Pengaruh keaktifan dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan prisma dan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang tahun pelajaran 2014/2015.

(1)

ABSTRAK

Ana Karisma Adi Purwito. 2015. Pengaruh Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan prisma dan limas di kelas VIII SMP Kemasyarakatan Kalibawang (2)pengaruh model pembelajaran siswa terhadap keaktifan siswa(3) pengaruh keaktifan siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (4) pengaruh motivasi siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kuesioner motivasi belajar, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Sedangkan validitas butir dengan uji coba. Butir soal tidak valid maka dilakukan revisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,78 dan berdasarkan opini sebesar 0,82, sedangkan reliabiltas tes hasil belajar sebesar .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II telah dan dapat berjalan dengan baik dengan rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 89,29% (2) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap keaktifan. Ini terlihat dengan meningkatnya banyaknya siswa yang aktif (3)pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 22,66%(4)pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 7,69%.


(2)

ABSTRACT

Ana Karisma Adi Purwito. 2015. The Influence of Students’ Participation and Learning Motivation towards The Students’Learning Achievement on The

Topic of Prism and Pyramid Using Cooperative Learning Type Jigsaw II in grade VIII of SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Thesis. Mathematic Education Study Program, Mathematic and Science Education Departement, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to determine (1) the achievement of the indicator of mathematics learning using cooperative learning type Jigsaw II on the topic of prism and pyramid in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School (2) the influence of cooperative learning type Jigsaw II towards student’s participation (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II (4) the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II.

The method used is descriptive qualitative and quantitative. The subject of this study are the the students in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School. This study use some instruments such as observation sheets of Lesson Plan (RPP), motivation questionnaire sheets, and the students’ achievement test. The content validity is obtained through the expert test. Test of validity. The validity of the content is gotten from the lecturer and the the teacher of the subject. Whereas, the validity of the questions is gotten by doing test. The revision will be done if the questions are not valid. Realiability of the learning motivation questionnaire that based on the fact is about 0,78 and based on the pinion is about 0,82, while the reliability of the learning out come tests is about 0,78.

The result shows that (1) the implementation of cooperative learning type Jigsaw II has and can run well with the average percentage of Lesson Plan is about 89,29% (2) cooperative learning type Jigsaw II influence the student’s liveliness. It is shown by the increasing of the number of students who are active (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement is about 22,66% (4) the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement is about 7,69%.


(3)

1

PENGARUH KEAKTIFAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PRISMA DAN

LIMAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS VIII SMPK

KEMASYARAKATAN KALIBAWANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

ANA KARISMA ADI PURWITO NIM : 111414050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH KEAKTIFAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PRISMA DAN

LIMAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS VIII SMPK

KEMASYARAKATAN KALIBAWANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

ANA KARISMA ADI PURWITO NIM : 111414050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Akan ada akhir yang indah dari sebuah perjuangan.

Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi anda rasakan dalam semenit, sehari atau setahun. Namun, jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya.

(Lance Amstrong)

Dengan kerendahan hati dan penuh syukur skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu member kekuatan, menyertai dan menuntun setiap langkahku; Kedua orangtuaku : Bapak M. Sugiyanto dan Ibu F.F Astanti yang selalu mendoakan, mendukung dan memberi semangat. Kakak-kakakku dan adik-adikku: mbak Vita, mas Wawan, mbak Tami, mas Daud, mas Ardi, Tutur, Agung, Sapto, Tian, Angga yang selalu menjadi penyemangatku; Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan dan semangat.


(8)

(9)

vi vi


(10)

vii ABSTRAK

Ana Karisma Adi Purwito. 2015. Pengaruh Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan prisma dan limas di kelas VIII SMP Kemasyarakatan Kalibawang (2)pengaruh model pembelajaran siswa terhadap keaktifan siswa(3) pengaruh keaktifan siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (4) pengaruh motivasi siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kuesioner motivasi belajar, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Sedangkan validitas butir dengan uji coba. Butir soal tidak valid maka dilakukan revisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,78 dan berdasarkan opini sebesar 0,82, sedangkan reliabiltas tes hasil belajar sebesar .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II telah dan dapat berjalan dengan baik dengan rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 89,29% (2) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap keaktifan. Ini terlihat dengan meningkatnya banyaknya siswa yang aktif (3)pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 22,66%(4)pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 7,69%.


(11)

viii ABSTRACT

Ana Karisma Adi Purwito. 2015. The Influence of Students’ Participation and Learning Motivation towards The Students’Learning Achievement on The Topic of Prism and Pyramid Using Cooperative Learning Type Jigsaw II in grade VIII of SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Thesis. Mathematic Education Study Program, Mathematic and Science Education Departement, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to determine (1) the achievement of the indicator of mathematics learning using cooperative learning type Jigsaw II on the topic of prism and pyramid in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School (2) the influence of cooperative learning type Jigsaw II towards student’s participation (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II (4) the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II.

The method used is descriptive qualitative and quantitative. The subject of this study are the the students in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School. This study use some instruments such as observation sheets of Lesson Plan (RPP), motivation questionnaire sheets, and the students’ achievement test. The content validity is obtained through the expert test. Test of validity. The validity of the content is gotten from the lecturer and the the teacher of the subject. Whereas, the validity of the questions is gotten by doing test. The revision will be done if the questions are not valid. Realiability of the learning motivation questionnaire that based on the fact is about 0,78 and based on the pinion is about 0,82, while the reliability of the learning out come tests is about 0,78.

The result shows that (1) the implementation of cooperative learning type Jigsaw II has and can run well with the average percentage of Lesson Plan is about 89,29% (2) cooperative learning type Jigsaw II influence the student’s liveliness. It is shown by the increasing of the number of students who are active (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement is about 22,66% (4) the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement is about 7,69%.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan limpahan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak sekali bantuan baik materi maupun non materi yang diberikan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, diantaranya :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; 2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan IPA;

3. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika; 4. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik;

5. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu dalam penyusunan skripsi ini;

6. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing, membantu dan memberikan ilmu selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma;


(13)

x

7. Ibu Y. Puji Rahayu, S.Pd., selaku kepala SMPK Kemasyarakatan Kalibawang yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian;

8. Ibu Susana Tri Indaryati, S.Pd., selaku guru bidang studi matematika di SMP Kemasyarakatan Kalibawang yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;

9. Siswa-siswi kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang yang telah membantu dan bersedia bekerjasama selama penelitian berlangsung;

10.Kedua orangtuaku tercinta, mbak Vita, mas Wawan, mbak Tami, mas Daud, mas Ardi, Tutur, Agung, Sapto, Tian, Angga yang selalu mendoakan, memberi semangat, dan memberi dukungan baik materi maupun non materi;

11.Sahabat-sahabatku Veni, Naldis, Reta, Pebri, Singgih, Neri, Kristyantari yang telah membantu serta selalu memberi dorongan dan semangat;

12.Teman-temanku Imak, Elisa, Asih, Orin, Fransis, mbak Sita, Vita, Vivin, bang Yos, mas Abi, Yupek, Manda, Patrik, Niken, Rosi, Igor untuk dukungannya; 13.Perkumpulan Dharma Putri yang telah membantu dan memberi dukungan baik

materi maupun non materi.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 5 Agustus 2015 Penulis


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN………..…...iii

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA………...vi

ABSTRAK………..vii

ABSTRACT………...………..………viii KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR………..……….xv

DAFTAR TABEL………..xvi DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah...………..………5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian………..…….……….6

F. Batasan Istilah ... 7

G. Manfaat Hasil Penelitian ... 8


(15)

xii

A. Belajar ... 10

B. Pembelajaran Kooperatif…………...……….17

C. Motivasi ... 30

D.Keaktifan Belajar ... 35

E. Hasil Belajar...…….………….……….………..…………..40

F. Penelitian Terdahulu ... 42

G. Materi Pembelajaran ... 43

H. Kerangka Berpikir………...……….………..51

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 53

A. Jenis Penelitian ... 53

B. Subyek dan Objek Penelitian………...………..53

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 54

D.Variabel Penelitian ... 55

E. Instrumen Penelitian………...………..…...….……….56

1. Instrumen Pembelajaran……….………56

2. Instrumen Motivasi Siswa………..57

3. Instrumen Keaktifan………...57

4. Instrumen hasil Belajar………...58

F. Teknik Pengumpulan Data... 58

1. Observasi…...……….58

2. Tes…………..………59

3. Wawancara……….59


(16)

xiii

1. Validitas………...………..59

2. Reliabilitas………..61

3. Uji Coba Instrumen……….………...61

H. Metode Analisis Data..………...………...65

1. Kelayakan Analisis……...………..65

2. Analisis Keterlaksanaan RPP……….65

3. Analisis Data Keaktifan Siswa………...66

4. Analisis Data Motivasi Siswa………67

5. Analisis Data Hasil Belajar Siswa………..68

6. Analisis Korelasi………68

7. Regresi Linear………69

BAB IVANALISIS KELAYAKAN, DESKRIPSI DATA DAN INFERENSI ... 71

A. Kelayakan Analisis... 71

B. Deskripsi Data…….…………...………..………..71

1. Metode Pembelajaran……….72

2. Keaktifan………72

3. Motivasi Belajar………..………...75

4. Hasil Belajar………...78

C. Inferensi ... 82

Korelasi……...………..82

D.Regresi Linear ... 85

E. Pembahasan………...………...……….88 1. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Keaktifan …………...88


(17)

xiv

2. Korelasi Antara Keaktifan TerhadapHasil Belajar………...88

3. Korelasi Antara Motivasi Terhadap Hasil Belajar………...88

4. Regresi Linear………...89

F. Pendalaman Analisis ... 89

BAB V KESIMPULAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran…...………...………....………..………….…101


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR DAN HISTOGRAM

Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow………..32

Gambar 2.2 Prisma Tegak………...44

Gambar 2.3 Jaring-jaring Prisma Segitiga………..45

Gambar 2.4 Jaring-jaring Prisma Segiempat….………..45

Gambar 2.5 Jaring-jaring Prisma Segilima.………..……..46

Gambar 2.6 Prisma tegak Segitiga………..46

Gambar 2.7 Prisma Tegak……….………..……..………..47

Gambar 2.8 Jaring-jaring Limas Segitiga……….……..49

Gambar 2.9 Jaring-jaring Limas Segiempat………49

Gambar 2.10 Limas Segiempat……….50

Gambar 2.11 Kubus………...50

Gambar 2.12 Bagan Kerangka Berpikir………52

Histogram 4.1 Distribusi Frekuensi Data Keaktifan Siswa……….75

Histogram 4.2 Distribusi Frekuensi Data Motivasi Siswa………..78

Histogram 4.3 Distribusi Frekuensi DataHasil Belajar………...81 Gambar 4.4 Grafik Regresi Linear Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar….87


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif………..20

Tabel 2.2 Poin Kemajuan…………...………..………..…....29

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok………29

Tabel 3.1 Kisi-kisi Motivasi Belajar………...…………..57

Tabel 3.2 Validitas Tes Hasil Belajar…………...……….62

Tabel 3.3 Validitas Kuesioner Motivasi Berdasar Fakta……...………...…….63

Tabel 3.4 Validitas Kusioner Motivasi Berdasar Opini………...63

Tabel 3.5 Katagori Keterlaksanaan RPP………...…………65

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi Berdasar Fakta………...67

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi Berdasar Opini…………...……..68

Tabel 4.1 Data mentah Keterlaksanaan RPP……….72 Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Keaktifan Siswa………...73 Tabel 4.3 Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa………74

Tabel 4.4 Data mentah Skor KuesionerMotivasi...………75

Tabel 4.5 Frekuensi data kuesioner motivasi belajar siswa…..………...77

Tabel 4.6 Data Mentah Skor Hasil Tes Evaluasi………...……....78


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A

Silabus……….104

Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP).………109

Lembar Kerja Siswa………117

Kuesioner Motivasi………..121

Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP………..125

Lembar Pengamatan Keaktifan………...127

LAMPIRAN B Kuis……….131

Tes hasil belajar………..136

LAMPIRAN C Validitas Pakar………140

Validitas butir soal dan kusioner……….146

Reliabilitas ………..164

LAMPIRAN D Perhitungan Korelasi………....173


(21)

xviii LAMPIRAN E

Contoh hasil pengamatan pembelajaran………..184

Contoh hasil pengamatan keaktifan……….188

Contoh hasil kuesioner……….195

Contoh hasil pekerjaan siswa………...203

LAMPIRAN F Skor perhitungan Perkembangan tim...210

Foto-foto penelitian...211

LAMPIRAN G Surat ijin penelitian...213


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam pendidikan itu terjadilah proses belajar yang dapat menambah pengetahuan. Belajar adalah proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya (Slameto, 2013:2). Lebih jelasnya belajar adalah proses interaksi antara individu dan individu, individu dengan pengajar dan individu dengan lingkungannya untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, oleh karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam belajar (Slameto, 2013:2). Belajar bukan hanya sekedar menghafal. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.

Sekolah merupakan salah satu tempat belajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu siswa dan guru. Perilaku guru adalah mengajar dan siswa adalah belajar. Sedangkan mengajar dilukiskan sebagai proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap yang benar-benar


(23)

dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih guru itu hendaknya relevan dimiliki siswa. Dengan demikian mengajar adalah untuk melihat bagaimana proses belajar berjalan (Herman Hudoyo,1980:18). Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari, bertanya, menalar dan bahkan mendebat. Guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa (Slameto, 2013:30). Karenanya guru harus dengan aktif mencari hal-hal yang dapat digunakan untuk merangsang dan membangkitkan minat siswa. Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar-mengajar seperti memilih metode yang tepat dan efektif dalam pembelajaran. Cara penyajian bahan pelajaran yang menarik akan membuat siswa tertarik untuk belajar dan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah sikap dan motivasi. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap adalah kesediaan untuk merespon terhadap suatu situasi (Slameto, 2013:188). Sikap siswa dalam menerima pelajaran sangat beragam. Menurut Oemar Malik (dalam Saiful Bahri, 2011:148) motivasi adalah suatu perubahan energi di


(24)

dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.

Berdasarkan observasi di kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menyampaikan materi. Pembelajaran di awali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan berlangsung. Hal ini bertujuan agar membangkitkan semangat belajar dan rasa ingin tahu siswa. Dalam menyampaikan materi, guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu dalam pemahaman konsep. Hal ini dilakukan guna membangkitkan partisipasi aktif dari siswa. Namun, tak banyak siswa yang merespon dan menjawab pertanyaan dari guru. Beberapa siswa menjawab dengan suara yang pelan dan nampak tidak percaya diri dengan jawabannya. Rata-rata siswa yang aktif selama tiga kali observasi yaitu sebesar 18,75%.

Dalam proses pembelajaran, guru memberikan latihan soal. Latihan soal diberikan bertujuan agar para siswa lebih memperdalami materi yang diberikan. Kebanyakan siswa takut bertanya kepada guru ketika mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan latihan soal tersebut. Namun, ada


(25)

juga siswa yang tidak mengerjakan latihan soal yang diberikan. Mereka asyik bergurau dengan teman sebangkunya. Di saat guru menjelaskan pun, terkadang cenderung tidak memperhatikan. Dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa rendah. Selain latihan soal, guru juga memberikan pekerjaan rumah agar siswa mendapat banyak kesempatan untuk latihan soal. Pekerjaan rumah selalu dibahas bersama-sama.

Sikap siswa saat proses pembelajaran beragam. Ada beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan guru akan tetapi siswa belum menunjukkan sikap aktif dalam pembelajaran. Beberapa siswa kurang antusias saat pembelajaran berlangsung. Mereka gaduh, bercanda dengan teman-temannya dan tidak fokus dalam pembelajaran. Kesiapan mereka dalam menerima pembelajaran matematika juga kurang. Ini terlihat ketika pelajaran akan dimulai. Kebanyakan siswa belum menyiapkan buku-buku yang digunakan.

Sepanjang perjalanannya proses pembelajaran tidak sepenuhnya mengalami kemajuan melainkan ada kendala-kendala yang harus dihadapi. Pembelajaran di SMPK Kemasyarakatan Kalibawang belum menunjukkan siswa yang aktif. Siswa kurang antusias terhadap pembelajaran dan motivasi belajar siswa rendah. Oleh karena itu diperlukan model mengajar yang lain yang dapat menumbuhkan sikap aktif dan motivasi yang tinggi pada diri siswa. Menumbuhkan sikap aktif dari diri siswa dapat disiasati dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif


(26)

tipe Jigsaw II merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan diyakini mampu mengaktifan siswa. Itulah sebabnya peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh keaktifan dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Kemasyraktan Kalibawang pada topik bahasan prisma dan limas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran berpusat pada guru.

2. Siswa kurang aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. 3. Beberapa siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.

4. Rendahnya konsentrasi siswa untuk mendengarkan instruksi dan penjelasan dari guru saat diminta untuk mengerjakan latihan soal.

5. Beberapa siswa mengalami kesulitan saat mengerjakan latihan soal. 6. Motivasi belajar yang rendah.

7. Beberapa siswa yang lebih membuat kegaduhan di dalam kelas.

C. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka penelitian ini dibatasi pada masalah mengenai pengaruh keaktifan dan motivasi siswa


(27)

terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang pada topik bahasan prisma dan limas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan prisma dan limas di kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang?

2. Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap keaktifan siswa?

3. Adakah pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

4. Adakah pengaruh motivasi siswa terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan prisma dan limas di kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang


(28)

2. Mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap keaktifan belajar siswa.

3. Mendeskripsikan pengaruh keaktifan siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

4. Mendeskripsikan pengaruh motivasi siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Belajar adalah adalah proses interaksi antara individu dan individu, individu dengan pengajar dan individu dengan lingkungannya untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap.

2. Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang diharapkan. 3. Pembelajaran Kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.


(29)

4. Jigsaw II adalah model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan dan masing-masing anggota kelompok ditugaskan menjadi ahli dalam suatu aspek tertentu dari materi tersebut. 5. Keaktifan belajar, keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

6. Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.

7. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Perubahan tersebut dapat berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

G. Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun maanfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai latihan penulisan karya ilmiah. Dalam penelitian ini juga menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan khususnya


(30)

dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga kelak ketika menjadi guru dapat diterapkan dalam pembelajaran.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk lebih kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi, karakteristik siswa dan kondisi pembelajaran. Sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan memotivasi siswa untuk memperhatikan pelajaran. Dengan demikian dapat meningkatkan prestasi siswa.

3. Bagi FKIP Universitas Sanata Dharma

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai khasanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa FKIP program studi pendidikan matematika atau sebagai salah satu referensi dalam menulis tugas akhir yang berhubungan dengan hasil belajar siswa maupun model pembelajaran.


(31)

10 BAB II

LANDASAN TEORI A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2013:2). Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya karena itu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Menurut Gagne (dalam Ratna Wilis, 2011:2), belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Arthur S. Reber (dalam Muhibbin Syah, 2008:66), membatasi pengertian belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah perubahan


(32)

kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup (Eveline Siregar &Hartini Nara, 2010:3). Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut menyangkut perubahan yang berisifat kognitif, psikomotor dan afektif.

Belajar secara umum juga dapat diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto, 2009:16). Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya (Trianto, 2009:12). Jadi, belajar di sini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto, 2009:17).


(33)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi antara individu dan individu, individu dengan pengajar dan individu dengan lingkungannya untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, oleh karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam belajar. Perubahan yang terjadi bersifat relatif menetap.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar

Menurut Muhhibin Syah (2008:144-155), secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal ini meliputi dua aspek yaitu:

1) Aspek Fisiologis ( yang bersifat jasmaniah)

Keadaan jasmani seseorang dapat mempengaruhi semangat dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dapat mempengaruhi konsentrasi belajar seseorang. Kondisi oragan-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi


(34)

kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di dalam kelas.

2) Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah)

Banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas yang diperoleh siswa saat belajar. Namun, di antara faktor-faktor psikologis itu, yang pada umumnya mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:

a) Intelegensi Siswa

Menurut Reber, intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Muhibbin Syah, 2008:147). Tingkat kecerdasan siswa sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa, maka semakin besar peluang siswa untuk berhasil dalam pembelajaran. Sedangkan semakin rendah tingkat kecerdasan siswa, maka semakin kecil peluang untuk berhasil dalam belajar.

b) Bakat siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Setiap orang


(35)

mempunyai bakat masing-masing, yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain. Bakat tersebut berpotensi untuk mencapai prestasi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.

c) Sikap siswa

Sikap merupakan suatu bentuk kesiapan untuk merespon sesuatu dengan cara-cara tertentu. Sikap siswa yang positif seperti mendengarkan, dan merespon, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa.

d) Minat siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi yang memungkinkan siswa untuk giat belajar dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. e) Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.


(36)

Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu: 1) motivasi intrinsik ; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Motivasi belajar yang rendah akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar. b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal ini terdiri dari dua macam yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan anggota keluarga itu sendiri. Sifat dan cara didikan orang tua, keadaan keluarga dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar. Selain keluarga juga lingkungan sekitar tempat tinggal. Ini akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar. Lingkungan sosial sekolah seperti para


(37)

guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

2) Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor dari dalam diri siswa, faktor dari luar dan faktor pendekatan belajar. Faktor dalam diri siswa meliputi faktor jasmaniah dan rohaniah. Faktor dari luar meliputi faktor sosial dan faktor non sosial. Sedangkan faktor pendekatan belajar meliputi metode yang digunakan, media dan sebagainya.


(38)

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang diharapkan (Trianto ,2009:17).

1. Pengertian pembelajaran Kooperatif

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme, di mana teori kontruktivisme memahami belajar sebagai proses pembentukan pengetahuan oleh si pembelajar itu sendiri. Menurut Slavin (dalam Rusman, 2014:201), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Dalam pembelajaran terjadi pertukaran ide dalam suasana nyaman karena pertukaran ide terjadi antar teman sebaya.

Pembelajaran Kooperatif ( cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif ini , guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang


(39)

lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka.

Pembelajaran Kooperatif ( cooperative learning) akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan (Sanjaya, 2006).

2. Unsur-unsur pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif ( cooperative learning),yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.


(40)

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Selain unsur-unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya.Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2009:61-62), adalah sebagi berikut :

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.


(41)

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif (Trianto , 2011:66-67). Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.


(42)

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mnegerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran di mana siswa bekerja di dalam kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen baik prestasi, jenis kelamin, ras dan suku budaya. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dengan teman sekelompoknya, bertanggung jawab dengan keberhasilan belajar seluruh anggota kelompok, dapat mengemukakan pendapat, dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, siswa diberi penghargaan apabila skor kelompok yang didapat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.


(43)

4. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa jenis model pembelajaran koperatif, walaupun prinsip dalam pembelajaran kooperatif tidak berubah, jenis-jenis pembelajaran kooperatif tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD memadukan penggunaan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Model ini dikembangkan berdasarkan metode yang dikembangkan Slavin, di mana sekitar empat atau lima peserta didik yang heterogen berada dalam satu kelompok. Pembelajaran dimulai dengan penyampaian materi pelajaran, biasanya secara ceramah-diskusi. Peserta didik harus mengetahui apa yang akan dipelajari dan mengapa hal tersebut penting untuk dipelajari. Setiap kelompok diberi tugas dan semua peserta didik harus menguasai materi yang diberikan karena berkontribuasi terhadap nilai kelompok. Apabila ada anggota kelompok yang belum kompeten, anggota kelompok yang lain harus berusaha untuk membentunya sampai semua anggotanya menguasai materi yang dipelajari. Keberhasilan peserta didik berdasarkan peningkatan kemampuan, di mana nialai akhir dibandingkan dengan nilai sebelumnya.

2. Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikenal dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada


(44)

permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama yang disebut tim ahli. Tim ahli bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.

3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Strategi belajar kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang. Tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang diajarkan. Setelah itu setiap kelompok mempresentasikan atau memaparkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk saling berbagi dan saling bertukar informasi.

4. TGT (Team Games Tournament)

Model ini dikembangkan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh DeVries dan Slavin, dengan menugaskan kelompok untuk bekerja atau berdiskusi memahami informasi dan latihan sebelum berkompetisi dengan kelompok lainnya dalam turnamen. Tahapan pembelajaran TGT mirip dengan tahapan pembelajaran STAD. Namun, yang membedakan kuis mingguan diganti dengan turnamen. Model ini dapat digunakan untuk


(45)

memotivasi siswa saling membantu dan menguasai kompetensi yang dapat dipertandingkan.

5. NHT (Numbered Head Together)

NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat fase yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (Slavin, 2005:236). Menerut Slavin (2005:236), dalam Jigsaw orisinil, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini bermanfaat untuk membantu para ahli menguasai informasi sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Jigsaw orisinil membutuhkan waktu yang lebih sedikit, bacaannya singkat, hanya satu bagian dari seluruh unit yang harus dipelajari. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah yaitu Jigsaw II. Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi terlebih dahulu.


(46)

Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (dalam Trianto, 2009:74-75)dengan sedikit perbedaan. Dalam Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri dari topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim (Slavin, 2005:237).

Skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan mendapat sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Sehingga, siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugasnya dengan baik. Kunci metode Jigsaw ini adalah : tiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat


(47)

berkinerja dengan baik pada saat penilaian. Oleh karena itu setiap anggota harus bertanggung jawab terhadap pemahaman dan ketuntasan anggota kelompoknya.

Menurut Slavin (2005:238-241) yang harus dipersiapkan sebelum pembelajaran menggunakan Jigsaw II adalah sebagai berikut:

1. Materi

Langkah-langkah membuat materi pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Jigsaw II adalah memilih materi yang akan diajarkan. Setelah itu buatlah sebuah lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini akan membantu siswa di mana perlu berkonsentrasi untuk membaca dan dengan kelompok ahli yang akan bekerja. Buatlah kuis, tes berupa esai atau bentuk penilaian lainnya untuk tiap unit.

2. Membagi siswa dalam tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. 3. Membagi siswa dalam kelompok ahli

Pembagian siswa dalam kelompok ahli dapat dibagi secara acak dalam tiap tim. Namun, alangkah baiknya jika setiap tim ahli terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah.


(48)

4. Penentuan skor awal

Penentuan skor awal dapat di peroleh dari tes kemampuan awal atau hasil nilai akhir siswa.

Siklus regular menurut Slavin (2005:241-244) dari pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yaitu sebagai berikut:

1. Membaca

Kegiatan pertama dalam Jigsaw II adalah mendistribusikan teks dan topik ahli, membagikan tiap topik kepada masing-masing siswa, selanjutnya membaca. Ketika para siswa sudah mempunyai topik mereka, biarkan mereka membaca materi meraka. Atau sebagai alternatifnya, siswa diberi kesempatan untuk membaca terlebih dahulu kemudian baru membagikan topik ahlinya. Ini dapat membantu siswa untuk mendapat gambaran besar sebelum mereka membaca kembali untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan topik mereka. 2. Diskusi Kelompok-ahli

Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau yang disebut kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut. Sementara kelompok ahli bekerja, guru harus meluangkan waktu dengan tiap kelompok secara bergantian. Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan dan meluruskan


(49)

kesalahpahaman, tetapi tidak boleh mengambil alih kepemimpinan dari kelompok tersebut.

3. Laporan Tim

Para siswa kembali dari diskusi kelompok ahli dan bersiap untuk menyampaikan topik mereka kepada teman-teman satu timnya. Ditekankan bahwa para siswa mempunyai tanggung jawab terhadap teman satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik sekaligus juga pendengar yang baik.

4. Tes

Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan.

5. Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Untuk dapat memberikan penghargaan kepada kelompok, setiap kelompok dipantau kemajuannya dengan menggunakan kriteria di bawah ini:


(50)

Tabel 2. 2 Poin kemajuan

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor

awal)

30

Sumber : Rusman (2014:216) Kriteria tingkatan penghargaan yang didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No Rata-rata skor perkembangan

(N)

Kualifikasi

1. -

2. Tim yang Baik (Good Team)

3. Tim yang Baik Sekali (Great Team)

4. Tim yang Istimewa (Super Team)

Sumber : Rusman (2014:216) Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan pembelajaran kelompok dan masing-masing anggota kelompok ditugaskan untuk menjadi ahli dalam suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Pembelajaran dimulai dengan membaca, kemudian para ahli berkumpul menjadi satu untuk membahas topik yang diberikan. Setelah selesai, para ahli kembali ke kelompok asal mereka untuk menyampaikan dan mengajarkan topik mereka ke seluruh anggota kelompok mereka. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab dengan kemampuan dan ketuntasan belajar teman sekelompoknya. Pada akhir pertemuan diberikan kuis yang


(51)

menyangkut topik yang telaha dipelajari saat ini. Kelompok terbaik akan mendapatkan penghargaan.

C. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang artinya menggerakkan. Wloodkowski (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010:49) menjelasakan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut.

Sedangkan Imron (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010:49) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak.

Menurut Suryabrata (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010:49), motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu menurut Cropley (dalam Eveline Siregar & Hartini, 2010:49). Hampir senada, Winkle mengemukakan bahwa motif adalah adanya


(52)

penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan menurut Oemar Malik (dalam Saiful Bahri, 2011:148). Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.

Menurut Eveline Siregar & Hartini (2010:50-51), motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor ekternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional. Motivasi intrinsik dalam realitasnya lebih memiliki daya tahan yang lebih kuat dibandingkan motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi karena faktor ekstrinsik dapat saja justru mengakibatkan daya motivasi individu berkurang. Ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan seorang individu.

Setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (needs) tertentu. Kebutuhan tersebut pada diri manusia senantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkatan yang paling dasar dan secara hirarkis menuju kepada kebutuhan


(53)

yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dipenuhi, maka kebutuhan yang berada pada tingkatan atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator aktif. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan terus-menerus minta dipenuhi. Tingkatan kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (dalam Sukardi, 2014:198) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow

Keterangan:

1. Kebutuhan Fisiologis 2. Kebutuhan Rasa Aman 3. Kebutuhan Kasih Sayang 4. Kebutuhan Diakui

5 4

2

1 3


(54)

5. Aktualisasi diri

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar. Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Agus Suprijono, 2009:163).

Menurut Hamzah B.Uno (dalam Agus Suprijono ,2009:163-164), indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4. Adanya penghargaan dalam belajar.


(55)

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.

Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut, motivasi mempunyai fungsi:

1. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.

2. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Menurut Nana Sudjana (2010), keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam:

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran

b. Semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya


(56)

d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru

e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Dari uraian di atas, motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang tersebut, misalnya dorongan rasa ingin tahu, adanya harapan dan cita-cita masa depan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang., misalnya pemberian hadiah, pemberian pujian, dan faktor-faktor eksternal lainnya. Motivasi yang paling signifikan mempengaruhi belajar adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa atau motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.

D. Keaktifan belajar

1. Pengertian Keaktifan Belajar

Secara harafiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia:17). Aktif mendapat awalan ke- dan –an, sehinggga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kesibukan. Jadi keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah guna


(57)

menunjang keberhasilan dalam belajar. Keaktifan belajar adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran (Dimyanti dan Mudjiyono, 2006). Dalam menggolongkan keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal, yaitu keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Menurut Sagala (2006:158), keaktifan jasmani maupun rohani meliputi:

1. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Peserta didik harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

2. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang menyusun pendapat dan mengambil keputusan.

3. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak sehingga pada suatu saat nanti ia siap menggunakan kembali.

4. Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaknya senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.

2. Jenis-jenis Keaktifan Belajar

Mohammad Ali (1984) membagi jenis keaktifan siswa dalam proses belajar ada delapan aktivitas, yaitu sebagai berikut:


(58)

a. Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah mendengar dan melihat. Apa yang didengar dapat menimbulkan tanggapan dalam ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa seseorang.

b. Melihat, peserta didik dapat menyerap dan belajar 83% dari penglihatannya. Melihat hubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti peraga atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu dengar dan pandang atau yang sering dikenal sebagai alat peraga.

c. Mencium, sebenarnya pengindraan dalam proses belajar bukan hanya mendengar dan melihat tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat memahami perbedaan objek melalui bau yang dapat dicium.

d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk perubahan tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.

e. Meraba, untuk melengkapi pengindraan, meraba dapat dilakukan untuk membedakan suatu benda dengan lainnya.

f. Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses berpikir atau proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan kepadanya, baik secara lisan maupun secara tulisan, serta dari proses


(59)

penginderaan yang lain yang kemudian peserta didik mempersepsi dan menanggapinya. Berdasarkan tanggapnnya, dimungkinkan terbentuk pengetahuan, pemahaman, kemampuan menerapkan prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai. Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah laku kognitif yang dapat dicapai siswa dalam proses belajar mengajar.

g. Menyampaikan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang kompleks ditunjang oleh kegiatan belajar melalui pernyataan atau mengekspresikan ide. Ekspresi ini dapat diwujudkan melalui kegiatan diskusi, melakukan eksperimen, atau melalui proses penemuan melalui kegiatan semacam itu, taraf kemampuan kognitif yang dicapai lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan dengan hanya sekedar melakukan penginderaan.

h. Melakukan latihan: bentuk tingkah laku yang sepatutnya dapat dicapai melalui proses belajar, di samping tingkah laku kognitif, tingkah lak afektif dan psikomotor. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut butuh latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu kegiatan proses belajar yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku psikomotorik dapat dicapai dengan latihan-latihan.

Berdasar beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kegiatan keaktifan peserta didik dalam proses belajar dapat


(60)

dikelompokkan menjadi keaktifan jasmani dan rohani, di mana bentuk dari kedua jenis keaktifan tersebut sangat beragam.

3. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

Nana Sudjana (2010) mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat dalam:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya b. Terlibat dalam pemecahan masalah

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru f. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal

g. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Dari uraian di atas, keaktifan siswa berarti kesibukan atau keterlibatan peserta didik dalam prose belajar mengajar. Keaktifan yang terjadi bermacam-macam seperti mendengarkan, melihat, mengolah ide, menyampaikan ide dan lain sebagainya.


(61)

E. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010:22). Horward Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2010:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.

Menurut Agus Suprijono (2009:5-6), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasikan, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.


(62)

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi , sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom (dalam Agus Suprijono, 2009 : 6-7), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren (dalam Agus Suprijono, 2009:7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,


(63)

hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang setelah ia belajar. Perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Perubahan yang terjadi adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi dapat disebut hasil belajar.

F. Penelitian Terdahulu

Berdasar penelitian terdahalu yang dilakukan oleh Gilang Pangestujati bahwa ada pengaruh antara motivasi dan hasil belajar siswa. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 31,25 % dan selebihnya sebesar 68,75 % dipengaruhi adanya faktor-faktor lain seperti bakat, minat, IQ dan lingkungan. Selain itu berdasar penelitian yang dilakukan Kunny Kunhertanti, bahawa keaktifan belajar memiliki kontribusi sebesar 21,92 % dari hasil belajar dengan koefisien korelasi sebesar 0, 4682 dan persamaan regresi Y = 21, 53 + 1, 54 X.


(64)

G. Materi Pembelajaran Prisma dan Limas Kompetensi Dasar:

1. mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya

2. Membuat jaring-jaring kubus, balok prisma dan limas

3. Menghitung luas permukaan dan volume kubus , balok, prisma dan limas A. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar (Marsigit, 2009:176). Berdasarkan rusuk tegaknya, prisma dibedakan menjadi dua (Husein, 2007:125) yaitu:

1. Prisma tegak adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tegak lurus pada bidang atas dan bidang alas.

2. Prisma miring adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada bidang atas dan bidang alas. Prisma miring disebut juga prisma condong.

Berdasarkan bentuk alasnya, terdapat prisma segitiga, prisma segiempat, prisma segilima, prisma segienam dan seterusnya. Jika alasnya


(65)

berupa segi– beraturan maka disebut prisma segi beraturan (Marsigit, 2009 : 117).

a. Unsur-unsur pada prisma

Unsur-unsur yang terdapat pada prisma antara lain sebagai berikut : a. Bidang ABCD dinamakan bidang alas. Adapun bidang EFGH

dinamakan bidang atas.

b. Bidang-bidang yang memotong bidang alas, yaitu bidang ABFE, bidang BCGF, bidang CDHG, dan bidang ADHE dinamakan bidang sisi tegak.

c. Bidang alas, bidang atas dan bidang sisi tegak dinamakan sisi-sisi prisma.

d. Perpotongan antara dua bidang sisi tegak dinamakan rusuk tegak. Adapun perpotongan antara bidang sisi tegak dan bidang alas dinamakan rusuk alas.

D

F

H G

E

C B A


(66)

e. Jarak antara bidang alas dan bidang atas dinamakan tinggi prisma.

f. Pertemuan tiga rusuk prisma dinamakan titik sudut.

g. Setiap bidang alas dan bidang sisi tegak memiliki diagonal bidang.

h. Dua titik sudut yang tidak terletak pada sisi yang sama dinamakan dua titik sudut yang berhadapan.

i. Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dinamakn diagonal ruang.

j. Sepasang rusuk tegak atau sepasang rusuk alas yang tidak terletak pada sisi yang sama dinamakan rusuk yang berhadapan. k. Sebuah bidang yang memuat sepasang rusuk yang berhadapan

dinamakan bidang diagonal. b. Jaring-jaring prisma

Jaring-jaring prisma adalah suatu pola gambar dimensi dua yang dapat digunakan untuk membentuk bangun ruang prisma (Marsigit, 2009 : 178).

Gambar 2.3

Jaring-jaring Prisma Gambar 2.4 Jaring-jaring Prisma segiempat


(67)

c. Besaran pada prisma

1) Luas permukaan prisma tegak

Luas permukaan prisma adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi prisma tersebut.

Dari jaring-jaring prisma di atas dapat ditentukan luas permukaan prisma sebagai berikut:

Gambar 2.5 Jaring-jaring Prisma segilima


(68)

Luas permukaan prisma = luas sisi alas + luas sisi atas + luas selubung (sisi-sisi tegak)

= 2 x luas sisi atas + luas selubung

Luas selubung = AB x t + BC x t + AC x t = (AB + BC + AC) x t = (keliling alas) x tinggi

Luas permukaan prisma = 2 x luas bidang alas + luas selubung = (2 luas alas) + (keliling alas x tinggi) 2) Volume Prisma Tegak

Volume prisma adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi prisma tersebut. Sebagai contoh pada prisma segitiga yang sisi alas dan sisi atasnya berupa segitiga siku-siku, volumenya adalah

sebagai berikut : H

G F E D C B A G F E C B A G H E C A D


(69)

Jika volume dua prisma segitiga masing-masing adalah , diperoleh hubungan sebagai berikut :

Jadi diperoleh

B. LIMAS

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah daerah segi banyak dan daerah segitiga (Marsigit, 2009 : 195).

a. Unsur-unsur pada limas

Unsur-unsur yang terdapat pada limas antara lain sebagai berikut: 1. Daerah segi banyak, yang kemudian dinamakan bidang alas atau

disebut juga alas.

2. Daerah-daerah segitiga, yang kemudian dinamakan bidang-bidang sisi tegak atau disebut juga sisi tegak.


(70)

4. Titik sudut persekutuan puncak-puncak segitiga, yang dinamakan titik puncak.

5. Rusuk-rusuk yang melalui puncak limas, yang kemudian dinamakan rusuk tegak.

6. Jarak dari puncak limas ke bidang alas dinamakan tinggi.

Limas segi beraturan adalah limas dengan alas berupa daerah segi beraturan dan proyeksi titik puncak pada bidang alas berhimpit dengan titik pusat bidang alasnya.

b. Jaring-jaring limas

Jaring-jaring limas adalah suatu pola gambar dimensi dua yang dapat digunakan untuk membentuk bangun ruang limas (Marsigit, 2009 : 199).

Gambar 2.8

Jaring-jaring limas segitiga Gambar 2. 9 Jaring-jaring limas segiempat


(71)

c. Besaran-besaran pada limas 1. Luas permukaan limas

Luas permukaan limas adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi limas tersebut.

Luas permukaan limas diperoleh dengan cara sebagai berikut: Luas permukaan limas = luas alas + luas semua sisi tegak 2. Volume Limas

Gambar 2.10 Limas Segiempat

Gambar 2.11 Kubus Keterangan :

panjang sisi kubus t = tinggi limas T.ABCD


(72)

Dari gambar di atas, dapat ditentukan rumus volume limas sebagai berikut.

Volume limas T.ABCD = =

diperoleh

. Secara umum volume limas dirumuskan sebagai berikut :

H. Kerangka Berpikir

Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Keaktifan dan motivasi belajar adalah dua faktor yang juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Model pembelajaran kooperatif khususnya Jigsaw II dapat mengupayakan dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran jika dilakukan secara efektif dan efisien.


(73)

Keberhasilan pembelajaran juga ditentukan oleh setiap siswa dalam memahami dan menyampaikan materi kepada kelompoknya. Sehingga diharapkan dalam satu kelompok memilki tingkat pemahaman yang sama. Siswa juga diharapkan dapat aktif bertanya, mengemukakan pendapat dan gagasannya, dan bertanggung jawab dengan apa yang menjadi tugasnya. Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II jika dilakukan dengan efektif dan efisien akan terlihat pengaruh keaktifan belajar dan motivasi siswa terhadap hasil belajar siswa.

Keaktifan

Motivasi

Hasil belajar


(74)

53 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif, karena data yang diperoleh adalah data dalam bentuk angka dan uraian. Peneliti akan mendeskripsikan semua kejadian dan mengintepretasikan data dalam bentuk uraian kualitatif, sedangkan data yang berupa angka akan di analisis secara kuantitatif.

Dalam penelitian ini, data keefektifan diskusi menggunakan metode Jigsaw II akan dilihat dari catatan lapangan, dokumentasi, dan instrumen pengamatan akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Sedangkan motivasi dilihat dari angket yang diberikan. Dan hasil belajar akan dianalisis secara kuantitatif.

B. Subyek dan Objek Penelitian 1. Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa-siswi kelas VIII SMP Katolik Kemasyarakatan Kalibawang Tahun Pelajaran 2014/2015. Siswa terdiri dari 18 perempuan dan 14 laki-laki.


(75)

2. Obyek

Obyek dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran guru, motivasi, keaktifan, dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Katolik Kemasyarakatan Kalibawang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam sub pokok bahasan prisma dan limas.

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada semester genap yakni bulan Maret-Juni. Observasi dilaksanakan pada bulan Maret dan pengambilan data pada bulan Mei-Juni tahun pelajaran 2014/ 2015.

2. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1962 ini memiliki 4 ruang kelas yang terbagi menjadi 1 kelas untuk kelas VII, 1 kelas untuk kelas VIII dan 2 kelas untuk kelas IX. SMP ini terletak di perbukitan menoreh dengan suasana jauh dari keramaian. Fasilitas yang ada di sekolah cukup memadai untuk menunjang keberhasilan belajar.


(76)

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian (Punaji Setyosari, 2010:108). Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas

Variabel bebas bagian pertama dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Variabel bebas dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini yaitu skor yang diperoleh dari lembar keterlaksanaan pembelajaran yang disusun sesuai ketentuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Variabel terikat

Variabel terikat bagian pertama dalam penelitian ini adalah keaktifan. Variabel terikat adalah keaktifan ini yaitu skor yang diperoleh melalui lembar pengamatan keaktifan siswa saat proses pembelajaran.

2. Variabel bebas

Variabel bebas bagian kedua dalam penelitian ini adalah keaktifan dan motivasi. Variabel bebas adalah keaktifan ini yaitu skor yang diperoleh melalui lembar pengamatan keaktifan siswa saat proses pembelajaran. Sedangkan motivasi adalah skor yang diperoleh setelah siswa mengisi angket yang disusun berdasarkan kebutuhan Maslow.


(1)

LAMPIRAN F

1.

FOTO-FOTO SAAT PENELITIAN


(2)

No absen pertemuan pertama pertemuan kedua pertemuan ketiga no absen pertemuan pertama pertemuan kedua pertemuan ketiga

2 30 30 30 7 30 30 5

4 30 30 30 16 30 20 5

9 30 5 30 17 20 30 10

11 30 5 20 20 20 5 30

22 30 5 5 23 10 20 30

25 30 5 5 29 20 30 30

30 13.33 20 21.6667 22.5 18.33333

TIM YANG ISTIMEWA TIM YANG BAIK TIM YANG BAIK SEKALI TIM YANG ISTIMEWA TIM YANG ISTIMEWA TIM YANG BAIK SEKALI

3 30 30 30 1 30 30 30

6 10 30 30 15 30 30 5

10 20 30 30 18 30 5 30

12 30 30 5 21 30 30 5

24 30 10 30 30 30 30 5

24 26 25 30 25 15

TIM YANG ISTIMEWA TIM YANG ISTIMEWA TIM YANG ISTIMEWA TIM YANG ISTIMEWA TIM YANG ISTIMEWA TIM YANG BAIK

8 30 5 30

13 30 5 20

26 30 5 30

28 30 20 10

32 30 10 5

30 9 19

TIM YANG ISTIMEWA TIM YANG BAIK TIM YANG BAIK SEKALI


(3)

(4)

(5)

LAMPIRAN F


(6)