74 Menurut Miss Catur Mufidatun, S.Pd. selaku kepala sekolah KB TK
AnakQu, visi dan misi tersebut masih dalam tahap diskusi di ranah atasan sehingga masih bisa berubah. Setelah melihat visi dan misi tersebut, tujuan KB
TK AnakQu yang ingin dicapai sebagai berikut: 1
Menghasilkan lulusan yang berakhlaq mulia. 2
Menghasilkan lulusan yang memiliki hafalan surat Ar Rahmaan dan Juz 30 dalam kurun waktu 4 Tahun.
3 Menghasilkan lulusan yang mampu membiasakan sholat berjama`ah.
4 Menghasilkan lulusan yang mampu menjaga kebersihan.
2. Penerapan Pengelolaan Kelas pada Kelompok B di TK AnakQu
Pengelolaan kelas pada kelompok B di TK AnakQu sudah dilakukan oleh guru baik secara pengaturan fisik maupun pengaturan peserta didik anak. Guru
berusaha untuk selalu lebih baik dalam hal pengelolaan kelasnya. Penerapan pengelolaan kelas pada kelompok B di TK AnakQu tersebut dilakukan melalui
proses persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. a.
Persiapan Pengelolaan Kelas Persiapan pengelolaan kelas pada kelompok B di TK AnakQu dilakukan
dengan merencanakan pembelajaran, mengatur waktu, mengatur ruang kelas, dan menciptakan iklim kelas. Perencanaan pembelajaran kelompok B di TK AnakQu
dimulai dengan pembuatan program semester. Promes tersebut dikembangkan menjadi RKM yang kemudian dikembangkan lagi menjadi RKH. Promes sudah
ada sejak berdirinya TK yakni sejak tahun 2013 dan tidak banyak mengalami perubahan. Terdapat tim penanggungjawab yang terdiri dari konsultan dan
75 sebagian guru untuk membuat Promes dan RKM yang dibuat sebelum tahun
ajaran baru dimulai. RKH dibuat oleh guru kelas setiap harinya sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung. FormRKH menggunakan form yang dibuat sendiri oleh TK AnakQu. Dalam RKH tersebut memuat identitas lembaga, temasub tema,
indikator, pendidikan karakter Pendikar, alokasi waktu, kegiatan belajar pembukaan, inti, penutup, media, alatsumber belajar, dan format penilaian. Hal
tersebut diperkuat dengan hasil wawancara berikut: “…Kita sudah ada Promes yang dibuat sejak berdirinya TK. Dari
Promes itu, kita turunkan ke RKM Rencana Kegiatan Mingguan di awal semester tahun ajaran baru untuk semester 1 dan 2. Setelah
itu, kita turunkan ke RKH yang dibuat setiap hari. Didalam RKH sudah sekalian dengan penilaiannya juga. Jadi di RKH sudah ada
perencanaan pembelajaran sama penilaiannya juga. Kurikulum disini perpaduan antara KTSP, Permendiknas 58, dan punya
kurikulum sendiri juga karena kita kan lebih banyak di keagamaan
nya seperti tahfid dan tauhid”. CW-4-01 Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan
di TK AnakQu merupakan kurikulum yang mengacu pada Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 dan tujuh nilai yang ingin dicapai oleh KB TK AnakQu
sehingga guru
juga memperhatikan
prinsip-prinsip perencanaan
dan pengorganisasian dalam merencanakan pembelajaran. Selain Promes, RKM, dan
RKH terdapat hal lain yang perlu dipersiapkan seperti materi pembelajaran atau bahan ajar, alat dan bahan untuk pembelajaran, media, serta alat-alat peraga
seperti pada hasil wawancara berikut: “Apabila RKH sudah dipersiapkan, tinggal mempersiapkan apa
saja yang akan dibawa kelas sesuai pembelajarannya. Misalnya LKA kita buat sendiri, jadi tiap hari ganti apabila menggunakan
LKA. Kalau misalnya menggunakan balok, cat, atau permainan,
76 biasanya dipersiapkan pagi atau hari sebelumnya. Selain itu kita
juga kadang menggunakan gambar-gambar untuk memperjelas tema
”. CW-3-02 Tujuh nilai yang ingin dicapai oleh KB TK AnakQu yaitu tauhid,
tahfidz Qur’an, shalat dhuha, bahasa, kemandirian, kepemimpinan dan keberanian, serta kebersamaan dan berbagi. Tujuh nilai yang ingin dicapai oleh
KB TK AnakQu tersebutdiimplementasikan melalui pembelajaran dan pembiasaan sehari-hari seperti pada hasil wawancara berikut:
“Implementasi pertama dari pembelajaran, kemudian jatuhnya ke pembiasaan sehari-hari yang fokus pada akhlaq. Contohnya
pembelajaran doa dan solat yang juga dipraktekkan dikeseharian. Jadi tidak hanya di sekolah, di rumah pun anak akan terbiasa
dengan pembi
asaan yang diajarkan di sekolah.” CW-1-04 Tujuh nilai yang ingin dicapai KB TK AnakQu tersebut tidak semua
tercantum detail dalam RKH, hanya tahfidz dan sholat dhuha namun semua nilai tersebut terlaksana saat pembelajaran melalui pembiasaan. Semua perencanaan
pembelajaran tersebut selalu dicek kepala sekolah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“…Setiap bulan sekali miss-miss sebutan guru di KB TK AnakQu mengumpulkan RKH. Dari RKH tersebut kemudian saya
evaluasi dan saya tanyakan misalnya mengapa dari tujuh nilai belum terlaksana semua. Kemudian biasanya kurang variasi dalam
kegiatan, yang harusnya ada penugasan, kerjasama, unjuk diri dan lain-lain. Kalau sebelum pembelajaran, RKM di breakdown
menjadi RKH. Nah RKM itu biasanya saya cek sekilas untuk minimal mengetahui berapa itemnya per minggunya..
”. CW-1-06 “Kalau RKH setiap satu bulan sekali dicek oleh kepala sekolah.
Sebelum ditandatangani, pasti Beliau review dan dicek jadi ada evaluasinya juga untuk RKHnya. Kalau RKM, sebelum tahun
ajaran baru sudah dicek kepala sekolah sebelum dipatenkan”. CW-5-05
77 Promes dan RKM dicek oleh kepala sekolah sebelum tahun ajaran baru
dimulai. Sedangkan RKH selalu dicek setiap satu bulan sekali setelah pembelajaran terselenggarakan. Selain itu, kepala sekolah juga mengevaluasi
RKH. Apabila dari RKH terebut terdapat kegiatan atau tujuh nilai yang belum terlaksana, kepala sekolah menanyakan kepada guru penyebabnya untuk dicari
solusinya. Selain perencanaan pembelajaran, pengaturan waktu juga diperhatikan
dalam persiapan pengelolaan kelas. Frekuensi pertemuan setiap minggu di TK AnakQu adalah lima kali yaitu hari Senin sampai hari
Jum’at. Berdasarkan hasil pengamatan satu kali pertemuan di kelas TK AnakQu adalah 4 jam atau 240
menit dimulai pukul 08.00-12.00 WIB untuk hari Senin sampai Kamis. Sedangkan untuk hari Jum’at pertemuan di kelas TK AnakQu adalah 3 jam atau
180 menit dimulai pukul 08.00-11.00 WIB. Pertemuan setiap minggunya adalah 19 jam atau 1.140 menit.
Pembagian waktu di TK AnakQu yaitu pemanasan ± 15 menit, kegiatan awal ± 45 menit, sholat dhuha ± 15 menit, snack time ± 15 menit, istirahat ± 30
menit, kegiatan inti ± 60 menit, makan siang ± 30 menit dan kegiatan penutup ± 30 menit. Pembagian waktu tersebut juga tercantum dalam dalam RKH.
Pengaturan waktu yang direncanakan sudah sesuai dengan keadaan sebenarnya meskipun terkadang belum sepenuhnya tepat waktu karena terdapat beberapa
kendala misalnya perbedaan waktu setiap anak menyelesaikan tugas seperti pada hasil wawancara berikut:
“Tergantung situasi dan kondisi anaknya, kadang-kadang kan kita ada kegiatan yang agak ribet seperti menggunting, menempel, atau
78 menganyam. Ada 1 atau 2 anak yang lama sehingga kita
kekurangan waktu. Anak kan beda-beda, kalau yang cepat bisa cepat, tapi kalau ada yang lama kita harus nunggu
”. CW-4-06 Hal lain yang diperhatikan dalam mempersiapkan pengelolaan kelas
adalah pengaturan ruang kelas. Kepala sekolah tidak terlibat secara langsung dalam pengaturan ruang kelas karena sudah mempercayakannya kepada masing-
masing guru kelas seperti pada hasil wawancara berikut:
“Kalau terlibat langsung dalam penataan kelas tidak karena miss-miss yang lebih paham dengan kondisi kelasnya masing-masing. Kemudian
untuk fasilitas per kelasnya sama tetapi tingkat permainannya saja yang berbeda
…”. CW-1-07
Penyediaan ruang kelas di TK AnakQu sudah memadai baik dari segi arah
ruangan, ukuran ruangan, lantai, atap dan langit-langit, serta penataan dinding dan pemilihan warna ruangan seperti pada hasil pengamatan berikut:
Tabel 3. Penyediaan Ruang Kelas KB TK AnakQu
No. Penyediaan Ruang
Kelas Keterangan
1. Arah ruangan
Setiap kelas di KB TK AnakQu menghadap ke arah datangnya cahaya matahari yang melewati jendela.
Pemilihan jendela tersebut tidak mengunakan kaca bening sehingga tidak menyilaukan mata. Lampu
ruangan jarang dinyalakan karena ruangan sudah cukup terang untuk pembelajaran.
2. Ukuran ruangan
Ukuran ruang kelas di KB TK AnakQu yaitu 5mx6m lengkap dengan AC pada setiap kelasnya.
Ukuran kelas tersebut memadai untuk kegiatan pembelajaran, bermain bebas, dan sholat berjamaah.
3. Lantai
Lantai untuk setiap kelas dilapisi parket parquet yaitu semacam lantai kayu sehingga tidak dingin dan
mampu mengurangi resiko cidera anak. 4.
Atap dan langit-langit Atap dan langit-langit kelas adalah baja ringan
berwarna hitam yang kemudian berusaha disamarkan oleh triplek dalam bentuk-bentuk unik untuk tempat
empat lampu dan satu speaker. Ketinggian atap dari lantai adalah 4 meter.
5. Penataan dinding dan
pemilihan warna ruangan
Penataan dinding dan pemilihan warna ruangan adalah hijau dengan pemberian gambar penuh pada salah satu
sisi kelas. KB TK AnakQu meminimalisir tempelan- tempelan pada dinding supaya terlihat lebih rapi.
79 Selain penyediaan ruang kelas tersebut, pengaturan tempat duduk juga
diperhatikan. Pemilihan meja dan kursi pada KB TK AnakQu menyesuaikan ukuran anak. Kursi dan meja tersebut berbahan plastik kuat namun ringan
sehingga mudah dipindahkan. Pengaturan tempat duduk pada kelompok B bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan jenis kegiatan. Tidak menutup
kemungkinan kalau pengaturan tempat duduk tersebut berubah untuk minggu selanjutnya seperti pada hasil wawancara berikut:
“Iya, dalam dua bulan, ini sudah model yang ketiga. Menurut saya yang paling efektif untuk melihat ke papan tulis adalah model U
atau model kelompokkonferensi jadi seluruh anak mengelilingi meja
”. CW-5-07 Pengaturan tempat duduk kelas Al-
A’rof saat ini menggunakan formasi konferensi guru berada di samping meja sedangkan di kelas Adz-Dzaariyat
menggunakan formasi meja pertemuan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan dan denah ruang kelas berikut:
Gambar 15. Pengaturan Tempat Duduk Kelas Al- A’rof dan Adz-Dzaariyat
Keterangan: 1.
Loker guru dan anak 2.
AC 3.
Jendela 4.
Pengaturan tempat duduk 5.
Pintu
2 3
5 1
4 2
3 4
5 1
4
80 Pengaturan tempat duduk pada kelompok B di TK AnakQu juga dilakukan
secara fleksibel artinya selain menggunakan kursi dan meja, kegiatan juga banyak dilakukan di lantai. Hal tersebut disesuaikan dengan kegiatan yang sedang
dilakukan. Kegiatan yang sering dilakukan di lantai yaitu circle time, sholat, kegiatan berkelompok, dan bermain bebas. Saat kegiatan pembelajaran inti
berlangsung, guru dan anak sering menggunakan kursi dan meja supaya anak dapat fokus dalam kegiatan.
Pengaturan perabot dan alat permainan disimpan di loker yang sudah disediakan. Loker pada masing-masing kelas di KB TK AnakQu digunakan
untuk menyimpan berbagai barang milik kelas, anak, guru, maupun alat permainan. Setiap anak mempunyai loker masing-masing untuk menyimpan
berbagai barang milik anak seperti alat sholat, buku, dan pastel sedangkan untuk tas anak sudah disediakan loker tersendiri seperti pada hasil wawancara berikut:
“Jadi kan ada loker, nanti setiap anak ada lokernya masing-masing yang isinya ada alat sholat, buku, pastel. Kalau tas anak ditaruh di
loker sendiri”. CW-2-08 Pengaturan alat permainan di kelompok B mempertimbangkan aspek
kemudahan untuk dimanfaatkan oleh anak dengan menempatkan alat permainan dekat dengan anak. Khusus untuk penyimpanan alat permainan, anak-anak
mengelompokkan terlebih dahulu berdasarkan jenis dan bahan yang dimasukkan ke dalam boxseperti pada hasil wawancara yang diperkuat dengan hasil
pengamatan berikut: “Kalau pengaturan alat permainan untuk anak TK B sudah bisa
mengelompokkan sendiri misalnya lego dengan lego, balok dengan balok, mainan plastik dengan mainan plastik. Kemudian
81 dimasukkan ke box untuk ditempatkan di loker sehingga tidak ada
yang di lantai ”. CW-3-08
Alat permainan dalam box kemudian diletakkan dalam loker khusus untuk
menyimpan alat permainan. Hasil wawancara tersebut juga diperkuat dengan hasil pengamatan berikut:
“…Sembari istirahat dan bermain bebas, anak-anak juga privat mengaji dan membaca secara bergantian. Terdapat anak-anak yang
menggambar Little Poni, bermain masak-masakan, bermain mobil, trampoline, dan perosotan. Setelah waktu istirahat selesai, anak
membereskan permainan dengan cara mengelompokkan alat permainan berdasarkan jenis. Kemudian memasukkan ke dalam
box untuk diletakkan di loker...
”. CL-1-04 Persiapan dalam mengelola kelas juga memperhatikan bagaimana guru
membangun iklim kelas. Berdasarkan pengamatan, guru membangun iklim secara demokratis dengan selalu menampilkan wajah cerah, mudah tersenyum dan bicara
dengan suara yang lemah lembut.Guru memahami perbedaan setiap anak, membimbing dengan sabar, dan menuntun anak dalam kegiatan misalnya dalam
menghafal atau dalam kegiatan pembelajaran seperti pada hasil observasi berikut: “…Kegiatan selanjutnya yaitu hafalan. Anak-anak melanjuktan
hafalan surat Al- ‘Alaq. Namun saat kegiatan berlangsung, terdapat
beberapa anak yang belum lancar yaitu Icham, Gendhis, Diza dan Khairo. Guru meminta anak untuk duduk sendiri bersama Miss
Yanu untuk privat. Sementara anak lain tetap melanjutkan dalam menghafal. Pada s
aat itu pula Khairo merengek,”Miss aku nggakbisa”. Kemudian guru menjawab,”Bisa. Kan belum dicoba.
Pelan-pelan pasti bisa. Khairo sama miss Yanu dulu ya biar diajarin pelan-pelan sama Miss Yanu
…”. CL-2-02 Guru menolong anak dengan membantu anak dalam segala permasalahan
dalam belajar misalnya menolong anak meraut pensil, merapikan baju anak, atau membukakan tabung minum.Guru juga memperhatikan tingkat kemandirian anak
seperti memakai sepatu sendiri, melipat mukena sendiri, menyelesaikan tugas,
82 menyimpan alat permainaan pada tempatnya, atau membuang sampah pada
tempatnya sendiri. Membangun iklim kelas bukanlah sesuatu yang mudah. Hal tersebut juga dirasakan oleh sebagian guru kelompok B di TK AnakQu seperti
pada hasil wawancara berikut: “Kalau kesulitan di Al-A’rof misalnya kita baru bicara nanti ada
yang mengganggu. Biasanya diberitahu,”maaf teman yang lain
baru mendengarkan lho”. Kalau pagi-pagi biasanya murojaah atau bernyanyi bersama supaya tidak mengantuk dan semangat. CW-3-
10
“Kesulitannya kalau di kelas Adz-Dzaariyat memang ada beberapa anak-anak yang spesial terutama satu itu jadi memang harus butuh
sesuatu yang ekstra dan penanganan tersendiri. Kalau yang lainnya kita sudah berusaha untuk membuat anak tertarik dan membuat
kegiatan yang tidak selalu pakai kertas
”. CW-4-10 “Terkadang ada kalau misalnya anak-anak ada yang mengobrol
sendiri atau capek. Kalau pagi anak-anak masih terbawa suasana rumah seperti ngantuk, kadang masih lemas, dan belum semangat.
Biasanya kalau pagi saya ajak untuk bercerita tentang kisah anak- anak dirumah seperti sarapan pakai apa, bangun jam berapa, sholat
atau tidak, tadi diantar siapa, tadi nangis atau tidak dan lain-lain. Kemudian diselingi dengan tepuk dan bernyanyi terlebih dahulu,
baru murojaahnya
”. CW-5-10 Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala
dalam membangun iklim kelas seperti anak menyela saat guru sedang berbicara, terdapatnya anak spesial terlalu aktif fisik motoriknya yang terkadang perlu
penanganan tersendiri, anak mengobrol sendiri, anak lelah, anak mengantuk, dan anak belum semangat. Hal yang dilakukan guru untuk menanganinya adalah
dengan memberi peringatan kepada anak, mengajak anak bernyanyi, bergerak, dan tepuk-tepuk, membuat anak tertarik dengan membuat kegiatan yang
menyenangkan, serta mengajak anak untuk menceritakan kisahnya di rumah.
83 Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang sudah
dideskripsikan di atas, persiapan pengelolaan kelas pada kelompok B di TK AnakQu dilakukan dengan pengelolaan kelas secara fisik. Perencanaan
pembelajaran di TK AnakQu dengan membuat Promes, RKM, dan RKH yang mengacu pada Permendiknas nomor 58 tahun 2009 dan tujuh nilai yang ingin
dicapai oleh KB TK AnakQu. Persiapan pembelajaran sehari-hari dilakukan dengan mempersiapkan alat, bahan, dan media sesuai dengan materi pembelajaran
yang telah disusun dalam RKH. Pengaturan waktu setiap harinya juga diperhatikan. Pembagian waktu di TK AnakQu yaitu pemanasan ± 15 menit,
kegiatan awal ± 45 menit, sholat dhuha ± 15 menit, snack time ± 15 menit, istirahat ± 30 menit, kegiatan inti ± 60 menit, makan siang ± 30 menit dan
kegiatan penutup ± 30 menit. Seluruh total jam setiap harinya yaitu 240 menit pada hari Senin-
Kamis dan 180 menit pada hari Jum’at. Meskipun waktu sudah diatur sedemikian rupa, tetapi pelaksanaannya fleksibel tergantung situasi dan
kondisi anak serta kegiatan yang dilaksanakan. Pengaturan ruang kelas di TK AnakQu dengan memyediakan ruang kelas yang memadai, mengatur tempat
duduk secara fleksibel, serta mengatur perabot dan alat permainan pada loker. Guru juga selalu berusaha membangun iklim kelas dengan berbicara ramah,
membimbing anak, menolong anak, dan memecahkan tanggung jawab. b.
Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Pelaksanaan pengelolaan kelas pada kelompok B di TK AnakQu sudah
memenuhi prinsip pengelolaan kelas yang terdiri dari hangat dan antusias, prinsip tantangan dengan meningkatkan gairah belajar anak, bervariasi dalam intonasi
84 suara dan variasi dalam pembelajaran, keluwesan dalam mengubah strategi
mengajar, penekanan pada hal-hal positif dan penanaman disiplin diri. Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran, guru menerapkan
pendekatan elektis atau pluralistik yaitu menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif guru dalam memilih berbagai pendekatan berdasarkan
situasi yang dihadapinya. Guru menggunakan berbagai pendekatan sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang muncul. Hal tersebut diperkuat dengan
hasil wawancara berikut: “Variasi ya, tetapi yang jarang dilakukan itu pendekatan ancaman.
Pendekatan lainnya itu biasanya digabung-gabung misalnya kapan kita
menggunakan pendekatan
pembelajaran, kekuasaan,
kebebasan. Terkadang anak kan dibebaskan tetapi tidak terus- terusan
”. CW-2-12 “Ada saatnya kita disiplin dan ada saatnya santai. Kalau ada anak
yang mengganggu biasanya ada temennya sendiri yang mengingatkan.
…”. CW-3-12 Salah satu pelaksanaan pengelolaan kelas dilakukan dengan mengatur
peserta didik. Pengaturan peserta didik terutama pada kelas TK tidak boleh dianggap remeh. Perlu tindakan preventif pencegahan dan korektif dalam
mengatur peserta didik. Hasil observasi menunjukkan bahwa tindakan preventif yang sudah dilakukan guru adalah dengan bersikap demokratis, stabil, hangat,
terbuka, kepribadian nampak harmonis dan berwibawa. Selain itu guru juga memperhatikan kebutuhan, keinginan, dan dorongan peserta didik, serta
menerapkan berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas. Hal yang paling sering dilakukan adalah menciptakan tata tertib seperti pada hasil wawancara berikut:
“Ada semacam tata tertib atau peraturan yang disepakati dan diumumkan sebelumnya. Misalnya nanti sebelum wudhu anak-
85 anak berdoa dulu, tidak boleh lari-lari, solatnya berjamaah, atau
kalau sedang main tidak boleh berebut ”. CW-2-13
“Pada awal pembelajaran biasanya ada tata tertib di kelas, kalau di Al-
A’rof itu boleh apa, yang tidak boleh apa. Biasanya mereka yang membuat sendiri karena tahu yang benar mana yang salah
mana. Contoh lainnya diberitahu pandangan terlebih dahulu akibat dari tidak berhati-hati, nanti mereka memilih sendiri
”. CW-3-13 Tata tertib dibuat oleh guru bersama anak-anak sehingga tidak ada unsur
paksaan. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan catatan lapangan berikut: “Sebelum keluar kelas untuk makan siang, Miss April dan anak-
anak membuat peraturan saat makan siang yaitu sebelum makan harus cuci tangan terlebih dahulu, makanannya dihabiskan,
membereskan sendiri piring dan sendoknya sendiri, kemudian gosok gigi, lalu wudhu. Setelah anak-anak menyetujui, mereka
langsung menuju ke ruang makan untuk makan siang. Menu makan siang kali ini adalah nasi, sop dan nugget. Setelah selesai
makan, mereka langsung gosok gigi dan wudhu secara mandiri
”. CL-5-06
Apabila terdapat tingkah laku anak yang mengganggu proses
pembelajaran, guru menggunakan tindakan korektif supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan kembali dengan cara memberi peringatan, memfokuskan anak
kembali, memisahkan anak dengan teman lainnya, atau menggunakan kursi diam seperti pada hasil wawancara berikut ini:
“Kalau disini, kita ingatkan. Kalau memang sekali duakali anak tidak bisa diingatkan dengan lisan yang halus, mau tidak mau kita
pisahkan dengan teman-teman yang lainnya. Atau misal anak-anak sudah tidak fokus, kita beri tepuk-
tepuk atau lagu”. CW-4-14 “Dulu kita pernah membuat kesepakatan dengan anak. Apabila
diingatkan belum berhasil, kita memberikan sanksi dengan menggunakan kursi diam sekitar 5 menit. Kalau anak sudah siap
dengan pembelajaran, baru boleh duduk dan ikut lagi
”. CW-5-14 Pelaksanaan pengelolaan kelas selain pengaturan peserta didik yang perlu
diperhatikan adalah penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar. Guru sudah
86 menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian
kelompok, memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, dan memberi penguatan kepada anak. Pengembalian kondisi belajar yang dilakukan guru
apabila terdapat gangguan saat proses pembelajaran adalah memodifikasi tingkah laku anak dengan cara mengajarkan perilaku baru dengan contoh, memberi
penguatan positif, dan mengurangi perilaku anak dengan peringatan atau teguran. Guru juga mengelola kelompok seperti pada catatan lapangan berikut:
“…Kegiatan menggunting dan mengelompokkan tersebut dilakukan secara berkelompok 2-3 anak. Kelompok tersebut
ditentukan Miss April dan Miss Tanti dengan mempertimbangkan anak-anak yang sudah lancar dengan yang belum terlalu lacar
membaca. Guru membimbing sebagian anak dalam mengerjakan terutama pada kegiatan penjumlahan
….”. CL-4-6 Permasalahan di kelas atau di luar kelas akan selalu ada meskipun
pengelolaan kelas sudah dipersiapkan sedemikian rupa seperti pada hasil wawancara berikut:
“Kebanyakan permasalah peserta didik misalnya anak yang tidak mendengarkan atau mengganggu temannya, dan tidak fokus. Kalau
dari segi lingkungan seperti anak kelas lain mengintip dari luar, itu tidak terlalu mengganggu
”. CW-2-16 Hasil wawancara berikut menunjukkan bahwa permasalahan yang kerap
timbul yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas adalah berasal dari anak seperti pada catatan lapangan berikut:
“…Saat istirahat berlangsung, Rizky melapor kepada guru kalau ada Nadhif, Raihan, Alvis dan Khairo bertengkar di playground.
Miss Yanu dan saya segera menuju ke playground untuk melerai karena Nadhif menangis sambil mendorong Khairo. Miss Yanu
bertanya kepada Rizky apa yang terjadi dan disebabkan karena apa. Setelah Nadhif dan Raihan menjelaskan, Miss Yanu
memberitahu bahwa alat permainan boleh dipakai tetapi harus bergantian dan berbagi dengan yang lainnya. Kemudian mereka
87 saling minta maaf dan bersalaman. Anak-anak pun bermain bebas
kembali ”. CL-4-05
Permasalahan tersebut melibatkan beberapa anak. Tindakan yang diambil
guru adalah melerai terlebih dahulu. Guru bertanya kepada beberapa pihak untuk dimintai keterangan. Setelah mengetahui penyebabnya, guru memberi nasihat
kepada anak-anak. Kemudian anak-anak saling meminta maaf dan bermain bersama kembali. Permasalahan yang melibatkan lebih dari satu anak memang
kerap terjadi dan guru mengambil beberapa solusi seperti pada hasil wawancara berikut:
“Biasanya anak-anak menyelesaikan sendiri. Kita hanya mengarahkan saja, apa yang terjadi dan bagaimana jalan ceritanya.
Meminta anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri di luar kemudian boleh masuk kelas setelah masalahnya selesai juga
kadang bisa seperti itu
”. CW-3-15 “Misalnya ada anak berantem tetapi kita tidak melihat secara
langsung, kita tanya dua-duanya kronologi seperti apa. Nanti kita cek, sama tidak kronologinya yang sudah diceritakan kedua anak.
Kalau misalnya tidak sama, kita lihat anaknya yang biasa jujur yang mana. Baru kita keluarkan hadits yang sudah dipelajari anak-
anak seperti larangan marah dan saling memaafkan. Biasanya mereka langsung maaf-maafan.Kalau kita lihat secara langsung,
otomatis kita stop kemudian lihat siapa yang salah dan kita minta untuk langsung minta maaf sementara korbannya kita biasakan
untuk cepat memaafkan
”. CW-4-15 Tindakan guru terhadap konflik yang terjadi antar anak adalah dengan
melerai, bersikap netral, bertanya tentang kronologinya, mencari akar permasalahan, mengembalikan kepada anak bagaimana penyelesaiannya,
memberi solusi dan nasihat untuk saling memaafkan. Kalau tidak ada guru, biasanya anak bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri misalnya dengan
langsung meminta maaf atau dengan cara lain karena mereka sudah terbiasa dan
88 sering mendapatkan pembelajaran tentang saling memaafkan atau tentang
bagaimana mencari pemecahan masalah. Permasalahan yang terjadi selain anak adalah kesulitan mencari alat
peraga untuk materi yang susah dijelaskan dan mencari bahan ajar seperti bahan alam karena penyimpanannya membutuhkan penanganan khusus. Hal tersebut
diperkuat dengan hasil wawancara berikut: “Iya, kadang saya agak kesulitan ketika harus mencari alat peraga
untuk materi yang susah dijelaskan ke anak misalnya mencari kata- kata yang sejenis, mencari suku kata yang sama, mengikuti
kalimat, atau mencari kata-kata dengan symbol huruf di
lingkungan sekitar. ..”. CW-5-04 “…Tetapi kadang gini, bahan ajar yang misal kita butuh bahan
alam untuk kegiatan mozaik biji-bijian, terkadang kita tidak punya stok. Kita masih kesusahan dalam hal penyimpanannya karena
bahan-bahan seperti tiu cepat lapuk
”. CW-4-09 Solusi yang diambil guru adalah memberi memanfaatkan fasilitas yang
ada di sekolah semaksimal mungkin seperti pada hasil wawancara berikut: “Pemanfaatan fasilitas kelas dimanfaatkan semaksimal mungkin
supaya dapat menunjang kelancaran pembelajaran ”. CW-2-09
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang sudah
dideskripsikan, pelaksanaan pengelolaan kelas pada kelompok TK AnakQu dilakukan dengan pengaturan peserta didik baik melalui tindakan preventif
pencegahan maupun tindakan korektif. Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang dilakukan guru adalah dengan menunjukkan sikap tanggap, membagi
perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, dan memberi penguatan. Sedangkan pengembalian kondisi belajar
yang dilakukan guru adalah dengan memodifikasi tingkah laku, mengelola
89 kelompok, serta menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah. Meskipun terdapat permasalahan seperti konflik antar anak atau kesulitan mencari alat peraga dan bahan ajar, namun guru dapat mampu mencari
beberapa solusi. Solusi yang diambil guru adalah memberi nasihat atau meminta anak memecahkan konflkik sendiri, serta memanfaatkan fasilitas sekolah dengan
maksimal. c.
Evaluasi Pengelolaan Kelas Evaluasi pengelolaan kelas pada kelompok B di TK AnakQu dilakukan
melalui penelusuran, pengecekan, pencarian, dan penyimpulan. Guru melakukan penelusuran untuk mengetahui apakah pengelolaan kelas yang sudah dilaksanakan
sudah sesuai dengan harapan atau belum. Guru juga menelusuri kekurangan atau hambatan yang muncul saat pengelolaan kelasnya. Tidak hanya guru, kepala
sekolah juga turut masuk ke kelas-kelas untuk menelusuri hambatan atau kekurangan yang mungkin terjadi seperti pada hasil wawancara berikut:
“Kalau evaluasi guru itu biasanya setiap minggu dua kali, hari Selasa dan Jum’at untuk membahas apa saja kekurangan dalam
mengajar. Biasanya juga Miss Catur Kepala Sekolah masuk ke kelas-kelas mengamati, kemudian apabila terdapat kekurangan
nanti disampaikan saat evaluasi”. CW-3-18 Apabila guru menemukan kekurangan dari proses penelusuran, guru
melakukan pengecekan dengan intropeksi diri, membandingkan RKH dengan kegiatan yang sudah berlangsung, ataupun berdiskusi dengan partner di kelas
seperti pada hasil wawancara berikut: “Kalau evaluasi biasanya saya lihat di RKH terlebih dahulu,”oh ini
tadi penyampaiannya seperti ini tapi kok anak-anak seperti ini. Berarti besok pas penyampaian kita rubah caranya”. Selain itu kita
evaluasi tentang tersampaikan atau tidaknya materi, dan anak
90 menangkap materi atau tidak…. Evaluasi dengan partner di kelas
juga sering. Misalnya,”anak ini kok gini ya?”. Kita lebih sering berbincang-bincang juga tentang masalah anak
”. CW-4-18 “Kalau pas saya RKH, biasanya saya lihat,”Oh hari ini lumayan
terkon disikan”. Kalau misal saya terjebak dalam kesulitan
mengatur anak sehingga saya sedikit lebih emosi,”Oh minggu depan tidak boleh seperti itu lagi”. Kalau ada hal-hal yang tidak
bisa saya tangani sendiri, saya konsultasikan juga dengan Miss April
…”. CW-5-18 Pengecekan dibutuhkan untuk mengetahui faktor penyebab dari hambatan
atau kekurangan dalam pengelolaan kelas. Kepala sekolah terkadang masuk ke kelas-kelas untuk mengamati dan kemudian disampaikan saat evaluasi apabila
terdapat kekurangan dalam mengajar. Kepala sekolah juga sering bertanya kepada guru tentang kejadian apa saja yang ada di kelas, perkembangan anak,
perkembangan hafalan anak-anak dan guru, kekurangan atau permasalahan yang ditemui saat pembelajaran, dan membahas agenda terdekat. Hal tersebut
dibuktikan dengan catatan lapangan berikut: “… Selain itu, kepala sekolah bertanya pada guru bagaimana
perkembangan anak dalam hafalan serta permasalahan yang ada di kelas. Pada kali ini terdapat salah satu anak di kelas Adz-Dzaariyat
yang banyak melakukan gangguan, kemudian banyak yang menyarankan untuk lebih telaten dalam mendidiknya
”. CL-1-08 Evaluasi secara bersama tersebut dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at.
Hal mengenai pengecekan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara berikut: “Setiap evaluasi bersama, Miss Catur juga sering bertanya,”ada
hal luar biasa tidak yang terjadi di kelas? perkembangan hafalannya sudah sampai mana?…”.CW-5-18
Hambatan atau kekurangan dalam pengelolaan kelas yang sudah di
evaluasi tersebut harus segera dicari solusi dan penyelesaiannya dengan cara pencarian. Guru mencari solusi setiap harinya dengan mencari alternatif-alternatif
91 pemecahan masalah. Guru juga sering berdiskusi dengan partner di kelas untuk
mencari solusi. Pencarian solusi dengan evaluasi bersama dilakukan dengan berdiskusi antar kepala sekolah dan seluruh guru seperti pada hasil wawancara
berikut: “Permasalahan yang disampaikan guru kita beri solusi misalnya
lebih variatif dalam pembelajaran sehingga tidak monoton dan supaya lebih kompetitif antar kelas sehingga para miss-miss lebih
kreatif lagi
”. CW-1-10 “Kalau evaluasi secara keseluruhannya, biasanya kita ada evaluasi
bersama Miss-Miss semua kalau sudah selesai pembelajaran. Kalau evaluasi RKH biasanya pas kepala sekolah ngecek tiap
bulann
ya, biasanya,”ini kok kelas ini RKHnya seperti ini ya? Kok ada yang tidak terlaksana kenapa? Kemudian masukan dari Miss-
Miss yang jadi solusiny a”. CW-4-18
Setelah solusi diambil dan diterapkan, proses selanjutnya yaitu
menyimpulkan. Guru dan kepala sekolah memantau kemudian menyimpulkan keberhasilan dan keefektifan solusi yang sudah diambil. Apabila solusi tersebut
masih belum berhasil menangani hambatan, maka perlu dicari solusi alternatif lainnya.
Evaluasi pengelolaan kelas pada kelompok B di TK AnakQu secara keseluruhan dilakukan dengan menelusuri kesesuaian harapan dalam pengelolaan
kelas. Pengecekan secara individu dilakukan dengan intropeksi diri, membandingkan RKH dengan kegiatan yang sudah terlaksana, maupun dengan
mencari informasi dengan berdiskusi bersama partner di kelas. Sedangkan pengecekan oleh kepala sekolah dilakukan dengan mengamati ke kelas-kelas
untuk kemudian disampaikan saat evaluasi apabila terdapat kekurangan. Kekurangan atau hambatan tersebut kemudian dicari solusinya. Langkah terakhir
92 adalah menyimpulkan tingkat pencapaian pengelolaan kelas apakah hari ini sudah
lebih baik dari pengelolaan kelas yang kemarin.
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Penerapan Pengelolaan