PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL TEKNIK MISSOURI MATHEMATHIC PROJECT (MMP)

(1)

commit to user

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL

TEKNIKMISSOURI MATHEMATHIC PROJECT(MMP)

( Pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)

q

SKRIPSI

Oleh:

DIAN QORINASARI X7107020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL

TEKNIKMISSOURI MATHEMATHIC PROJECT(MMP)

( Pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh: Dian Qorinasari

X7107020

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Dian Qorinasari. X7107020. ”PENINGKATANPENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE

STRUKTURAL TEKNIK MISSOURI MATHEMATHIC PROJECT (MMP) PADA

SISWA KELAS IV SDN 01 KEBAK JUMANTONO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat melalui model pembelajaran kooperatif (MMP) pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak Jumantono, Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Sumber data yang digunakan adalah informasi dari narasumber yaitu guru kelas IV dan kepala sekolah, hasil pengamatan proses dan data pembelajaran penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat melalui Model Kooperatif Tipe Struktural Teknik Missouri Mathemathic Project

(MMP), wawancara, tes, dan kajian dokumen. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif meliputi empat buah komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata hasil tes awal sebelum tindakan (prasiklus) yaitu 55,62 dengan ketuntasan klasikal 28,12%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat mencapai 67,03 dengan ketuntasan klasikal 62,5%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 72,18 dengan ketuntasan klasikal 81,25%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe struktural teknik Missouri mathemathic project (MMP) dapat meningkatkan penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Dian Qorinasari. X7107020. DEVELOPMENT MASTERING INTEGER REDUCTIONS CONCEPT THROUGH COOPERATIF LEARNING MODEL STRUCTURAL TYPE MISSOURI MATHEMATHIC PROJECT (MMP) TEHCNIQUE IN THE FOURTH GRADE STUDENT OF SDN 01 KEBAK JUMANTONO KARANGANYAR ON THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Skripsi: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret Universit of, Surakarta on April 2011.

The purpose of this research is to improve the result of mastering of integer reductions concept through cooperative learning model (MMP) in the fourth grade student of SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar on the academic year of 2010/2011.

The form of this research is Classroom Action Research (CAR). The subject uses in this research is the fourth grade student of SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar, on the academic year 2010/2011 amount to 32 students consist of 24 man students and 8 woman students. The data sources of this research were informant, that are the information of the teacher and the headmaster, the result of the observation process and the data on the teaching learning process of mastering the integer reductions concept through cooperative learning model structural type missouri mathemathic project (MMP),interviews, tests and official documents. The validity of the data uses I n this research are the date sources of triangulation and the method of triangulation. The data analysis technique applied is interactive analysis model which have four components, data collection, reduction data, presentation data, and verification. The research process consists of two cycles and each cycle comprises four phases, namely: (1) planning, (2) implementation, (3) observation, and (4) reflection.

The results of the analysis are as follows: The preliminary average score of the achievement test prior to the treatment is 55,62, and the classical learning completeness is 28,12%. The First, the average score of the first cycle achievement test becomes 67,03 and the classical learning completeness is 62,5%. The average score of the second cycle achievement test becomes 72,18 and the classical learning completeness is 81,25%.

As a result, cooperative learning model structural type missouri mathemathic project (MMP) tehcnique can improve the mastery of integer reduction concept in the fourth grade student ofSDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar,on the academic year 2010/2011.


(7)

commit to user

vii MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap.”

(QS. Al-Insyirah:6-8)

“Kuolah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua,calon suami dan calon

mertua pun bahagia”

(Penulis)

Dan katakanlah: “ Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada Tuhanmu.”Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan

bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dixukupkan pahala mereka tanpa batas.


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

 Ayah dan Bunda Tercinta, yang memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan aku dalam setiap langkahku.

 Teman-temanku SI PGSD angkatan 2007 terkhusus untuk kelas VIIIB dan adik-adik tingkatku PGSD FKIP UNS yang telah banyak

membantu dan mendoakanku.

 Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan almamaterku tercinta tempatku menimba ilmu untuk masa depan yang cerah.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Atas kehendak-Nya pula skripsi dengan judul”Peningkatan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Model Kooperatif Tipe Struktural Teknik Missouri Mathemathic Project (MMP) pada Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011” ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Yulianti selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

5. Drs. Samino Sangaji selaku pembimbing II skripsi penulis.

6. Bapak/Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis.

7. Ibu Sarwantii, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SDN 01 Kebak yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Sri Mulyani, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN 01 Kebak yang dengan senang hati membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.

9. Guru-guru SDN 01 kebak yang telah memberi motivasi dan sebagai informan terhadap penyusunan skripsi ini.


(10)

commit to user

x

Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan proposal ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari kesempurnaan. Semua ini tidak lain karena keterbatasan penulis baik pengatahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, segala saran dan kritik membangun sangat diharapkan.

Akhirnya, penulis tetap berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah Swt.

Surakarta, April 2011

Penulis D.Q


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Judul ... i

Pengajuan ... ii

Persetujuan ... iii

Pengesahan ... iv

Abstrak ... v

Abstract ... vi

Motto ... vii

Persembahan ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Hakikat Tentang Konsep Pengurangan Bilangan Bulat ... 6

a. Pengertian Penguasaan Konsep ... 6

b. Pengertian Konsep Pengurangan Bilangan Bulat ... 7

c. Operasi Pada Bilangan Bulat ... 8

d. Pengertian Matematika ... 12

e. Konsep Pengurangan Bilangan Bulat dalam Pembelajaran Matematika di SD ... 12

2. Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) ... 15


(12)

commit to user

xii

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

c. Tipe–Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 17

d. Pengertian Missouri Mathemathic Project ... 18

e. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) 20 f. Karakteristik Model Pembelajarana Kooperatif (MMP) 21 g. Prinsip–Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif (MMP)23 h. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif(MMP)..…. 25

i. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) dan Model Pembelajaran Tradisional ... 26

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 27

a. Pengertian Siswa Sekolah Dasar ... 27

b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 28

c. Perkembangan Kognitif dan Pembelajarah Matematika di SD ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Hipotesis Tindakan ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian ... 36

C. Data dan Sumber... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Validitas Data ... 39

F. Analisis Data ... 40

G. Prosedur Penelitian ... 41

H. Indikator Ketercapaian………. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

A. Deskripsi Lokasi Penelitia ... 47

B. Pelaksanaan Tindakan ... 48

1. Tindakan Siklus I ... 48


(13)

commit to user

xiii

b. Pelaksanaan Tindakan ... 50

c. Observasi ... 53

d. Refleksi ... 57

2. Tindakan Siklus II ... 62

a. Perencanaan Tindakan ... 62

b. Pelaksanaan Tindakan ... 63

c. Observasi ... 65

d. Refleksi ... 70

C. Temuan dan Bahasan Hasil Penelitian ... 75

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 83

A. Simpulan ... 83

B. Implikasi ... 83

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Kelas IV SDN 01 Kebak... 2 Tabel 2. Perbandingan Hasil UASBN di SDN 01 Kebak ... 2 Tabel 3. Pola Bilangan... 10 Tabel 4. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) dengan

Model pembelajaran Tradisional... 26 Tabel 5. Jadwal Kegiatan Penelitian... 35 Tabel 6. Prestasi dan Penghargaan SDN 01 Kebak... 48 Tabel 7. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Siklus I Pertemuan I ... 58 Tabel 8. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Siklus I Pertemuan II... 59 Tabel 9. Data Perkembangan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan

Bulat pada Siklus I ... 61 Tabel 10. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

pada Siklus II Pertemuan I ... 71 Tabel 11. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

pada Siklus II Pertemuan II ... 72 Tabel 12. Data Perkembangan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan

Bulat pada Siklus II ... 74 Tabel 13. Data Frekuensi Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan

Bulat Siswa Kelas IV Pada Prasiklus ... 76 Tabel 14. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

pada Siklus I ... 77 Tabel 15. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

pada Siklus II... 79 Tabel 16. Rekapitulasi Peningkatan Penguasaan Konsep Pengurangan

Bilangan Bulat Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak... 80 Tabel 17. Rekapitulasi Aktivitas Guru dan Siswa Kelas IV


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir... 34 Gambar 2. Komponen dalam Analisi Data... 40 Gambar 3. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas.. ... 41 Gambar 4. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus I Pertemuan I.. 58 Gambar 5. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus I Pertemuan II.. 60 Gambar 6. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus II Pertemuan I.. 71 Gambar 7. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus II Pertemuan II.. 73 Gambar 8. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Prasiklus………76 Gambar 9. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak pada Siklus I……… 78 Gambar 10. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak pada Siklus II……… 79 Gambar 11. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Penguasaan Konsep

Pengurangan Bilangan BulatSiswa Kelas IV SDN 01 Kebak…… 80 Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Guru dab Siswa Kelas IV


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Wawancara Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Kooperstif (MMP) pada Pengurangan Bilangan Bulat………… 89 Lampiran 2. Lembar Wawancara Setelah Diterapkan Model Pembelajaran

Kooperstif (MMP) pada Pengurangan Bilangan Bulat………… 90

Lampiran 3. SilabusKelas IV SD.……… 92

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I.…………. 95

Lampiran 5. Pedoman Observasi Guru.…………. ………. 104

Lampiran 6. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

di Kelas Siklus I Pertemuan I.…………. ………. 109

Lampiran 7. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

di Kelas Siklus I Pertemuan II.…………. ………. 110 Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP)Siklus I Pertemuan I……….... 111 Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus I PertemuanII……….... 113 Lampiran 10. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pada Siklus I…….…… 115

Lampiran 11. Rencana Pembelajaran Siklus II……….…… 116

Lampiran 12. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

di Kelas Siklus II Pertemuan I.…………. ………. 124 Lampiran 13. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

di Kelas Siklus II Pertemuan II.…………. ………. 125 Lampiran 14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus IIPertemuan I……….... 126 Lampiran 15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus IIPertemuan II……….... 128


(17)

commit to user

xvii

Lampiran 16. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pada Siklus II….…… 130

Lampiran 17. Soal–Soal Penelitian...…. 131

Lampiran 18. Kunci Soal Penelitian……… 140

Lampiran 19. Kisi–Kisi Soal……….. 148

Lampiran 20. Daftar Nilai Prasiklus Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak………. 150

Lampiran 21. Rekapitulasi Nilai Siklus I Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak…………. ……… ……… 151

Lampiran 22. Rekapitulasi Nilai Siklus II Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak…………. ……… ……… 152

Lampiran 23. Daftar Nilai Kelompok Kelas IV SDN 01 Kebak………... 153

Lampiran 24. Daftar Nama Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak……… 154

Lampiran 25. Dokumen Foto Penelitian………..……… 155

Lampiran 26. Hasil Belajar Mandiri……….. 168

Lampiran 27. Hasil Diskusi Kelompok Siswa………... 171

Lampiran 26. Surat Keterangan Penelitian……….... .. 174


(18)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (UU No. 20 pasal 1 tahun 2003).

Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu perwujudannya adalah melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan pendidikan di Indonesia. Matematika salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis. Siswa Sekolah Dasar berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. (Piaget dalam Heruman, 2007: 1).

Kurikulum merupakan pedoman mengajar bagi guru. Salah satunya adalah memuat standar isi yang harus dipelajari setiap siswa. Salah satu isi kurikulum KTSP 2006 memuat mata pelajaran matematika. Kurikulum sering diadakan penyempurnaan atau perubahan, dengan tujuan meningkatkan prestasi. Namun pada kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandart Nasional (UASBN) di Sekolah Dasar Negeri 01 Kebak, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Berikut data hasil belajar kelas IV dan hasil UASBN di Sekolah Dasar Negeri 01 Kebak.


(19)

commit to user

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Kelas IV :

Tahun IPA Bahasa Indonesia Matematika

2009/2010 (Semeter II) 65 66 63

2010/2011 (Semester 1) 67 68 65

Rata-rata 66 67 64

(Sumber : Arsip Laporan Nilai Pada Buku Induk SDN 01 Kebak)

Tabel 2. Perbandingan Hasil UASBN di SDN 01 Kebak Tahun Sebelumnya :

Tahun IPA Bahasa Indonesia Matematika

2008/2009 8,05 7,50 6,68

2009/2010 7,33 7,53 6,82

Rata-rata 7,69 7,51 6.75

(Sumber : Arsip Nilai UASBN SDN 01 Kebak)

Dari data di atas dapat diperoleh bahwa nilai matematika di bandingkan dengan nilai IPA dan Bahasa Indonesia lebih rendah. Pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi siswa. Oleh karena itu tugas dan peranan guru sangat diperlukan untuk memotivasi siswa, membangun semangat siswa dan keyakinannya bahwa ternyata matematika tidak sulit. Justru menyenangkan dan mengasyikkan, serta banyak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melaksanakan tugasnya guru dituntut kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) matematika SD/MI ada beberapa kajian materi yang harus dipahami siswa sekolah dasar kelas IV. Salah satu bidang kajian tersebut adalah bilangan bulat yang termuat dalam standar kompetensi: 5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan


(20)

commit to user

bulat. Lebih lanjut, standar kompetensi tersebut dijabarkan menjadi 4 (empat) kompetensi dasar, yaitu: (5.1) Mengurutkan bilangan bulat; (5.2) Menjumlahkan bilangan bulat; (5.3) Mengurangkan bilangan bulat; dan (5.4) Melakukan pengerjaan hitung campuran (Depdiknas, 2006: 9).

Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa, maupun yang dijumpai dalam pembelajaran. Guru sebagai pengajar dan pendidik masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dan belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Dan siswa belum terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga seperti botol kosong yang menunggu dan siap diisi apapun. Sedangkan media belum dimanfaatkan secara optimal, karena hanya guru yang mendemonstrasikan, sedangkan siswa hanya memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap konsep matematika dalam pengurangan bilangan bulat. Disisi lain, penanaman konsep dasar dengan model pembelajaran inovatif dan model yang relevan sangat penting sebagai jembatan menuju pemahaman konsep dan pembinaan ketrampilan menghitung. Untuk meningkatkan pemahaman konsep pengurangan bilangan bulat, guru harus dapat merancang dan mengelola pembelajaran dengan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project

(MMP).

Dalam LPMP (Suminarsih, 2007 : 15 ) Salah satu Model yang secara empiris melalui penelitian adalah model yang dikembangkan dalam model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project

(MMP). Missouri mathemathic project (MMP ) merupakan salah satu model yang terstruktur. Struktur tersebut adalah sebagai berikut: (1) Review yang meliputi: meninjau ulang pelajaran yang lalu dan membahas PR. (2) Pengembangan, meliputi: penyajian ide baru perluasan konsep matematika terdahulu dan penjelasan, diskusi, demonstrasi dengan contoh konkret. (3) Latihan Terkontrol, meliputi: siswa merespon soal, guru mengamati dan belajar kooperatif. (4) Seatwork, meliputi: Siswa bekerja sendiri untuk latihan dan perluasan konsep pada pengembangan. (5) Pekerjaan Rumah, meliputi : diberikan pekerjaan rumah dan dibahas saat review.


(21)

commit to user

Secara aplikatif model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP), melatih siswa untuk mengingat konsep-konsep pelajaran yang telah diperolehnya yang diperluas dengan pengetahuan baru hasil dari penjelasan, diskusi maupun demonstrasi konkret disertai latihan yang terkontrol yang meliputi respon dan pengamatan guru sehingga diharapkan siswa mampu berlatih secara individu dan memperluas serta mengembangkan konsep yang dimilikinya.

Berdasarkan latar belakang ini peneliti mengambil fokus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: ”Peningkatan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilanagn Bulat Melalui Model Kooperatif Tipe Struktural Teknik Missouri Mathemathic Project (MMP) Pada Siswa Kelas IV SDN Kebak Jumantono Karanganyar Tahun pelajaran 2010/2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan perumusan masalah adalah Apakah model kooperatif tipe struktural teknik missouri

mathemathic project (MMP) dapat meningkatkan penguasaan konsep

pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak Tahun Pelajaran 2010/2011 ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat melalui model kooperatif tipe struktural teknik

missouri mathemathic project (MMP) pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dibedakan atas manfaat teoritis dan praktis. 1. Manfaat teoritis


(22)

commit to user

Manfaat teoritis penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan khasanah para guru untuk menggunakan model Missoury Mathematics Project (MMP) dalam penyampaian materi pengurangan bilangan bulat khususnya, dan umumnya untuk mata pelajaran Matematika.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru :

1) Bertambah luasnya wawasan dalam penerapan model kooperatif tipe struktural teknikmissouri mathemathic project(MMP) dengan tepat sesuai materi pelajaran.

2) Meningkatnya kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga, tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

3) Meningkatnya kinerja yang lebih profesional sehingga mempunyai rasa percaya diri.

b. Bagi Siswa :

1) Dengan Penerapan model kooperatif tipe struktural teknikmissouri mathemathic project(MMP)

2) meningkatkan motivasi belajar matematika.

3) Bertambahnya keaktifan dan gairah dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

4) Meningkatnya hasil belajar matematika. c. Bagi Sekolah :

1) Meningkatnya kualitas penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat di SD Negeri 01 Kebak Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar.


(23)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Tentang Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat a. Pengertian Penguasaan Konsep

Dalam dunia ilmu pengetahuan, pengetahuan mengharuskan adanya objektivitas yang memiliki tingkat akurasi konsep yang baik agar bisa dipakai sebagai dasar. Secara umum konsep mengungkapkan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus (Kerlinger, 2006: 48). Menurut Woodruff (dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut; (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.

Dengan menggunakan definisi pembentukan konsep, Woodruff menyarankan bahwa suatu pernyataan konsepsi dalam suatu bentuk yang berguna untuk merencanakan suatu unit pengajaran ialah suatu deskripsi tentang sifat-sifat suatu proses, struktur atau kualitas yang dinyatakan dalam bentuk yang menunjukkan apa yang harus digambarkan atau dilukiskan sehingga siswa dapat melakukan persepsi terhadap proses, struktur atau kualitas bagi dirinya sendiri.

Dalam hal ini, Woodruff (Amin, 1987) telah mengidentifikasi 3 macam konsep yaitu (1) konsep proses: tentang kejadian atau perilaku dan konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan bila terjadi, (2) konsep struktur: tentang objek, hubungan atau struktur dari beberapa macam, dan (3) konsep kualitas: sifat suatu objek atau proses dan tidak mempunyai eksistensi yang berdiri sendi. (http ://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2035426-pengertian-konsep/ diakses 20 Januari 2011).


(24)

commit to user

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penguasaan konsep adalah penguasaan terhadap ide atau gagasan yang sempurna tentang suatu objek.

b. Pengertian Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Salah satu materi yang memiliki urgensitas dalam matematika di sekolah dasar adalah bilangan bulat. Dalam bilangan bulat terdapat beberapa operasi hitung salah satunya adalah pengurangan. Pengurangan merupakan salah satu dari keempat operasi dasar aritmatika, dan pada prinsipnya merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan (www.wikipedia.matematika. ensiklopedibebas) diunduh tanggal 28 Maret 2011. Operasi pengurangan dalam Matematika adalah representasi dari pengambilan sebagian kumpulan benda (Tim PPPPTK Matematika, 2006: 14).

Menurut Tim Bina Karya Guru (2007 : 135) yang dimaksud dengan bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari: bilangan bulat positif (1, 2, 3, 4, 5, …), nol (0), dan bilangan bulat negatif (…,-5, -4,-3,-2,-1). Jika ditulis dalam himpunan bilangan bulat adalah {…-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,…}. Dalam bentuk himpunan, himpunan bilangan bulat yang dimaksud adalah B = ..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,.... Apabila digambarkan adalah sebagai berikut..

. . . -3 -2 -1 0 1 2 3 . . .

Himpunan semua bilangan bulat dalam matematika dilambangkan dengan Z, berasal dari Zahlen (bahasa jerman untuk bilangan ).

Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif dan bilangan cacah (http://p4tkmatematika.org/downloads/ppt/bilanganbulat.ppt diunduh tanggal 07 April 2011). Selain itu, Bilangan bulat terdiri dari bilangan asli : 1, 2, 3,…, bilangan nol : 0, bilangan negatif : ..., -3, -2, -1, Bilangan Bulat dinotasikan dengan : B = {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...} (http://math07.findtalk.net/t54-bab-1-bilangan-bulat-ringkasan-materi diunduh tanggal 07 April 2011).


(25)

commit to user

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka konsep pengurangan bilangan bulat merupakan salah satu operasi bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif dan negatif yang dalam operasi hitungnya, kebalikan dari penjumlahan.

c. Operasi Pada Bilangan Bulat

Operasi yang akan diterapkan pada bilangan bulat adalah (+, -, x, : ) yakni penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Khusus untuk pembagian tidak diperlukan atas semua bilangan bulat tetapi hanya dikhususkan pada bilangan-bilangan tertentu sehingga hasil baginya juga bilangan bulat. Dalam penelitian ini akan dibahas hanya pada operasi pengurangan pada bilangan bulat. Adapun pengurangan dan sifatnya adalah sebagai berikut

1. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :

a–b = a + ( -b ) a–( -b ) = a + b contoh :

8–5 = 8 + ( -5 ) = 3 7–(-4 ) = 7 + 4 = 11

2. Sifat komutatif dan assosiatif tidak berlaku

a–b≠ b –a

( a–b )–c≠ a –( b–c ) Contoh :

7–3≠ 3 –7→ 4 ≠-4


(26)

commit to user

3. Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :

a–0 = a dan 0–a = - a

4. Bersifat tertutup, yaitu dua buah bilangan bulat dikurangkan hasilnya adalah bilangan bulat juga.

A dan b€ bilangan bulat maka a- b = c ; c € bilangan bulat Contoh : 7–8 = -1 ; 7, 8, -1€ bilangan bulat

(www.belajar.matematika.com diunduh tanggal 11 Januari 2011)

Dan cara penyelesaian soal operasi pengurangan bilangan bulat

1. Cara pertama dengan mistar bilangan

Contoh :

a. -3–( -7) = . . .

(Dari nol menghadap ke kanan mundur 3, balik arah , kemudian mundur 7).

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Ternyata hasil akhirnya 4 . jadi -3–( -7) = 4

Dari nol menghadap ke kanan, kemudian mundur 3


(27)

commit to user

b. 4–( -2 ) = . . . , dari nol menghadap ke kanan empat langkah

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Ternyata hasil akhirnya 6 . Jadi 4–( -2) = 6

2. Cara kedua dengan menggunakan tabel pola bilangan

Contoh : 2–( -3) = . . .

Tabel 3. Pola Bilangan ( Tim PPPPTK Matematika, 2007 : 63-64)

Soal Pola yang diciptakan Pengamatan pola

2 - ( -3 ) = … 2 - 3 = . . . 2 - 3 = -1

2 - 2 = . . . 2 - 2 = 0

2 - 1 = . . . 2 - 1 = 1

Amati

polanya 2 - 0 = . . . 2 - 0 = 2

2 - ( - 1) = . . . 2 - ( - 1) = 3 2 - ( - 2) = . . . 2 - ( - 2) = 4 2 - ( - 3) = . . . 2 - ( - 3) = 5

Dengan demikian maka : 2 - ( -3 ) = 5

Terus?...dikurang -2 berarti berbalik arah, mundur 2 langkah Dari nol menghadap ke kanan, kemudian maju empat langkah langkah


(28)

commit to user

3. Cara ketiga adalah menggunakan manik-manik

Contoh :

a. 3–5 = . . .

Jadi 3–5 = - 2 Dengan catatan

Bernilai 0

b. -5–( -2) = . . .

Jadi -5–( -2 ) = -3

c. 2–( -4) = . . .

Jadi 2–( -4 ) = 6

+ + +

+ + + + +

- - - -

-+

-- - - -

-+

-+

+ +

+

-+

-+

-+


(29)

-commit to user

d. Pengertian Matematika

Sebagaimana disiplin ilmu yang lain, matematika pun memiliki konsep tersendiri. Matematika menurut Rustam Effendi dalam Heruman (2007: 1 ) adalah bahasa symbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengeksperesikan hubungan – hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (1988:430) mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkna manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Definisi kontemporer matematika lebih ditekankan pada metode dari pada pokok persoalan matematika itu sendiri (Abdurrahman 2003 : 252).

Berdasarkan pendapat diatas, maka matematika adalah bahasa symbol yang berhubungan dengan struktur, objek, proses serta konsekwensi dari apa yang dihasilkan dalam proses pemikiran, pencatatan dan pengkomunikasian ide mengenai elemen dan kuantitas.

e. Konsep Pengurangan Bilangan Bulat Dalam Pembelajaran Matematika di SD

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di semua jenjang pendidikan, agar dalam penyampaian materi matematika dapat mudah diterima dan dipahami oleh siswa, guru harus memahami tentang karakteristik matematika sekolah.

Menurut Soedjadi (2000:13) matematika memiliki karakteristik: (1) memiliki obyek kajian abstrak, (2) Bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola pikir deduktif, (4) Memiliki symbol yang kosong dari arti, (5)


(30)

commit to user

Memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6) Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu (1) Memiliki obyek yang abstrak, (2) Memiliki pola piker deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai kejenjang yang lebih kompleks. Seseorang tidak mungkin mempelajari konsep lebih tinggi sebelum ia menguasai atau memahami konsep yang lebih rendah. Berdasarkan hal tersebut mengakibatkan pembelajaran berkembang dari yang mudah ke yang sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga harus memperhatikan tentang tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan, dengan demikian dalam pembelajaran matematika contoh-contoh yang diberikan harus bervariasi dan tidak cukup hanya satu contoh.

Disamping itu pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu pembelajaran yang mengutamakan pengertian atau pemahaman konsep dan penerapannya dalam kehidupan. Agar suatu kegiatan belajar mengajar menjadi suatu pembelajaran yang bermakna maka kegiatan belajar mengajar harus bertumpu pada cara belajar siswa aktif. Menurut Chickering dan Gamson (Bonwell dan Eison, 1991:1) dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan siswa yang aktif guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar.

Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. Matematika sebagai ilmu yang deduktif aksiomatis, dimana dalil-dalil atau prinsip-prinsip harus dibuktikan secara deduktif. Tetapi mengingat


(31)

commit to user

kemampuan berpikir siswa SD, penerapan pola deduktif tidak dilakukan secara ketat. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soedjadi (1995:1) bahwa struktur sajian matematika tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif. (http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan pembelajaran-matematika/diakses 20 januari 2011).

Dan pola pikir matematika menggunakan pola pikir deduktif dan pola pikir induktif. Pola pikir deduktif merupakan kebenaran pernyataannya diturunkan dari unsur - unsur yang tak didefinisikan (titik, garis, bidang, bilangan), definisi (aturan main/batasan/kesepakatan), dan aksioma/postulat (kebenaran/pangkal/kebenaran yang diterima tanpa bukti). Sedangkan pola pikir deduktif merupakan pola pikir dari khusus ke umum, yakni dari contoh-contoh, kemudian diamati polanya, dan terakhir ditarik kesimpulannya secara umum (diadakan generalisasi). Konsep pola pikir deduktif dan pola pikir induktif diterapakan dalam operasi hitung matematika.

Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah Konsep pengurangan yang menurut (Tim PPPPTK Matematika 2007:14) adalah representasi dari kumpulan benda. Sisa yang tak terambil merupakan hasil pengurangan yang dimaksud. Untuk operasi pengurangan dikelompokkan menjadi dua macam yaitu pengurangan yang bersifat dasar dan pengurangan yang bersifat lanjut. Pengurangan dasar dimaksudkan sebagai penanaman konsep yang secara nyata dan mudah dapat dipahami siswa sebagai pengambilan sebagian dari sebuah kumpulan benda. Sedangkan pengurangan lanjut adalah pengurangan yang hasilnya dicari menggunakan teknik-teknik tertentu. Teknik yang dimaksud adalah tanpa teknik meminjam dan dengan teknik meminjam.

Dalam konteks pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak. Namun demikian meskipun obyek pembelajaran matematika adalah abstark,


(32)

commit to user

tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih dalam tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkrit (Soedjadi, 1995:1). Anak-anak juga telah ditemukan mampu menambah dan mengurangkan angka-angka kecil, meskipun penelitian belum membuktikan apakah mereka memahami bahwa kedua operasi hitungan itu inverse atau berkebalikan (Muijs dan Renolds, 2008: 335).

Sehingga dalam pembelajaran matematika khususnya dalam materi pengurangan bilangan bulat disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah menguasai kon sep yang diberikan oleh guru.

2. Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) a. Pengertian Model Pembelajaran

Salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu dengan pembelajaran. Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Suprijono (2009 :13) Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses memberikan pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dimana tujuan menjadi acuan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran (Joice dan Weil dalam sumiti, 2007 : 3).

Sedangkan pengertian model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem (Mills dalam Suprijono, 2010: 48). Model juga merupakan abstraksi dari sistem sebenarnya dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase


(33)

commit to user

yang bersifat menyeluruh (www.damandiri.or.id/file/

abdwahidchairulahunairbab2. pdf) diunduh tanggal 29 April 2011.

Dalam proses pembelajaran, agar berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka proses pembelajaran memerlukan pendekatan-pendekatan yang sesuai. Sedangkan model pembelajaran adalah sesuatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce dan Well dalam Rusman, 2010: 133). Selain itu, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.(http://www.psb- psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran, diunduh tanggal 07 April 2011).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang memungkinkan seseorang atau kelompok untuk menginterpretasikan rancangannya sehingga diperoleh hasil observasi dan pengukuran.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran terdapat berbagai model yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa , diantaranya adalah Model pembelajaran Konstektual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Berbasis Sekolah (PBL) (Sugiyanto, 2009 : 3 ). Dari beberapa model diatas, maka salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif yang merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran matematika. Model Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru


(34)

commit to user

atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009: 54). Selain itu model pembelajaran kooperatif da[at diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2009:37).

Adapun model pembelajaran Kooperatif ini bercirikan (1) berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu (2) mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu (3) dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas (4) memiliki bagian-bagian model yang dinamakan (a) urutan langkah-langkah pembelajaran atau syntax (b) adanya prinsip-prinsip reaksi (c) sistem sosial (d) sistem pendukung (5) memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yaitu dampak pembelajarand dan pengiring (6) membuat persiapan mengajar atau desain instruksional dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya (Rusman, 2010: 136).

Sebagai model pembelajaran kooperatif dengan sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, model pembelajaran kooperatif mengintegrasikan ketrampilan sosial yang bermuatan akademis.

Selain itu, Davidson dan Warsham mengemukakan, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Karena itu model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan dan persandaran sosial (Isjoni, 2009: 45).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan murid yang saling mengintegrasikan baik kegiatan antar kelompok maupun individu. Selain itu dapat memberikan pengalaman sosial dan mampu meningkatkan kognitif individu yang terlibat didalamnya.

c. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

Dalam model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe yaitu (1) student team achivement division (STAD) (2) jigsaw (3)


(35)

teams-games-commit to user

tournamens (TGT) (4) group investigation (GI) (5) rotating trio exchange dan (6) group resume(Isjoni, 2009 : 73-74) dan (7) struktural (Sugiyanto 2009:48).

Adapun dalam model pembelajaran kooperatif memiliki tipologi metode yaitu (1) tujuan kelompok (2) tanggung jawab individual yang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kusi individual atau penilaian lainya dan spesialisasi tugas (3) kesempatan sukses yang sama (4) kompetisi tim (5) spesialisasi tugas (6) adaptasi terhadap kebutuhankelompok (Slavin, 2010: 27-28).

Sedangkan dalam Tipe Struktural terdiri dari berbagai Teknik pembelajaran diantaranya (1) Mencari Pasangan, (2) Bertukar pasangan. (3) berkirim salam dan soal (4) dua tinggal dua tamu (5) keliling kelompok (6) kancing gemerincing (7) tebak pelajaran (8) team quis (TQ), (9) missouri mathemathic project (MMP) (Suminarsih, 2007 : 15).

Dari beberapa tehnik pembelajaran tersebut, bahwa peneliti akan memfokuskan dalam model pembelajaran koopertif tipe struktural dengan tehnik missouri mathemathic project (MMP). Karena dengan menerapkan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP) sesuai dengan mata pelajaran yang akan diteliti yaitu matemmatika. Selain itu, model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP) dapat mengaktifkan siswa dengan kegiatan belajar kelompok.

d. Pengertian Missouri Mathemathic Project (MMP)

Missouri mathemathic project merupakan salah satu teknik dari tipe struktural dalam model pembelajaran kooperatif yang mengimplementasikan lima langkah dalam pembelajaran matematika.

Sebagaimana dalam penelitian Good, Grouws dan Ebmeier dan lebih lanjut Confrey dalam Setiawan ( 2008 : 37) dan Suminarsih (2007: 15), memperoleh temuan bahwa guru yang merencanakan dan mengimplementasikan lima langkah pembelajaran matematikanya, akan lebih sukses dibanding dengan mereka yang menggunakan pendekatan tradisional. Kelima langkah inilah yang biasa kita kenal sebagaiMissouri Mathematics Project (MMP) yang terbukti lebih berhasil. Format lima langkah MMP ini adalah sebagai berikut (1) Langkah I : Review yang terdiri dari kegiatan meninjau ulang pelajaran yang telah lalu dan


(36)

commit to user

membahas PR (2) Langkah II :Pengembanganyang terdiri dari penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan penjelasan, diskusi, demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktoral dan simbolik (3) Langkah III : Latihan Terkontrol dimana siswa merespon soal, guru mengamati dan belajar kooperatif (4) Langkah IV : Seatwork dimana siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep (5) Langkah V :PRyaitu pemberian pekerjaan rumah (PR)

Berdasarkan pendapat Good, Grouws dan Ebmeier dan lebih lanjut Confrey dalam Setiawan (2008 : 37) diatas, Missouri Mathemathic Subject (MMP) guru mengajar dengan melibatkan siswa untuk beralih dari metode pengajaran secara tradisional dan beralih kepada model pembelajaran kooperatif (MMP). Siswa akan diajak untuk mereview pokok bahasan yang telah disampaikan pertemuan yang telah lalu sehingga sebelum menempuh pokok bahasan berikutnya siswa di ingatkan akan pokok bahasan yang telah lampau, sekaligus membahas PR jika diberikan oleh guru pengampu apabila diberikan. Kemudian setelah itu barulah pokok bahasan berikutnya dibahas oleh guru pengampu dan pembahasan materi tidaklah cukup berkutat pada pokok bahasan itu akan tetapi harus memperluas konsep yang di ajarkan dengan mengkaitkan contoh yang bersifat konkret.

Setelah langkah tersebut di jalankan maka selanjutnya adalah merespon siswa dengan bentuk latihan-latihan soal yang telah disiapkan oleh guru pengampu dengan bentuk belajar kooperatif. Dan guru pengampu juga mengamati dan membimbing siwa yang sedang mengerjakan soal-soal latihan yang telah diberikan sehingga dapat mengetahui apakah siswa-siswanya memahami materi yang disampaikan. Langkah ke empat yang harus dilakukan pada Teknik MMP ini adalah Seatwork yaitu siswa belajar sendiri untuk latihan dan perluasaan konsep yang telah di berikan. Dengan begitu siswa tidak terpaku dengan rumus yang telah di berikan guru pengampu akan tetapi mampu merealisaikannya pada kegiatan sehari-hari. Dan yang terakhir adalah pemberian PR kepada siswa.

Model Kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic


(37)

commit to user

Widdiarto, 2004 : 29 mengemukakan kelebihan dari model pembelajaran kooperatif (MMP) sebagai berikut :

1. Banyak materi yang tersampaikan kepada siswa karena tidak terlalu memakan banyak waktu. Artinya, penggunaan waktu dapat diatur relatif ketat.

2. Banyak latihan sehingga mudah terampil dengan beragam soal

Sedangkan kekurangannya meliputi :

1. Kurangnya menempatkan siswa pada posisi aktif terlebih saat langkah pengembangan.

2. Mungkin siswa cepat bosan karena banyak mendengar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

missouri mathemathic project (MMP) merupakan teknik pembelajaran yang menerapkan lima langkah yang terdiri dari review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork dan penugasan dengan melibatkan keaktifan siswa secara pribadi dan kelompok.

e. Konsep Dasar Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)

Dalam setiap pembelajaran memilih konsep dasar yang berbeda yang membedakannya dengan yang lain. Demikian pula dengan model pembelajarn kooperatif yang mempunyai beberapa konsep dasar.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyanto ( 2009 : 37 ) sebagai berikut (1) Kelas Demokratis. Sebagaimana konsep Dewey tentang pendidikan menyatakan bahwa kelas seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih luas menjadi laboraratorium baagi pembelajaran kehidupan nyata (2) Hubungan antar kelompok. Pada tahun 1954 Mahkamah agung Amerika Serikat menerbitkan keputusan historisnya, yang memutuskan bahwa sekolah-sekolah negeri di Amerika Serikat tidak boleh lagi beroperasi dengan kebijakan separate-but-equel tapi harus terintregrasi secara rasial (3) Experiential Learning. Menurut Johnson & Johnson Experiential Learning didasarkan pada tiga asumsi bahwa belajar yang paling baik yaitu (1) bila kita terlibat secara pribadi dalam pengalaman belajarnya (2) pengetahuan harus ditemukan anda sendiri agar memiliki arti atau dapat membuat perbedaan pada perilaku (3) komitmen terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi apabila kita bebas menentukan tujuan belajar sendiri dan berusahan secara aktif mencapainya dalam kerangka kerja tertentu (4) Teori Motivasi. Dari perspektif motivasi menunjukkan struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi


(38)

commit to user

,dimana setiap anggota kelompok dapat meraih tujuan pribadi jika kelompok bisa sukses (Sugiyanto, 2009 : 37-39).

Dari keempat konsep dasar di atas, konsep dasar model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP) yang secara empiris melalui penelitian, (Winarno, 2000) yaitu (1) Review (2) Pengembangan (4)

Latihan Terkontrol (5) Seatwork (6) PR.

(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/03/metodedalampembelajaran-matematika/, diunduh tanggal 07 April 2011).

Dari uraian di atas, lebih lanjut diambil konsep dasar model kooperatif tipe struktural teknik missouri matgemathic project (MMP) yaitu lima langkah pembelajaran matematika yaitu (a) review yang terdiri dari peninjau ulang pelajaran yang telah lalu dan membahas PR (b) pengembangan yaitu penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan penjelasan, diskusi, demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktoral dan simbolik (c) Latihan Terkontrol yang terdiri dari respon siswa terhadap soal, pengamatan guru dan belajar kooperatif (d) Seatwork yaitu siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep dan (e) PR yaitu pemberian tugas PR.

f. Karakteristik Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)

Adapun karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut (1) pembelajaran secara tim untuk mencapai tujuan, oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar dan setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran (2) didasarkan pada manejemen kooperatif (3) kemampuan untuk bekerja sama, karena keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok dan (4) keterampilan bekerja sama yang dipraktekan melalui aktivitas dan melalui kegiatan pembelajaran secara berkelompok. (Rusman, 2010 : 207).


(39)

commit to user

Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti, fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaiman hidup serasi dengan sesama (2) pengetahuan, nilai dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Suprijono, 2009: 58).

Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Disamping itu, pembelajaran kooperatif juga sering diartikan sebagai suatu motif kerjasama yang setiap individunya dihadapkan pada preposisi dan pilihan yang harus diikuti apakah memilih bekerja sama-sama, berkompetisi atau individualistis. Penggunaan model pembelajaran kooperatif adalah suatu proses yang membutuhkan partisi pasi dan kerjasama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial (Stahl dalam Isjoni, 2009: 62).

Berdasarkan karakteristik di atas, maka missouri mathemathic project memiliki ciri–ciri yaitu (a) review materi pembelajaran yang lalu (b) pengembangan konsep materi terdahulu dan penyajian konsep baru (c ) pembelajaran berbasis kerja kooperatif (4) belajar mandiri (5) Penugasan (Krismanto , 2003 : 11).

Dengan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP), kepekaan sosial, empati, kerjasama dan kepedulian sosial serta kemandirian dilatih dan dikembangkan dalam setting pembelajaran bersama untuk berinteraksi dengan individu yang lain. Sehingga siswa dapat berkembang baik dari sisi peningkatan pembelajaran maupun dalam sosial individu itu sendiri.


(40)

commit to user

g. Prinsip–Prinsip Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri

Mathemathic Project(MMP)

Prinsip merupakan hal pokok yang mendasari segala sesuatu. Demikian pula dalam penerapan model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa prinsip yaitu :

Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar pembelajaran kooperatif (1) prinsip ketergantungan positif atau positive interdependence (2) tanggungjawab perseorangan atau individual accountability (3) interaksi tatap muka atau face to face promotion interaction (4) partisipasi dan komunikasi atau participation communication dan (5) evaluasi proses kelompok (Rusman, 2010: 212).

Perspektif interdependensi sosial berasumsi bahwa cara interdependensi sosial distrukturkan akan menentukan bagaimana setiap individu berinteraksi yang pada gilannya akan menentukan keluarannya (Johnson dan Johnson, 2010 : 23 ).

Interdependensi positif ( kerjasama) akan menghasilkan interaksi yang promotif (bersifat meningkatkan) ketika masing-masing individu saling mendukung dan menfasilitasi usaha satu sama lain. Interdependensi negatif (persaingan) biasanya akan menghasilkan interaksi yang sifatnya oposisional (menentang) dimana masing_masing individu saling menjatuhkan dan mematahkan usaha atau sama lain untuk mencapai sesuatu. Dan ketiadakkan interpedensi (usaha individualistik) maka tidak ada interaksi karena setiap indi vidu bekerja secara sendiri-sendiri (Johnson, Johnson dan Holubec, 2010 : 23-24).

Berdasarkan teori perkembangan kognitif piaget mengabdopsi bahwa setiap individu bekerja sama dengan lingkungannya maka akan muncul konflik-konflik sosio-kognitif yang menciptakan ketidakseimbangan kognitif yang pada gilirannya akan memicu kemampuan pengambilan perspektif dan perkembangan kognitif mereka (Piaget dalam Johnson, 2010 : 24). Para penganut peagetian (orang-orang yang menganut konsep piaget) berpendapat bahwa selama melakukan usaha kooperatif partisipannya akan terlibat dalam berbagai diskusi, dimana konflik-konflik kognitif akan terjadi dan diselesaikan sedangkan yang tidak memadai akan terungkap dan kemudian dimodifikasi ( Johnson, 2010 : 24).


(41)

commit to user

Dalam perpektif motivasional pada model pembelaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan diman para siswa bekerja (Slavin, 2010 : 34). Deutsh mengidentifikasikan tiga struktur tujuan : kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lain; dan kompetitif

dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lain; danindividualistikdimana usaha berorientasi tujuan dsari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lain. Dari perpektif ini, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses.

Oleh karena itu untuk meraih tujuan personal mereka anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal (Slavin, 2010 : 34).

Maka dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe struktural teknik

missouri mathemathic project (MMP) menekankan pada pengembangan

sumber daya individu dan kerjasama kelompok dalam proses pembelajaran matematika. Berdasarkan hal itu, maka kemampuan individu menjadi teraktifkan dan terarahkan serta memiliki konsistensi dalam aktivitas belajar. Sedangkan kemampuan sosial berupa kerjasama dapat melatih siswa untuk bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan secara kelompok dan melatih keaktifan siswa dalam kelompok belajar.

h. Prosedur Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic project(MMP)

Model pembelajaran kooperatif (MMP) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif tipe struktutal dengan tehnik MMP yang memiliki


(42)

commit to user

beberapa prosedur dalam penerapan pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa prosedur yang perlu diketahui yaitu empat tahapan yang prinsipil dalam pembelajaran kooperatif berupa (1) penjelasan materi (2) belajar kelompok (3) penilaian (4) pengakuan tim (Rusman, 2010: 212-213).

Sedangkan tahapan model pembelajaran koopertaif (MMP) adalah (1) guru dan siswa meninjau ulang apa yang telah tercakup pada pelajaran yang telah lalu. Yang ditinjau ulang adalah PR, mencongak dan membuat perkiraan (2) guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu. Siswa diberi tahu tujuan pelajaran yang memiliki antisipasi tentang sasaran pembelajaran. Penjelasan dan diskusi interaktif antara guru dan siswa harus disajikan termasuk demontrasi kongkrit yang sifatnya priktorial atau simbolik. Guru merekomendasikan 50 % waktu pelajaran untuk pengembangan. Pengembangan akan lebih bijaksana apabila dikombinasikan dengan kontrol latihanuntuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materi baru (3) siswa diminta merespon satu rangkaian soal sambil guru mengamati jika terjadi miskonsepsi. Pada latihan terkontrol ini respon setiap siswa sangat menguntungkan bagi guru dan siswa. Pengembangan dan latihan terkontrol dapat saling mengisi dalam belajar mandiri maupun kelompok (4) siswa melakukan latihan secara mandiri, guna mengetahui sejauhmana pencapaian konsep suatu materi (5) siswa diberikan penugasan berupa PR untuk melatih dan memperkuat penanaman konsep yang telah diberika oleh guru (Krismanto, 2003 : 11 ).

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur model pembelajaran kooperatif (MMP) terdiri dari lima langkah yaitu peninjauan ulang pelajaran yang telah lalu, penyajian ide baru, pengembangan dengan latihan terkontrol, latihan mandiri dan penugasan. Sehingga model pembelajaran kooperatif (MMP) sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena model pembelajaran kooperatif (MMP) memberikan banyak keunggulan diantaranya yaitu banyak materi yang tersampaikan kepada siswa, dengan banyaknya latihan soal membuat siswa terampil dalam menyelesaikan berbagai ragam soal. Selain itu, model pembelajaran kooperatif (MMP) lebih memusatkan pada pengembangan kemampuan siswa dalam kognitif dan keaktifan melalui belajar kooperatif dan latihan terkontrol. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif (MMP)


(43)

commit to user

diharapkan dapat membantu siswa dalam menguasai konsep pengurangan bilangan bulat .

i. Perbedaan Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri

Mathemathic Project(MMP) dengan Model Pembelajaran Tradisional Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelomok belajar kooperatif dengan kelomok belajar tradisional. Perbedaan antara model pembelajaran kooperatif (MMP) dan pembelajaran tradisional pada tabel 4 adalah sebagai berikut :

Kelompok Belajar Model Kooperatif tipe struktural teknikmissouri mathemathic

project (MMP)

Kelompok Belajar Tradisional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi antarindividu dalam suatu kelompok belajar.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau mengantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering didorong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lain hanya enak-enakan saja atas keberhasilan temanya yang dianggap pemborong

Kelompok belajar heterogen baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang

Kelompok belajar biasanya homogen


(44)

commit to user

memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan

Pada saat belajar dalam penerapan model pembelajaran kooperatif (MMP) sedang berlangsung guru terus menerus

melakukan pengawasan melalui

observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok berlangsung

Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar

Sehingga dari perbedaan antara model kooperatif tipe struktural teknik

missouri mathemathic project (MMP) dengan model pembelajaran tradisional di atas, dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe struktural teknik

missouri mathemathic project (MMP) lebih memotivasi siswa dalam belajar yang didukung dengan suasana belajar lebih menyenangkan. Selain itu, siswa lebih aktif dalam pembelajaran dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran tradisional.

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar a. Pengertian Siswa Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar adalah siswa yang berada pada akhir fase kanak-kanak yang ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaiaan sosial anak. Dan diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri


(45)

commit to user

pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai ketrampilan penting tertentu (Hurlock, 1980: 146).

b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Karakter berasal dari kata Yunani Charas Sein yang berarti coretan, pribadi oleh stempel itu (Ahmadi, 2003: 250) dan sedangkan Karakter (characteristic) adalah kualitas unik seseorang yang mencakup atribut-atribut seperti tempramen, fisik, dan inteligensia (Feist, 2008: 4).

Mengenai karakteristik anak sekolah dasar ini, Hurlock (Hurlock, 1980: 149- 163) menyebutkan sebagai berikut;

1. Perkembangan fisik

Akhir masa kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Pertumbuhan fisik mengikuti pola yang dapat diramalkan meskipun jumlah perbedaan dapat terjadi.

2. Ketrampilan anak Sekolah Dasar

Kategori ketrampilan akhir masa kanak-kanak, terdiri dari (a) ketrampilan menolong diri sendiri (b) ketrampilan menolong orang lain (c) ketrampilan sekolah (d) ketrampilan bermain.

3. Kemajuan Berbicara

Adapun bidang-bidang yang mengalami kemajuan adalah (a) penambahan kosa kata umum yang tidak teratur (b) pengucapan yang terkadang terjadi kesalahan, namun lebih sedikit pada usia ini daripada sebelumnya (c) isi pembicaraan yang lebih bersifat sosial daripada egosentris (d) banyak bicara atau tahapan mengobrol yang berganti oleh pembicaraan yang lebih terkendali dan lebih terseleksi.

4. Emosi

Emosi pada masa ini mengalami keadaan yang hebat, sehingga menjadikan periode ini ketidak setimbangan yaitu dimana anak sulit dihadapi. Adapun emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak adalah (a) amarah (b) takut (c) cemburu (d) ingin tahu (e) iri hati (f) gembira karena sehat (g) sedih (h) kasih sayang.

5. Pengelompokan dan Perilaku sosial

Pada masa ini disebut sebagai usia berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan kuat untuk diterima sebagi anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas bila tidak bersama-sama temanya. Hal ini juga ditandai dengan muncul geng anak-anak yang lebih kearah kelompok bermain yang dibentuk sendiri dengan tujuan utama memperoleh kesenangan.

2. Perkembangan moral dan sosial

Menurut Piaget dalam Hurlock (1980: 149- 163) antara usia lima dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah yang dipelajari dari orang tua menjadi berubah dan anak mulai mempertimbangkan


(46)

commit to user

keadaan-keadaan khusus disekitar pelanggaran moral. Kode moral berkembang dari konsep-konsep moral yang umum. Pada masa ini dipengaruhi oleh standar moral dari kelompok dimana anak mengidentifikasikan diri. Pada konsep moral ini terdapat peran penting dari sebuah kedisiplinan.

c. Perkembangan Kognitif dan Pembelajaran Matematika Anak SD Salah satu aspek perkembangan anak adalah aspek kognitif atau pengetahuan. Sebagaimana konsep teori piaget bahwa anak sekolah dasar telah sampai pada taraf operasional konkrit yang sangat berguna sebagai dasar dalam pembelajaran matematika.

Piaget (William Crain, 2007:173-199) mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu: (a) periode kepandaian sensori-motorik usia lahir-2 tahun, (b) periode II adalah pikiran pra operasional usia 2-7 tahun, (c) periode III adalah operasi-operasi berfikir formal usia 7-11 (d) periode IV operasi-operasi berfikir formal usia 11 tahun ke atas.

Dan Piaget (Santrock, 2007: 260) juga menekankan bahwa anak-anak belajar dengan baik ketika mereka aktif dan mencari solusi secara mandiri. Piaget melawan metode-metode pengajaran yang memperlakukan anak sebagai penerima yang pasif. Implikasinya dalam edukasional dari pandangan Piaget bahwa dalam semua pelajaran, semua murid akan belajar baik dengan eksperimen, berdiskusi, ketimbang hanya membabi buta meniru guru atau melakukan sesuatu secara hafalan. Pada masa kanak-kanak, kita akan mengamati tipe-tipe proses berfikir yaitu (1) berfikir kritis yang melibatkan cara berfikir instropektif dan produktif serta mengevaluasi kejadian (2) berfikir ilmiah dan (3) pemecahan masalah (Santrok, 2007; 295-298).

Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi ( http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/karakteristik-siswa-sekolah-dasar/ diakses 7 Februaru 2011). Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif asalkan pemikiran tersebut


(47)

commit to user

diaplikasikan menjadi contoh-bontoh yang konkret atau specific (Santrock, 2007: 255).

Untuk mendapatkan pengajaran Matematika yang efektif ada beberapa faktor spesifik Matematika yang perlu diketahui yaitu (1) menggunakan strategi pengajaran efektif yang melibatkan pengajaran untuk tujuan memahami, menggunakan problem solving mauoun elemen rote learning atau mempelajari setiap hal di luar kepala (2) mengkoreksi miskonsepsi tentang makna berbagai konsep matematis (3) menggunakan konteks-konteks riil yaitu menghubungkan matematika yang sudah dimilikinya dan apa yang mereka pelajari di sekolah (4) menghubungkan yaitu mengaitkan berbagai bagian pelajaran dan kurikulumnya seperti hubungan di antara berbagai aspek kurikulum matematika dengan penggunaanya dan penerapan matematika di berbagai bidang (muijs dan Renold, 2008: 338-343).

Karena suatu konsep diangkat melalui manipulasi dan observasi terhadap obyek konkrit, kemudian dilakukan proses abstraksi dan idealisasi, maka dalam proses pembelajaran matematika di SD peranan media/alat peraga sangat penting untuk pemahaman suatu konsep atau prinsip. Heinich., et al. (1996:21) mengemukakan “adaptation of media and specially designed mean can contribute enormously to effective instructional …”.Hal tersebut

mengandung maksud bahwa media yang sesuai dan dirancang khusus akan dapat memberikan dukungan yang sangat besar terhadap efektifitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran matematika juga dimulai dari yang sederhana ke kompleks.

Menurut Karso (1993:124) matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Skemp (1971:36) menyatakan bahwa dalam belajar matematika meskipun kita telah membuat semua konsep itu menjadi baru dalam pikiran kita sendiri, kita hanya bisa melakukan semua ini dengan menggunakan konsep yang kita capai sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut dalam matematika terdapat topic atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Dengan demikian dalam mempelajari matematika, konsep sebelumnya harus benar-benar dikuasai agar


(48)

commit to user

dapat memahami konsep-konsep selanjutnya. Hal ini tentu saja membawa akibat kepada bagaimana terjadinya proses belajar mengajar atau pembelajaran matematika( http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html diakses tanggal 20 januari 2011).

Selain itu, Pengajaran-efektif juga berkorespondensi kuat dengan sifat pengetahuan matematika yang terstruktur dan penekanan pada penguasaan yang baik potongan-potongan isi yang relative kecil sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya dapat membantu menangkal ketakutan terhadap matematika dan ketidakpastian tentang kemampuan matematika yang dirasakan banyak orang ini juga terkait dengan sifat hierarkis subjek itu sendiri (Muijs dan Renold, 2008: 338).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan dalam penyelesaian sebuah materi pembelajaran matematika mutlak dilakukan sebelum menginjak kepada materi berikutnya. Khususnya dalam penanaman konsep pengurangan bilangan bulat, harus tertanam kuat pada siswa. Sehingga akan mempermudah siswa dalam menerima materi pembelajaran matematika berikutnya. Salah satu alternative untuk memperkuat penanaman konsep pengurangan bilangan bulat melalui model kooperatif tipe struktural teknik

missouri mathemathic project(MMP).

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ehsan ( 2010 ) dengan judul ” Peningkatan Kemampuan Hitung Pecahan melalui Model Pembelajaran Kooperatif (STAD) pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sendanglo Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tindakan kelas ini menyimpulkan adanaya peningkatan kemampuann hitung pecahan dengan menggunakan model pembelajan kooperatif (STAD). Terbukti nilai rata–rata hasil siklus 1 mencapai 67,27 dan pada siklus II menjadi 78,86. Dari penelitian yang dilakukan Ehsan, terdapat kesamaan dengan penelitian ini.

Deky (2010) dengan judul ” Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika pada Operasi Hitung Bilangan Bulat dengan Penerapan Strategi


(49)

commit to user

Missouri Mathematic Project (PTK Pembelajaran Matematika Kelas V Semester I SD Negeri Rowosari Kendal Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan minat dan prestasi belajar dengan penerapan Strategi Missouri Mathematic Project yang terbukti pada setiap siklus tindakan. Pada minat siswa 12,5 % mengalami peningkatan 71,875%. Sedangkan Prestasi belajar 31,25 % mengalami peningkatan 75 %.

Sadi (2010) dengan judul ” Peningkatan kemampuan memahami konsep penjumlahan bilangan bulat melalui penggunaan media manik-manik pada siswa kelas IV SD Negeri Bantarbolang Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan penguasaan konsep dengan media manik-manik yang terbukti nilai rata – rata hasil siklus 1 mencapai 62,38 dan pada siklus II menjadi 83,10. Dari penelitian yang dilakukan Sadi, terdapat kesamaan dengan penelitian ini.

Berdasarkan pada hasil penelitian dari Ehsan terdapat kesamaan variabel terhadap penelitian yang akan dilakukan peneliti. Kesamaan itu terletak pada penggunaan model kooperatif dan berkaitan dengan pembelajaran matematika. Sedangkan perbedaannya terletak dalam penggunaan model Pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari penelitian Deky terdapat kesamaan variabelterhadap peneltian yang akan dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran Missouri Mathemethic Project, juga terdapat perbedaan dalam penelitian ini yaitu penelitian ini ditujukan untuk siswa kelas V semester 1. Selain itu, penelitian Sadi terdapat kesamaan variabel yang diteliti. Kesamaan itu terletak pada pelajaran yang diambil yaitu matematika dalam materi bilangan bulat dan subjek penelitian yaitu kelas IV SD. Sedangkan perbedaannya terdapat pada penggunaan media manik-manik.

Sehubungan dengan hasil tersebut, dapat dilatik kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap hasil pembelajaran. Dengan demikian ada keterkaitan dalam penelitian yang dilakukan terhadap penelitian tersebut. Sehingga penelitian tersebut akan dijadikan sebagai acuan oleh peneliti dalam mengadakan penelitian ini.


(50)

commit to user

C. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal guru belum menggunakan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP) dalam penguasaan pengurangan operasi hitung bilangan bulat. Guru yang masih menggunakan pembelajaran secara konvensional, siswa lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang partisipasi siswa. Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran pengurangan operasi hitung bilangan bulat. Sehingga penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat rendah. Untuk meningkatkan penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat siswa dalam pembelajaran diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan karakter siswa di kelas IV SDN 01 Kebak.

Model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project

(MMP) merupakan suatu cara untuk mempermudah peserta didik dalam belajar matematika serta meningkatkan penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat pada kelas IV. Model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project(MMP) ini memiliki kelebihan diantaranya membuat terampil anak dalam mengerjakan berbagai ragam soal. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus dan akan diakhiri sampai diperoleh hasil yang mencapai 80% dari semua siswa kelas IV dapat memperoleh nilai≥ 65 (KKM).

Penggunaan model kooperatif tipe struktural teknik missouri

mathemathic project (MMP) dapat meningkatkan penguasaan konsep

pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(51)

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diungkap, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “penggunaan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP) dapat meningkatkan penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat rendah

Guru menggunakan model kooperatif tipe struktural teknikmissouri mathemathic project(MMP)

Kondisi Awal

Melalui PTK Guru Menggunakan model kooperatif tipe struktural teknikmissouri mathemathic project(MMP)

Tindakan

Penggunaan model kooperatif tipe struktural teknikmissouri mathemathic project

(MMP) dapat meningkatkan penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV.

Kondisi Akhir

Siklus I

Penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat naik dan 15 % siswa memiliki nilai dibawah KKM

Siklus II

Penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat naik dan 5 % siswa memiliki nilai dibawah KKM


(52)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 01 Kebak kecamatan Jumantono, kabupaten Karanganyar. Alasan dilaksanakan penelitian ini adalah:

a. Peneliti memilih tempat tersebut karena beberapa pertimbangan diantaranya adalah biaya, waktu dan keberadaan sampel memudahkan peneliti dalam memperoleh data serta lokasi penelitian yang mudah dijangkau.

b. Guru di SDN 01 Kebak kecamatan Jumantono, kabupaten Karanganyar belum menggunakan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP) dalam operasi bilangan bulat pembelajaran matematika.

c. Peneliti ingin meningkatkan hasil belajar operasi hitung bilangan bulat pada pembelajaran matematika di kelas IV.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan pada bulan Desember tahun 2010–April tahun 2011. Tabel 5 Jadwal Kegiatan Penelitian ini sebagai berikut :

No Waktu

Jenis Keg

Desember Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan dan

Pengajuan Proposal

x x x x

2 Revisi proposal x x x

3 Pengajuan surat izin x

4 Pelaksanaan

1. Siklus I x x

2. Siklus II x x

5 Analisis data x x x


(53)

commit to user

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 01 Kebak kecamatan Jumantono, kabupaten Karanganyar dengan jumlah 32 siswa. Meliputi 8 siswa perempuan dan 24 siswa laki-laki.

C. Data dan Sumber 1. Jenis Data Data yang dikumpulkan berupa:

a. Daftar nilai mata pelajaran Matematika kelas IV semester I

b. Masukan, saran dari observer yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah tindakan penelitian

c. Dokumen berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil prestasi siswa, foto dan video proses pembelajaran.

2. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber. Sumber data dan jenis data yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :

a. Siswa kelas IV SDN 01 Kebak Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar. Berupa hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran selama dua siklus.

b. Guru kelas IV SDN 01 Kebak Kecematan Jumantono Kabupaten Karanganyar. Berupa hasil wawancara dengan guru kelas IV SDN 01 Kebak Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar.

c. Observer. Berupa hasil observasi selama kegiatan pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengmpulan data yang tidak hanya terbatas pada orang tapi objek-objek alam yang ini ( sugiyono, 2008: 203). Menurut Guba dan Lincoln pengamatan dimanfaatkan untuk (1) pengamatan didasarkan pada pengalaman langsung (2) pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati


(54)

commit to user

sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya (3) pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data (4) mengurangi keraguan peneliti (5) memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi yang rumit (6) pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat (Moleong, 2008: 174-175).

Observasi adalah proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun.dari berbagai proses biologis dan psikologis (Hadi dalam Sugiyono, 2008: 203). Observasi dilakukan dengan format check list. Alat ini berisikan serangkaian daftar proses yang secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda cek pada daftar kejadian.

Observasi dilakukan kepada guru dan siswa kelas IV SDN 01 Kebak Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Tujuan observasi untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal penguranagn bilangan bulat. Observasi dilakukan untuk m,emantau proses dalam pembelajaran pengurangan bilangan bulat yangh sedang berlangsung di kelas. Pengamatan ini bertujuan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa saat tindakan samapai akhir tindakan, peran peneliti sebagai partisipasi aktif yang melakukan tindakan pembelajaran, sekaligus bertugas mengamati jalannya pembelajaran di kelas.

Hasil temuan observasi didiskusikan bersama dengan guru untuk diambil simpulan sebagai bahan untuk tindaklanjut pada proses selanjutnya. Observasi dilaksanakan melalui dua tahap yaitu :

a. Observasi pada saat proses pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat, hal ini dilakukan untuk mengetahui sumber yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan.

b. Observasi pada saat mengerjakan soal pengurangan bilangan bulat, hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kesulitan siswa yang dibatasi pada sesuatu dalam diri siswa atau tingkah laku siswa yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

Belajar Kooperatif Siklus II


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

Pembahasan Tugas Kelompok Siklus II


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif Melalui Metode Demonstrasi Dengan Menggunakan Alat Peraga (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Iv Mi Sirojul Athfal Bekasi)

2 56 145

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DI KELAS IV SDN 03 SIMPUR TAHUN 2010

0 5 62

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA Peningkatan Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD Jatiyoso 1 Kec. Jatiyoso Kabupaten Kar

0 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD Jatiyoso 1 Kec. Jatiyo

0 1 18

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN, PENGURANGAN, DAN HASIL BELAJAR TENTANG OPERASI BILANGAN BULAT Peningkatan Pemahaman Konsep Penjumlahan, Pengurangan, dan Hasil Belajar Tentang Operasi Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Sodakom Pada Siswa Kelas I

0 1 14

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI STRATEGI MISSOURI MATHEMATIC Meningkatkan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Strategi Missouri Mathematic Project (MMP) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Grogol 02 Kecamatan

0 1 16

BAB I PENDAHULUAN Meningkatkan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Strategi Missouri Mathematic Project (MMP) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Grogol 02 Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.

0 0 4

PEMAHAMAN KONSEP PENGOPERASIAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP)

0 0 12