Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Perilaku Asertif

pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi serta menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan standar-standar yang berlaku pada suatu kelompok. Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku asertif adalah keterampilan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan baik secara jujur dan terbuka serta dapat menegakkan hak individu tanpa melanggar hak-hak orang lain.

2.2.1.2 Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Perilaku Asertif

Sugiyo 2005: 106 menerangkan bahwa faktor seseorang menjadi asertif atau tidak asertif, yaitu: 1. Innateness pembawaan yang halus Maksudnya bahwa tiap individu mempunyai perbedaan dalam hal kepekaan untuk mengutarakan uneg-uneg dikarenakan pembawaan yang halus. 2. Personal inadequacy ketidakcakapan secara personal Ketidakcakapan personal ini bisa karena ada masalahkonflik. Symptom atau gejala ini berawal dari pengalaman traumatic atau penolakan dari orang tua, misalnya ibu atau masalah yang sedang dihadapi sekarang misalnya penolakan dari teman sebaya, kegagalan berulang-ulang dalam prestasi sekolah. Untuk solusinya harus ada terapi yang intensif. 3. Perilaku yang telah dipelajari Tiap orang dalam hidupnya mempelajari perilaku tertentu. Misalnya ada orang yang dalam keluarganya diajarkan untuk bersikap asertif sejak kecil, bisa jadi keluarga lain tidak. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif juga dijelaskan Rathus dan Nevid dalam Ratna 2013: 41 yaitu sebagai berikut. 1. Jenis kelamin Wanita pada umumnya lebih sulit mengungkapkan perasaannya dan pikiran dibandingkan laki-laki. 2. Self Esteem Harga Diri Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekuatan sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri. 3. Kebudayaan Tuntutan lingkungan menentukan batas-batas perilaku, diman batas- batas perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin dan status sosial seseorang. 4. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berfikir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan terbuka. 5. Tipe Kepribadian Dalam situasi yang sama, tidak semua individu memberikan respon yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang. Dengan tipe kepribadian tertentu seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu dengan tipe kepribadian lain. 6. Situasi Tertentu Lingkungan sekitarnya Dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan. Situasi dalam kehidupan tertentu akan dikuatirkan mengganggu. Dari dua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku asertif. Faktor perilaku yang telah dipelajari menjadi acuan pula bahwa pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perilaku asertif tidaknya seseorang. Pola asuh orang tua ini bahkan menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembentukan perilaku asertif. Latar belakang pola asuh orang tua juga mengarah kepada latar belakang lingkungan dan kebudayaan di mana latar belakang lingkungan dan budaya juga dapat mempengaruhi perilaku asertif seseorang. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat pula faktor lain yang memengaruhi perilaku asertif seseorang atau siswa. Adapun faktor tersebut adalah pengaruh teman sebaya. Sebagaimana diketahui bahwa siswa merupakan remaja dimana sedang mengalami masa-masa kedekatan yang lebih dengan teman sebayanya dibandingkan dengan keluarga. Mengingat siswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya sehingga pengaruh dari pergaulan dan hubungan teman sebaya sangat cepat sekali mempengaruhi perilaku asertif siswa khususnya di kalangan sekolah. Siswa akan dengan mudah meniru atau mengadopsi perilaku-perilaku dari teman. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perilaku yang ditunjukan dari teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku asertif seseorang. sebayanya baik dari yang verbal maupun non verbal. Perilaku-perilaku tersebut dapat berupa verbal maupun non verbal.

2.2.1.3 Ciri-Ciri Perilaku Asertif

Dokumen yang terkait

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA TERHADAP KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH (Penelitian Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Surakarta Tahun Pelajaran 20152016)

0 5 31

MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL RENDAH MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 SEMARANG TAHUN AJARAN 2013 2014

1 28 245

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SEMARANG

3 30 167

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA (Penelitian Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sumurrejo 01 Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 20152016)

1 11 225

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS VIII-4 DI SMP NEGERI 15 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 4 25

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BINJAI TA. 2013 / 2014.

0 3 15

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK (TEKNIK SOSIODRAMA) UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN KONFLIK INTERPERSONAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 22

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATANG KUIS TAHUN AJARAN 2012/ 2013.

1 3 14

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TEKNIK SOSIODRAMA TERHADAP PERILAKU ASERTIF SISWA DENGAN GURU SMA NEGERI 3 MAGELANG TAHUN AJARAN 2015 2016 -

0 0 63

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 SEMARANG -

1 3 86