Analisis Sikap Kerja Pada Proses Pengemasan Dengan Metode RULA

105 Sikap kerja yang tidak alamiah dan gerakan repetitif yang dampaknya tidak hanya membatasi pemasukan nutrisi dan oksigen saja, tetapi juga membatasi pembuangan metabolisme. Hal ini lah yang akan menyebabkan keluhan otot pada umumnya, dan lama kelamaan akan menyebabkan keluhan MSDs Nurmianto, 1998. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bukhori 2010 yang menjelaskan terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan MSDs pada tukang angkut penambang emas. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitin yang dilakukan oleh Maijunidah 2010 dan Ariyanto 2010 yang menjelaskan tidak terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan MSDs.

3. Analisis Sikap Kerja Pada Proses Pengemasan Dengan Metode RULA

Rapid Upper Limb Assessment Berdasarkan hasil observasi pada proses pengemasan yang menjadi responden penelitian rata-rata bekerja dengan gerakan statis. Pada proses pengemasan , dodol yang sudah didinginkan kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil sesuai dengan ukurannya. Selama pengemasan, pekerja duduk di lantai dengan kaki bersila, posisi punggung yang tidak bersandar dan kepala menunduk selama 2-3 jam yang diselingi istirahat 10-15 menit. Pekerja sering meregangkan punggung, tangan, dan kaki dengan berdiri sebentar saat dirasa sangat lelah. Penilaian sikap kerja pada proses pengemasan dilakukan dengan menggunakan metode RULA. Penilaian dengan RULA meliputi bagian tubuh Universitas Sumatera Utara 106 seperti leher, punggung batang tubuh, kaki, lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan serta forceload dan penggunaan tenaga. Gambar 5.2 Pekerja Pengemasan No. 25 Keterangan: pekerja mengemas dodol melakukan sikap kerja duduk statis dengan kedua kaki bersila. Posisi badan condong ke depan diikuti leher. Posisi tangan yang menggantung dan pergelangan tangan membentuk gerakan setengah rotasi. 9 Posisi Lengan Atas Pengemasan dodol merupakan pekerjaan yang sebagian besar dilakukan dengan tangan. Lengan atas pekerja selama mengemas dodol biasanya berada pada posisi menggantung di sisi tubuh dan melakukan gerakan berulang untuk memotong dodol menjadi bagian kecil, melipat dodol dengan plastik, dan menyusun dodol ke dalam plastik. Gerakan-gerakan tangan dalam mengemas dodol memungkinkan lengan atas pekerja bergerak dengan rentang antara 15-45 dari posisi tegak lurus tubuh. Skor RULA untuk lengan atas pekerja pengemasan dodol yaitu +2. Universitas Sumatera Utara 107 10 Posisi Lengan Bawah Lengan dan tangan merupakan anggota tubuh yang paling aktif dalam mengemas dodol. Posisi lengan bawah pekerja pada saat mengemas dodol umumnya menekuk dengan sudut berkisar antara 0-90 . Skor RULA untuk lengan bawah pekerja pengemas dodol yaitu +1. 11 Posisi Pergelangan Tangan Seperti dinyatakan sebelumnya, mengemas dodol merupakan kegiatan yang sebagian besar dilakukan tangan. Hal ini menyebabkan pergelangan tangan pekerja juga melakukan banyak gerakan. Bagian pergelangan tangan saat mengemas dodol menekuk membentuk sudut 0-15 . Skor RULA untuk pergelangan tangan pekerja pengemasan dodol yaitu +2. 12 Gerakan Memutar Pergelangan Tangan Pada saat bekerja, pekerja seringa kali melakukan gerakan putar pada pergelangan tangan dominan pada ½ putaran. Skor RULA untuk gerakan perputaran pergelangan tangan adalah +1. Pekerja Pengemasan No. 25 kelompok A X Skor Skor+ Total Skor Upper Arm 30 2 - 2 Lower Arm 70 1 - 1 Wrist 15 2 - 2 Wrist Twist 12 ptrn 1 - 1 Skor A Wrist Upper Arm Lower Arm 1 3 4 Wrist Twist 1 2

2 1

2 1

2 1

1 2 2 2 2 3 3 3 1 2 1 Universitas Sumatera Utara 108 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 1 2 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1

3 3 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 1 4 4 4 4 4 5 5 5 2 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 4 5 5 5 6 6 5 1 5 5 5 5 5 6 6 7 2 5 6 6 6 6 7 7 7 3 6 6 6 7 7 7 7 8 Skor A = Skor Kelompok A + Penggunaan Otot + Beban Angkat = 3 + 1 + 0 = 6 13 Posisi Leher Posisi leher pekerja ketika mengemas dodol menunduk, yaitu sekitar 20 dari posisi tegak lurus. Posisi leher sedikit menunduk ini diperlukan karena area kerja pengrajin yaitu dodol terletak di bawah lantai tepat di depan posisi badan pekerja. Skor RULA untuk leher pekerja pengemas dodol adalah +3. 14 Posisi Punggung Posisi punggung pekerja saat mengemas dodol relatif condong ke depan membentuk sudut 0-20 . Hal ini dikarenakan pekerja melakukan sikap kerja duduk yang tidak menggunakan kursi dengan sandaran, sehingga punggung tidak mampu tegak dalam waktu lama dan cenderung membungkuk dan condong ke depan. Skor RULA untuk punggung pekerja pengemasan dodol adalah +2. 15 Posisi Kaki 2 3 Universitas Sumatera Utara 109 Posisi kaki selama pengemasan bersila di lantai tanpa menggunakan tempat duduk. Skor untuk kaki pekerja pengemasan dodol adalah +2. 16 Penggunaan OtotJenis Aktivitas Pada proses pengemasan dodol, pekerja banyak melakukan aktivitas statis dan berulang. Pada aktivitas statis yaitu pekerja melakukan sikap duduk bersila dan lama 2-3 jam. Lamanya posisi duduk statis yang dilakukan tergantung dari banyaknya dodol yang harus dikemas. Selain melakukan aktivitas statis, pekerja pengemasan dodol juga melakukan aktivitas berulang. Hal ini paling banyak dilakukan oleh tangan dikarenakan saat mengemas dodol, kedua tangan berulang memotong dodol, melipat dodol dalam plastik dan menyusun dodol di dalam kemasan. Frekuesni gerakan berulang yang dilakukan tergantung dari kemahiran dan kecekatan pekerja, semakin terampil pekerja, semakin besar frekuensi gerakan berulang yang dilakukan. Karena pekerja pengemasan dodol melakukan aktivitas statis serta melakukan aktivitas yang sifatnya berulang, maka diberi skor RULA yaitu +1. 17 Beban AngkutForce Dalam bekerja, kegiatan yang dilakukan dalam mengemas dodol adalah memotong dodol menjagi bagian kecil, melipat dodol dengan plastik dan menyusun dodol dalam wadah. Dodol yang dikemas berbobot ringat, sehingga tenaga yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mengemas dodol ini tidak lebih dari 2 kg. Skor RULA yang diberikan untuk beban pengemasan dodol adalah 0. kelompok B X Skor Skor+ Total Skor Neck 40 2 - 2 Trunk 20 3 - 3 Universitas Sumatera Utara 110 Leg Tidak Seimbang 2 - 2 Skor B Trunk Neck 1 2 4 5 6 Leg 1

2 1

2 1

2 1

2 1

2 1

2 1

1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 3 2 3 3 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 Skor B = Skor Kelompok B + Penggunaan Otot + Beban Angkut = 4 + 1 + 0 = 5 Skor tabel C didapat dari hasil penggabungan skor Tabel A 4 ditambah dengan Tabel B 5 adalah 5 sehingga dikategorikan berisiko tinggi mengalami keluhan MSDs. Skor A Skor B 1 2 3 4 6 7+

1 1

2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 3 3 3 4 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 2 4 3 5 4 5 Universitas Sumatera Utara

111

4. Hubungan Sikap Kerja Proses Pengemasan Dengan Keluhan

Dokumen yang terkait

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

33 205 129

Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculosletal disorders pada welder di bagian fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

2 14 120

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja di Bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia. Tbk Tangerang Tahun 2011

0 15 205

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung Tahun 2013

2 28 147

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

1 1 20

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 0 10

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

1 1 36

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

1 2 3

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 0 60