
Winarno, 2007. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidak penyimpangan korelasi yang terjadi antara residual pada
satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data time series.
60
Untuk mendeteksi keberadaan autokorelasi dari analisis regresi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson
DW-test. Apabila nilai Durbin-Watson dL maka dapat dikatakan telah terjadi autokolerasi positif, sedangkan apabila nilai
Durbin-Watson dL namun nilai Durbin-Watson du maka tidak ada keputusan dan jika angka Durbin-Watson dari nilai dL dan
nilai du, maka dapat dikatakan bebas dari masalah Autokolerasi.
Tabel 3.1 Uji Durbin Watson
Tolak H ,
berarti autokorelasi
positif Tidak
dapat diputuskan
Tidak menolak H
, berarti tidak
ada autokorelasi
Tidak dapat
diputuskan Tolak H
, berarti ada
autokorelasi negatif
dL du 2 4-du
4-dL 4
Sumber: Wing Wahyu Winarno 2007 Menurut Wing Wahyu 2007 pengambilan ada atau
tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: a. Apabila nilai DW dL dan 4 - d dL, maka terdapat
autokorelasi. b. Apabila nilai DW dU dan 4 - d dU, maka tidak
terdapat autokorelasi. c. Apabila nilai dL DW dU dan dL 4 - d dU,
maka hasil tidak dapat disimpulkan.
61
Dari hasil regresi yang telah dilakukan dalam penelitian ini di
dapat nilai
DW dU,
maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Terdapat beberapa metode untuk mengidentifikasi adanya heterokedastisitas antara lain
metode grafik, metode park, metode rank spearman, metode
lagrangian multifier LM test dan white heterokedasticity test.
Uji Heteroskedastisitas ini juga dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai Sum Resid pada weighted statistic dengan
sum resid unweighted statistic. Apabila nilai sum resid weighted statistic sum resid unweighted statistic maka terjadi
heteroskedastisitas. Namun apabila nilai dari sum resid unweighted statistic sum resid pada weighted statistic, maka dapat dikatakan
tidak terjadi heteroskedastisitas
G. Uji Statistik
1. Uji Koefisien Determinasi R
2
Nilai Adjusted R
2
disebut juga koefisien determinasi yang menunjukkan seberapa besar persentasi variasi variabel independen
dan menjelaskan variasi variabel dependennya. Nilai Adjusted R
2
62
berkisar antara nol dan satu 0 Adjusted R
2
1. Apabila nilai Adjusted R
2
= 0, berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, apabila
nilai Adjusted R
2
= 1, berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen dalam model tersebut dapat dikatakan baik. Oleh karena itu, model ini dapat dikatakan baik apabila nilai Adjusted R
2
mendekati 1 atau 100 persen.
2. Uji - F
Uji F merupakan alat uji statistik secara simultan atau keseluruhan dari koefisien regresi variabel independen terhadap
variabel dependen. Dari uji F dapat diketahui variabel independen yang masuk dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama
atau tidak terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi nilai F. Untuk pengujian
ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:
Ho : β1 = β2 = 0 H1
: β1 = β2 ≠ 0
Kriteria dalam uji F yaitu apabila F hitung F tabel, maka
Ho ditolak dan H
1
diterima, artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersama-
sama. Apabila F hitung F tabel maka Ho diterima dan H
1
ditolak,
63
artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
3. Uji - t
Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau
individu terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi variabel lain nilainya konstan. Perumusan bentuk hipotesis:
Hipotesis 1 Hο : β1 0,05 Tingkat Pendidikan secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja. H1 : β1 0,05 Tingkat Pendidikan secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja. Hipotesis 2
Hο: β2 0,05 Upah Minimum KabupatenKota secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja. H1 : β2 0,05 Upah Minimum KabupatenKota secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t-tabel. Apabila nilai t hitung nilai t tabel
maka H ditolak, artinya salah satu variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Apabila nilai t hitung nilai t tabel maka H
diterima, artinya salah satu variabel
64
independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
H. Operasional Variabel Penelitian
Seperti telah dijelaskan di atas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penyerapan tenaga kerja data yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di
Jawa Barat tahun 2010 – 2013 dengan satuan jiwaorang.
2. Tingkat Pendidikan dimana bahwa pendidikan merupakan faktor penting
bagi berhasilnya
perkembangan ekonomi
dan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya jika
dibanding faktor-faktor produksi lain. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan data yang digunakan adalah penduduk
berusia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan yaitu pendidikan Sekolah Menengah Atas
SMA di Jawa Barat tahun 2010 – 2013 dengan satuan
jiwaorang. 3. Upah Minimum KabupatenKota adalah upah minimum yang
berlaku di daerah kabupatenkota. Penetapan upah minimum kabupatenkota dilakukan oleh Gubernur yang penetapannya
harus lebih besar dari upah minimum provinsi, karena pemenuhan kebutuhan hidup layak di setiap kabupatenkota
65
berbeda-beda. UMK data yang digunakan adalah berdasarkan perkembangan besaran upah minimum kabupatenkota di Jawa
Barat tahun 2010-2013 dengan satuan rupiah.
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Jenis Variabel Indikator
Definisi Variabel
Dependen Penyerapan Tenaga
Kerja Tolak ukur yang digunakan untuk
variabel tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut
lapangan pekerjaan utama di Jawa Barat tahun 2010
– 2013. Satuan yang digunakan pada variabel
tenaga kerja adalah jiwaorang. Independen
Tingkat Pendidikan Tolak ukur yang digunakan untuk variabel tingkat pendidikan adalah
penduduk berusia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan yaitu pendidikan Sekolah Menengah
Atas SMA di Jawa Barat tahun 2010
– 2013. Satuan yang digunakan pada variabel tingkat
pendidikan adalah jiwaorang. Independen
Upah Minimum KabupatenKota
Tolak ukur yang digunakan utk variabel UMK adalah berdasarkan
perkembangan besaran upah minimum kabupatenkota di Jawa
Barat yang berlaku periode 2010 - 2013. Satuan yang digunakan pada
variabel UMK adalah rupiah.
66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Provinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah 3.710.061,32 hektar. Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Sejak tahun 2008
Provinsi Jawa Barat menjadi 26 KabupatenKota setelah diresmikannya Kabupaten Bandung Barat. Secara keseluruhan Provinsi Jawa Barat
meliputi 17 Kabupaten dan 9 Kota dengan 625 kecamatan, daerah perkotaan 2.659 dan 3.221 perdesaan. Jumlah penduduk Provinsi Jawa
Barat tahun 2011 mencapai 46.497.175 jiwa. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5
o
50 - 7
o
50 Lintang Selatan dan 104
o
48 - 108
o
48 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah :
Sebelah Utara : Laut Jawa dan DKI Jakarta
Sebelah Timur : Provinsi Jawa Tengah
Sebelah Barat : Provinsi Banten
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Provinsi Jawa Barat memiliki latar belakang perbedaan antar wilayah. Perbedaan ini berupa perbedaan karakteristik alam, sosial,
ekonomi, dan sumber daya alam yang penyebarannya berbeda di setiap wilayah. Perbedaan tersebut menjadi hambatan dalam pemerataan