Aktivitas Antibakteri Deskripsi Teori

29 b. Reaksi dengan membran sel yang dapat mengakibatkan perubahan permeabilitas dan kehilangan komponen penyusun sel. c. Penghambatan terhadap sintesis protein. d. Gangguan fungsi material genetik. Mekanisme yang tepat dari senyawa perak dalam menghambat pertumbuhan bakteri belum sepenuhnya dipahami. Menurut Feng et al. 2000 mekanisme antibakteri dari nanopartikel perak adalah sebagai berikut : a. Nanopartikel perak melepaskan ion Ag + . b. Ion perak Ag + berinteraksi dengan gugus tiol sulfidril -SH pada protein permukaan. c. Ion Ag + akan menggantikan kation hidrogen H + dari gugus tiol sulfidril menghasilkan gugus S-Ag yang lebih stabil pada permukaan sel bakteri, hal ini akan menonaktifkan protein, dan menurunkan permeabilitas membran. d. Selanjutnya, senyawa perak akan memasuki sel dan mengubah struktur DNA sehingga pada akhirnya menyebabkan kematian sel. Pengkuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode pengenceran. Metode difusi merupakan metode yang sering digunakan. Metode difusi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu metode cakram kertas, silinder, dan lubang. Metode cakram kertas yaitu dengan meletakkan cakram kertas yang telah direndam dalam larutan uji dan diletakkan di atas media padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada atau tidak daerah hambat di sekeliling cakram setelah diinkubasi selama beberapa waktu yang ditentukan Kusmiyati Agustini, 2007. 30 Pengukuran diameter zona hambat atau zona bening digunakan sebagai indikator keefektifan zat antibakteri dalam menghambat aktivitas bakteri. Terbentuknya zona bening di sekitar sampel dikarenakan tidak adanya aktivitas bakteri atau bakteri tidak tumbuh pada daerah tersebut. Semakin besar zona bening maka semakin efektif aktivitas zat antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bekteri. Diameter zona bening yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin banyak bakteri yang rusak dan mati akibat berinteraksi dengan nanopartikel perak Khalilabad Yahdanshenas, 2010. Sensitifitas antibakteri terhadap senyawa mikroba dipengaruhi oleh fase pertumbuhan dari bakteri itu sendiri. Bakteri yang memasuki fase stasioner akan lebih sensitif terhadap zat antibakteri Thompson, 1996. Fase mildog yaitu pertengahan fase logaritmik eksponensial merupakan saat yang tepat pengujian antibakteri dilakukan. Pada fase tersebut bakteri sedang aktif membelah diri, sehingga senyawa antibakteri dapat dilihat dengan adanya kematian atau hambatan pada pertumbuhan bakteri Ningtyas, 2010. Penelitian yang dilakukan mengukur aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi dengan cara cakram kertas, namun kertas diganti dengan kain Nylon 6,6 dengan larutan uji nanopartikel perak, senyawa HDTMS, serta campuran keduanya. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Escherisia coli gram negatif dan Staphylococcus aureus gram positif. Proses pengujian kemampuan antibakteri dari nanopartikel dapat dilakukan secara kuantitatif melalui pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk di sekeliling sampel. 31

B. Penelitian yang Relevan

Pembuatan nanopartikel perak yang dilakukan olah Lembang et al. 2013 dengan metode reduksi menggunakan bioreduktor ekstrak daun ketapang Terminalia catappa untuk prekursor AgNO 3 menunjukkan serapan maksimum UV-Vis pada panjang gelombang 421 - 431 nm dengan ukuran nanopartikel perak yang terbentuk 62,61 nm untuk nanopatikel perak hasil biosintesis tanpa pengadukan. Adapun hasil biosintesis nanopartikel perak dengan pengadukan dan biosintesis dengan penambahan PAA 1 menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 425 - 431 nm dan 440,5 - 436,5 nm, ukuran nanopartikel peraknya 71,56 nm dan 55,77 nm. Pengukuran dilakukan setelah tujuh hari penyimpanan, dan ukuran nanopartikel perak diketahui dengan analisis menggunakan PSA Particle Size Analyzer. Nursyamsi et al. 2014 melakukan penelitian tentang pemanfaatan fraksi etil asetat daun ketapang terminalia catappa sebagai bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak dan analisis sifat antibakterinya. Hasilnya nanopartikel perak dapat disintesis dengan metode reduksi menggunakan fraksi etil asetat daun ketapang Terminalia catappa dan nanopartikel perak dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus, Eschericia coli, dan Bacillus Subtilis dengan diameter zona hambat masing-masing adalah 7,2 mm, 6,9 mm dan 6,6 mm pada inkubasi selama 48 jam. Haryano et al. 2010 melakukan penelitian mengenai efek antimikroba dari serat Nylon yang terdeposit nanopartikel peak. Pada penelitian tersebut dihasilkan tiga serat Nylon yang terdeposit nanopartikel perak dengan varisai waktu yang 32 berbeda, 30 detik, 10 menit, dan 24 jam. Serat yang dihasilkan semuanya mempunyai kemampuan antimikroba terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus. Penelitian yang hampir serupa juga dilakukan oleh Montazer 2012 mengenai stabilisasi nanopartikel perak pada serat Nylon menggunakan dua bakteri uji yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Pada penelitian tersebut juga terbukti bahwa serat Nylon yang terdeposit nanopartikel perak bersifat antimikroba dan mampu menghambat pertumbuhan kedua mikroba tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Xue et al. 2012 untuk memperoleh tekstil dengan sifat permukaan yang superhidrofobik dan antibakteri berhasil dilakukan. Xue et al. menggunakan serat katun dan dimodifikasi dengan penambahan nanopartikel perak dan senyawa HDTMS, hasilnya adalah permukaan serat katun bersifat superhidrofobik dengan sudut kontak 151,5 o ±1,4 o dan juga bersifat antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli.

C. Kerangka Berpikir

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan seperti sekarang ini membuat suatu bahan tekstil seperti kain Nylon 6,6 dapat ditingkatkan lagi kualitasnya menjadi lebih baik dan lebih fungsional. Salah satunya adalah dengan menjadikan sebagai produk self-cleaning textile antikotor yang bersifat hidrofob dan antibakteri, produk tersebut sangat bermanfaat apabila diaplikasikan dalam dunia medis. Produk self-cleaning textile antikotor yang bersifat hidrofob dan antibakteri dapat dihasilkan dengan cara menambahkan suatu nanopartikel dan senyawa silan. Naopartikel akan menjadikan kain Nylon 6,6 bersifat antibakteri,