Efektivitas pemanfaatan video dalam pembelajaran pokok bahasan pembiasan pada jenjang SMP dan SMA.

(1)

ABSTRAK

Christina Tri Hariyani. 2015. Efektivitas Pemanfaatan Video dalam

Pembelajaran Pokok Bahasan Pembiasan pada Jenjang SMP dan SMA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk: (1) mengembangkan video pokok bahasan pembiasan; (2) mengetahui sejauh mana efektivitas pemanfaatan video dalam pembelajaran pokok bahasan pembiasan pada jenjang SMP dan SMA; (3) mengetahui perbedaan efektivitas pemanfaatan video dalam pembelajaran pokok bahasan pembiasan pada jenjang SMP dengan SMA; (4) mengetahui tanggapan siswa mengenai video yang dikembangkan pada pokok bahasan pembiasan dalam pembelajaran.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April s/d Mei 2015 di Gombong dan di Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X yang masing-masing berjumlah 5. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pembelajaran berupa video pembiasan yang dikembangkan dan instrumen pengumpulan data berupa soal pre test, post test, dan kuesioner.

Penelitian ini menghasilkan: (1) Video sebagai fasilitas perubahan pemahaman konsep pembiasan; (2) Pemanfaatan video dalam pembelajaran pokok bahasan pembiasan memiliki efek dalam proses belajar siswa SMP dan SMA yaitu pemahaman siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tingkat pemahaman siswa SMP dari rendah menjadi tinggi, sedangkan siswa SMA dari cukup menjadi sangat tinggi dan peningkatan pemahaman dengan rata-rata nilai pos tes lebih besar dari rata-rata nilai pre test baik pada siswa SMP maupun SMA; (3) Pemanfaatan video lebih efektif pada jenjang SMA daripada jenjang SMP. Hal ini dapat dilihat dari persentase kenaikan nilai rata-rata pre test dan post test pada siswa SMA lebih besar daripada siswa SMP; (4) Siswa merasa video yang dikembangkan pada pokok bahasan pembiasan baik digunakan dalam pembelajaran.


(2)

ABSTRACT

Christina Tri Hariyani. 2015. Effectiveness of Video Utilization in Learning

the Topic of Refraction in Junior High School and Senior High School Level. Thesis. Physics Education Study Program, Departement of

Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is a research and development which purpose to: (1) to develop refraction video; (2) to measure the effectiveness of video utilization in learning the topic of refraction in junior high school and senior high school level; (3) to understand difference the effectiveness of video utilization in learning the topic of refraction in junior high school with senior high school level (4) to find

out the students’ respones about video was developed on the topic of refraction in learning.

The research was carried out on April until May 2015 in Gombong and Yogyakarta. The subjects of the research were students in the seventh grade SMP and tenth grade students SMA complaint which each of five. Instruments of this research consists of learning instrument form refraction video was developed and data collecting instruments form pre test and post test, and questionnaire.

This results produce: (1) Video as facilities refraction of change understanding the concept of refraction: (2) The utilization of video was developed on the topic of refraction have effect in the learning process of junior and senior high school students that increased student understanding. This can be seen from the level of understanding average of junior high school students from low to high, while high school students from enough to be very high and increased understanding with the average value of post test is greater than the average pre test score well in junior and senior high school students; (3) The utilization of video more effective at the level of high school rather than the level

junior high school. This can be seen from the percentage increase in the average value of pre test and post test high school students greater than the junior high school students; (4) Students feel the video developed on the topic of refraction is great are used in the learning.


(3)

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN VIDEO

DALAM PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN PEMBIASAN

PADA JENJANG SMP DAN SMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh:

Christina Tri Hariyani NIM : 101424008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN VIDEO

DALAM PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN PEMBIASAN

PADA JENJANG SMP DAN SMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh:

Christina Tri Hariyani NIM : 101424008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria Kekuatanku

Karya kecil ini kupersembahkan untuk : Kedua orang tuaku : Antonius S dan Liliosa G. S Kakakku : Emanuel Pandu W dan Maria Endah S

Adikku : Isidorus Paskarianto dan Alfa A. P

Sebagai rasa syukur terimakasih tak terhingga atas doa, cinta, perhatian, dukungan


(8)

(9)

(10)

vii

ABSTRAK

Christina Tri Hariyani. 2015. Efektivitas Pemanfaatan Video dalam

Pembelajaran Pokok Bahasan Pembiasan pada Jenjang SMP dan SMA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk: (1) mengembangkan video pokok bahasan pembiasan; (2) mengetahui sejauh mana efektivitas pemanfaatan video dalam pembelajaran pokok bahasan pembiasan pada jenjang SMP dan SMA; (3) mengetahui perbedaan efektivitas pemanfaatan video dalam pembelajaran pokok bahasan pembiasan pada jenjang SMP dengan SMA; (4) mengetahui tanggapan siswa mengenai videoyang dikembangkan pada pokok bahasan pembiasan dalam pembelajaran.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April s/d Mei 2015 di Gombong dan di Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X yang masing-masing berjumlah 5. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pembelajaran berupa video pembiasan yang dikembangkan dan instrumen pengumpulan data berupa soal pre test, post test, dan kuesioner.

Penelitian ini menghasilkan: (1) Video sebagai fasilitas perubahan pemahaman konsep pembiasan; (2) Pemanfaatan video dalam pembelajaran pokok bahasan pembiasan memiliki efek dalam proses belajar siswa SMP dan SMA yaitu pemahaman siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tingkat pemahaman siswa SMP dari rendah menjadi tinggi, sedangkan siswa SMA dari cukup menjadi sangat tinggi danpeningkatan pemahaman dengan rata-rata nilai pos tes lebih besar dari rata-rata nilai pre test baik pada siswa SMP maupun SMA;(3) Pemanfaatan video lebih efektif pada jenjang SMA daripada jenjang SMP. Hal ini dapat dilihat dari persentase kenaikan nilai rata-rata pre test dan post test pada siswa SMA lebih besar daripada siswa SMP; (4)Siswa merasa video yang dikembangkan pada pokok bahasan pembiasan baik digunakan dalam pembelajaran.


(11)

viii

ABSTRACT

Christina Tri Hariyani. 2015. Effectiveness of Video Utilization in Learning

the Topic of Refraction in Junior High School and Senior High School Level. Thesis. Physics Education Study Program, Departement of

Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is a research and development which purpose to: (1) to develop refraction video; (2) to measure theeffectiveness of video utilization in learning the topic of refraction in junior high school and senior high school level; (3) to understanddifference the effectiveness of video utilization in learning the topic of refraction in junior high school with senior high school level(4) to find

out the students’ respones about videowas developed on the topic of refraction in

learning.

The research was carried out on April until May 2015 in Gombong and Yogyakarta. The subjects of the research were students in the seventh grade SMP and tenth gradestudents SMA complaint which each of five.Instruments of this research consists of learning instrument form refraction video was developed and data collecting instruments form pre test and post test, and questionnaire.

This results produce: (1) Video as facilities refraction of change understanding the concept of refraction: (2) The utilization of videowas developed on the topic of refraction have effect in the learning process ofjunior and senior high school studentsthat increased student understanding. This can be seen from the level of understanding average of junior high school students from low to high, while high school students from enough to be very high and increased understanding with the average value of post test is greater than the average pre test score well in junior and senior high school students;(3) The utilization of video more effectiveat the level of high school rather than the level junior high school. This can be seen from the percentage increase in the average value of pre test and post test high school students greater than the junior high school students;(4) Students feel the video developed on the topic of refraction is great are used in the learning.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang melimpahkan

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama

proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak pihak

yang telah berkontribusi besar. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia

ini, penulis secara khusus mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak T.Sarkim M.Ed.,Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah dengan

sabar memberikan bimbingan, bantuan, pengarahan, serta saran sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pengetahuan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika, dan semua dosen penguji atas saran dan masukan yang

berguna demi menyempurnakan skripsi ini.

4. Bu Sri dosen Fisika yang telah membantu dalam memahami materi dalam

skripsi ini yaitu pembiasan.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membimbing,

mendidik, membagikan ilmu, pengalaman hidup kepada penulis selama

belajar di Universitas Sanata Dharma.

6. Seluruh staf sekretariat JPMIPA yang telah membantu memperlancar studi

penulis, atas keramahan dan kesabarannya selama penulis menempuh studi


(13)

x

7. Abel Amadeus Tios, Damar Parikesit, Jonathan Alvin, Laurentius Erlo

Prasetyo, Ido, C. Micha K, Bayu P, Alfa Arianto. P, B. Etin, Ayu K,

Raymondus K, L. Festidita Astiti, dan Kristin Anamaria A yang telah

bersedia menjadi subyek penelitian sehingga membantu dalam kelancaran

penelitian.

8. Bapak, ibu, mbak Ria, Ci Nita, dan mas Kukuhtersayang atas segala

dukungan baik materi, spiritual, atas kasih sayang dan doa yang tiada henti

kepada penulis, terlebih untuk mamas Pand tersayang yang selau memantau

penyelesaian skripsi ini.

9. Teman seperjuanganku Emerentiana Astuti atas supportnya, bantuan dalam

pembuatan video, dan atas kesabarannya dalam membantu selama penelitian

dan penulisan skripsi.

10. Keluarga baruku “Mondholers” : Ritul, Hesti, Dian, Gita, Yuli, dan Ruth

yang telah memberikan nasehat dan dukungan semangat untuk segera

menyelesaikan skripsi ini serta pengalaman luar biasa baik suka maupun

duka dalam perjalanan hidupku.

11. Keluarga baruku “Adventure Family 15 (AF 15)” : adek (Rita Rahmawati), kakak peri (EliyaAgustina M), Jipi (Fransisca R. P), mamas unyu (Wahyu

Nur Rohman), mamas kece (Sugiarto), abang (Andreas Damar K. A), kakek

(Sholahuddin Alayubi), kakak ganteng (Hendri Kanopriawan), kakak mbois

(M. Fahmy Al Falahy), si jin (Yohanes Andi S), Satria Adhi, dan Hendrikco

D. N. Patas semangat dan kebersamaan serta pengalaman luar biasa, baik


(14)

xi

12. Sahabat – sahabatku: Rita, Dian, Eliya, Yuli, Wahyu N. R. Serly, Nino, Riris dan Adi atas bantuannya selama penelitian dan pinjaman alat – alat yang digunakan dalam pembuatan video, yangmemperlancar penelitian ini.

13. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2010 atas kebersamaan dalam

suka maupun duka.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi

penyempurnan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Penulis


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Efektivitas Pemanfaatan Video ... 6

B. Perubahan Pemahaman Konsep ... 6

C. Media Pembelajaran ... 9

D. Video ... 10

1. Karakteristik video ... 10

2. Kelebihan dan kekurangan video ... 11

E. Merancang Video ... 12


(16)

xiii

G. Pokok Bahasan Pembiasan ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 28

D. Desain Penelitian ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Validitas ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 35

1. Efektivitas pemanfaatan video pembiasan ... 35

2. Tanggapan siswa tentang video pembiasandalam pembelajaran ..39

BAB IV DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 42

1. Pembuatan video pembiasan ... 42

2. Pelaksanaan uji coba instrumen ... 43

3. Pengambilan data dan evaluasi ... 46

B. Data dan Analisis ... 48

1. Analisis dan deskripsi setiap butir soal pre testdanpost test... 48

2. Penskoran hasil analisis pre test dan post test ... 74

3. Analisis kuesioner siswa ... 77

C. Pembahasan ... 79

1. Efektivitas pemanfaatan video pembiasan ... 79

2. Perbedaan efektivitas pemanfaatan video dalam pembelajaran pokok bahasan pembiasan pada jenjang SMP dengan SMA... 84

3. Tanggapan siswa tentang video pembiasandalam pembelajaran ... 88

D. Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Subjek penelitian ... 29

Tabel 3.2 Kisi – kisi kuesioner ... 34

Tabel 3.3 Format skor pre test dan post test siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X untuk setiap soal ... 35

Tabel 3.4 Format kategori penilaian pemahaman konsep pembiasan siswa SMP dan SMA ... 34

Tabel 3.5 Format perbandingan tingkat kesulitan konsep dalam meruba pemahaman siswa SMP dan SMA ... 36

Tabel 3.6 Format hasilpre test dan post test untuk siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X setiap butir soal ... 37

Tabel 3.7 Format hasil pre test dan post test untuk siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X ... 38

Tabel 3.8 Klasifikasi pemahaman siswa berdasarkan skor ... 39

Tabel 3.9 Format tingkat pemahaman siswa ... 39

Tabel 3.10 Pemberian skor kuesioner pernyataan positif ... 40

Tabel 3.11 Pemberian skor kuesioner pernyataan negatif... 40

Tabel 3.12 Persentase kriteria yang diharapkan setiap pernyataan kuesionerpada siswa SMP dan SMA ... 41

Tabel 4.1 Skor pre test sampel uji coba ... 44

Tabel 4.2 Skor post test sampel uji coba ... 44

Tabel 4.3 Hasil pre test dan post test sampel uji coba ... 44

Tabel 4.4 Perubahan pemahaman siswa SMP dilihat dari jawaban pre test dan post test terkait fenomena pembiasan dan bagian-bagian dariperistiwa pembiasan ... 49

Tabel 4.5 Perubahan pemahaman siswa SMP dilihat dari jawaban pre test dan post test ... 50

Tabel 4.6 Perubahan pemahaman siswa SMAdilihat dari jawaban pre test dan post test terkait fenomena pembiasan dan bagian-bagian dariperistiwa pembiasan ... 56


(18)

xv

Tabel 4.7 Perubahan pemahaman siswa SMA dilihat dari jawaban

pre test dan post test ... 57

Tabel 4.8 Kategori penilaian pemahaman siswa SMP terkait konsep pembiasan ... 64

Tabel 4.9 Kategori penilaian pemahaman siswa SMA terkait konsep pembiasan ... 68

Tabel 4.10 Perbandingan tingkat kesulitan konsep dalam merubah pemahaman siswa SMP dan SMA... 73

Tabel 4.11 Skor pre test siswa SMP kelas VII setiap butir soal ... 64

Tabel 4.12 Skor pre testsiswa SMAkelas X setiap butir soal ... 75

Tabel 4.13 Skor post test siswa SMP kelas VII setiap butir soal ... 75

Tabel 4.14 Skor post test siswa SMAkelas X setiap butir soal ... 75

Tabel 4.15 Hasil pre test dan post test siswa SMP kelas VII ... 76

Tabel 4.16 Hasil pre test dan post test siswa SMA kelas X ... 76

Tabel 4.17Tingkat pemahaman siswa SMPkelas VII ... 76

Tabel 4.18 Tingkat pemahaman siswa SMA kelas X ... 77

Tabel 4.19Hasil analisis kuesioner pada siswa SMP kelas VII ... 77

Tabel 4.20 Hasil analisis kuesioner pada siswa SMA kelas X... 77

Tabel 4.20 Persentase kriteria yang diharapkan setiap pernyataan kuesioner pada siswa SMP dan SMA ... 78


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 (a) fenomena sinar laser yang diarahkan ke dalamkotak akuarium berisi air (b) penggambaran cahaya dari sinar

laser yang diarahkan ke dalam kota akuarium ... 18

Gambar 2.2 Potret peristiwa sinar laser ... 19

Gambar 2.3 Konsep dalam peristiwa sinar laser dari udara ke air ... 19

Gambar 2.4 Konsep dalam peristiwa sinar laser dari air ke udara ... 20

Gambar 2.5 Diagram pembiasan pada sinar laser udara ke air... 24

Gambar 3.1 Diagram alur penelitian ... 32

Gambar 4.1 Diagram Batang perbandingan tingkat kesulitan konsep terkait pembiasan dalam merubah pemahaman siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X ... 86

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Pre test dan Post test siswa SMP kelas VII ... 83

Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Pre test dan Post test siswa SMA kelas X ... 83

Gambar 4.4 Diagram Batang Perbedaan Efektivitas Pemanfaatan Video Pembiasan pada Jenjang SMP dengan SMA dilihat dari Hasil Persentase Kenaikan Pre test dan Post test ... 84

Gambar 4.5 Foto sikap siswa SMP kelas VII ketika belajar dengan video ... 87


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel konsep, soal, aspek yang diukur, kriteria

penilaian, dan skor untuk pre test dan post test ... 96

Lampiran 2 Lembar Soal Pre Test ... 103

Lampiran 3 Lembar Soal Post Test ... 106

Lampiran 4 Lembar Kuesioner Siswa ... 109

Lampiran 5 Sampel Hasil Pre Test Siswa ... 110

Lampiran 6 Sampel Hasil Post Test Siswa ... 116

Lampiran 7 Sampel Hasil Kuesioner Siswa ... 120

Lampiran 8 Skenario Video Pembiasan ... 121


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan orang yang berpengaruh dalam proses belajar siswa

di sekolah. Dalam pembelajaran, seorang guru memiliki tugas utama

menyediakan atau merancang pengalaman belajar supaya siswa melakukan

aktivitas belajar.

Mengutip yang dikemukakan dosen pembimbing bahwa agar siswa

melakukan aktivitas belajar, siswa dapat diberi tugas, atau diberi bahan

bacaan dan diberi pertanyaan, atau diberi tugas dan disuruh mengerjakan,

atau menonton video kemudian diberi pertanyaan. Belajar tidak harus dari

ceramah oleh guru. Melalui tugas tersebut guru membuat suatu tuntutan

kepada siswa untuk belajar.

Hal pertama yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah

memahami atau mengerti apa yang kita pelajari. Sedangkan menurut Kartika

Budi (1998: 166), tujuan pembelajaran fisika menekankan pada tiga aspek

esensial. Salah satunya adalah membangun pengetahuan yang berupa

pemahaman konsep, hukum, dan teori beserta penerapannya.

Berkaitan dengan proses pembelajaran, terkadang guru sebagai

penyampai informasi kepada siswa kurang bisa secara efektif berpengaruh

terhadap pemahaman siswa. Disini guru dituntut kreatif mencari cara yang

efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran di atas dapat tercapai.

Di era dengan perkembangan teknologi yang pesat saat ini, guru


(22)

satunya adalah video sebagai media audio visual.

Terdapat banyak kelebihan penggunaan media video, contohnya

menurut Suparno ( 2007: 114) dan Munadi ( 2010: 127) yaitu (1) siswa dapat

terbantu karena segala fenomena atau peristiwa fisis di lingkungan sekitar

dapat dieksplor dan dijelaskan keterkaitannya dengan fisika; (2) terkait

dengan keterbatasan jarak dan waktu, menggunakan media video dapat

diatasi. Setiap siswa dapat menggunakan komputer atau leptop untuk

memutar video, sehingga dalam proses memutar kembali baik keseluruhan

maupun momen yang belum jelas dalam video tidak mengganggu siswa lain

yang lebih cepat dalam memahami. Dapat pula dengan memposting video

pembelajaran yang dibuat guru dalam youtube, sehingga siswa yang ketika

dalam jam pelajaran belum memahami maupun siswa yang dengan terpaksa

tidak dapat mengikuti pelajaran dalam kelas dimudahkan dalam mempelajari

dan membangun pemahaman dengan cara mengunduhnya. Siswa dapat

belajar di tempat dan waktu yang mereka inginkan.

Dalam rangka menyediakan pengalaman belajar guru dapat membuat

video pembelajaran sebagai sumber belajar. Guru dapat memutarkan video

pembelajaran yang telah dibuat sesuai tujuan yang ingin dicapai dan

kemudian memberi soal untuk mengulas yang ada dalam video. Melalui

video yang dikembangkan sendiri diharapkan pembelajaran menjadi efektif

dan efisien dalam proses membangun pengetahuan berupa pemahaman


(23)

Berdasarkan keadaan di atas, peneliti tertarik untuk melihat pengaruh

penggunaan video yang dikembangkan pada pokok bahasan pembiasan dalam

pembelajaran fisika pada siswa SMP dan SMA. Dengan demikian penelitian

ini berjudul “Efektivitas Pemanfaatan Video dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Pembiasan pada Jenjang SMP dan SMA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah dapat

dirumuskan beberapa masalah berikut:

1. Sejauh mana efektivitas pemanfaatan video dalam pembelajaran pokok

bahasan pembiasan pada jenjang SMP dan SMA?

2. Adakah perbedaan efektivitas pemanfaatan video dalam pembelajaran

pokok bahasan pembiasan pada jenjang SMP denganSMA?

3. Apatanggapan siswa mengenaivideo yang dikembangkan pada pokok

bahasan pembiasan dalam pembelajaran?

C. Batasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan untuk penelitian ini sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada 5 orang siswa SMP kelas VII dan 5 orang

siswa SMA kelas X. Pemilihan siswa dilakukan secara acak, tidak pada

satu sekolah dan tidak pada satu kota. Siswa berasal dari 2 kota yaitu

Gombong dan Yogyakarta.

2. Penelitian menitikberatkan pada penggunaan video dalam mempelajari


(24)

maka dalam penelitian ini peneliti membatasi materi agar masalah yang

dibahas tidak meluas. Bahasan materi yang diteliti hanya pada pembiasan

cahaya dengan medium udara dan air. Medium yang lain tidak ikut dalam

bahasan penelitian.

4. Pelaksanaan uji coba hanya meninjau video yang dikembangkan dan

efektivitas pemanfaatan video yang diukur dari perubahan pemahaman

siswa mengenai materi pembiasan yang diulas dalam video.

D. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai

berikut:

1. Mengembangkan video pada pokok bahasan pembiasan.

2. Mengetahui sejauh mana efektivitas pemanfaatan video dalam

pembelajaran pokok bahasan pembiasan pada jenjang SMP dan SMA.

3. Mengetahui perbedaan efektivitas pemanfaatan video dalam

pembelajaran pokok bahasan pembiasan pada jenjang SMP denganSMA

4. Mengetahui tanggapan siswa mengenaivideo yang dikembangkan pada

pokok bahasan pembiasan dalam pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan akan memberikan

manfaat untuk beberapa pihak, diantaranya:

1. Bagi siswa, dapat lebih memahami konsep fisika dengan menggunakan


(25)

2. Bagi peneliti sebgai calon guru, dapat menambah bekal ilmu pengajran

tentang pembelajaran fisika dengan menggunakan media video.

3. Bagi guru dan calon guru dapat lebih termotivasi untuk semakin kreatif

dalam mengembangkan berbagai alternatif penggunaan media dalam

kegiatan pembelajaran fisika.

4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan reverensi


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Efektivitas Pemanfaatan Video

Arti kata efektif adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya,

kesannya); dapat membawa hasil; berhasil guna (KBBI, 1990: 219).

Efektivitasmerupakan suatu keadaan atau ukuran yang menyatakan seberapa

jauh suatu rencana dapat berhasil atau tercapai. Dalam penelitian ini

efektivitas pemanfaatan video dalam pembelajaran diukur dariperubahan

pemahaman konsep siswa terhadap pokok bahasan pembiasan yang dilihat

melalui skor pre test dan post test.

B. Perubahan Pemahaman Konsep

Dalam suatu kegiatan pembelajaran pertama-tama yang dicapai

adalah memahami atau mengerti apa yang dipelajari. Menurut Uno (2011:

57), pemahaman merupakan kemampuan seseorang dalam mengartikan,

menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya

sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Menurut Sudjana

(1990), pemahaman merupakan hasil belajar pada taraf kognitif siswa. Siswa

yang telah memahami suatu konsep akan dapat menjelaskan konsep tersebut

dengan menggunakan kalimatnya sendiri sesuai dengan apa yang mereka

pelajari.

Siswa dikatakan memahami bila mereka dapat menkonstruksi makna


(27)

grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer.

Proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan,

mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan, dan menjelaskan (Anderson, 2010: 105).

Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstraksikan dari peristiwa

konkret (KBBI, 1990: 456). Menurut Suyono (2011: 146), konsep adalah

segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang dapat timbul sebagai

hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi dan

sebagainya.

Berdasarkan pengertian pemahaman dan konsep di atas, maka dapat

dikatakan bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan berpikir,

memaknai, dan mengolah pengetahuan (menafsirkan, menerjemahkan atau

menyatakan dalam rupa rangkuman atau klasifikasi) yang dimiliki siswa

secara spesial. Dikatakan spesial karena dalam praktiknya kemampuan

seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan

suatu pengetahuan menggunakan cara dan bahasanya siswa itu sendiri.

Dalam perkembangan konsep, seseorang mengubah gagasan mereka

menjadi lebih maju. Seperti yang disebutkan dalam Suparno (2005: 86),

bahwa manusia merupakan animal rationale yaitu hewan yang memiliki akal

dan pikiran. Karena pikiran tersebut manusia selalu berusaha untuk

memenuhi pertanyaan-pertanyaan dalam hidup mereka dengan bertanya dan

mencari jawaban. Oleh sebab itu pengetahuan manusia selalu berkembang


(28)

Disebutkan dalam buku “Miskonsepsi & Perubahan Konsep

Pendidikan Fisika” bahwa dalam proses belajar fisika selalu ada proses perubahan konsep, yaitu memperluas pengetahuan yang ada dan memperbaiki

konsep yang salah agar menjadi benar. Beberapa cara membantu siswa

menambah konsep mereka tentang bahan fisika, antara lain: (1) memberikan

informasi baru yang belum pernah diketahui oleh siswa; (2) siswa diberi

bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu; (3) siswa diberi

kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah disediakan. Dan

menurut Joan Davis (2001: 2-3) mengajarkan perubahan konsep menyangkut

dua hal pokok: (1) membuka konsep awal siswa; (2) menggunakan beberapa

teknik untuk membantu siswa mengubah kerangka berpikir awal tersebut

(Suparno. 2005: 94-96).

Pembelajaran fisika yang baik adalah yang memungkinkan

perubahan konsep secara cepat dan efisien. Beberapa metode/strategi

perubahan konsep yang dapat digunakan adalah menggunakan prinsip konflik

pikiran siswa, bridging analogy, simulasi komputer, wawancara diagnosis,

diskusi kelompok, peta konsep, problem solving, percobaan dan pengalaman

lapangan dan untuk beberapa siswa dengan ceramah guru (Suparno. 2005:

119).

Dapat disimpulkan bahwa perkembangan konsep ada karena

perubahan konsep tersebut yang ditunjukkan dengansiswa memperluas

pengetahuan yang ada atau dengan siswa memperbaiki konsep yang salah


(29)

merubah atau menambah pemahaman konsepnyayaitumembuka konsep awal

siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sebelum siswa

belajarmateri pembiasan dan menggunakan teknik untuk membantu siswa

mengubah kerangka berpikir awal dengan pemanfaatan video dalam

pembelajaran pokok bahasan pembiasan. Selain itu dengan memberikan

informasi baru dan memberi bahan baru kemudian diajak untuk mempelajari

sendiri. Di mana informasi dan bahan baru tersebut tersedia di dalam video.

C. Media Pembelajaran

Menurut Heinich dalam Arsyad (2007: 4), media pembelajaran

adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan

instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Sedangkan

Munadi (2010: 6) menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber

secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana

penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa media

pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan pengajar sebagai

perantara menyampaikan isi pengajaran baik secara visual maupun verbal,

sehingga penerima/siswa mendapatkan pengetahuan yang diharapkan.

Arif S. Sadiman dalam Munadi (2010) membagi pemanfaatan media

pembelajaran pada dua pola, yaitu pemanfaatan media dalam situasi belajar

mengajar di dalam kelas dan di luar kelas. Pemanfaatan media di dalam kelas


(30)

dituntut memiliki kemampuan mengintegrasikan media ke dalam rencana

pembelajaran. Sedangkan pola pemanfaatan media yaitu di luar kelas

bertujuan untuk memperkuat posisi media sebagai sumber belajar.

D. Video

Dalam Munadi (2010: 113) video tergolong dalam jenis media audio

visual murni, yaitu media yang dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar

dalam satu unit. Contoh lain dari media audio visual adalah film gerak

(movie) bersuara dan televisi. Alat-alat audio visual adalah alat-alat yang

“audible” artinya dapat didengar dan alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat (Suleiman, 1981: 11).

1. Karakteristik video

Pembelajaran menggunakan media video mempunyai relasi dengan

intelegensi utama dan emosional serta kerja otak kanan dan otak kiri.

Gardner, Gazzaniga, Miller dan Jordain dalam Berk, R.A (2009: 3)

berpendapat mengenai hal tersebut bahwa intelegensi utama terdiri dari

verbal/ linguistik, visual/ spasial dan musikal. Ketiga intelegensi tersebut

adalah intelegensi utama yang dimiliki oleh setiap otak pada siswa.

Melalui video, sedikitnya satu dari spesifikasi intelegensi utama tersebut

terpenuhi.

Kerja otak kiri dan kanan dibedakan menjadi dua yaitu verbal dan

non-verbal. Bagian otak kiri dikuasai oleh logika dan analisa yang

nantinya akan memproses informasi menjadi matematis, logis dan


(31)

rasional, terorganisasi, terencanakan dan objektif sehingga akan

memproses dialog, plot, ritme, dan lirik.

Sedangkan kerja otak kanan merupakan nonverbal, yaitu

menciptakan spontanitas, emosi, ketidakteraturan, eksperimental, empati,

sebjektif, dan intuisi. Otak kanan berfokus pada seni, warna dan musik

sehingga akan memproses gambaran cerita, relasinya, efek suara, melodi

dan harmonisasi dari relasi.

Dari penjabaran diatas dapat dikatakan bahwa penggunaan media

video akan mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang diulas

dalam video karena semua item dalam video diolah secara sinkron oleh

otak siswa.

2. Kelebihan dan kekurangan video

Menurut Berk (2009), Suleiman (1981: 16-18), Suparno (2007: 114),

dan Munadi (2010: 127) media audio visual berupa video memiliki

banyak kelebihan yaitu (1) pengertian atau informasi dapat disampaikan

dengan cara yang lebih nyata daripada yang disampaikan dengan

kata-kata; (2) menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang lebih

singkat; (3) keragu-raguan atau salah pengertian serta ketegangan dapat

dihindarkan secara efektif; (4) memberi dorongan dan motivasi serta

membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki; (5) pesan

yang disampaikan lebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan; (6)

kejadiannya dapat diulang atau diputar berkali-kali secara keseluruhan


(32)

mengerti; (7) mengatasi keterbatasan jarak dan waktu; (8) sangat kuat

mempengaruhi emosi seseorang; (9) membantu siswa dalam

berimajinasi, mengembangkan kreativitas.

Namun ada pula kekurangan penggunaan media audio visual

menurut Suleiman (1981: 19-20) yaitu alat-alat audio visual lebih mahal

jika dibandingkan dengan kata-kata, lebih eksak dalam penggunaannya,

alat-alat harus diseleksi dengan seksama, jika alat dibuat sendiri akan

memakan waktu, menuntut pikiran untuk membuatnya atau

mempersiapkannya, dan menuntut keterampilan dalam menggunakannya.

E. Merancang Video

Video dikembangkan untuk memfasilitasi siswa membangun

pemahaman mengenai konsep pembiasan. Pengembangan video dilakukan

dengan cara: (1) menyajikan materi pembiasan mulai dari hal yang sederhana;

(2) disertai dengan peristiwa nyata mengenai pembiasan yaitu pembiasan

yang terjadi pada sinar laser yang diarahkan ke dalam kotak akuarium; (3)

siswa diberi pertanyaan-pertanyaan terkait konsep pembiasan yang diulas

dalam video.

Melalui video pembiasan, siswa dapat mengalami aktivitas belajar

seperti yang dijabarkan dalam sub bab pembelajaran pembiasan dengan

video. Sehingga melalui video yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan

dengan ceramah guru, maka sebagai penyampai informasi kepada siswa bisa

secara efektif berpengaruh terhadap pemahaman siswa dan memungkinkan


(33)

Secara teknis, pembuatan video sebaiknya mempertunjukkan sesuatu

yang menarik di awal sehingga siswa tertarik untuk memperhatikan.

Kemudian diruntutkan secara logis yang mengarah kepada suatu kesimpulan

dan rangkuman.

Rancangan pembuatan video pembiasan dituangkan sebelumnya ke

dalam konsep materi yang akan diulas dan kemudian dijabarkan ke dalam

skenario, sehingga mempermudah peneliti dalam memproduksi video

pembiasan.

Dalam pembuatan video terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan,

antara lain: (1) video tidak terlalu panjang karena dapat membosankan

kecuali yang diulas tentang suatu sejarah atau penemuan fisika; (2) diberi

pertanyaan untuk refleksi dan mengambil maknanya; (3) video sebaiknya

berwarna dan disiapkan yang menarik, gambar harus jelas dan tidak kabur

waktu ditayangkan; (4) sebaiknya dalam satu program hanya satu konsep

yang mau ditekankan (Suparno. 2007: 115).

F. Pembelajaran Pembiasan dengan Video

Pada hakikatnya menurut Kustandi dan Sutjipto (2011),

pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/pengajar untuk membantu

siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan

dan minatnya. Arti dari belajar itu sendiri menurut Sudjana (1989) merupakan

proses aktif. Proses tersebut merupakan proses merealisasi semua situasi yang

ada di sekitar individu. Menurut Biggs dalam Muhibbin (1995: 91-92) belajar


(34)

fakta sebanyak-banyaknya, belajar sebagai proses memperoleh arti-arti dan

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekelilingnya.

Argumen mengenai proses belajar diatas tercakup dalam video

pembiasan yang dibuat peneliti. Video pembiasan memberikan fakta berupa

fenomena pembiasan yang direalisasikan dalam kegiatan mengarahkan sinar

laser ke dalam kotak akuarium yang setengah bagiannya berisi air. Fenomena

pembiasan tersebut dapat dilihat dan diamati siswa. Dari fenomena tersebut

ditunjukkan pengetahuan dalam bentuk arti-arti dan konsep-konsep dasar

pada peristiwa pembiasan, sehingga siswa dapat memahaminya.

Banyak siswa belajar karena ada tugas atau ada rasa ingin tahu

(motivasi sendiri). Dengan adanya motivasi sendiri siswa akan bersedia

melibatkan diri atau berupaya (siswa beraktivitas) dalam hal mendapatkan

pengetahuan yang diinginkan sebagai tujuan dari proses belajar. Penelitian ini

adanya motivasi siswa ditunjukkan melalui keterlibatan siswa dalam kegiatan

belajar dengan video. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku siswa mengulang

kembali video pembiasan dan berdiskusi apabila siswa di dalam kelompok,

sehingga siswa memiliki pemahaman mengenai pembiasan.

Salah satu proses belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah

belajar pengetahuan. Proses belajar ini oleh Van Parreren ( Winkel. 2014: 90)

dikelompokkan ke dalam kelompok yang membawa ke kemampuan kognitif.

Dimana dalam bentuk belajar ini siswa mulai mengetahui berbagai macam

data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang. Ciri khas dari hasil


(35)

yang dimiliki dalam kata-kata sendiri, tidak perlu dirumuskan kembali dalam

bentuk asli ( secara harafiah) dan akan bersifat fungsional apabila orang yang

telah mempelajari fakta itu melihat hubungan antara hal satu dan hal yang

lain.

Aktivitas belajar seperti yang dijabarkan dalam buku “Psikologi Belajar“ dapat ditunjukan dengan cara mendengar; memandang; mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan; mengingat; dan berpikir.

Berkaitan dengan ativitas belajar pembiasan dengan video, siswa belajar

dengan cara:

1. Mendengar

Tugas siswa adalah mendengarkan ceramah dari guru ketika proses

belajar mengajar di sekolah. Tidak semua hal mendengarkan ceramah

dapat dikatakan belajar. Mendengar dapat disebut sebagai aktivitas

belajar apabila siswa memiliki dorongan akan kebutuhan, motivasi, dan

tujuan tertentu.

Melaui video pembiasan siswa mendengarkan penjelasan-penjelasan

mengenai pembiasan. Hal yang menjadi dorongan akan kebutuhan dan

motivasi siswa sehingga mau terlibat dalam proses belajar melalui suatu

wawancara dan secara psikologi dapat terlihat dari sikap yaitu antusias

siswa terhadap proses belajar dengan video.

2. Memandang

Alam sekitar kita merupakan objek-objek yang memberi kesempatan


(36)

motivasi, maka pandangan terhadap objek-objek visual tidak termasuk

belajar.

Seperti yang telah dibahas dalam aktivitas mendengar, dorongan

akan kebutuhan dan motivasi siswa belajar dengan media video dapat

terlihat dari sikap yaitu antusias siswa ketika hendak belajar, mimik dan

gerakan tubuh siswa selama belajar dengan video pembiasan. Selain itu

apakah pandangan siswa meninjau hal dalam video atau pandangan

melamun dapat terlihat melalui observasi dan rekaman video.

3. Mengamati diagram dan bagan-bagan

Diagram dan bagan-bagan serta termasuk gambar-gambar dan peta

dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman kita tentang

suatu hal. Dalam video pembiasan dipaparkan juga diagram,

bagan-bagan, dan gambar untuk mempelajari pembiasan.

4. Mengingat

Mengingat dalam aktivitas belajar didasari atas kebutuhan serta

kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut dan apabila

berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.

Oleh karena siswa memiliki kebutuhan agar dapat memahami

tentang pembiasan, maka siswa akan mengingat perihal pembiasan yang

telah mereka ketahui. Misalnya pengetahuan tentang pembiasan yang

telah dimiliki ketika SD atau SMP, maupun yang mereka dapatkan dari

lingkungan. Dengan aktivitas mendengar, memandang, dan mengamati


(37)

mengingat hal – hal yang telah mereka miliki tersebut sehinga dapat melakukan aktivitas selanjutnya yaitu berpikir.

5. Berpikir

Melalui kegiatan berpikir, kita akan memperoleh penemuan baru

atau menjadi tahu tentang hubungan antar-sesuatu. Jadi, belajar dengan

video pembiasan siswa menjalankan aktivitas berpikir.

Penemuan baru yang didapat siswa dari belajar pengetahuan melalui

video akan berhubungan dengan aktivitas mengingat. Oleh karena siswa

melakukan aktivitas mengingat dan siswa mendapatkan pengetahuan

baru, maka siswa akan berpikir. Aktivitas berpikir ini menjadikan siswa

mengetahui tentang hubungan antar sesuatu yang berkaitan dengan

pembiasan. Melaui aktivitas-aktivitas belajar yang sebelumnya dibahas

akan menuntun siswa berpikir dalam membangun suatu pemahaman

mengenai peristiwa pembiasan yang lebih baik.

Dengan demikian, anak belajar pengetahuan pembiasan melalui

video. Hasil dari aktivitas belajar pengetahuan dengan video pembiasan

ini adalah siswa melalui soal-soal post test dapat merumuskan kembali

menggunakan kalimatnya sendiri mengenai pengetahuan yang mereka


(38)

G. Pokok Bahasan Pembiasan

Konsep pembiasan dapat ditemukan pada fenomena dalam

kehidupann sehari-hari, salah satunya ketika sinar laser yang kita arahkan ke

dalam kota akuarium.

Fenomena

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) fenomena sinar laser yang diarahkan kedalam kotak akuariumberisi air (b) penggambaran cahaya dari sinar laser yang diarahkan ke dalam kotak auarium

Pada fenomena ini dapat dilihat sinar datang dari sumber cahaya

yaitu laser yang diarahkan dengan kemiringan tertentu dari atas kotak

akuarium yang berisi air. Sinar laser menuju pada permukaan air. Sinar laser

yang mengenai permukaan air tersebut diteruskan masuk ke dalam air. Pada

keadaan apabila dalam gelas tidak ada air, maka posisi sinar yang masuk ke

dalam gelas tersebut akan lurus mengikuti arah sinar dari laser, seperti yang

digambarkan dalam gambar 2.1 (b) dengan garis putus-putus. Namun ternyata

sinar yang masuk ke dalam air terlihat membelok seperti pada gambar 2.1 (a).

Konsep

Dalam peristiwa dalam gambar 2.1 (a), sinar yang kita lihat akan kita

sebut dengan sinar datang dan sinar bias. Di mana sinar datang adalah sinar

udara

air laser


(39)

dari sumber cahaya menuju bidang batas. Sinar merambat di suatu medium.

Sinar datang ini merambat pada medium 1 yaitu medium udara. Sinar datang

ditunjukkan dalam gambar 2.2 dengan tanda panah berwarna biru.

Gambar 2.2 Potret peristiwa sinar laser

Kemudian yang disebut dengan sinar bias adalah sinar yang masuk

melalui bidang batas. Sinar bias merambat di medium 2 yaitu medium air.

Sinar bias ditunjukkan dalam gambar 2.2 dengan tanda panah berwarna hijau.

Di antara medium 1 dan medium 2 terdapat bidang batas. Dimana

bidang batas merupakan bidang yang membatasi medium 1 dengan medium

2. Dalam gambar 2.2 ditunjukkan dengan tanda panah berwarna kuning.

Berikut ilustrasi konsep dalam fenomena tersebut.

Gambar 2.3 Konsep dalam peristiwa sinar laser dari udara ke air

Pada titik dimana sinar datang mengenai bidang batas (permukaan


(40)

terhadap bidang batas ini disebut garis normal. Dari kejadian ini terbentuk 2

sudut. Sudut yang terbentuk yaitu sudut antara sinar datang dengan garis

normal yang disebut dengan sudut datang (i) serta sudut yang terbentuk

antara sinar bias dengan garis normal yang disebut sudut bias (r). Terlihat

pada gambar 2.3 sudut datang lebih besar dari sudut bias (i > r) dan sinar bias

bergerak mendekati garis normal.

Gambar 2.4 Konsep dalam peristiwa sinar laser dari air ke udara

Kemudian jika sinar datang dari sumber cahaya diarahkan dari

bawah kotak akuarium. Peristiwa pada gambar 2.4 medium 1 adalah air.

Maka yang terjadi, sinar dari sumber cahaya (laser) yang masuk melalui

bidang batas ternyata sinarnya membelok meninggalkan garis normal di

medium 2. Pada peristiwa ini medium 2 adalah udara. Jadi sinar bias tersebut

bergerak menjauhi garis normal. Di sini terlihat sudut datang lebih kecil dari

sudut bias (i < r).

Apabila sudut datang diperbesar terus menerus, sudut bias akan

semakin besar pula dan semakin menjauh dari garis normal, maka ada saatnya

sinar bias akan mengarah sepanjang permukaan batas/ sejajar dengan

permukaan batas yang berarti besar sudut biasnya 90°. Untuk sudut datang


(41)

dibiaskan, seluruhnya akan dipantulkan. Fenomena ini disebut sebagai

refleksi internal total (pemantulan total atau pemantulan sempurna). Sudut

kritis dapat diperoleh dengan rumus n1 sin ɵc = n2 sin 90° atau .

Untuk medium air dengan indeks bias (n1) sebesar 1,33 dan medium udara

dengan indeks bias (n2) sebesar 1,0003 maka sin ɵc = (1,0003/ 1,33) = 0,752

sehingga didapat ɵc = 48,77°. Dengan memperbesar sudut datang, maka

ketika kita memberikan sudut yang lebih besar dari 48,77° yang terjadi

adalah sinar akan mengalami pemantulan.

Peristiwa membeloknya sinar diakibatkan oleh perubahan cepat

rambat cahaya dalam medium. Dimana cepat rambat cahaya dipengaruhi oleh

kerapatan medium tersebut. Perbandingan cepat rambat cahaya ini

selanjutnya kita sebut sebagai indeks bias. Ada dua macam indeks bias yaitu

indeks bias mutlak dan indeks bias relatif.

Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di

ruang hampa dengan cepat rambat cahaya di medium tersebut dimana

n : indeks bias mutlak medium

c : cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 x 108 meter/sekon)

v : cepat rambat cahaya di suatu medium (meter/sekon)

Sesuai gambar konsep peristiwa sinar laser (gambar 2.3), indeks bias

mutlak medium 1 disimbolkan dengan n1 sedangkan indeks bias mutlak

medium 2 disimbolkan dengan n2. Jadi persamaan indeks bias medium untuk


(42)

medium 1

dan medium 2

Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias suatu medium terhadap

indeks bias medium yang lain (misanya medium 1 terhadap medium 2).

2 1 12

n n n  dimana

n12 : indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2

n1 : indeks bias mutlak medium 1 (indeks bias medium tempat sinar datang)

n2 : indeks bias mutlak medium 2 (indeks bias medium tempat sinar bias)

Teori

Pada gambar 2.3 dan 2.4 di atas tampak bahwa sinar datang,

sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar dan ketiganya

berpotongan pada satu titik. Bidang datar yang dimaksud dalam peristiwa

pembiasan adalah bidang dimana sinar-sinar tersebut digambarkan.

Contohnya apabila kita menggambarkan sinar-sinar ini di atas kertas, maka

yang disebut dengan bidang datar adalah kertas. Pernyataan tersebut

dikemukakan oleh Willeboard Snellius seorang fisikawan berkebangsaan

Belanda yang kemudian dikenal sebagai Hukum I Snellius atau Hukum I

Pembiasan. Pernyataan Hukum Snellius I adalah “Sinar datang, sinar bias, garis normal berada pada satu bidang datar”


(43)

Dari kenyataan yang terjadi pada fenomena sinar laser di atas tampak

bahwa sinar datang dari medium 1 yaitu udara menuju medium 2 yaitu air,

sinar bias bergerak membelok mendekati garis normal (gambar 3). Sedangkan

ketika sinar datang dari medium 1 yaitu air menuju medium 2 yaitu udara,

sinar bias bergerak membelok menjauhi garis normal (gambar 4). Peristiwa

pembiasan kemudian dijelaskan Snellius dengan teori yang sekarang kita

kenal dengan Hukum II Snellius. Pernyataan Hukum Snellius II adalah

“Sinar datang dari medium kurang rapat menuju ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya sinar datang dari medium lebih

rapat ke medium kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal.”

Snellius menjelaskan peristiwa tersebut dengan rumusan teori yang

memberikan hubungan antara sudut datang dengan sudut bias pada cahaya

yang melalui batas antara 2 medium yang berbeda kerapatannya (indeks bias)

yaitu “Perbandingan antara sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias (r)

merupakan kebalikan dari perbandingan dari kedua indeks bias.” Secara matematis

dimana

maka

atau


(44)

Penjelasan Teori

Gambar 2.5 Diagram pembiasan pada sinar laser dari udara ke air

Seperti yang telah dipelajari dalam subab cahaya bahwa cahaya

dipantulkan dan juga dibiaskan. Pembiasan cahaya terjadi apabila cahaya

melewati batas dua medium yang berbeda kerapatannya (misalnya udara

dengan air), ditandai dengan pembelokan cahaya pada bidang batas tersebut.

Cahaya dapat membelok karena pada fenomena sinar laser ini cahaya yang

memiliki cepat rambat merambat dari medium udara menuju air atau

sebaliknya ari ke udara. Dimana kecepatan merambat dipengaruhi oleh indeks

bias medium. sedangkan indeks bias medium berkaitan dengan kerapatan

mediumnya. Kerapatan medium udara kurang rapat bila dibandingkan dengan

kerapatan medium air. Pada gambar 2.5 digambarkan dengan perbedaan

panjang garis panah. Cepat rambat cahaya di udara (v1) lebih besar dari cepat

rambat cahaya di air (v2). Digambarkan garis panah v1 di medium 1 (udara)

lebih panjang dibandingkan dengan v2 di medium 2 (air). Oleh karena cepat

rambat cahaya tersebut berubah, maka sinar bias arahnya tidak lagi lurus

dengan arah sinar datang melainkan membelok seperti pada gambar.

Lihat gambar 2.5, cahaya datang dengan sudut i dan dibiaskan


(45)

adalah v2. Di sini terdapat hubungan antara cepat rambat cahaya dengan

indeks bias medium. Dimana indeks bias medium berkaitan dengan kerapatan

suatu medium. Jadi apabila cahaya bergerak dari suatu medium ke medium

lain yang lebih rapat, itu berarti cahaya bergerak dari medium 1 ke medium 2

yang mempunyai indeks bias lebih besar dan karena itu maka cepat rambat

cahaya dalam medium 2 lebih lambat. Hal itu menyebabkan sudut bias lebih

kecil dalam medium 2 daripada sudut datang di medium 1 (r < i), sehingga

cahaya dibelokkan mendekati normal. Jadi apabila cahaya bergerak ke suatu

medium yang lebih rapat, menyebabkan cepat rambat cahaya semakin

berkurang. Hal ini mengartikan bahwa indeks bias medium 1 lebih kecil dari

medium 2.

Sesuai dengan peristiwa sinar laser yang diarahkan ke permukaan air

di dalam kotak akuarium pada keadaan pertama (sinar datang dari udara), itu

mengartikan bahwa indeks bias udara lebih kecil dibandingkan dengan indeks

bias air, maka cepat rambat sinar laser akan mengecil ketika sinar tersebut

masuk ke dalam air. Perubahan cepat rambat mengakibatkan cahaya

mengalami pembelokan arah rambat. Ketika cepat rambat cahaya berkurang,

berarti indeks bias medium bertambah sehingga terlihat pada gambar sinar

bias bergerak mendekati garis normal. Hal itu menunjukkan bahwa besar

sudut bias yang terbentuk lebih kecil dari sudut datang (r < i). Berlaku untuk

kebalikannya, ketika cahaya bergerak dari suatu medium ke medium lain

yang kurang rapat, cahaya bergerak ke medium 2 yang mempunyai indeks


(46)

dalam medium 2 lebih cepat. Hal itu menyebabkan sudut bias lebih besar

dalam medium 2 daripada sudut datang di medium 1 (r > i), sehingga cahaya

dibelokkan menjauhi normal. ketika cepat rambat cahaya bertambah, berarti

indeks bias medium berkurang sehingga terlihat pada gambar sinar bias

bergerak menjauhi garis normal. Hal itu menunjukkan bahwa besar sudut bias

yang terbentuk lebih besar dari sudut datang (r > i).

Jadi pembiasan cahaya adalah suatu peristiwa dimana cahaya

diteruskan atau dibelokkan ketika merambat melalui dua medium yang

berbeda kerapatannya.

Adapun sifat-sifat dari sinar bias, yaitu

1. Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan

mendekati garis normal. Dengan demikian, sudut bias (r) akan lebih kecil

daripada sudut datang (i).

2. Sinar datang tegak lurus bidang batas, maka akan diteruskan. Jika sinar

datang tegak lurus pada permukaan bidang batas, bagian sinar yang datang

akan diteruskan tanpa berubah arah. Sinar yang datang menuju bidang


(47)

3. Sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat dibiaskan

menjauhi garis normal. Dengan demikian, sudut bias (r) akan lebih besar


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan

metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development

(R&D). Menurut Sugiyono (2010: 407), metode penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sedangkan Trianto

(2010: 243) mengemukakan bahwa produk tersebut dapat berbentuk benda

atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu

pembelajaran di kelas atau laboratorium dan juga perangkat lunak (software),

seperti program komputer, model pembelajaran, dan lain – lain.Dalam penelitian ini, peneliti akan dihadapkan pada langkah mendesain, menyusun,

mengimplementasikan suatu objek (model) tertentu untuk diujicobakan dan

dilihat dampaknya dari hasil uji coba tersebut yang kemudian direvisi.

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa video

pembiasan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei tahun 2015 di dua

tempat yaitu di rumah peneliti terletak di Gombong dan di Yogyakarta.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Agar efektifitas produk diketahui, dalam penelitian ini peneliti


(49)

X dengan subyek penelitian adalah siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X.

Pemilihan populasi berdasarkan kedekatan lingkungan rumah dengan peneliti

dan kedekatan relasi dengan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti tidak

mengetahui tingkatan prestasi setiap siswa di sekolah apakah termasuk dalam

klasifikasi menonjol atau tidak.

Tabel 3.1 Subyek penelitian

Tahapan Populasi Subyek

Jumlah Sampel

Karakteristik Sampel

Proses, Orientasi, dan Hasil Uji Coba

Awal dan uji coba

3 orang Tenaga ahli dan mahasiswa: perancangan, media,

dan bidang studi

(Expert Judgement), kuesioner, draf awal

produk:

kesesuaian substansi, metodologi, dan ketepatan media Utama,

Satu orang, Kelompok (3 kelompok)

10 orang 4 orang 6 orang

Pemakaian produk: siswa, variasi jenjang SMP dan

SMA

Kesesuaian produk dengan pemakai

D. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan memanfaatkan video.

Treatment dalam penelitian ini berupa pembelajaran dengan video pembiasan

yang dibuat oleh peneliti. Pembelajaran dengan menggunakan dukungan

video dilaksanakan di sebuah ruangan dengan fasilitas laptop yang disediakan

oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti sebagai moderator agar penelitian

berjalan dengan baik dan sebagai pengumpul dokumen berupa foto.

Pelaksanaan belajar dengan video dilaksanakan dengan durasi yang

berbeda-beda bergantung pada siswa. Rentang waktu dalam pelaksanaan penelitian ini


(50)

Secara teknis pembelajaran menggunakan video dilasanakan dengan

sebelumnya siswa mengerjakan soal-soal pre test. Kemudian treatment yang

diterapkan kepada siswa yaitu (a) siswa belajar dengan video pembiasan

bagian 1 dilanjutkan mengerjakan soal-soal post test I, (b) siswa belajar

dengan video pembiasan bagian 2, dilanjutkan mengerjakan soal-soal post

test II, (c) siswa belajar dengan video pembiasan bagian 3, dilanjutkan

mengerjakan soal-soal post test III. Penelitian ini diahiri dengan mengisi

kuesioner.

Dalam penelitian ini selama proses belajar dengan video pembiasan,

siswa diperbolehkan secara bebas untuk mengulang kembali, menghentikan,

dan memaju mundurkan video berkali-kali serta diperbolehkan untuk saling

berdiskusi. Namun dalam pengerjaan soal-soal pre test dan post test

dikerjakan secara mandiri.

Oleh karena dalam penelitian ini peneliti yang menyesuaikan dengan

jadwal siswa, maka terdapat siswa yang belajar dengan video pembiasan

sendiri (tanpa berdiskusi) dan berkelompok (dengan berdiskusi). Pada

dasarnya dalam satu kelompok terdiri dari dua siswa dengan menggunakan

satu leptop. Di sini terdapat 3 kelompok. Dimana 2 kelompok terdiri dari

empat siswa SMA kelas X dan 1 kelompok tersiri dari dua siswa SMP kelas

VII. Sedangkan belajar dengan video pembiasan sendiri (tanpa berdiskusi)


(51)

Langkah peneliti dalam penelitian ini adalah sebaga berikut:

1. Tahap Perencanaan

a. Studi literatur mengenai video

b. Analisis materi yang diambil untuk pembuatan produk

c. Konsultasi materi dengan ahli (Pak Sarkim dan Bu Sri)

d. Pembuatan instrumen penelitian (media pembelajaran berupa video,

soal – soal pre test dan post test, serta kuesioner)

e. Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan

judgement instrumen penelitian yang kemudian diuji cobakan dan

dianalisis.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pre test

b. Mengimplementasikan produk kepada subyek penelitian

c. Melaksanakan post test


(52)

Gambar. 3.1 Diagram alur penelitian

Revisi & Penyempurnaan

PRODUK FINAL

Implementasi produk kepada subyek

penelitian

Pembuatan Produk

VIDEO AWAL

Perencanaan: 1. Analisis awal 2. Analisis akhir

3. Pengumpulan materi dan pendukung materi

Perencanaan lanjutan:

1.Penyusunan skenario

Validasi Ahli oleh: Dosen Pembimbing

Valid Revisi & Evaluasi

Valid

Validasi Ahli oleh: Dosen Pembimbing

Revisi & Evaluasi

VIDEO HASIL REVISI


(53)

E. Instrumen Penelitian

Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

instrumen untuk pelaksanaan kegiatan belajar dan instrumen pengumpulan

data. Instrumen untuk pembelajaran adalah video mengenai pembiasan.

Sedangkan instrumen untuk pengumpulan data meliputi soal pre test – soal pos test dan kuisioner tertutup. Penyusunan Instrumen dalam penelitian ini

oleh peneliti dengan dibimbing pihak yang berpengalaman yaitu dosen

pembimbing.

Berikut penjelasan dari masing – masing instrumen yang dipergunakan: 1. Video pembiasan

Video ini berisi mengenai fenomena pembiasan yang terjadi pada

sinar laser. Fenomena yang terjadi digunakan untuk menjelaskan konsep

– konsep yang ada dalam peristiwa pembiasan cahaya (CD video terlampir). Pelaku dan narator dalam video ini adalah peneliti sendiri.

2. Soal pre test dan post test

Penyusunan pertanyaan- pertanyaan dalam soal pre test dan post test

disesuaikan dengan cakupan konsep dasar pembiasan yang dijabarkan

dalam video pembiasan. Jumlah dan tingkat kesulitan soal pre test dan

post test adalah sama. Soal pre test diberikansebelum siswa belajar

dengan video pembiasan, sedangkan soal postest diberikan setiap kali

siswa selesai belajar materi pembiasan denganvideo. Soal post test dibagi

menjadi tiga bagian karena video dalam penelitian ini dibagi dalam tiga


(54)

pengetahuan awal siswa mengenai pembiasan dan tujuan dari post

testadalah untuk mengetahui pemahaman siswa setelah siswa belajar

dengan video.

3. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuisioner

dibagikan kepada responden untuk mengetahui tanggapan siswa

mengenai video yang dikembangkan pada pokok bahasan pembiasan

dalam pembelajaran.

Tabel 3.2 Kisi – kisi kuesioner

No Indikator No

Pertanyaan Aspek Media

1. Keterbacaan teks pada video 4 2.

Penggunaan suara musik sebagai backsound 6 3. Kejelasan suara narasi pada video 6,8

Aspek instruksional

1 Penggunaan bahasa yang dipakai pada video 8 2 Pemahaman siswa akan materi dalam video 1,3 3 Pemahaman siwa akan pembelajaran dengan

video

2, 5, 7, 10, 11 4

Minat siswa terhadap fisika 3, 9,11 5 Frekuensi pengulangan kembali video dalam

memahami materi


(55)

F. Validitas

 Uji Validasi Produk

Dalam penelitian ini, uji validasi produk pertama dilakukan oleh

ahli, yaitu dosen pembimbing, kemudian tahap kedua dilakukan uji coba

terhadap mahasiswa.

Uji validasi produk dimaksudkan untuk memperoleh masukan, dan

penilaian kelayakan produk yang dikembangkan oleh peneliti.

 Uji validasi instrument

Instrumen berupa soal pre test dan post test, serta kuisioner disusun

oleh peneliti. Uji validasi instrument dilakukan oleh dosen pembimbing.

G. Teknik Analisis Data

1. Efektivitas pemanfaatan video pembiasan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sebelum

diberikan treatment (pre test) dan data sesudah diberi treatment (post

test).Hasil pre test dan post test dideskripsikan dan di skoring. Pada setiap

jawaban siswa dianalisis sesuai pedoman kategori dan skoring penilaian

yang terdapat dalam lampiran. Jawaban pre test dan post test siswa dibagi

ke dalam dua kategori yaitu siswa mengalami perubahan pemahaman dan

siswa tidak mengalami perubahan pemahaman. Di mana pada kategori

siswa tidak mengalami perubahan pemahaman, dibagi menjadi dua sebab,

yaitu karena konsep sudah dikuasai siswa dan konsep yang dikuasai siswa

salah. Selanjutnya hasil deskripsi jawaban siswa dari pre test dan post test


(56)

Tabel 3.3Format kategori penilaian pemahaman siswa SMP dan SMA terkait konsep pembiasan

Konsep Esensi/ Jawaban yang Diharapkan

Kode Siswa

Kategori Pemahaman Konsep yang dikuasai

Keterangan Sebelum belajar

dengan video pembiasan (pre test)

Setelah belajar dengan video pembiasan (post test) Fenomena

pembiasan Bagian – bagian (komponen) dari peristiwa pembiasan Dst....

Setelah jawaban siswa dianalisis, kemudian dilakukan

pengelompokan berdasarkan kategori siswa mengalami perubahan dan

siswa tidak mengalami perubahan pemahaman (karena konsep

salah/konsep telah dikuasai). Di bawah ini merupakan format tabel

pengelompokan perbandingan tingkat kesulitan konsep dalam merubah

pemahaman siswa SMP dan SMA:

Tabel 3.5 Format perbandingan tingkat kesulitan konsep dalam merubah pemahaman siswa SMP dan SMA

Konsep dalam Pembiasan Jenjang

Jumlah Siswa Mengalami

Perubahan Pemahaman

Tidak Mengalami Perubahan Pemahaman

Total Konsep

salah

Konsep sudah dikuasai

Fenomena pembiasan SMP

SMA Bagian – bagian (komponen) dari

peristiwa pembiasan

SMP SMA Dst....


(57)

Kemudian penskoran untuk pre test dan post test diakukan dengan

menentukan skor untuk setiap soal, menghitung skor total, dan kemudian

menghitung nilai. Pemberian jumlah total skor pada soal pre test sama

dengan pemberian jumlah total skor pada post test. Skor setiap jawaban

siswa berpedoman pada tabel konsep, soal, aspek yang diukur, kriteria

penilaian, dan skor untuk pre test dan post test yang terdapat dalam

lampiran. Skor total yang dapat diperoleh siswa apabila menjawab seluruh

soal secara sempurna sesuai kriteria yang tepat dalam pedoman adalah 45.

Pada setiap soal terdapat skor masimal. Sedangkan skor total adalah

jumlah skor keseluruhan yang diperoleh siswa dan nilai merupakan angka

sebagai bentuk hasil dari masing – masing pre test dan post test.

Hasil skor pre test dan post test serta total skor masing–masing siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X untuk setiap soal dicantumkan ke dalam

tabel berikut:

Tabel 3.6Format skor pre test dan post test siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X setiap butir soal

Kode Siswa

Skor untuk Setiap Soal Total

Skor

1 2 3a 3b 4 5 6 7 8a 8b 8c 9 10

Agar tujuan penelitian ini dapat terjawab yaitu mengetahui sejauh

mana efektifitas pemanfaatan video dalam pembelajaranpokok bahasan

pembiasan pada siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X, maka efektivitas

penggunaan video dilihat melalui perubahan pemahaman siswa terhadap


(58)

mendeskripsikan jawaban siswa per butir soal yang kemudian diberi skor.

Hasil skor pre test dan post testsiswa kemudian dihitung nilai akhirnya dan

dicari persentase kenaikannya.

Nilai akhir pre test dan post test siswa untuk setiap soal dihitung

menggunakan pedoman sebagai berikut:

Kemudian dicantumkan ke dalam tabel:

Tabel 3.7Format hasil pre test dan post test untuk siswa SMP kelas VII dan SMA kelas X

Kode Siswa

Nilai Persentase Kenaikan

(%) Pre test Post test

Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata

Selanjutnya, total skor yang telah didapat di analisis untuk mengetahui

tingkat pemahaman konsep siswa. Analisis pemahaman dengan interval

skor yang diadopsi dari Arikunto (2003), dapat dilihat sebagai berikut:

- Skor tertinggi yang mungkin diperoleh siswa 45

- Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh siswa 0

- Penilaian menggunakan 5 (lima) kategori yaitu “sangat tinggi”,

“tinggi”, “cukup”, “rendah”, dan “sangat rendah”.

- Range = 45 - 0 = 45

- Pembagian interval


(59)

Penentuan kriteria pemahaman siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8 Klasifikasi pemahaman siswa berdasarkan skor

Interval skor Tingkat pemahaman 37– 45 Sangat Tinggi 28 – 36 Tinggi 19 – 27 Cukup 10– 18 Rendah

<9 Sangat Rendah

Selanjutnya total skor dari pretest dan posttest diberi keterangan

tingkat pemahaman berdasarkan klasifikasi seperti pada tabel diatas.

Contoh tabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9 Format tingkat pemahaman siswa

Kode

Siswa Pretest

Tingkat

pemahaman Posttest

Tingkat pemahaman A

B C Siswa n...

2. Tanggapan siswa mengenai video pembiasan dalam pembelajaran

Untuk mengetahui pendapat siswa terkait video pembiasanyang

didibuat, dilihat melalui data kuisioner. Setiap pernyataan kuisioner

disediakan lima alternatif jawaban. Alternatif jawaban tersebut

menggunakan skala sikap Likert. Dimana skala sikap Likert terdiri atas 5

persetujuan yaitu SS yang berarti sangat setuju, S yang berarti setuju, R

yang berarti ragu-ragu, TS yang berarti tidak setuju, dan STS yang berarti

sangat tidak setuju. Setiap persetujuan memiliki nilai.

Berikut pedoman alternatif jawaban beserta nilainya untuk setiap


(60)

Tabel 3.10Pemberian skor kuesioner pernyataan positif

Alternatif Jawaban Skor

Sangat tidak setuju 1

Tidak setuju 2 Ragu-ragu 3

Setuju 4

Sangat Setuju 5

Tabel 3.11Pemberian skor kuesioner pernyataan negatif

Alternatif Jawaban Skor

Sangat tidak setuju 5 Tidak setuju 4

Ragu-ragu 3

Setuju 2

Sangat Setuju 1

Setelah data skor total diolah, pertama yang dilakukan adalah

menentukan skor kriterium/ ideal dengan rumus skor ideal = skor jawaban

tertinggi x jumlah butir instrumen x jumlah responden. Selanjutnya

menentukan skor ideal untuk setiap butir instrumen = skor tertinggi x

jumlah responden. Kemudian menentukan persentase kriteria yang

diharapkan secara keseluruhan = jumlah data : skor ideal dan setiap butir

pernyataan = jumlah skor butir pernyataan : skor ideal untuk setiap butir

instrumen.

Hasil persentase setiap butir pernyataan siswa SMP dan siswa SMA


(61)

Tabel 3.12Persentase kriteria yang diharapkan setiap pernyataan kuesioner pada siswa SMP dan SMA

Aspek – Aspek Pernyataan

Siswa SMP Kelas VII

Siswa SMA Kelas X


(1)

Narator: [Mari kita menggambar konsep-konsep yang ada di dalam peristiwa sinar laser dari udara ke dalam air.]

*Menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep yang ada dalam peristiwa sinar laser dari udara ke air.*

Penjelasan narator ketika menggambarkan konsep-konsep:

[Ketika laser dinyalakan, maka sinar datang yang merambat di medium 1 yaitu udara menuju ke bidang batas. Kemudian ketika di dalam gelas tidak ada air, maka sinar ini akan searah dengan sinar yang datang. Kita gambar dengan garis putus-putus. Pada titik dimana sinar datang mengenai bidang batas kita buat garis tegak lurus terhadap bidang batas. Garis ini kita sebut dengan garis normal. Dari kejadian ini terbentuk 2 sudut. Sudut yang terbentuk yaitu sudut antara sinar datang dengan garis normal yang disebut dengan sudut datang (i) serta sudut yang terbentuk antara sinar bias dengan garis normal yang disebut sudut bias (r). Karena di dalam gelas terdapat air maka, sinar yang datang setelah melewati bidang batas membelok ke arah garis normal di medium 2 yaitu medium air. Jadi sinar bias di sini bergerak mendekati garis normal, sehingga terlihat di sini itu sudut yang terbentukantara sinar datang dengan garis normal yaitu sudut datang lebih besar dari sudut yang terbentuk antara sinar bias dengan garis normal yaitu sudut bias atau kita dapat menulisnya i > r.]

*Muncul slide bertuliskan “apa yang terjadi ketika sinar laser dari bawah kotak

diarahkan kedalam air.]

*Muncul video fenomena sinar laser yang diarahkan ke dalam kotak berisi airnamun dari bawah kotak.*

*Muncul side bertuliskan “Hal aneh apa yang kalian lihat?”, „Sinar laser membelok!!! Sama seperti ketika laser diarahkan dari atas kotak”, dan “Iya... benar, sama”*

Narator: [Mari sekarang kita gambar konsep-konsep yang ada dalam peristiwa sinar laser dari air ke udara.]

*Menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep yang ada dalam peristiwa sinar laser dari air ke udara.*

Penjelasan narator ketika menggambarkan konsep-konsep :

[Sama seperti tadi, ketika sinar laser dinyalakan, sinar datang yang merambat di medium 1 yaitu air akan menuju bidang batas. Pada titik temu antara sinar datang dengan bidang batas kita tarik kembali garis yang tegak lurus bidang batas yaitu garis normal. Ketika kita melihat kotak ini berisi penuh air, maka sinar yang ada di dalam kotak ini, maka sinar yang ada di dalam kotak ini


(2)

akan memiliki arah yang sama dengan arah sinar datang. Namun di sini hanya berisi setengah air saja, sehinga yang terjadi adalah sinar yang masuk dari bidang batas atau sinar yang keluar dari air akan menjauhi garis normal. Jadi, sinar bias ini yang merambat di medium 2 yaitu udara membelok menjauhi garis normal dan terlihat pula bawa sudut datang yang kita simbolkan dengan huruf i lebih kecil dari sudut bias yang simbolkan dengan huruf r atau. Atau dapat kita tulis i < r.]

Bagian 2

*Muncul slide bertuliskan bagian 2*

*Video penjelasan mengenaisifat-sifat sinar bias (dengan dubing tentang penjelasan).*

Penjelasannya:

Adapun sifat-sifat dari sinar bias, yaitu

1. Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Dalam peristiwa ini sudut bias (r) akan lebih kecil daripada sudut datang (i).

2. Sinar datang tegak lurus bidang batas, maka akan diteruskan. Jika sinar datang tegak urus pada permukaan bidang batas(sudut datang sama dengan 90 derajat terhadap bidang datar), bagian sinar yang datang akan diteruskan tanpa berubah arah. Sinar yang datang menuju bidang batas akan mengalami pembelokan ke bawah.

3. Sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal. Dalam peristiwa ini sudut bias (r) akan lebih besar daripada sudut datang (i).

*Video penjelasan mengenai indeks bias medium (dengan diiringi musik)*

Penjelasannya: “Peristiwa membeloknya sinar diakibatkan oleh kecepatan rambat cahaya yang dipengaruhi oleh kerapatan mediumnya. Di dalam medium yang kurang rapat, kecepatan rambat cahaya lebih besar dibandingkan pada medium yang lebih rapat. Perbandingan cepat rambat cahaya dari dua medium tersebut selanjutnya kita sebut sebagai indeks bias. Ada 2 macam indeks bias yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa dengancepat rambat cahaya di medium tersebut. Secara matematis

dimana n: indeks bias mutlak medium

,

c: cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 x 10m/s),v: cepat rambat cahaya di suatu medium. Indeks bias relatif (n1,2 ) merupakan perbandingan indeks bias suatu medium (n1) dengan


(3)

Narator: [Setelah kita mengetahui fenomena dan konsep-konsep yang ada di dalam video. Mari sekarang kita meneliti teori apa yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.]

*Menunjukkan kembali gambar konsep-konsep yang ada dalam peristiwa sinar laser dari udara ke air.*

Narator: [Mari kita lihat kembali gambar yang telah kita buat. Di sini sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar dan ketiganya berpotongan pada satu titik. Hal ini berlaku pada semua keadaan. Dapat dilihat ketika sinar datang dari medium udara ke air sama seperti ketika sinar datang dari medium air ke udara. Bidang datar yang kita maksud disini adalah bidang dimana sinar-sinar tersebut kita gambarkan. Karena kita menggambarnya di papan tulis, maka yang kita disebut dengan bidang datar adalah papan tulis. Nah ketika kita menggambar sinar-sinar tersebut diatas kertas, maka yang kita sebut sebagai bidang datar adalah kertas.]

*Slide bertuliskan ”Peristiwa pembiasan dijelaskan dengan teori Hukum Snellius.

Nama Hukum ini diambil dari nama seorang fisikawan berkebangsaan Belanda yaitu Willeboard Snellius (menampilkan foto Willeboard Snellius). Pernyataan atas keadaan pembiasan tersebut sekarang kita kenal sebagai Hukum I Snellius atau Hukum I Pembiasan.”

*Muncul slide pernyataan (dengan diiringi musik): “Hukum I Snellius adalah

“Sinar datang, sinar bias, garis normal berada pada satu bidang datar.”*

*Menampilkan video penjelasan keterkaitan antara peristiwa pembiasan dengan Hukum II Snellius (dengan dubing penjelasan)*

Narator: [*menampilkan gambar peristiwa sinar laser dari udara ke air* Dari kenyataan yang terjadi pada fenomena sinar laser di atas tampak bahwa sinar datang dari medium 1 yaitu udara menuju medium 2 yaitu air, sinar bias bergerak membelok mendekati garis normal. *menampilkan gambar peristiwa sinar laser dari air keudara* Sedangkan ketika sinar datang dari medium 1 yaitu air menuju medium 2 yaitu udara, sinar bias bergerak membelok menjauhi garis normal. Peristiwa pembiasan kemudian dijelaskan Snellius dengan teori yang sekarang kita kenal dengan Hukum II Snellius. Pernyataan Hukum II Snellius adalah “Sinar datang dari medium kurang rapat menuju ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang

rapat dibiaskan menjauhi garis normal.”

Bagian 2


(4)

Narator: [Setelah ini kita akan meneliti sebenarnya apa sih yang yang membuat sinar tersebut membelok ketika masuk ke dalam air.] *Video mengenai penjelasan terjadinya peristiwa pembiasan (dengan gambar dan slide show)*

*Menampilkan gambar diagram yang dialami cahaya: pemantulan & pembiasan* Penjelasan: Seperti yang telah dipelajari dalam subab cahaya bahwa cahaya dipantulkan dan juga dibiaskan (ditransmisikan). Dibiaskan itu istilahnya ditransmisikan artinya sinar tersebut dapat diteruskan atau dibelokkan. Di sini cahaya dari sinar laser mengalami proses pembiasan. Pembiasan cahaya terjadi apabila cahaya melewati batas dua medium yang berbeda kerapatannya (misalnya udara dengan air), ditandai dengan pembelokan cahaya pada bidang batas tersebut. Cahaya dapat membelok karena pada fenomena sinar laser ini cahaya yang memiliki cepat rambat merambat dari medium udara menuju air atau sebaliknya dari air ke udara. Dimana kecepatan merambat dipengaruhi oleh indeks bias medium. Sedangkan indeks bias medium berkaitan dengan kerapatan mediumnya.Kerapatan medium merupakan perbandingan masssa medium dengan volume medium tersebut. nama lainnya adalah massa jenis.

*Menampilkan video penjelasan (dengan potret dan gambar diagram peristiwa pembiasan pada sinar laser dari udara ke air)*

Penjelasan: Lihat gambar, cahaya datang dengan sudut i dan dibiaskan dengan sudut r. Cepat rambat cahaya di medium 1 adalah v1 dan di medium

2 menjadiv2. Di sini terdapat hubungan antara cepat rambat cahaya dengan

indeks bias medium. Ketika cahaya bergerak ke suatu medium yang kerapatan mediumnya lebih rapat contohnya fenomena saat cahaya merambat dari udara ke air, maka itu artinya cahaya masuk dari medium yang indeks bias mediumnya kecil ke medium yang indeks biasnya lebih besar. Dan karena itu cepat rambat cahaya semakin berkurang, oleh sebab itu besar sudut bias yang terbentuk lebih kecil dari sudut datang (r < i), maka terlihat pada gambar, sinar bias bergerak dibelokkan mendekati garis normal.

*Menampilkan video penjelasan (dengan potret dan gambar diagram peristiwa pembiasan pada sinar laser dari air ke udara)*

Berlaku untuk kebalikannya, ketika cahaya bergerak ke suatu medium yang kerapatan mediumnya kurang rapat contohnya fenomena saat cahaya merambat dari air ke udara, maka itu artinya cahaya masuk dari medium yang indeks biasnya besar ke medium yang indeks biasnya lebih kecil. Dan karena itu cepat rambat cahaya semakin bertambah, oleh sebab itu besar sudut bias yang terbentuk lebih besar dari sudut datang (r > i), maka terlihat pada gambar sinar bias bergerak dibelokkan menjauhi garis normal.


(5)

*Menampilkan video penjelasan (dengan diiringi musik)*

Penjelasan: Snellius menjelaskan peristiwa tersebut dengan rumusan teori yang memberikan hubungan antara sudut datang dengan sudut bias pada cahaya yang melalui batas antara 2 medium yang berbeda kerapatan mediumnya.

Rumusan Hukum II Snellius yaitu perbandingan antara sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias (r) selalu konstan.

Secara matematis dirumuskan menjadi

dimana

sehinga

atau n1 sin i = n2 sin r

*Menampilkan kesimpulan mengenai point-point apa saja yang telah dipelajari bersama melalui slide show (dengan dubing dan diiringi musik)*

1. Jadi pembiasan cahaya adalah suatu peristiwa dimana cahaya diteruskan atau dibelokkan ketika merambat melalui dua medium yang berbeda kerapatannya.

2. Sinar datang adalah sinar dari sumber cahaya menuju bidang batas yang merambat di medium 1.

3. sinar bias adalah sinar yang masuk melalui bidang batas yang merambat di medium 2.

4. Bidang batas adalah bidang yang membatasi medium 1 dengan medium 2. 5. Garis normal adalah garis yang tegak lurus bidang batas. Garis ini ditarik

dari titik temu sinar datang dengan bidang batas.

6. Sudut datang (i) adalah sudut yang terbentuk antara sinar datang dengan garis normal.

7. Sudut bias (r) adalah sudut yang terbentuk antara sinar bias dengan garis normal.

8. Indeks bias mutlak medium (n) adalah perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa (c = 3 x 108) dengancepat rambat cahaya di medium tersebut (v).

9. Indeks bias relatif (n1,2 ) merupakan perbandingan indeks bias suatu medium

(n1) dengan indeks bias medium lain (n2).

*Closing*

Narator : [Terimakasih sudah menyaksikan video ini. Semoga melalui video ini kaian dapat memahami lebih dalam mengenai peristiwa pembiasan.]


(6)

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Siswa SMA kelas X