PENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KALIKAJAR PURBALINGGA.

(1)

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KALIKAJAR PURBALINGGA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Pambajeng Nur Anis NIM 10105244031

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KALIKAJAR PURBALINGGA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Pambajeng Nur Anis NIM 10105244031

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v MOTTO

“Education Is Not Received, It Is Achieved”. (Aristoteles)


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, makalah tugas akhir ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu Sumarni, Bapak Bambang Sunarto, yang senantiasa memberikan

semangat, motivasi, bimbingan, nasehat, dan do’a disetiap langkahku

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Semua pihak yang ikut mendukung penulisan skripsi ini.


(8)

vii

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KALIKAJAR PURBALINGGA

Oleh:

Pambajeng Nur Anis NIM 10105244031

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatkan hasil belajar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga menggunakan metode pembelajaran Talking Stick.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Kalikajar, Purbalingga sebanyak 36 siswa. Penelitian terdiri dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pra siklus terdiri atas 2 pertemuan, siklus pertama terdiri atas 2 pertemuan, dan siklus kedua terdiri atas 2 pertemuan. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan tes tertulis. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif analisis komparatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga dengan menggunakan metode pembelajaran Talking Stick. Hasil penelitian diketahui bahwa pada prasiklus siswa sebanyak 16 siswa (44,44%) dinyatakan tuntas dan 20 siswa (55,56%) dinyatakan tidak tuntas, pada siklus I sebanyak 31 siswa (86,11%) dinyatakan tuntas dan sebanyak 5 siswa (13,89%) dinyatakan tidak tuntas, dan pada siklus II sebanyak 36 siswa (100,00%) dinyatakan tuntas. Peningkatan nilai rata-rata pada pra siklus ke siklus I memiliki nilai mean sebesar 69,17; peningkatan nilai rata-rata pada pra siklus ke siklus II memiliki nilai mean sebesar 74,58; peningkatan nilai rata-rata pada siklus I ke siklus II memiliki nilai mean sebesar 79,03. Sedangkan, pada pra siklus, siklus I, dan siklus II tidak ada selisih yang berarti karena tidak ada minus pada rata-rata. Hasil selisih sebesar 10,83 diperoleh dari pengurangan nilai rata-rata siklus I dan siklus II.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Laporan skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan Akademik Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Melalui kegiatan ini mahasiswa dapat melihat langsung, mengimplementasikan hal-hal yang sudah di dapat dalam perkuliahan ke dalam sebuah penelitian dalam bentuk skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, ada banyak bantuan, bimbingan dan dukungan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan berbagai kemudahan.

3. Dr. Sugeng Bayu Wahyono selaku Ketua Jurusan Fakultas Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ijin dan fasilitas dalam melancarkan proses penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. C. Asri Budiningsih dan Dr. Christina Ismaniati, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga untuk membimbing, memotivasi, memberikan arahan, serta saran-saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa SD Negeri 1 Kalikajar Purbalingga yang telah meluangkan waktu untuk dapat membantu terlaksananya penelitian ini. 6. Bapak, ibu, adik dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat

dan doa yang tiada henti hingga terselesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku Dewi Rahmawati Sumarah, Ageng, Andhika, Ardi dan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas semangat, dukungan, dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(10)

(11)

x

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ……… ... 14

1. Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 14

a. Hakikat Bahasa Indonesia ... 14

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar . 16

c. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 18

d. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 19

2. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 22


(12)

xi

b. Perkembangan Sosial ... 25

c. Perkembangan Emosional ... 27

3. Metode Pembelajaran ... 29

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 29

b. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran ... 31

4. Hasil Belajar ... 32

a. Pengertian Hasil Belajar ... 32

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar ... 34

5. Metode Talking Stick... 37

a. Pengertian Metode Talking Stick ... 38

b. Langkah-langkah Talking Stick ... 41

c. Kelebihan dan Kekurangan Talking Stick ... 43

d. Peran Metode Talking Stick Dalam Bahasa Indonesia ... 44

e. Penerapan Metode Talking Stick Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 46

f. Langkah-langkah Penggunaan Metode Talking Stick Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 50

6. Kedudukan Penelitian Pada Bidang Garapan Teknologi Pendidikan ... 51

B. Penelitian yang Relevan ... 56

C. Kerangka Berpikir ... 57

D. Hipotesis Tindakan ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 59

B. Subjek Penelitian ... 62

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62

1. Tempat Penelitian... 62

2. Waktu Penelitian ... 62

D. Model Penelitian ... 62


(13)

xii

1. Refleksi Awal ... 63

2. Perencanaan Tindakan ... 64

3. Pelaksanaan Tindakan ... 65

4. Observasi, Refleksi, Evaluasi ... 67

F. Teknik Pengumpulan Data ... 68

1. Observasi ... 68

2. Wawancara ... 70

3. Tes ... 71

G. Instrumen Penelitian... 72

H. Uji validasi Instrumen ……… 74

I. Teknik Analisis Data ... 78

J. Indikator Keberhasilan ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 82

1. Prasiklus ... 82

2. Siklus I ... 87

3. Siklus II ... 100

B. Pembahasan ... 117

C. Keterbatasan Penelitian ... 122

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Lembar Observasi Kegiatan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 69

Tabel 2. Kisi-Kisi Wawancara ... 70

Tabel 3. Kisi-Kisi Siswa ... 72

Tabel 4. Lembar Observasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 73

Tabel 5. Hasil Uji Validitas ... 77

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas ... 78

Tabel 7. Kriteria Tingkat Kecenderungan Hasil Belajar Siswa ... 80

Tabel 8. Data Prasiklus ... 85

Tabel 9. Frekuensi Data Prasiklus Hasil Belajar Siswa ... 87

Tabel 10. Hasil Observasi Guru Siklus I ... 94

Tabel 11. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus I ... 95

Tabel 12. Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I ... 97

Tabel 13. Kategori Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus 1 ... 98

Tabel 14. Hasil Observasi Guru Pada Siklus II... 104

Tabel 15. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus II ... 105

Tabel 16. Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II ... 106

Tabel 17. Kategori Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II ... 108

Tabel 18. Peningkatan Ketuntasan Siswa ... 110

Tabel 19. Perbandingan Prestasi Observasi dan Siklus I ... 112

Tabel 20. Perbandingan Prestasi Observasi dan Siklus II ... 113

Tabel 21. Perbandingan Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 114


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ... 58

Gambar 2. Model Penelitian ... 62

Gambar 3. Diagram Batang Ketuntasan KKM Prasiklus ... 83

Gambar 4. Prasiklus Siswa ... 87

Gambar 5. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I ... 99

Gambar 6. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II ... 108

Gambar 7. Peningkatan Ketuntasan Siswa... 111


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Lembar Observasi ... 130

Lampiran 2. Silabus ... 132

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 133

Lampiran 4. Hasil Olah Data ... 146

Lampiran 5. Dokumentasi ... 166

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ... 169


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua Mata Pelajaran. Bahasa Indonesia digunakan sebagai modal dasar untuk menggali dan mempelajari ilmu pengetahuan, serta mampu mengembangkan potensi manusia. Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budaya, perasaan, serta mampu berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan Bahasa tersebut, dan menggunakan kemampuan berpikir maupun berimajinasi yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipelajari pada pendidikan dasar dan menengah yang mencakup kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan yang digunakan untuk mengembangkan pemahaman siswa terhadap Bahasa Indonesia sebagai upaya meningkatkan kemampuan intelektual serta memperluas wawasan. Tujuan dan fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yaitu sebagai sarana peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, sebagai sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan, sarana pengembangan penataran, dan sarana pemahaman


(18)

2

keanekaragaman budaya Indonesia melalui khasanah Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2004: 3).

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia membutuhkan proses pembelajaran yang optimal, supaya tujuan pembelajaran tercapai sesuai yang diharapkan. Kesadaran baik dari siswa sebagai subjek yang terlibat secara aktif dalam proses belajar maupun guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan, karena belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 51) berpendapat bahwa proses pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Melalui partisipasi seorang siswa akan dapat memahami pelajaran dari pengalamannya sehingga akan meningkatkan hasil belajarnya. Oleh karena itu, diperlukan metode penyampaian materi yang tepat, yang dapat memberdayakan siswa baik dari segi akademik maupun kecakapan sosial, dapat memecahkan masalah dengan sifat terbuka dan suatu pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bisa menjadi pembelajaran yang menarik bagi siswa apabila guru dapat membelajarkan siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tepat. Agar pembelajaran Bahasa Indonesia aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat


(19)

3

dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran tertentu. Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa. Selain memberikan variasi dalam proses pembelajaran, penggunaan suatu metode pembelajaran juga diyakini dapat menciptakan situasi pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan. Menurut Roestiyah (1998: 1) metode digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau untuk menjawab suatu pertanyaan. Sedangkan, menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Begitu juga dalam penelitian ini, salah satu tujuan digunakannya metode pembelajaran adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar Bahasa Indonesia. Salah satu Mata Pelajaran yang diajarkan di SD kelas V adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan Mata Pelajaran yang sangat menarik, karena didalamnya terdapat keterampilan menulis, membaca, mendengarkan, dan berbicara. Keterampilan tersebut dapat meningkatkan kecakapan siswa dalam berbicara.

Berdasarkan hasil wawancara awal pada tanggal 14 September 2015 yang dilakukan kepada guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, terdapat masalah bahwa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia masih mengalami kendala. Pola pembelajaran yang digunakan cenderung kurang melibatkan keaktifan siswa secara optimal yang berdampak pada kurang maksimalnya hasil belajar siswa.


(20)

4

Penerapan metode pembelajaran yang sering digunakan berupa metode diskusi yang di dalam diskusi tersebut masih terdapat siswa yang tidak memahami kegiatan belajar. Walaupun dalam praktiknya guru sering menggunakan metode pembelajaran lain seperti metode simulasi, akan tetapi pencapaian hasil belajar siswa masih kurang optimal. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan kepada guru diketahui bahwa pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas V disekolah dasar tersebut belum mencapai batas KKM yang sudah ditetapkan oleh sekolah (> 70). Dalam proses pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang ada di SDN 1 Kalikajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang berminat dan cenderung tidak aktif atau dapat dikatakan guru lebih mendominasi dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh sikap yang kurang antusias ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, rendahnya umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta perhatian yang kurang, dikarenakan hampir 50 % siswa sibuk bermain di dalam kelas dari pada memerhatikan penjelasan guru.

Dalam kegiatan belajar Bahasa Indonesia banyak siswa di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga yang merasa bosan dan menganggap belajar sebagai beban, padahal belajar Bahasa Indonesia merupakan sarana dalam mencari, menggali, dan mendapatkan informasi untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Sebagian siswa di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga menganggap belajar Bahasa Indonesia membosankan karena kegiatan belajar cenderung hanya datang ke


(21)

5

sekolah, duduk sambil mendengarkan guru menerangkan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, hal ini tentunya dapat berdampak pada menurunnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Menurunnya hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dapat disebabkan karena metode pembelajaran yang diterapkan kurang melibatkan keaktifan dan kreatifitas siswa. Metode pembelajaran yang diterapkan cenderung menggunakan metode ceramah tanpa pernah diselingi metode lain. Penggunaan metode pembelajaran mempermudah siswa dalam memahami Mata Pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam kegiatan belajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari kesulitan siswa di atas, terlihat bahwa Mata Pelajaran tersebut sangat tergantung bagaimana cara guru dalam mengajarkan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kepada siswa. Guru dapat mengatasi kesulitan siswa dalam belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan cara menerapkan kegiatan pembelajaran yang lebih menarik melalui metode pembelajaran yang diterapkan, sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk memecahkan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia, diantaranya dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Fakta dilapangan tersebut memberikan inspirasi bagi penulis untuk melakukan tindakan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode pembelajaran Talking Stick, sehingga siswa dapat lebih memahami Mata Pelajaran tersebut.


(22)

6

Talking Stick merupakan sebuah metode pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan ungkapan Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116) menyatakan bahwa siswa kelas V Sekolah Dasar termasuk berada pada tahap operasional konkret dan termasuk pada kelompok kelas tinggi. Anak kelas V Sekolah Dasar berpikir secara realistis, yaitu berdasarkan apa yang ada di sekitarnya. Hal yang perlu diperhatikan oleh guru Bahasa Indonesia, bahwa anak pada tahap operasional konkret masih sangat membutuhkan benda-benda konkret untuk membantu perkembangan kemampuan intelektualnya. Oleh karena itu, guru diharapkan selalu menggunakan konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan berbagai macam teknik dan model pembelajaran salah satunya adalah dengan metode Talking Stick.

Metode pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick dianggap tepat diterapkan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa sekolah dasar karena terdapat unsur bermain dan belajar. Selain itu, metode ini juga dianggap ampuh untuk melatih berbicara, tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan, membuat siswa aktif, dan mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Kelebihan dari metode Talking Stick adalah


(23)

7

metode ini dapat melatih kesiapan siswa, melatih membaca dan memahami dengan cepat, agar siswa lebih giat dalam belajar dan mampu meningkatkan hasil belajarnya. Sedangkan, kekurangannya adalah membuat siswa merasa cemas dan tegang karena menunggu giliran tongkat tersebut jatuh pada gilirannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan model Talking Stick dibandingkan dengan metode yang lain karena metode ini diterapkan selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan supaya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat Talking Stick berlangsung. Mengingat, dalam Talking Stick, hukuman dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan metode Talking Stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan.

Penggunaan metode pembelajaran Talking Stick pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan salah satu bentuk kemajuan pada teknologi pendidikan di Indonesia. Teknologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses sistemik dalam membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Proses sistemik dapat dipahami dalam dua pengertian; beraturan atau mengacu pada suatu sistem. Sebagai sistem yang beraturan, teknologi pendidikan adalah proses yang didahului dengan telaah


(24)

8

kebutuhan (need assesment), perumusan tujuan, identifikasi kemungkinan pencapaian tujuan, penentuan kriteria pemilihan kemungkinan, memilih kemungkinan terbaik, mengembangkan dan menguji coba kemungkinan yang dipilih, melaksanakan hasil pengembangan, dan mengevaluasi keseluruhan kegiatan maupun hasilnya (Deni Darmawan, 2012: 2-3).

Pesatnya perkembangan teknologi, dipercaya mampu memecahkan segala masalah meskipun seringkali lupa akar masalahnya. Tidak terkecuali bidang pendidikan, banyak yang percaya teknologi adalah jawaban dari segala masalah pendidikan. Salah satu masalah yang menjadi tantangan pendidikan nasional sekarang adalah persoalan mutu pembelajaran. Persoalan ini tidak mudah, karena meliputi semua unsur atau komponen terkait pada semua lapis kegiatan pembelajaran yang meliputi mutu proses, mutu komponen; guru dan bahan ajar, kesempatan akses, kesesuaian dan efisiensi pembelajaran (Deni Darmawan, 2012: 3-4).

Deni Darmawan (2012: 2-3) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan pemaknaan terhadap teknologi pendidikan dewasa ini telah melahirkan ilmu yang disebut dengan teknologi pembelajaran. Teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran sebagai salah satu upaya terwujudnya berbagai ide dan pemikiran serta prosedur tindakan yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan proses inovasi pada dunia pendidikan sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru baik itu berhubungan dengan ide, proses, prosedur, dan hasil yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan berbagai sumber belajar yang meliputi lingkungan, orang, alat,


(25)

9

prosedur, konsep, teori, teknologi, metode, media, dan serta sumber belajar lainnya. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka teknologi pendidikan tidak hanya membantu memecahkan masalah belajar dalam konteks sekolah, namun dalam seluruh konteks kehidupan masyarakat, dengan mengembangkan dan/atau menggunakan beraneka sumber.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Metode Pembelajaran Talking Stick Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kalikajar Purbalingga”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Sebagian siswa di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga beranggapan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia membosankan karena metode pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan keaktifan dan kreatifitas siswa.

2. Belum maksimalnya penggunaan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga.

3. Hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga belum mencapai batas KKM yang sudah ditetapkan oleh sekolah (> 70).


(26)

10

4. Belum pernah menggunakan metode pembelajaran Talking Stick dalam meningkatkan hasil belajar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga.

C. Batasan Masalah

Permasalahan dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar sangat kompleks, diantaranya adalah rendahnya minat dan motivasi siswa dan kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah pada penggunaan metode pembelajaran Talking Stick dalam meningkatkan hasil belajar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah terjadi peningkatkan hasil belajar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga dengan menggunakan metode pembelajaran Talking Stick?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas


(27)

11

V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga dengan menggunakan metode pembelajaran Talking Stick.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan keilmuan di bidang teknologi dan pendidikan khususnya penggunaan metode pembelajaran Talking Stick sebagai upaya meningkatkan hasil belajar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga untuk meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga sehingga kegiatan belajar lebih menarik dan inovatif, serta meningkatkan kinerja guru tersebut.


(28)

12 c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat membantu siswa meningkatkan kualitas siswa dari segi hasil belajar, khususnya dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas V sekolah dasar.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan peneliti tentang metode pembelajaran Talking Stick dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga.

G. Definisi Operasional

1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia untuk keperluan sehari-hari, misalnya belajar, bekerja sama dan berinteraksi. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga menggunakan kurikulum berbasis KTSP. Standar Kompetensi (SK) dalam penelitian ini adalah mengungkap pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggap suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara. Kompetensi Dasar (KD) dalam penelitian ini adalah (1) menanggapi atau mengomentari suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan satuan bahasa, (2) berwawancara sederhana dengan narasumber dengan


(29)

13

memperhatikan pilihan kata yang santun, (3) menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbicara, dan (4) menceritakan hasil pengamatan atau kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar.

Indikator penilaian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi masalah atau peristiwa yang terjadi di sekitar, menjelaskan secara lisan masalah atau peristiwa yang terjadi di sekitar dengan pilihan kata yang tepat dan bahasa yang santun, memberikan komentar dan saran secara lisan terhadap masalah atau peristiwa yang terjadi di sekitar dengan pilihan kata yang tepat dan bahasa yang santun, dan menanggapi atau mengomentari suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan bahasa yang santun. Materi pembelajaran yang digunakan adalah masalah atau peristiwa yang terjadi di sekitar, dan mengungkap fakta secara lisan. 2. Metode Pembelajaran Talking Stick

Metode pembelajaran merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas suatu pembelajaran, metode pembelajaran yang baik akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang baik pula. Metode pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran inovatif berpusat pada siswa. Metode pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.


(30)

14 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar a. Hakikat Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia untuk keperluan sehari-hari, misalnya belajar, bekerja sama dan berinteraksi (Isah Cahyani, 2009: 36). Hakikat belajar Bahasa Indonesia adalah suatu perubahan perilaku yang relatif permanen dan merupakan hasil pelatihan berbahasa yang mendapat penguatan. Belajar bahasa merupakan usaha yang panjang dan kompleks seluruh jiwa raga yang terlibat ketika memplejari bahasa. Keterlibatan menyeluruh, kepedulian yang terus-menerus, baik fisik, interktual, emosional, sangat diperlukan untuk dapat mengusai bahasa.

Pada hakikatnya bahasa resmi adalah bahasa yang digunakan dalam komunikasi resmi seperti dalam perundang-undangan dan surat menyurat dinas. Dalam hal ini, bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal. Bahasa Indonesia yang dipakai harus lengkap dan baku. Tingkat kebakuannya diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaian. Menurut Anang Santoso (2013: 21) Bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan pemakainya, yaitu:


(31)

15 1) Alat Ekspresi Diri

Pada awalnya, seseorang (anak-anak) berbahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya dan pikirannya. Setelah dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi.

2) Alat Komunikasi

Bahasa sebagai alat komunikasi sekligus merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa, budaya, dan negara kita, pendidikan dan latar sosial kita, bahkan sifat/temperamen/karakter kita..

3) Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial

Sebagai alat integrasi bangsa, ada beberapa sifat potensial yang dimiliki bahasa Indonesia: (1) bahasa Indonesia telah terbukti dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang multicultural, (2) bahasa Indonesia bersifat demokratis dan egaliter, (3) bahasa Indonesia bersifat terbuka/ transparan,dan (4) bahasa Indonesia sudah mengglobal.

4) Alat Kontrol Sosial

Sebagai alat kontrol sosial, bahasa Indonesia sangat efektif. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat pemakainya. Berbagai penerangan, informasi, atau pendidikan disampaikan melalui bahasa.

Tujuan utama pembelajaran bahasa umumnya adalah mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Agar interaksi dapat bermakna bagi siswa perlu didesain secara tepat rencana pembelajaran bahasa Indonesia (Surastina, 2010: 8). Penyusunan rencana pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan pada siswa sebagai subyek belajar. Karena, melalui pengalaman belajar, siswa menemukan, menerapkan, menganalisis, membandingkan, menyusun, memperbaiki, menilai, dan menyimpulkan sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa hakikat belajar Bahasa Indonesia adalah untuk mengetahui konsep-konsep bahasa lndonesia itu sendiri, seperti tata bahasa, kosa kata, percakapan, dan


(32)

cara-16

cara membaca serta menulis bahasa Indonesia. Sedangkan, bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia untuk keperluan sehari-hari, misalnya belajar, bekerja sama, dan berinteraksi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi di Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa yang menjadi standar di Negara Indonesia. Bahasa Indonesia digunakan secara non resmi, santai dan bebas. Dalam pergaulan sehari-hari antar warga yang dipentingkan adalah makna yang disampaikan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan metode pembelajaran Talking Stick supaya memudahkan siswa kelas V sekolah dasar dalam mempelajari bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelejari semua bidang (Isah Cahyani, 2009: 40). Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.


(33)

17

Standar kompetensi mata Pelajaran Bahasa Indonesia menurut Surastina (2010: 8-9) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3) Memahami bahasa Indonesia dan mengguanakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6) Menghargai dna membanggakan sastra Indonesia sebagai Khazanah budaya dan intelektual manusis Indonesia.

Bahasa Indonesia dari segi fungsinya mempunyai arti yang sangat majemuk, antara lain, sebagai bahasa persatuan, sebagai bahasa pendidikan, sebagai alat komunikasi resmi, sebagai bahasa sosial, dan dan sebagai bahasa pertama bagi sebahagian besar warga negara Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk: (l) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedan, konsistensi, dan inkonsistensi, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan kemampuan


(34)

18

menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Setelah siswa melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick, siswa lebih memahami tentang konsep dan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada tema Teknologi dengan benar, dan setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick, siswa dapat mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang logis dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan bahasa yang santun. Oleh karena itu, metode pembelajaran Talking Stick dipilih dalam penelitian ini supaya tujuan pembelajaran dalam mempelajari bahasa Indonesia tercapai seperti yang diinginkan.

c. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Metode pembelajaran bahasa Indonesia mengacu pada perilaku dan proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk mengingat dan metakognitif (Sukamto, 2000: 54). Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia berisi segala sesuatu yang dapat digunakan dalam menyusun rencana pembelajaran bahasa Indonesia secara cermat yang mengacu pada tujuan pembelajaran (Suparman, 1997: 77). Menurut Isah Cahyani (2009: 36) supaya pembelajaran berbahasa memperoleh hasil yang baik, metode pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut. 1) Relevan dengan tujuan pembelajaran


(35)

19

3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.

4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran

5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.

7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa metode pembelajaran adalah upaya pencapaian tujuan akhir pembelajaran yang digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran meliputi elemen-elemen metode, teknik, materi, pentahapan, prosedur, organisasi dan waktu sehingga tercipta situasi lingkungan yang membelajarkan siswa. Metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang dipilih dalam penelitian ini adalah menggunakan salah satu metode pembelajaran Talking Stick. Metode pembelajaran Talking Stick dipilih sebagai salah satu metode pembelajaran supaya memudahkan siswa kelas V sekolah dasar dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar khususnya MI/SD yaitu mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan


(36)

20

teknologi karena bahasa Indonesia merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis.

Sasaran dari pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah siswa terampil dalam menggunakan bahasa. Jenjang pendidikan dasar mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Menurut Depdiknas (2006: 6) Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut :

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tertulis.

2) Menghargai bahasa dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasapersatuan dan bahasa negara.

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk meningkatkan wawasan,memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bahasa.

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yang berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan harus menekankan pada aspek komunikatif dan dapat fungsional bahwa bahasa sebagai alat komunikasi. Siswa diajak belajar berbahasa secara komunikatif agar berguna untuk bekal kecakapan hidupnya dan bahasa Indonesia merupakan sesuatu yang fungsional bagi kehidupan siswa.


(37)

21

Arah pembelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, membuat siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Suatu proses perubahan bahwa pendidikan kita harus bergeser dari belajar yang berfokus pada penguasaan pengetahuan ke belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan. Setiap pendidik selalu mengharapkan agar semua ilmu pengetahuan yang diajarkan dapat dimengerti dan dipahami siswa serta mampu menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Bahasa sebagai alat komunikasi dan kontak sosial, bahasa nasional, maupun bahasa daerah, berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat serta kematangan emosional dan sosial (KTSP 2006). Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa adalah berkomukasi, dan belajar sastra menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusian. Oleh karena itu belajar bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia. Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdiri dari atas aspek membaca, mengdengarkan (menyimak lisan), berbicara dan menulis (Solchan, 201: 116).


(38)

22

Penggunaan metode yang tepat akan meningkatkan efektifitas dan kualitas dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Penerapan metode Talking Stick diharapkan dapat membantu siswa kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, metode pembelajaran Talking Stick dipilih oleh peneliti supaya siswa kelas V sekolah dasar dapat menguasai aspek-aspek pembelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi aspek mendengarkan (menyimak lisan), membaca, menulis, dan berbicara.

2. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Menurut Piaget (Sugihartono, dkk, 2007: 109), tahap perkembangan berpikir anak dibagi menjadi empat tahap yaitu:

a. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan d. Tahap operasional formal (12-15 tahun)

Berdasarkan uraian di atas, siswa kelas V Sekolah Dasar termasuk berada pada tahap operasional konkret dalam berpikir. Anak pada masa operasional konkret sudah mulai menggunakan operasi mentalnya untuk memecahkan masalah-masalah yang aktual. Anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret.


(39)

23

Kemampuan berpikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah.

Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116) membagi masa anak-anak di Sekolah Dasar menjadi dua fase yaitu masa anak kelas rendah (kelas I sampai dengan kelas 3), dan masa anak kelas tinggi (kelas 4 sampai dengan kelas 6). Masa anak kelas rendah berlangsung antara usia 7-9 tahun, sedangkan masa anak kelas tinggi berlangsung antara usia 9-12 tahun. Kelas V Sekolah Dasar tergolong pada masa anak kelas tinggi. Anak kelas tinggi Sekolah Dasar memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Perhatian tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar, dan berpikir realitas. c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau group untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk kelas V Sekolah Dasar termasuk berada pada tahap operasional konkret dan termasuk pada kelompok kelas tinggi. Anak kelas V Sekolah Dasar berpikir secara realistis, yaitu berdasarkan apa yang ada di sekitarnya. Hal yang perlu diperhatikan oleh guru Bahasa Indonesia, bahwa anak pada tahap operasional konkret masih sangat membutuhkan benda-benda konkret untuk membantu pengembangan kemampuan intelektualnya. Oleh karena itu, guru diharapkan selalu menggunakan konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan berbagai macam teknik dan model pembelajaran salah satunya adalah dengan metode Talking Stick.


(40)

24

a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar Ditinjau Dari Perkembangan Kognitif

Karakteristik perkembangan pada siswa sekolah dasar dapat juga dilihat tahap-tahap perkembangan kognitif menurut teori Peaget (dalam Sugihartono, dkk, 2007: 109). Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa usia anak yang sekolah di Sekolah Dasar berkisar 6,0 atau 7,0 sampai dengan 11,0 atau 12,0 tahun. Usia 6,0 atau 7,0 tahun dalam teori Piaget masuk dalam kategori praoperational periode dalam tahapan intuitive. Periode ini ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat egosentrik (belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama), seperti searah (selancar). Pada masa ini anak gemar meniru, telah mampu menerima khayalan, dapat bercerita tentang hal-hal yang fantastik, ia tidak terikat pada realitas, sehingga ia dapat berbicara dengan kursi, anjing, dan sebagainya. Anak berlatih sendiri menggunakan bahasanya, sering ia berbicara sendiri. Piaget menamakannya ”Collective monologue”.

Usia 7,0 sampai 11,0 atau 12,0 termasuk dalam tahapan periode operasional konkret. Fase ini menurut Piaget menunjukan suatu reorganisasi dalam struktur mental anak. Dalam fase yang lalu, fase praoperasional, anak seakan-akan hidupnya dalam mimpi dengan pikiran-pikiran magis, dengan fantasi yang leluasa. Aktivitas anak pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan, (karena peraturan


(41)

25

dasar mentaati peraturan), karena itu mempunyai nilai fungsional. Anak berfikir harfiah sesuai dengan tugas yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa ciri-ciri perkembangan siswa kelas V sekolah dasar adalah belum mandiri, akan tetapi sudah ada tanggung jawab pribadi, bersikap kritis dan penilaian terhadap sesuatu lebih menyeluruh. Metode pembelajaran Talking Stick dipilih oleh peneliti supaya siswa tidak hanya bermain saja akan tetapi sekaligus belajar, mandiri, berani mengemukakan pendapat, percaya diri, dan mampu bersifat kritis. Metode pembelajaran Talking Stick membuat siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran dan siswa menjadi antusias, sehingga diharapkan materi pembelajaran tersampaikan ke siswa serta tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar Ditinjau Dari Perkembangan Sosial

Syamsu Yusuf (2000: 132) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.


(42)

26

Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Budiamin (2000: 132) menyatakan bahwa sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.

Dari kutipan di atas dapat dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia. Metode pembelajaran Talking Stick dalam penelitian ini dipilih oleh peneliti supaya siswa mampu beradaptasi dengan lingkungannya, mampu bekerjasama dengan temannya, dan memiliki sikap toleransi serta berlaku sprotif dalammengikuti proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Talking Stick.


(43)

27

c. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar Ditinjau Dari Perkembangan Emosional

Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku (Chaplin, 1982: 163). Emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.

Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan kecil juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.

Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, Biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog


(44)

28

dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.

Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidak hadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.

Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Memgingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :

a) Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan.

b) Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri.


(45)

29 c) Memberikan nilai secara objektif. d) Menghargai hasil karya peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa perkembangan emosional siswa kelas V sekolah dasar dapat dipengaruhi oleh ras, budaya, etnik dan bangsa. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Oleh karena itu, metode pembelajaran Talking Stick dipilih oleh peneliti supaya siswa dapat berlatih mandiri, percaya diri, dan mendapat kesempatan yang sama oleh guru tanpa dibeda-bedakan siswa yang pintar maupun yang bodoh. Sehingga, metode ini mampu memberikan solusi dalam mengatasi kekhawatiran siswa seperti adanya gangguan kecemasan, rasa takut, rasa minder, dsb.

3. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan. Nana Sudjana (2005: 76) berpendapat bahwa metode merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu.


(46)

30

Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas kebenarannya, sedangkan metode bersifat procedural yaitu pendekatan dengan menerapkan langkah-langkah. Metode bersifat prosedural maksudnya penerapan dalam pembelajaran dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.

Menurut Sangidu (2004: 14) metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salamun (dalam Sudrajat, 2009: 7) menyatakan bahwa metode pembelajaran ialah sebuah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Hal itu berarti pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda. Oleh karena itu, metode pembelajaran Talking Stick dipilih oleh peneliti karena metode pembelajaran Talking Stick dapat menjadi salah satu alternatif solusi pembelajaran bagi guru dan siswa.


(47)

31

b. Jenis-jenis Metode pembelajaran

Metode pembelajaran menurut Oemar Hamalik (1995) merupakan salah satu cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2001: 76) metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan interaksi atau hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Menurut Soetopo (1993: 148) metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:

a) Metode Ceramah

Sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melaui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta diklat.

b) Metode Tanya Jawab

Suatu metode dimana guru menggunakan atau member pertanyaan kepada murid dan murid menjawab atau sebaliknya murid bertanya kepada guru dan guru menjawab pertanyaan murid tersebut.

c) Metode Diskusi

Merupakan suatu metode pembelajaran yang mana guru memberi suatu persoalan (masalah) kepada murid dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya.

d) Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Merupakan bentuk interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru dimana penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau keompok sesuai dengan perintah guru.

e) Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi adalah metode dimana seorang guru memperlihatkan sesuatu proses kepada seluruh anak didiknya. Sedangkan metode eksperimen adalah guru atau siswa mengerjakan sesuatu serta mengemati proses hasil percobaan itu.

f) Metode Simulasi

Metode simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau ketrampilan sesuatu.


(48)

32

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa metode pembelajaran adalah strategi atau cara yang dilakukan oleh guru dalam melakukan hubungan atau interaksi dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan jenis-jenis metode pembelajaran meliputi metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode demonstrasi, metode simulasi. Dalam penelitian ini guru menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode demonstrasi, metode simulasi dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia menggunakan metode pembelajaran Talking Stick siswa kelas V SD Negeri 1 Kalijakar Purbalingga.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2001: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.


(49)

33

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. 5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dijelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.


(50)

34

Pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran Talking Stick diarahkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Supaya hasil belajar siswa meningkat dan pembelajaran bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran Talking Stick. Talking Stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan model Talking Stick dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat Talking Stick berlangsung. Mengingat dalam Talking Stick, hukuman dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar yang akan berdampak pada hasil belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan model Talking Stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang


(51)

35

mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Selain itu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar menurut Muhibbin Syah (2010: 129) yaitu:

1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi: a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

Faktor internal meliputi faktor jasmaniah (fisiologis) dan faktor psikologis. Kedua faktor tersebut terdiri dari faktor intelektif berupa faktor potensial dan kecakapan nyata; faktor non-intelektif berupa unsur-unsur kepribadian seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri; dan faktor kematangan fisik maupun psikis.


(52)

36

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), meliputi: a) Faktor lingkungan sosial

b) Faktor lingkungan non sosial

c) Faktor pendekatan belajar (appoach to learning), meliputi strategi dan metode belajar.

Dari beberapa teori di atas dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah (fisiologis) dan faktor psikologis yang terdiri dari faktor intelektif (meliputi: faktor potensial dan kecakapan nyata); faktor non-intelektif (meliputi: unsur-unsur kepribadian seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri); dan faktor kematangan fisik maupun psikis. Faktor eksternal meliputi faktor sosial dan faktor non sosial. Sedangkan faktor pendekatan belajar meliputi strategi dan mertode belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, baik yang menyangkut faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar sebagaimana disebutkan di atas berlaku pula untuk hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jadi, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal meliputi faktor jasmaniah (fisiologis) dan faktor psikologis yang terdiri dari faktor intelektif (meliputi: faktor potensial dan kecakapan nyata); faktor non-intelektif (meliputi: unsur-unsur kepribadian seperti sikap,


(53)

37

kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri); dan faktor kematangan fisik maupun psikis; faktor eksternal meliputi faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan, faktor lingkungan spiritual dan keamanan; faktor pendekatan belajar meliputi strategi dan metode belajar.

Dalam penelitian ini faktor yang dianggap mempengaruhi siswa dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah faktor eksternal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor lingkungan belajar siswa disekolah dengan diterapkannya suatu metode pembelajaran Talking Stick. Metode Talking Stick merupakan salah satu metode yang dianggap mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri 1 Kalikajar, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga.

5. Metode Talking Stick

Dalam rangka memaksimalkan diterimanya suatu materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan oleh guru kepada siswa, maka diperlukan suatu cara, langkah, atau juga seni dalam menyampaikan pelajaran. Seni menyampaikan pelajaran atau pengetahuan dalam pendidikan ini biasa disebut dengan seni mengajar. Karena dalam mengajar membutuhkan seni, maka keterampilan dan keahlian seperti berbicara, dan atau menggunakan segala media untuk menyampaikan pengetahuan mutlak diperlukan.

Dalam ilmu pendidikan, apa yang disebut dengan seni dan cara mengajar atau mendidik ini biasa disebut dengan metode atau juga model belajar-mengajar yang didalamnya memuat tentang teknik mengajar, tujuan,


(54)

38

dan manfaat strategi yang didapatkan. Apa yang diinginkan dari teknik pembelajaran ini sebenarnya tidak jauh dari upaya pengembangan potensi siswa. Menurut Oemar Hamalik (1995: 38) dalam konsep kompetensi yang kemudian melahirkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) beberapa tahun lalu, kita menemukan rumusan konseptual kompetensi, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), pengertian (understanding), keterampilan (skills), nilai (value), dan minat (interest).

Lima muatan pengajaran dengan konsep kompetensi ini dimaksudkan untuk mengembangkan tiga potensi pendidikan di dalam diri manusia yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari titik pandang di atas metode pembelajaran penting adanya, termasuk metode Talking Stick. Agar lebih terfokus dan terarah, maka di bawah ini penulis uraikan tentang metode Talking Stick sebagai berikut.

a. Pengertian Metode Talking Stick

Metode merupakan suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam rangka mencapai tujuan suatu kegiatan. Menurut Wina Sanjaya (2008: 206) strategi atau metode adalah komponen juga memiliki fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Metode digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara yang telah ditentukan sebelum kegiatan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan metode mempunyai peranan dalam menciptakan proses belajar mengajar.


(55)

39

Metode pembelajaran merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas suatu pembelajaran, metode pembelajaran yang baik akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang baik pula. Menurut Hamdani (2010: 80) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran pada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi esukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajarn mengajar. Adanya metode pembelajaran dapat menimbulkan komunikasi dua arah yang efektif. Carol Locust (2006: 209) mengungkapkan bahwa:

“The Talking Stick has been used for centuries by many indian tribes as a means of just and impartial hearing. The Talking Stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder whould hold the Talking Stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the Talking Stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be pessed from one individual to another until all who wanted to speak and had done so. The stick was then passed back to the elder for safe

keeping”.

Jadi, pada mulanya Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Kini metode itu sudah digunakan sebagai metode ruang kelas. Sebagai mana namanya, Talking Stick merupakan metode


(56)

40

pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat lebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru (Miftahul Huda, 2011: 224).

Talking Stick merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran inovatif berpusat pada siswa. Metode pembelajaran kooperatif suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar (Isjoni, 2010: 108). Talking Stick termasuk ke dalam metode pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif, yaitu :

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara bersama-sama dalam menyelesaikan masalah dalam suatu materi belajar.

2) Kelompok dibentuk dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3) Hadiah, penghargaan atau penilaian lebih berorientasi kelompok bukan individu.

Dalam Talking Stick guru hanya bertindak sebagai fasilitator, siswa bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Jadi, dapat dijelaskan metode pembelajaran Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan


(57)

41

tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi yang diberikan sebelumnya. b. Langkah-langkah Talking Stick

Menurut Lie (2010: 12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur. Selanjutnya menurut Ibrahim (2000: 2), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang jangkauannya melampaui membantu siswa belajar isi akademik dan keterampilan semata namun juga melatih siswa tujuan – tujuan hubungan sosial dan manusia.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya belajar dalam kelompok. Ada unsur–unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif.

Talking Stick merupakan metode pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru setelah siswa mempelajari materi pokok. Pembelajaran ini akan menciptakan keaktifan siswa dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah dalam melaksanakan metode


(58)

42

pembelajaran Talking Stick menurut Miftahul Huda (2011: 225) sebagai berikut :

1) Siswa diberi tongkat dengan panjang 20 cm yang sudah disediakan oleh guru.

2) Siswa diberikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian siswa diberikan kesempatan membentuk kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. 4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari

isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.

5) Salah satu siswa diberi tongkat oleh guru, kemudian siswa diberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

6) Siswa diberikan kesimpulan oleh guru. Setelah siswa selesai diberikan pertanyaan oleh guru, siswa diberikan penjelasan terkait materi yang telah diberikan, penjelasan tersebut dapat berupa kesimpulan dari keseluruhan materi yang telah diberikan.

7) Evaluasi atau penilaian diberikan oleh guru kepada siswa. Evaluasi dilakukan untuk menentukan pemahaman siswa pada materi yang diberikan, evaluasi dapat berupa pemberian nilai kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru.

8) Pembelajaran ditutup oleh guru. Saat menutup pembelajaran guru memberi kesimpulan materi yang telah diberikan. Kesimpulan ini berupa garis besar dari materi tersebut.

Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau


(59)

43

minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.

Langkah-langkah dalam melaksanakan metode pembelajaran Talking Stick dalam penelitian ini yaitu tongkat yang panjangnya 20 cm dipersiapkan oleh guru, siswa mendapatkan penjelasan singkat tentang topik atau materi yang akan dipelajari, kemudian siswa diberi kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran, siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana, setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, siswa dipersilahkan oleh guru untuk menutup isi bacaan, siswa dalam kelompok menerima tongkat pada hitungan yang telah ditentukan dan diharuskan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, demikian sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, siswa diberikan kesimpulan oleh guru, siswa diberikan evaluasi/ penilaian oleh guru, dan terakhir pembelajaran ditutup oleh guru.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Talking Stick

Menurut Miftahul Huda (2011: 225) Dalam matode Talking Stick terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan, diantaranya sebagai berikut:

1) Kelebihan

Kelebihan metode Talking Stick mampu menguji kesiapan siswa, melatih ketrampilan mereka dalam membaca dan memahami


(60)

44

materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk siap dalam situasi apapun. Menguji kesiapan siswa dalam menanggapi, mengomentari serta menjawab materi dan soal yang diberikan oleh guru. Kesiapan siswa berpengaruh pada proses belajar yang akan atau sedang berlangsung, dengan adanya kesiapan konsentrasi siswa akan berpusat pada kegiatan belajar sehingga materi yang diajarkan atau diberikan oleh guru akan mudah dipahami dan dihafalkan oleh siswa. Talking Stick mampu melatih ketrampilan dalam membaca dan memahami materi pelajaran denga cepat dikarenakan metode inii mengharuskan siswa untuk dapat mengemukakan gagasan atau pendapat saat guru selesai memberikan materi.

2) Kekurangan

Kelemahan dari metode ini bagi siswa yang secara emosional belum terlatih untuk berbicara dihadapan guru, selain itu metode ini juga membuat siswa tegang dan cemas karena menunggu-nunggu giliran tongkat jatuh pada giliran siswa secara tidak terduga. Namun demikian untuk siswa yang secara emosional sudah terlatih untuk berbicara dihadapan guru dapat berkembang pesat dengan menggunakan Talking Stick.

d. Peran Metode Talking Stick dalam Bahasa Indonesia

Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode Talking Stick. Metode ini merupakan metode pembelajaraan kooperatif. Pembelajaran


(61)

45

kooperatif menekankan kerja sama antar siswa di dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran kooperatif merangsang siswa utnuk aktif menyelesaikan tugas-tugasnya dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman, mendorong teman untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan dikusi dalam pembelajaran (Isjoni, 2010: 18).

Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang mempunyai karakteristik pembelajaran yang cenderung menekankan keaktifan siswa, dengan demikian pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran aktif, termasuk metode Talking Stick yang merupakan metode pembelajaran kooperatif. Dengan menggunakan metode ini guru dapat mendorong siswa secara langsung untuk aktif dalam kegiatan belajar, keaktifan siswa. Guru sebagai perancang, motivator, pengamat, dan pengembang dalam pembelajaran, di pihak lain murid didorong untuk memberikan respon individual serta secara kreatif melaksanakan berbagai macam kegiatan yang berperan dalam mengembangkan kreatifitasnya.

Metode Talking Stick yang merupakan metode pembelajaran kooperatif sangat optimal untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa. Dengan metode yang optimal yaitu dengan menggunakan metode Talking Stick yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(62)

46

e. Penerapan Metode Talking Stick dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Belajar merupakan aktifitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada siswa, baik mengenai tingkat kemajuan dalam proses perkembangan intelek khususnya, maupun proses perkembangan psikis, sikap, pengertian, kecakapan, minat, penyesuaian diri, dan sebagainya (Wina Sanjaya, 2006: 111). Belajar merupakan suatu proses pembelajaran diri menjadi manusia yang berilmu dan lebih maju dengan berbagai pengalaman belajar. Akan tetapi ketika seseorang ingin mempunyai suatu hasil yang maksimal, maka ia haruslah berusaha dengan baik untuk menuju proses pembelajaran yang baik pula. Karena belajar merupakan suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Nana Sudjana (2010: 76) menyatakan bahwa agar seseorang dapat meningkatkan hasil belajarnya khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia maka ia harus memperhatikan proses belajar yang ia lakukan. Maksudnya setelah ia melakukan suatu proses pembelajaran alangkah baiknya diadakan evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman dan ingatan terhadap materi yang sudah disampaikan oleh pendidik. Setelah mengetahui hasil dari evaluasi yang dilakukan, maka hasil tersebut dapat memotivasinya untuk berusaha lebih keras lagi, dengan usaha kerasnya sehingga hasil belajar akan meningkat dan semakin baik.


(63)

47

Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting untuk diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang/mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan pengajaran, sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar mengajar.

Namun dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, peran seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran sangatlah dibutuhkan. Dalam proses pembelajaran guru harus mampu menjadikan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Karena dengan suasana belajar yang menyenangkan, siswa akan termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. Oleh karena itu mutu seorang guru harus lebih ditingkatkan lagi. Agar mereka memiliki pengetahuan tentang strategi mengajar sehingga pada saat mengajar, seorang guru tidak menggunakan strategi pembelajaran yang monoton dan sudah kuno.

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dan murid untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar


(64)

48

memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasi unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian/evaluasi.

Seorang guru haruslah menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif yang dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Karena dengan diterapkannya strategi atau model pembelajaran yang inovatif dan bervariasi, siswa tidak akan merasa bosan dengan materi yang telah diajarkan sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Strategi pembelajaran yang inovatif dan bervariasi dapat membuat anak menjadi aktif dan semangat dalam proses belajarnya, karena otak tidak hanya menerima informasi tapi juga memprosesnya. Belajar aktif merupakan variasi gaya mengajar untuk mengatasi kelesuan otak dan kebosanan siswa.

Belajar yang sesungguhnya bukan hanya sekedar menghafal melainkan dengan adanya berdiskusi, membuat pertanyaan, mempraktekkan bahkan mengajarkan pada orang lain, lebih jauh belajar membutuhkan waktu untuk mencerna dan membentuk pemahaman pada peserta didik. Ketika belajar secara pasif peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya tarik. Pada hasil ketika belajar secara aktif, siswa mencari sesuatu, ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah dan setiap proses ini membentuk sebuah pemahaman bagi siswa.


(65)

49

Salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan adalah metode Talking Stick. Metode ini tidak hanya untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, akan tetapi metode ini bisa menjadikan siswa lebih berani mengemukakan pendapatnya. Dengan metode Talking Stick diharapkan siswa secara mandiri, bertindak atau melakukan kegiatan dalam proses belajar. Karena materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan lebih lama diingat jika siswa mendapatkan pengalaman langsung.

Metode Talking Stick sangat menyenangkan karena siswa diajak untuk memahami materi dengan menyalurkan tongkat secara bergilir dan menjawab pertanyaan dengan diiringi musik, sehingga guru yang menerapkan metode ini dapat meningkatkan hasil belajar siswanya terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karena hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran dari keberhasilan proses belajar mengajar. Hasil tersebut nampak dalam perubahan intelektual terutama mengenai pemahaman teori, konsep yang ada pada materi yang disajikan dalam hal ini adalah Bahasa Indonesia. Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa metode Talking Stick dapat dijadikan sebagai alternatif bagi guru khususnya guru Bahasa Indonesia dalam meningkatkan hasil belajar siswa.


(1)

169


(2)

(3)

171


(4)

(5)

173


(6)

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN METODE TALKING CHIPS DI MTS JAMIYATUL KHAIR

0 3 88

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick Di Mi Al Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi

0 7 179

UPAYA PENINGKATAN HAISL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TALKING STICK DI KELAS V SD NEGERI 107415 TANJUNG SARI BATANG KUIS T.A 2013/2014.

0 2 23

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran talking stick tema cita-citaku kelas iv SD Negeri 2 Simo tahun pelajaran 2014/2015.

0 3 10

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran talking stick tema cita-citaku kelas iv SD Negeri 2 Simo tahun pelajaran 2014/2015.

0 2 17

PENINGKATAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 Peningkatan Kerjasama Dan Hasil Belajar Ips Melalui Model Talking Stick Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Barenglor Klaten Utara Tahun 2013/2014.

0 0 13

PENINGKATAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 Peningkatan Kerjasama Dan Hasil Belajar Ips Melalui Model Talking Stick Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Barenglor Klaten Utara Tahun 2013/2014.

0 1 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadireji I Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukohar

0 0 16

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN METODE PEMBELAJARAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SOMPOKAN KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN.

0 2 197

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DI KELAS V SD

0 0 8