Aktivitas sitotoksik ekstrak metanolik daun Rosemary (Rosmarinus officinalis L.) terhadap sel kanker payudara T47D melalui regulasi ekspresi reseptor Estrogen-α (ERα).
AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK METANOLIK DAUN ROSEMARY (Rosmarinus officinalis L.) TERHADAP SEL KANKER
PAYUDARA T47D MELALUI REGULASI EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN-� (ER�)
Clara Dewi Anggraeni 118114122 INTISARI
Kanker payudara merupakan penyakit yang kompleks dan heterogen. Penyakit ini terus berkembang dan diperkirakan dalam 20 tahun ke depan insidensinya meningkat. Kanker payudara memiliki karakter ekspresi berlebih reseptor estrogen alfa (ERα) yang dapat dihambat dengan pengobatan standar yaitu tamoxifen. Dewasa ini muncul efek samping dan resistensi terhadap pengobatan tamoxifen. Oleh sebab itu dibutuhkan agen kemoprevensi kanker payudara yang selektif terhadap ERα.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak metanol daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) terhadap model sel kanker payudara T47D yang dapat mengekspresikan ERα. Pengujian awal dilakukan untuk mengetahui viabilitas sel dengan metode 3-[4,5-Dimethylthiazol-2-Yl]-2,5 Diphenyl Tetrazolium Bromide (MTT). Kemampuan apoptosis ekstrak diuji dengan metode Annexin V Fluos dan uji imunositokimia untuk mengetahui kemampuan penekanan ekstrak terhadap ekspresi ERα sel T47D.
Ekstrak metanol daun rosemary menunjukkan efek sitotoksik dengan nilai IC50 13,95 μg/mL yang dihitung secara statistik dengan Program R. Ekstrak
metanol daun rosemary dapat menginduksi apoptosis 19,68%, nekrosis 77,33%, dan dapat menekan ekspresi ERα 91-93% pada sel T47D.
Kata kunci: Daun rosemary, Rosmarinus officinalis L., kanker payudara, T47D, ERα.
(2)
ABSTRACT
Breast cancer is a complex and heterogeneous disease. This disease is rapidly grow and predicted in the next 20 years the incidence increases. Breast cancer has overexpression of estrogen receptor alpha (ERα) characteristic that can
be inhibited by a standard treatment, tamoxifen. Today tamoxifen treatment arises side effect and resistance problem. Therefore chemoprevention agent for breast cancer selective ERα is highly needed.
This study was conducted to determine the effect of the methanol extract of rosemary (Rosmarinus officinalis L.) against T47D breast cancer cells model that express ERα. Preliminary study was conducted to determine cell viability by 3-[4,5-dimethylthiazol-2-Yl]-2.5 Diphenyl Tetrazolium Bromide (MTT). Furthermore, apoptosis cells were assayed by Annexin V Fluos and immunocytochemistry to know suppression abilty of rosemary methanol extract againts ERα expression.
Methanol extract of rosemary leaves showed a cytotoxic effect with IC50
13,95 μg/mL which calculated statistically by R program. Rosemary methanol extract induced apoptosis 19,68%, necrosis 77,33%, and suppressed ERα expression to 91-93%.
Keywords: Rosemary leaves, Rosmarinus officinalis L., breast cancer, T47D, ERα.
(3)
AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK METANOLIK DAUN ROSEMARY (Rosmarinus officinalis L.) TERHADAP SEL KANKER
PAYUDARA T47D MELALUI REGULASI EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN-! (ER!)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Disusun Oleh: Clara Dewi Anggraeni
118114122
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2015
(4)
! i
AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK METANOLIK DAUN ROSEMARY (Rosmarinus officinalis L.) TERHADAP SEL KANKER
PAYUDARA T47D MELALUI REGULASI EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN-! (ER!)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Disusun Oleh:
Clara Dewi Anggraeni
118114122
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2015
(5)
Persetujuan Pembimbing
AKTIYITAS SITOTOKSIK EKSTRAK METAIYOLIK DAUN ROSEMARY (Rosmarinus ofJieinarrs L.) TERIIADAP SEL KAIIKER
PAYI]DARA T47D MELALUI REGULASI EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN-c (ERcr)
Skripsi yang diajukan oleh : Clara Dewi Anggraeni
MM
: ll8ll4l22telah disetujui oleh :
Pembimbing
(Agustina Setiawati, M.Sc., Apt.) tanggal 2Maret2015
(6)
Pengesahan Skripsi Beriudul
AKTTVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK METAI\IOLIK DAT]N ROSEMARY (Rosmarinus offtcinalis L.) TERIIADAP SEL KAIIKER
PAYI]DARA T47D MELALTJI REGULASI EKSPRESI RE,SEPTOR
ESTROGEN-cI @Rc) Oleh:
Clara Dewi Anggraeni
NIM: ll8ll4122
Diperhhankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Padatanggal: 10 Maret 2015
Metgetahui FakrdAs Farmasi
itas Sanata Dharma (Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.) Panitia Penguji Skripsi
l.
Agustina Setiawati, M.Sc., Apt.2.
Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt.3.
Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. lll(7)
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Wherever your heart is, there you will find your treasure.”
Paulo Coelho – The Alchemist
Kupersembahkan karya ini kepada:
Papa Alyosius Bekti Subagyo dan Mama Ambrosia Sariningsih Mbak Maria Erika Sariputranti dan Mas Christian J.P. Willy Resubun Kakak Felisitas Kanyamurti Cyrillus Dirga Sakti Adhyastha Resubun
(8)
PERNYATAAI\ KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa slaipsi yang telah saya
tulis ini, tidak memuat karya atau bagian karya orang laiq kecuali yang sudatr
disebutkan dalarn hrtipan dan daftar pustakq seperti layalrrya karya ilmiah.
Apabila dikennrdian hari ditemukan indikasi plagirisme dalam naskah
tersebut, saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan per,undang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 2 Maret 2015 Penulis
(9)
LEMBAR PERNYATAAI\ PERSETUJUAI\
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAI\ AKADBMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Clara Dewi Anggraeni
NIM :
ll8ll4l22
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,karya ilmiah saya yang berjudul:
AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK METANOLIK DAUN ROSEMARY (Rosmarinus officinalk L.) TERIIADAP SEL KANKER
PAYUDARA T4TD MELALUI REGULASI EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN-a (ERc)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
hak
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet dan media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 2 Maret 2015 Yang menyatakan
(10)
! vii
PRAKATA
Puji syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Metanolik Daun Rosemary (Rosmarinus officinalis L.) terhadap Sel Kanker Payudara T47D melalui Regulasi Ekspresi Reseptor Estrogen-α (ERα)” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang indah ini penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji Skripsi ini serta selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi, atas bimbingan, bantuan, dukungan, kesabaran, dan motivasi selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi juga ijin yang diberikan sehingga penulis dapat menggunakan sarana dan prasarana untuk kepentingan skripsi ini.
3. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. selaku Dosen Penguji Skripsi dan telah memberikan saran kepada penulis.
4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji Skripsi dan telah memberikan saran kepada penulis.
5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang sudah memberi dukungan dengan sabar selama saya menempuh studi.
6. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas ilmu, arahan, dan bimbingan yang dibagikan.
(11)
7. Prof. dr. Supargiyono, Ibu Rumbi dan Ibu Juju selaku Supervisor
dan Teknisi Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah membantu dan membimbing selama pelaksanaan penelitian penulis dengan sabar. 8. Keluarga terkasih, Papa Aloysius Bekti Subagyo, Mama Ambrosia
Sariningsih, Mbak Erika Sariputranti, Mas Christian John Phillips Willy Resubun, Kakak Felisitas Kanyamurti, Cyrillus Dirga Sakti Adhyastha Resubun atas segala bantuan dalam bentuk materi dan moril, kepercayaan, dukungan dan doa yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan tepat waktu dan dapat membanggakan keluarga.
9. Sahabat dari Tim Skripsi Pasti Sukses yaitu Andung Panjalu dan Winda Sekarjati yang telah mengerahkan segala pikiran dan usaha dengan penuh semangat agar dapat mengenakan toga bersama tepat waktu.
10. Teman-teman FSM C 2011 dan FST B 2011 atas kebersamaan yang indah dalam perjuangan ini.
11. Rekan, kerabat, dan sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu sejak bangku sekolah hingga saat ini atas bantuan dan penghiburannya yang hangat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga membutuhkan saran dan kritik yang membangun untuk perubahan yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 2 Maret 2015 Penulis
(12)
! ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
INTISARI ... xvii
ABSTRACT ... xviii
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Rumusan Masalah ... 3
2. Keaslian Penelitian ... 3
3. Manfaat Penelitian ... 4
B. Tujuan Penelitian ... 4
1. Tujuan Umum ... 4
2. Tujuan Khusus ... 4
(13)
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 5
A. Kanker dan Karsinogenesis ... 5
B. Kanker Payudara ... 7
C. Model Sel Kanker Payudara ... 8
D. Reseptor Estrogen-α dan Tamoxifen ... 9
E. Apoptosis dan Nekrosis ... 11
F. Uji Sitotoksik ... 15
G. Annexin V Fluos ... 17
H. Imunositokimia ... 18
I. Tanaman Rosemary dan Ekstrak Metanol Daun Rosemary ... 19
J. Landasan Teori ... 21
K. Hipotesis ... 22
BAB III. METODE PENELITIAN ... 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23
1. Variabel Utama ... 23
2. Variabel Pengacau ... 23
3. Definisi Operasional ... 24
C. Bahan Penelitian ... 25
D. Alat Penelitian ... 25
E. Tata Cara Penelitian ... 26
1. Pengumpulan Tanaman ... 26
(14)
! xi
3. Penyiapan Simplisia ... 26
4. Ekstraksi Simplisia Daun Rosemary ... 27
5. Panen Sel ... 28
6. Preparasi Larutan Uji ... 28
7. Pengujian Viabilitas Sel dengan Metode MTT ... 28
8. Pengujian Apoptosis Sel dengan Metode Annexin V Fluos ... 29
9. Pengujian Ekspresi ERα dengan Metode Imunositokimia ... 30
F. Tata Cara Analisis Hasil ... 31
1. Analisis Nilai IC50 ... 31
2. Analisis Apoptosis Sel ... 31
3. Analisis Ekspresi ERα ... 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Determinasi Tanaman dan Ekstraksi Daun Rosemary ... 33
B. Uji Sitotoksik Ekstrak Metanol Daun Rosemary dengan Metode MTT .... 35
C. Pengujian Apoptosis Sel dengan Metode Annexin V Fluos ... 39
D. Pengujian Ekspresi ERα dengan Metode Imunositokimia ... 42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 54
BIOGRAFI PENULIS ... 61
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Uji Sitotoksik ... 36
Tabel 2. Hasil Uji Apoptosis Dengan Metode Annexin V Fluos ... 40
(16)
! xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema signaling ERα ... 10
Gambar 2. Tiga jalur utama apoptosis ... 12
Gambar 3. Proses apoptosis ... 13
Gambar 4. Proses nekrosis ... 14
Gambar 5. Mekanisme reaksi pada pembentukan kristal formazan ... 16
Gambar 6. Tanaman rosemary ... 19
Gambar 7. Skema ekstraksi simplisia daun rosemary ... 27
Gambar 8. Struktur senyawa dalam ekstrak dan ligan ERα ... 34
Gambar 9. Kristal formazan yang terbentuk pada uji MTT ... 35
Gambar 10. Hasil uji sitotoksik ... 37
Gambar 11. Hasil uji Annexin V Fluos ... 40
Gambar 12. Hasil uji imunositokimia ... 43
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sertifikat determinasi tanaman rosemary ... 55
Lampiran 2. Seri kadar ekstrak metanol daun rosemary dan tamoxifen ... 56
Lampiran 3. Hasil analisis IC50 ekstrak dengan Program R ... 57
Lampiran 4. Hasil analisis IC50 tamoxifen dengan Program R ... 58
Lampiran 5. Lapang pandang preparat ekstrak dan tamoxifen ... 59
(18)
! xv
INTISARI
Kanker payudara merupakan penyakit yang kompleks dan heterogen. Penyakit ini terus berkembang dan diperkirakan dalam 20 tahun ke depan insidensinya meningkat. Kanker payudara memiliki karakter ekspresi berlebih reseptor estrogen alfa (ERα) yang dapat dihambat dengan pengobatan standar
yaitu tamoxifen. Dewasa ini muncul efek samping dan resistensi terhadap pengobatan tamoxifen. Oleh sebab itu dibutuhkan agen kemoprevensi kanker payudara yang selektif terhadap ERα.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak metanol daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) terhadap model sel kanker payudara T47D yang dapat mengekspresikan ERα. Pengujian awal dilakukan
untuk mengetahui viabilitas sel dengan metode 3-[4,5-Dimethylthiazol-2-Yl]-2,5 Diphenyl Tetrazolium Bromide (MTT). Kemampuan apoptosis ekstrak diuji dengan metode Annexin V Fluos dan uji imunositokimia untuk mengetahui kemampuan penekanan ekstrak terhadap ekspresi ERα sel T47D.
Ekstrak metanol daun rosemary menunjukkan efek sitotoksik dengan nilai IC50 13,95 !g/mL yang dihitung secara statistik dengan Program R. Ekstrak
metanol daun rosemary dapat menginduksi apoptosis 19,68%, nekrosis 77,33%, dan dapat menekan ekspresi ERα 91-93% pada sel T47D.
Kata kunci: Daun rosemary, Rosmarinus officinalis L., kanker payudara, T47D, ERα.
(19)
ABSTRACT
Breast cancer is a complex and heterogeneous disease. This disease is rapidly grow and predicted in the next 20 years the incidence increases. Breast cancer has overexpression of estrogen receptor alpha (ERα) characteristic that can be inhibited by a standard treatment, tamoxifen. Today tamoxifen treatment arises side effect and resistance problem. Therefore chemoprevention agent for breast cancer selective ERα is highly needed.
This study was conducted to determine the effect of the methanol extract of rosemary (Rosmarinus officinalis L.) against T47D breast cancer cells model that express ERα. Preliminary study was conducted to determine cell viability by
3-[4,5-dimethylthiazol-2-Yl]-2.5 Diphenyl Tetrazolium Bromide (MTT). Furthermore, apoptosis cells were assayed by Annexin V Fluos and immunocytochemistry to know suppression abilty of rosemary methanol extract againts ERα expression.
Methanol extract of rosemary leaves showed a cytotoxic effect with IC50
13,95 !g/mL which calculated statistically by R program. Rosemary methanol extract induced apoptosis 19,68%, necrosis 77,33%, and suppressed ERα
expression to 91-93%.
Keywords: Rosemary leaves, Rosmarinus officinalis L., breast cancer, T47D, ERα.
(20)
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan keganasan non-kulit yang sering terjadi
pada wanita. Wanita yang hidup hingga usia 90 tahun memiliki kemungkinan satu
dari delapan mengidap kanker payudara. Pada tahun 2001, hampir 240.000 wanita
didiagnosis kanker payudara, dan lebih dari 40.000 meninggal akibat penyakit ini.
Jumlah wanita penderita kanker payudara diperkirakan meningkat tiga kali lipat
dalam 20 tahun ke depan (Kumar, dkk., 2004).
Pengobatan kanker payudara yang berkembang dewasa ini terbagi atas
terapi locoregional, kemoterapi dan kanker payudara triple negatif, dan terapi
bertarget reseptor estrogen (Sledge, dkk., 2014). Pengobatan kanker payudara
tidak selalu berhasil pada tiap subjek dikarenakan faktor heterogenisitas tingkat
genetik. Semakin kompleksnya arah perkembangan kanker payudara dapat
memunculkan resistensi terhadap pengobatan yang tersedia (Roche dan Vahdat,
2010). Maka dibutuhkan agen kemoprevensi untuk mencegah berkembangnya
kanker payudara sedini mungkin.
Perilaku pencegahan penyakit melalui makanan, bahan tambahan,
mikronutrien dan senyawa alami terus dikembangkan. Perilaku ini disebut
kemoprevensi dan substansi yang digunakan disebut agen kemopreventif.
Kemoprevensi merupakan penggunaan agen alami atau sintesis yang
(21)
membalikkan, menghambat, atau mencegah perkembangan kanker. Tujuan utama
dari kemoprevensi adalah menunda terjadinya kanker dan juga menurunkan angka
kejadiannya. Kemopreventif yang berhasil membutuhkan penggunaan agen yang
mampu menghambat tahapan molekuler spesifik pada jalur karsinogenesis. Studi
selama empat dekade terakhir menunjukkan bahwa agen kemopreventif alami dan
sintetis mampu menghambat karsinogenesis melalui dua jalur utama yaitu
menginhibisi aktivasi karsinogen dan induksi enzim pemetabolisme xenobiotik
sehingga dapat melindungi dari efek toksik lingkungan. Di samping itu, agen
kemopreventif memiliki target molekuler seperti protein yang terlibat dalam
progresi dan proliferasi siklus sel, protein anti apoptosis, transport obat; multi
drug resistance (MDR); multi-drug resistance-related protein (MRP), jalur faktor
pertumbuhan, jalur aktivasi NF-!B, angiogenesis, protein inflamasi seperti
COX-2 (Sharma, COX-201COX-2).
Daun rosemary berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen
kemopreventif pada kanker payudara. Abe dkk. (2002) berhasil mengekstraksi
daun rosemary menggunakan pelarut metanol dan menganalisis kandungan
kimianya antara lain asam betulinat, asam oleanolat, dan asam ursolat. Menurut
hasil studi penelitian Bishaye dkk. (2011) asam betulinat pada T47D dan asam
ursolatpada MCF-7 memiliki aktivitas antiproliferatif dan induksi apoptosis, dan
menurut Liu dkk. (2014) asam oleanolat pada MCF-7 juga memiliki efek yang
sama. Beberapa penelitian telah membuktikan aktivitas antikanker komponen
dalam ekstrak metanol daun rosemary pada MCF-7 atau T47D akan tetapi uji
(22)
!
3
kanker payudara belum pernah dilakukan.
Pada penelitian ini, dilakukan penelusuran mekanisme molekuler
aktivitas sitotoksik ekstrak metanol daun rosemary terhadap sel T47D. Sel kanker
payudara T47D yang merupakan golongan luminal A banyak digunakan karena
mengekspresikan ERα yang berlebih, sehingga ideal untuk penelitian ini
(Holliday dan Speirs, 2011). Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan kontribusi dalam penemuan agen kemopreventif bagi kanker
payudara.
1. Rumusan masalah
Apakah ekstrak metanol daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.)
mempunyai aktivitas sitotoksik, induksi apoptosis, dan berpengaruh terhadap
ekspresi protein ERα terhadap sel kanker payudara T47D serta berapa IC50
ekstrak tersebut?
2. Keaslian penelitian
Penelitian ekstrak metanol daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.)
yang pernah dilakukan adalah “Inhibitory Effects of Rosemary Extracts, Carsonic
Acid and Rosmarinic Acid on the Growth of Various Human Cancer Cell Lines”
oleh Ozlem Yesil-Celiktas, Canan Sevimli, Erdal Bedir, Fazilet Vardar-Sukan
(2010). Daun rosemary diekstraksi dengan supercritical CO2 menggunakan
metanol, senyawa aktif yang ditemukan adalah asam karsonik dan asam
rosmarinik diujikan pada NCI-H82, DU-145, Hep-3B, K-562, MCF-7, PC-3,
MDA-MB-231 dengan metode MTT. Ekstrak metanol daun rosemary dinyatakan
berpotensi sebagai kandidat antikanker.
(23)
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, penelitian tentang
Uji Aktivitas Ekstrak Metanolik Daun Rosemary (Rosmarinus Officinalis L.)
terhadap Sel Kanker Payudara T47D melalui Regulasi Ekspresi Reseptor
Estrogen-α (ERα) belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoretis. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kefarmasian mengenai
informasi tentang kemopreventif terkait ekstrak metanol daun rosemary
(Rosmarinus officinalis L.), sehingga dapat pula menjadi sumber acuan yang
dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan
secara ilmiah khasiat dari ekstrak metanol daun rosemary (Rosmarinus officinalis
L.) yang berpengaruh pada viabilitas, induksi apoptosis, dan mendeteksi ekspresi
protein sel kanker payudara T47D.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ekstrak metanol daun
rosemary (Rosmarinus officinalis L.) memiliki aktivitas sebagai agen
kemopreventif.
2. Tujuan khusus
Mengetahui kemampuan ekstrak metanol daun rosemary (Rosmarinus
officinalis L.) untuk menginduksi sitotoksik, apoptosis, dan mempengaruhi
(24)
!
!
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kanker dan Karsinogenesis
Kanker dikarakterisasi oleh pertumbuhan yang tidak terkontrol dan
akuisisi metastatik. Pada banyak kasus, aktivasi onkogen dan atau deaktivasi gen
tumor supresor mengarah pada progresi siklus sel yang tidak terkendali dan
mekanisme inaktivasi apoptosis. Pada tumor ganas terjadi penurunan afinitas
antar jaringan spesifik ikatan sel-sel dengan reseptor dan peningkatan jumlah
reseptor pergerakan sel. Aktivasi membran metalloprotease membuka jalur fisik
metastatik persebaran sel kanker yang semakin lebar. Perubahan genetik yang
terjadi antara lain mutasi, translokasi dan delesi kromosom, disregulasi ekspresi
atau aktivitas jalur sinyal. Studi terkini menyebutkan bahwa perubahan epigenetik
merupakan ciri kanker karena sifatnya sebagai sel pencetus kanker dan inisiator
karsinogenesis (Sarkar, dkk., 2013).
Proses karsinogenesis diawali dengan tahap inisiasi neoplasia di mana
perubahan yang tidak terbalikan terjadi pada sel somatik. Inisiasi terjadi karena
adanya ketidakstabilan sel yang disebabkan oleh paparan karsinogen sehingga
terjadi mutasi pada gen dan terbentuk neoplastik. Aktivasi onkogen berperan
penting dalam transformasi neoplastik, seperti mutasi gen tumor menyebabkan
perubahan respon seluler yang mengacu pada disregulasi gen pada jalur kontrol
sinyal biokimia sehingga terjadi gangguan proses alami komunikasi,
(25)
perkembangan, dan diferensiasi sel. Sel yang mengalami transformasi akan terus
membelah diiringi dengan mutasi lanjutan sebelum manifestasi lesi ganas (Devi,
2005).
Tahap kedua karsinogenesis adalah promosi di mana sel yang mengalami
transformasi terstimulasi untuk melakukan proliferasi lebih lanjut hingga muncul
ketidakseimbangan seluler. Tahap ini membutuhkan transformasi yang didorong
oleh paparan karsinogen dalam jangka panjang. Ketiga adalah progresi, atau biasa
disebut konversi sel pre-neoplastik. Sel pre-neoplastik bertransformasi ke tahap
perkembangan keganasan, diikuti oleh akumulasi mutasi gen dan luasnya klon sel
pre-neoplastik (Devi, 2005).
Tahap keempat adalah angiogenesis tumor, pertumbuhan tumor perlu
didukung oleh faktor pertumbuhan dan pembuangan molekul toksik yang efisien
juga asupan darah yang mencukupi. Faktor pendukung tersebut disalurkan oleh
pembuluh darah, akan tetapi pembuluh darah pada jaringan normal dan tumor
berbeda. Pembuluh tumor sering melebar, saccular dan berliku-liku dapat pula
mengandung sel-sel tumor dalam lapisan endotel pembuluh. Aliran darah di tumor
mungkin lebih lambat dibandingkan dengan jaringan normal yang berdekatan dan
mikrovaskuler tumor dapat menunjukkan hiperpermeabilitas protein plasma.
Tahap kelima adalah metastasis tumor, ketika progresi tumor terus berkembang,
sel akan terlepas dari massa tumor dan menginvasi jaringan terdekat. Sel yang
lepas tersebut juga akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan limfa sehingga
masuk ke jaringan atau organ lain kemudian berkembang. Hal ini menyebabkan
(26)
!
7
B. Kanker Payudara
Kanker payudara dapat muncul akibat akumulasi kerusakan genetik.
Beberapa gen bertanggung jawab terhadap sebagian besar kanker payudara
herediter, tapi banyak gen predisposisi bertanggung jawab terhadap kasus
sporadik. Mutasi yang terjadi pada gen predisposisi seperti p53, BRCA1 dan
BRCA2 yang cenderung bertindak melalui perbaikan DNA mempengaruhi
kestabilan gen. Studi mengenai kanker sporadis menyatakan bahwa abnormalitas
genetik yang luas terlibat dalam perkembangan penyakit kanker payudara
(Mallon, dkk., 2000).
Subtipe molekuler kanker payudara yang dikenal baik adalah luminal,
dengan cirinya yaitu sensitif terhadap hormon estrogen maupun progesteron.
Subtipe luminal dapat dibagi menjadi dua yaitu luminal A dan luminal B. Secara
prognosis subtipe luminal B dapat dikenali dengan ko-ekspresi HER2 selain ER
dan PR, berlawanan dengan luminal A yang HER2 negatif. Subtipe molekuler
berhubungan dengan tumor lokal yang kambuh, respon terhadap pengobatan
sistemik neoadjuvant, pola metastatik dan kelangsungan hidup sel kanker. Subtipe
molekuler dapat dihubungkan dengan perbedaan faktor resiko, sehingga dapat
mengidentifikasi perbedaan biologis proses neoplastik dengan bermacam tindakan
klinis dan reaksi pengobatan. Faktor molekuler yang memiliki peran pada
perkembangan sel kanker payudara yang telah diketahui dan berpotensi menjadi
target pengobatan adalah fascin, matrix metalloproteinase-1, cyclooxygenase-2,
interleukin, p53, p27, dan apoptosis-related factors seperti Bcl-2 (Strumfa, dkk.,
2012).
(27)
C. Model Sel Kanker Payudara
Model sel kanker yang dikulturkan memberikan keuntungan pada
penelitian kanker yaitu populasi yang relatif homogen dan mampu bereplikasi
pada media kultur standarnya. Profil kanker payudara dengan ekspresi gen dan
imunohistokemikal reseptor estrogen alfa (ERα), reseptor progesteron (PR), dan
HER2 dapat diklasifikasikan menjadi beberapa subtipe yaitu luminal A (MCF-7,
T47D), luminal B (BT474, ZR-75), HER2 (SKBR3, MDA-MB-453), basal
(MDA-MB-468) dan normal (MDA-MB-231) (Holliday dan Speirs, 2011).
Kultur sel kanker payudara manusia mampu memberikan pedoman yang
sangat baik untuk penelitian kanker payudara dalam perkembangan dan
pengobatan tumor. Model sel kanker payudara yang dapat mengekspresikan ERα
adalah MCF-7 dan T47D. Sel ini biasa digunakan untuk uji in vitro dan in vivo
pada analisis gen, protein fungsional, dan uji efektivitas inhibitor. MCF-7
menggunakan media kultur DMEM, sifatnya resisten terhadap doxorubicin,
mengekspresikan Bcl-2 berlebih akan tetapi tidak mengekspresikan caspase 3
(Adjo Aka and Lin, 2012).
Sel kanker payudara T47D mengekpresikan reseptor estrogen nukleus,
yang diperlukan bagi sel untuk mengaktifkan gen penting tertentu dalam
pertumbuhan dan replikasi. Estrogen termasuk dalam hormon seks yang terdiri
dari estradiol, estriol, dan estrone. Hormon-hormon ini mampu menembus
membran sel sehingga dapat berdifusi langsung ke nukleus. Estrogen yang masuk
ke nukleus berikatan dengan reseptor estrogen membentuk reseptor dimer. Sisi
(28)
!
9
menaikkan atau menurunkan ekspresi gen tergantung pada peran faktor transkripsi
sisi aktif. T47D mengekspresikan protein p53 yang termutasi akan tetapi sel ini
sensitif terhadap doxorubicin (Neumann dan Rossi, 2012).
D. Reseptor Estrogen-! dan Tamoxifen
Kanker payudara adalah penyakit heterogen, akan tetapi hampir 70% dari
penyakit ini adalah reseptor estrogen positif. Reseptor estrogen (ER) mendorong
pertumbuhan tumor dalam rangka respon terhadap ligannya yaitu estrogen.
Ekspresi ER mengindikasikan tingkat estrogen dependence dari kanker payudara.
Terapi endokrin merupakan terapi efektif kanker payudara ER-positif, yang
dicapai dengan antagonisasi ligan yang berikatan dengan ER (tamoxifen dan
selective estrogen receptor modulator lainnya), menurunkan regulasi ER
(fulvestrant) atau menghentikan biosintesis estrogen (inhibitor aromatase dan
luteinizing hormone-releasing hormone agonists) (Tokunaga, dkk., 2014).
Ada dua bentuk reseptor estrogen yang dibedakan berdasarkan kode
genetiknya yaitu ERα dan ERβ. ERα bertanggung jawab pada proses
estrogen-induces mitogenic signaling sel epitel pada payudara, uterus, dan ovarium, selain
itu juga berperan dalam inisiasi dan progresi kanker payudara (Tokunaga, dkk.,
2014). Tamoxifen telah banyak digunakan sebagai pengobatan kanker payudara,
melalui kemampuannya menghambat ikatan antara estrogen dengan reseptornya
sehingga proliferasi sel yang diinduksi oleh mekanisme ini dapat dihambat
(Jordan, 2006). Tamoxifen bekerja sebagai inhibitor kompetitif ikatan estrogen
dengan ERα, selain itu secara langsung dapat menginduksi apoptosis (Criscitiello,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
dkk., 2011). Pada awalnya tamoxifen digunakan sebagai pengobatan tambahan
setelah tindakan medis seperti pembedahan , tapi seiring berkembangnya waktu
juga digunakan sebagai pengobatan kanker payudara (Jordan, 2006).
Gambar 1. Skema signaling ER! (Tokunaga, dkk., 2014)
Gambar 1 memaparkan estradiol berikatan dengan ERα sehingga ERα
mengalami perubahan konformasi dan membentuk dimer. Dimer ERα ini
berikatan dengan rangkaian estrogen response element (ERE) dalam promoter gen
target dan menarik kompleks ko-faktor (ko-aktivator dan ko-represor). Fungsi
klasik ERα adalah fungsi nukleusnya, yang disebut dengan aktivitas genomik.
Gambar 1 juga menjabarkan ERα dapat langsung berikatan dengan faktor
transkripsi lain seperti activator protein-1 (AP-1) dan specificity protein-1 (SP-1)
pada situs spesifiknya di DNA. Jalur sinyal ERα juga diregulasi oleh reseptor
membran tirosin kinase (RTK). RTK mengaktivasi jalur sinyal seperti jalur
(30)
!
11
menyebabkan fosforilasi ERα dan mengarah pada aktivasi ERα (Tokunaga, dkk.,
2014).Mekanisme lain diungkapkan oleh Liao dkk. (2014) di mana ekspresi ERα!
yang tinggi dan ikatan 17-β-estradiol (E2) dengan ERα!menginduksi penekanan p53/p21 dan meningkatkan proliferating cell nuclear antigen (PCNA) dan
proliferation-related Ki-67 antigen (Ki-67) yang berguna dalam induksi
proliferasi sel kanker payudara. ERα memediasi proliferasi sel kanker payudara
dengan meningkatkan miR-17 hingga membungkam ekspresi p21.
E. Apoptosis dan Nekrosis
Kematian sel terprogram atau programmed cell death (PCD) merupakan
bagian dari apoptosis yang diperlukan sebagai mekanisme pelengkap pada
proliferasi untuk memastikan homeostasis seluruh jaringan. Proses ini harus
diregulasi dengan baik karena kegagalan pada apoptosis dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup sel dan dapat berkontribusi pada perkembangan sel
neoplastik. Pengaruh pada kelangsungan hidup sel dapat menyebabkan
ketidakstabilan gen dan akumulasi mutasi (Andreeff, dkk., 2000).
Kematian sel yang terprogram dapat distimulasi oleh beberapa faktor
seperti kurangnya asupan nutrisi, aktivasi reseptor kematian pada permukaan sel,
senyawa kimia, radiasi ionisasi, kerusakan fisik secara langsung, dan karena sel T
sitotoksik (Gambar 2). Berbagai macam stimulus dapat menyebabkan beberapa
macam jalur apoptosis, akan tetapi mengarah pada satu jalur umum yaitu aktivasi
caspase. Caspase adalah kelompok enzim yang terlibat dalam regulasi apoptosis.
Dua jalur aktivasi caspase yang berbeda telah teridentifikasi. Pertama adalah jalur
(31)
ekstrinsik yang diinisiasi oleh aktivasi reseptor kematian yang terletak pada
transmembran. Kedua adalah jalur intrinsik yang diaktivasi oleh stress seluler dan
secara umum melibatkan pelepasan protein mitokondrial seperti sitokrom C.
Ketiga adalah jalur perforin atau granzim (Bali, dkk., 2013).
Gambar 2. Tiga jalur utama apoptosis (Bali, dkk., 2013)
Apoptosis terhadap respon kerusakan DNA dapat diinduksi dalam jalur
p53-dependent atau independent. DNA awal yang rusak menerjemahkan sinyal ke
nukleus untuk melibatkan ataxia telangiectasia mutated (ATM) dan ataxia
telangiectasia RAD3 related (ATR) protein kinases. Jalur sinyal p53-dependent
menginduksi aktivasi transkripsional dari gen proapoptik seperti Bcl-2 associated
X (BAX) dan Fas. Jalur sinyal p53-independent melibatkan aktivasi
(32)
!
13
Reseptor kematian sel pada permukaan dari kelompok tumor necrosis
factor-receptor (TNFR), seperti TNFR-1 dan kelompok diferensiasi Fas 95
(CD95) dapat mentranduksi sinyal apoptosis dengan melibatkan masing-masing
ligannya atau antibodi spesifik. Stimulasi oleh Fas ligand (FASL) atau TNF-α
menyebabkan trimerise reseptor kematian dan daerah sitoplasmik yang mati
menarik protein adaptor sitoplasmik. Protein adaptor FAS adalah FAS associated
death domain (FADD) dan untuk TNFR1 adalah TNFR associated death domain
(TRADD). FADD dan TRADD menarik dan mengaktifkan caspase-8 sehingga
dapat menginduksi caspase lainnya dan mengarah ke apoptosis (Bali, dkk., 2013).
Gambar 3. Proses apoptosis (Schulze-Osthoff, 2008)
Gambar 3 memaparkan apoptosis ditandai dengan perubahan morfologi
nukleus, termasuk kondensasi kromatin dan fragmentasi. Secara keseluruhan sel
mengalami pengerutan, blebbing membran plasma, dan terakhir akan membentuk
badan apoptosis yang mengandung nukleus atau materi sitoplasmik
(Schulze-Osthoff, 2008). Proses nekrosis (Gambar 4) secara morfologis ditandai dengan
terjadinya pembengkakan sitoplasmik kemudian dilatasi organela yang
menyebabkan vakuolisasi seluler dan rupturnya membran plasma, menghasilkan
kebocoran proinflamator dari konten intraseluler (Schulze-Osthoff, 2008).
(33)
Gambar 4. Proses nekrosis (Schulze-Osthoff, 2008)
Kondisi sel yang mengalami nekrosis mirip dengan sel yang mengalami
apoptosis, tetapi terdapat perbedaan yaitu sel mengkerut dan menggerombol. Sel
yang mengalami nekrosis akan membentuk fragmen dan terjadi pembengkakan,
selain itu matriks mitokondria membentuk kumpulan agregat dan mengganggu
membran sel bersamaan dengan pembentukan mielin. Nukleus terdegradasi
terlebih dahulu, kemudian terjadi gumpalan kromatin dan mengarah pada
kariolisis (Trump, dkk., 1997).
Mekanisme yang terjadi pada proses nekrosis sel ada beberapa macam,
pertama adalah jalur ATP. Penurunan jumlah ATP menyebabkan kerusakan sel
secara cepat yang mengarah pada onkosis sehingga tidak ada pasokan energi
untuk mengaktifkan kanal Na+K+ATPase pada membran sel yang menyebabkan
peningkatan ion Na+ dan Cl- dan masuknya air sehingga sel membengkak, selain
itu jumlah ion Ca+ meningkat cepat (Trump, dkk., 1997). Pada apoptosis jumlah
ATP masih dapat dijaga lebih lama di tahap reversibel sehingga pompa Na+ dan
pembengkakan sel dapat dihambat. Pengkerutan yang terjadi dapat disebabkan
(34)
!
15
oleh hilangnya ion K+ dan Cl- tapi terjadi peningkatan Ca2+ sehingga kanal K+
yang diaktivasi Ca+ dapat bekerja (Trump, dkk., 1997).
Mekanisme nekrosis lainnya melalui regulasi volume dan ion sel yang
ditandai dengan peristiwa onkosis di mana kendali pengaturan volume cairan
hilang, hal ini dapat terjadi karena defisiensi ATP juga kerusakan langsung pada
membran plasma. Telah disebutkan sebelumnya bahwa peningkatan ion Ca2+
dapat menyebabkan onkosis tapi pada beberapa sel dapat pula terjadi apoptosis,
selain itu ion Ca2+ mempengaruhi transkripsi gen juga fungsi sitoskeletal (Trump,
dkk., 1997).
F. Uji Sitotoksik
Kinerja, reprodusibilitas, dan kemampuan studi untuk diperbandingkan
memerlukan kuantifikasi sel. Metode klasik yang dapat digunakan adalah
perhitungan langsung menggunakan haemocytometer, dihubungkan dengan
pewarnaan seperti triptan biru untuk membedakan sel hidup dan mati. Metode
klasik ini memang mudah, murah, dengan jumlah sel yang sedikit akan tetapi
masih bersifat subjektif. Dewasa ini telah banyak metode yang dikembangkan dan
lebih sesuai seperti deteksi dengan pelabelan radiokromium, ATP selular, volume
intraselular, pewarnaan spesifik, potensi redoks, uji turbiditas, kalorimetri, dan
monitoring biomassa (Doyle dan Griffiths, 2000). Dalam penelitian ini digunakan
metode pewarnaan spesifik yaitu 3-[4,5-Dimethylthiazol-2-Yl]-2,5 Diphenyl
Tetrazolium Bromide (MTT).
(35)
Garam tetrazolium telah dikembangkan sebagai alat pengukuran warna
secara kuantitatif untuk menentukan proliferasi dan kemampuan bertahan
hidupnya sel. Uji ini mengukur jumlah sel yang hidup bukan sel yang mati, dan
sinyal berasal dari derajat keaktifan masing-masing sel. Hasilnya dapat dibaca
pada multiwell scanning spetrophotometer (ELISA reader) dan menunjukkan
hasil dengan presisi tinggi. Metode ini dapat mengurangi proses pencucian yang
tidak diperlukan sehingga mampu mengurangi waktu dan jumlah sampel yang
diperlukan. Kelebihan metode ini adalah keakuratan dan kepresisiannya, juga
minimnya gangguan radioisotop (Mosmann, 1983).
Gambar 5. Mekanisme reaksi pada pembentukan kristal formazan (Talupula, 2011)
MTT adalah uji reduksi tetrazolium untuk uji viabilitas sel homogen
yang dikembangkan pada wadah dengan 96 lubang yang cocok untuk hasil
pemilahan yang baik. Substrat MTT disiapkan dalam larutan pada kondisi
fisiologis, ditambahkan ke dalam kultur sel, biasanya pada kadar 0,2–0,5 mg/mL,
dan diinkubasi selama satu sampai empat jam. Jumlah formazan (yang sebanding
langsung dengan jumlah sel yang hidup) diukur menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 570 nm. Sel yang hidup dengan metabolisme akif dapat
mengubah MTT ke formazan berwarna ungu yang dapat dibaca absorbansinya.
(36)
!
17
Ketika sel mati tidak dapat mengubah MTT menjadi formazan, sehingga
intensitas warna yang muncul spesifik untuk sel hidup (Riss, dkk., 2014).
G. Annexin V Fluos
Apoptosis tahap awal ditandai dengan tersebarnya sel tunggal sehingga
tidak dapat dikenali lagi, dan pada tahap akhir badan apoptosis mengalami
fagositosis cepat, proses ini terjadi hanya dalam beberapa jam. Perubahan pada
permukaan sel apoptik seperti ekspresi sisi ikatan trombospondin, hilangnya
residu asam sialik, dan paparan fosfatidilserin menjadi sulit dikenali.
Fosfatidilserin adalah fosfolipid yang bermuatan negatif, yang biasanya muncul
pada ujung membran berhadapan dengan sitosol. Paparan fosfatidilserin pada
permukaan sel mengaktivasi platelet dan eritrosit tua, sel yang akan hancur oleh
apoptosis (Vermes, dkk., 1995).
Annexin V ditemukan sebagai protein pembuluh darah yang memiliki
aktivitas kuat antikoagulan, sebagai keluarga multigen protein yang memiliki
urutan yang berulang yang disebut loop endoxin. Annexin dapat berikatan dengan
fosfolipid dengan bantuan Ca+. Annexin V berikatan secara spesifik terhadap
fosfolipid seperti fosfatidilserin, yang biasanya tidak ada di luar permukaan
membran plasma, dan menunjukkan ikatan minim dengan fosfolipid lain seperti
fosfatidilkolin dan spingomielin yang ada di permukaan membran plasma
(Vermes, dkk., 1995).
Ketika kematian sel terjadi, fosfatidilserin berpindah ke permukaan
membran (bagian terluar sel). Ini terjadi pada fase awal dari kematian sel akibat
(37)
apoptosis di mana membran sel masih utuh. Nekrosis di sisi lain, mengalami
penurunan integritas membran dan kebocoran selular dari dalam sel ke
lingkungan. Oleh sebab itu, pengukuran ikatan Annexin V diikuti dengan
pewarnaan dapat memberikan pengukuran yang tepat untuk mendeteksi sel yang
mengalami apoptosis dan membedakannya dari yang mengalami nekrosis
(Vermes, dkk., 1995).
H. Imunositokimia
Imunohistokimia merupakan teknik untuk mendeteksi protein, antigen
dalam jaringan dengan mendeteksi reaksi antigen antibodi dengan bantuan
penanda. Pewarna fluoresen dan enzim adalah yang paling banyak digunakan.
Metode pewarnaan jaringan ini disebut immunostaining. Proses yang mirip untuk
mendeteksi antigen pada sel disebut imunositokimia. Langkah-langkah
pengerjaan dalam imunositokimia ini adalah aktivasi antigen, blocking
peroksidasi endogen, inkubasi antibodi primer, inkubasi antibodi sekunder,
deteksi antibodi, counter stainning, dan penutupan slide. Blocking peroksidase
endogen dapat mencegah reaksi tidak spesifik saat pewarnaan, larutan yang
dipakai adalah hidrogen peroksidase. Pencucian dengan Phosphate Buffer Saline
(PBS) penting dilakukan agar tidak ada reagen tersisa dari perlakuan sebelumnya.
Inkubasi antibodi primer dilakukan untuk memberi waktu reaksi antara antibodi
primer tidak berlabel dengan antigen, selanjutnya dilakukan inkubasi antibodi
sekunder berlabel dapat memberikan warna pada reaksi yang terjadi di antigen
antibodi jaringan atau sel. Counterstain menggunakan pewarna Mayer
(38)
!
19
agar preparat yang sudah jadi bisa lebih tahan lama dengan menggunakan lem
khusus antara kaca preparat, cover slip, dan penutup preparatnya. Pengamatan
preparat dilakukan dengan menggunakan mikroskop (Prabin, dkk., 2009).
I. Tanaman Rosemary dan Ekstrak Metanol Daun Rosemary
Gambar 6. Tanaman Rosemary (Deymos, 2010)
Rosemary merupakan herba dari famili Lamiaceae yang berasal dari
daerah Mediterania. Klasifikasi rosemary adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Order : Lamiales
Family : Lamiaceae
(39)
Genus : Rosmarinus L.
Species : officinalis
Binominal name : Rosmarinus officinalis L.
(Begum, dkk., 2013).
Tanaman rosemary terutama bagian daunnya dapat diekstraksi
menggunakan pelarut metanol, menurut Abe dkk. (2002) dengan metode refluks
sehingga dihasilkan empat fraksi yang telah dianalisis kandungan kimianya.
Fraksi ketiga dianalisis lebih lanjut dan didapatkan hasil kandungan tiga jenis
triterpen yaitu asam betulinat, asam oleanolat, dan asam ursolat.
Asam ursolat yang dapat diisolasi dari daun rosemary (Rosmarinus
officinalis L.) diketahui dapat menginduksi apoptosis melaui TNF-related
apoptosis-inducing ligand (apoptosis diinduksi TRAIL) pada sel kanker dan
JNK-mediated upregulation of death receptor (DR) dan penurunan decoy receptor-2
(DcR2) sehingga mampu mempengaruhi kelangsungan hidup sel (Prasad, dkk.,
2011). Asam ursolat pernah diujikan secara in vitro pada sel kanker payudara
MCF-7 yang menunjukkan kemampuan sitostatik asam ursolat pada fase G1.
Mekanisme yang diketahui mempengaruhi sinyal Ca2+ intrasel untuk menurunkan
proliferasi sel (Neto, 2011).
Asam betulinat yang diujikan secara in vitro pada sel kanker payudara
MCF-7 menunjukkan aktivitas sitotoksik kemudian diujikan pada tikus athymic
tanpa bulu yang dipapari dengan kanker payudara MCF-7 adenokarsinoma juga
menunjukkan terjadinya penghambatan pembentukan tumor dan penurunan
(40)
!
21
penurunan angiogenesis, proliferasi dan invasi sel kanker pada hewan yang diberi
perlakuan (Damle, dkk., 2013).
Asam oleanolat dapat menekan glikolisis aerobik. Bentuk dimer pyruvate
kinase muscle isoenzyme 2 (PKM2) mengakumulasi intermediet glikolitik dan
menghubungkan ke biosintesis nukleotid dan asam amino, yang berkontribusi
pada pertumbuhan sel. PKM2 banyak diekspresikan pada sel yang berproliferasi,
seperti sel tumor. Dalam penelitian Liu dkk. (2014) pada sel kanker PC3 dan
MCF-7 yang diberi asam oleanolat, dapat menurunkan ekspresi PKM2.
J. Landasan Teori
Kanker payudara terjadi akibat akumulasi kerusakan genetik, salah
satunya adalah ekspresi berlebih ERα yang dapat mempengaruhi kestabilan gen
ko-aktivator dan ko-supresor. Penelitian ini menggunakan model sel kanker
payudara T47D karena kemampuannya mengekspresikan ERα. Ketika ERα
berikatan dengan substratnya (estradiol) membentuk dimer yang dapat masuk ke
nukleus dan berikatan dengan ERE untuk mempengaruhi aktivator dan
ko-supresor. Kelebihan ekspresi ERα dapat menyebabkan penurunan transkripsi
genetik untuk regulasi kematian sel dan meningkatkan gen penginduksi
proliferasi.
Tamoxifen merupakan pengobatan yang sering digunakan dalam terapi
kanker payudara karena sifatnya selektif terhadap ERα. Tamoxifen dapat
menghambat proliferasi sel sekaligus menginduksi apoptosis secara langsung,
akan tetapi timbul permasalahan resistensi dan efek samping pada penderita
(41)
kanker payudara. Saat ini diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan dari
pengobatan tamoxifen, maka dibutuhkan agen kemoprevensi yang diharapkan
dapat mengatasinya, selain itu agar dapat menekan insidensi kanker payudara.
Rosmarinus officinalis L. tanaman yang biasa disebut dengan rosemary
telah lama dikenal dan diuji kemampuannya dalam mengatasi kanker payudara.
Bagian yang digunakan adalah daun yang dapat diekstraksi menggunakan metanol
dan diharapkan mengandung asam betulinat, asam oleanolat, dan asam ursolat.
Ketiga senyawa tersebut ini telah diteliti terutama pada model sel kanker
payudara MCF-7 yang juga mampu mengekspresikan ERα. Asam betulinat, asam
oleanolat, dan asam ursolat dapat menghambat proliferasi dan menginduksi
apoptosis sel kanker payudara MCF-7. Dengan demikian, daun rosemary
berpotensial dikembangkan sebagai agen antikanker.
Ekstrak metanol daun rosemary dalam penelitian ini diujikan ke model
sel kanker payudara T47D dengan metode MTT untuk kuantifikasi kemampuan
sitotoksik didukung oleh komputasi statistik Program R agar didapatkan nilai IC50
dari ekstrak. Kemampuan induksi apoptosis ekstrak metanol daun rosemary
dikuantifikasi dengan metode Annexin V Fluos menggunakan alat flowcytometry
dan dilakukan penelusuran mekanisme molekuler ekstrak pada ERα sel melalui
uji semi kuantitatif imunositokimia.
K. Hipotesis
Ekstrak metanol daun rosemary (Rosemarinus officinalis L.) memiliki
aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D melalui induksi apoptosis
(42)
!
!
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni
dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini, yaitu:
1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi
konsentrasi dalam pemberian ekstrak metanol daun rosemary (Rosmarinus
officinalis L.)
b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini
adalah viabilitas sel (IC50), persentase sel apoptosis, dan level ekspresi
protein ERα.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam
penelitian ini adalah kondisi sel uji, yaitu sel kanker payudara T47D. Bahan
uji yang digunakan berupa daun rosemary, didistribusikan oleh Dipokusumo
Farm (Rasamala A4, Semarang Kota 50189, Jawa Tengah, Indonesia)
berasal dari kebun di Malang, Jawa Timur dipanen pada bulan Juni 2014.
(43)
b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali
dalam penelitian ini adalah usia tanaman, kondisi lingkungan, kontaminasi
lingkungan, dan lama inkubasi.
3. Definisi operasional
a. Ekstrak metanol daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) adalah
serbuk hasil ekstraksi total daun rosemary menurut metode Abe dkk.
(2002).
b. Uji sitotoksik MTT adalah metode yang digunakan untuk mengetahui
viabilitas sel atau jumlah sel yang masih hidup setelah pemberian
ektrak metanol daun rosemary pada sel kanker payudara T47D.
c. IC50 adalah konsentrasi ekstrak yang dapat mematikan 50% dari
populasi sel kanker payudara T47D.
d. Metode induksi apoptosis Annexin V adalah pengujian yang
dilakukan untuk menginduksi apoptosis ekstrak metanol daun
rosemary pada sel kanker payudara T47D.
e. Imunositokimia adalah metode pengujian untuk mengetahui level
ekspresi protein ERα pada sel kanker payudara T47D setelah
pemberian ekstrak metanol daun rosemary.
f. Level ekspresi ERα adalah persentase sel yang berwarna coklat pada
sitoplasma dan atau nukleus sel kanker payudara T47D dalam tiga
(44)
!
25
C. Bahan Penelitian
Senyawa uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak metanol
daun Rosmarinus officinalis L. Sel yang digunakan dalam pengujian ini adalah sel
kanker payudara T47D yang didapat dari Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Bahan kimia yang digunakan adalah
metanol pro analis (Merck), FBS (Fetal Bovine Serum) 10%, FBS 0.5%, Media
Kultur Medium RPMI (Rosewell Park Memorial Institute) 1640 (Gibco), media
kultur medium 199 (Gibco), Tripsin EDTA 0.25%, PBS (Phosphat Buffer Saline),
Fungison (Gibco), Penisilin Streptomisin 1% v/v, akua bidestilata, etanol 96%,
natrium bikarbonat, HEPES (N-2-Hidroxy Ethyl Piperazine-N-Ethane Sulfonic
Acid), SDS (Sodium Dodecyl Sulfate) 10% dalam HCl 0.01 N, DMSO (Merck)
0.5%, biru tripan, eter, etanol (CV. Labora), akuades, Nolvadex 20 mg (tablet
kontrol tamoxifen), metanol 70%, reagen Annexin V Fluos (Roche), reagen MTT
5 mg/mL, primary monoclonal antibody antiER! (Thermo Fisher Scientific),
biotinylated universal secondary antibody (Biocare), Mayer Hematoxylin (Dako),
xylol, substrat DAB.
D. Alat Penelitian
Peralatan refluks, alat-alat gelas, mantel heater, waterbath, blender,
rotary evaporator, incubator CO2, autoklaf, tangki nitrogen cair, alat-alat gelas
steril, laminar air flow cabinet (LAF), mikroskop fase kontras, tissue culture
flask, blue tip, yellow tip, neraca digital, mikropipet, mikroplate 96 sumuran, 24
sumuran, coverslip, ELISA reader, tabung conical 15 mL, tissue culture cluster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(45)
96, haemocytometer, mikroskop fluoresensi, kamera digital, mikroskop cahaya,
sentrifuge, neraca digital, flowcytometry.
E. Tata Cara Penelitian 1. Pengumpulan Tanaman
Tanaman rosemary (Rosmarinus officinalis L.) didistribusikan oleh
Dipokusumo Farm (Rasamala A4, Semarang Kota 50189, Jawa Tengah,
Indonesia) berasal dari kebun di Malang, Jawa Timur dipanen pada bulan Juni
2014. Bagian yang digunakan hanya bagian daunnya. Daun yang dipilih adalah
daun yang segar, berwarna hijau, dan bentuk yang masih utuh.
2. Determinasi Tanaman
Tanaman rosemary ini didapatkan melalui distributor komersil maka
diperlukan pemastian akan kebenaran tanaman yang digunakan. Sampel daun
rosemary dideterminasi di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada.
3. Penyiapan Simplisia
Daun rosemary dipetik kemudian dicuci bersih dibawah air mengalir.
Daun dipotong-potong, dikeringkan di atas tampah ditutupi kain hitam diberi
sirkulasi udara yang cukup dengan sinar matahari. Pengeringan pertama dilakukan
dalam waktu tujuh hari, setelah tujuh hari daun rosemary dipilah, daun yang
sudah kering (berwarna hijau kecoklatan dan mudah rapuh saat diremas) dari yang
masih kurang kering. Daun yang kurang kering dilanjutkan dengan pengeringan
(46)
!
27
dihaluskan menggunakan blender, serbuk disimpan dalam plastik clip yang diberi
silika penjerap lembab dalam wadah tertutup di suhu ruang (Alfredo, 2012).
4. Ekstraksi Simplisia Daun Rosemary
7,3 g serbuk simplisia daun rosemary
1. Ditambahkan metanol absolut 30 mL. 2. Direfluks selama 30 menit.
3. Proses refluks diulang tiga kali dengan penggantian pelarut. 4. Campuran disaring lalu digabungkan.
Gabungan ekstrak
1. Dipekatkan menggunakan rotary evaporator selama 5 menit. 2. Dikeringkan di atas waterbath pada suhu 800C hingga mencapai
bobot tetap.
Residu serbuk hijau tua
Diambil 0,5 g
1. Ditambahkan 10 mL metanol 60%. 2. Divortex selama 1 menit.
3. Disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. 4. Disaring, endapan yang tertahan dikumpulkan.
Endapan
1. Ditambahkan 10 mL metanol absolut.
2. Disaring kemudian cairan dikumpulkan dan dipekatkan dengan
rotary evaporator.
3. Dilanjutkan dengan pengeringan dengan waterbath pada suhu 800C sampai mencapai bobot tetap.
Serbuk ekstrak metanol daun rosemary
!
Gambar 7. Skema ekstraksi simplisia daun rosemary (Abe, dkk., 2002).
!
(47)
5. Panen Sel
Pada awalnya sel ditanam dan diinkubasi dalam cawan petri hingga
konfluen, kemudian media kultur dibuang terlebih dahulu menggunakan
mikropipet. Ke dalam cawan petri ditambahkan PBS untuk mencuci kemudian
dibuang dan ditambahkan 0,5 mL tripsin secara merata dalam cawan petri, setelah
itu ditutup dan didiamkan selama 3 menit hingga sel terlepas di dalam inkubator.
Setelah 4 menit ditambahkan media RPMI lengkap, dicuplik sedikit diamati di
bawah mikroskop dengan haemocytometer untuk menghitung jumlah sel yang
diperlukan selama pengujian dengan:
jumlah!sel!kuadran!1+2+3+4
4 ×
10! mL
Sejumlah sel terhitung yang diperlukan ditambahkan media RPMI hingga
10 mL dan dimasukkan sebanyak 100 !L ke dalam 96 well-plate untuk uji MTT, 2 mL ke dalam 6 well-plate untuk uji Annexin V Fluos, dan 1 mL ke dalam 24
well-plate dengan cover slip untuk uji imunositokimia, diinkubasi selama 24 jam
hingga konfluen (CCRC, 2009).
6. Preparasi Larutan Uji
Sepuluh miligram sampel dilarutkan dalam 100 !L DMSO kemudian dilakukan pengenceran ke seri konsentrasi yang diinginkan. Pada tahap
pengenceran sampel, digunakan media kultur sebagai pelarutnya (CCRC, 2009).
7. Pengujian Viabilitas Sel dengan Metode MTT
Sel yang telah diinkubasi selama 24 jam di dalam well-plate dan didapati
(48)
!
29
diberi 100 !L sampel yang telah diencerkan, pada kolom kontrol sel cukup diberi media kultur sedangkan pada kolom kontrol media dapat dikosongkan saja, lalu
diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator CO2. Setelah inkubasi 24 jam,
disiapkan larutan MTT yang telah dicampur dengan media kultur terlebih dahulu
kemudian media kultur dalam well-plate dapat dibuang lalu diberi 100 !L PBS dan dibuang, ke dalam tiap lubang diberi 110 !L larutan MTT dan diinkubasi selama 4 jam. Setelah 4 jam ke dalam tiap lubang diberi 100 !L reagen stopper
SDS kemudian diinkubasi di ruang selama 24 jam. Setelah inkubasi, dilakukan
pembacaan absorbansi menggunakan ELISA Reader pada panjang gelombang 595
nm (CCRC, 2009).
8. Pengujian Apoptosis Sel dengan Metode Annexin V Fluos
Uji apoptosis sel menggunakan metode annexin dilakukan dengan
menanam sel (dengan populasi 500.000-1.000.000 sel/mL) sejumlah 2 mL
kemudian diinkubasi selama 24 jam. Setelah konfluen, media kultur dibuang
kemudian diberi 100 !L PBS lalu dibuang. Tiap lubang diberi sampel sebanyak 2 mL dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah inkubasi, sel dalam tiap lubang diambil
dengan mikropipet dipindahkan ke conical tube. Pada well-plate diberi 1 mL PBS,
kemudian diambil lagi dan dimasukkan ke conical tube. Pada well-plate diberi
200 !L tripsin diinkubasi selama 3 menit, lalu dilihat dengan mikroskop apabila sel sudah terlepas diberi 1 mL media kultur dan ditampung lagi ke dalam conical
tube. Conical tube disentrifugasi selama 4 menit dengan kecepatan 4000 rpm.
Supernatan dibuang, sisa endapan diberi PBS dingin 1 mL kemudian resuspensi
campuran dan dipindahkan ke dalam eppendorf sebanyak 1 mL. Campuran dalam
(49)
eppendorf disentrifugasi (5 menit, 5000 rpm). Tahap selanjutnya adalah preparasi
reagen annexin pada eppendorf yang dibalut alumunium foil diisi dengan 550 !L
buffer dan diberi 10 !L!annexin juga 10 !L propidium iodida. Eppendorf yang berisi sampel dibuang supernatannya kemudian diberi reagen 100 !L lalu diinkubasi 10 menit. Setelah inkubasi 10 menit diberi 300 !L buffer, dan sampel dianalisis mengunakan flowcytometry (CCRC, 2009).
9. Pengujian Ekspresi ER! dengan Metode Imunositokimia
Pengujan imunositokimia dilakukan dengan menanam sel dalam 24
well-plate diberi cover slip (jumlah sel 500.000 sel/mL) sejumlah 1 mL. Setelah
inkubasi 24 jam dan sel sudah konfluen, media kultur dibuang lalu diberi 500 !L
PBS dan dibuang. Sel diberi perlakuan dengan memberikan 1 mL sampel dan
diinkubasi 24 jam, setelah inkubasi cover slip diangkat dan dipindahkan ke kaca
preparat. Cover slip diberi PBS lalu dibuang, dilakukan dua kali kemudian
difiksasi menggunakan metanol 300 !L lalu dibuang dan diberi PBS. Cover slip
diberi aquadest lalu dibuang (dilakukan dua kali), diberi hidrogen peroksida 100
!L!selama 10 menit lalu dibuang dan diberi PBS. Cover slip diberi larutan
blocking 100 !L selama 10 menit lalu dibuang, diberi antibodi primer (ERα) 100 !L selama 1 jam setelah itu dibuang dan diberi PBS. Cover slip diberi antibodi sekunder 100 !L selama 20 menit lalu dibuang dan diberi PBS. Cover slip diberi HRP sebanyak 100 !L selama 10 menit kemudian dibuang dan diberi PBS, lalu diberi larutan DAB 100 !L diinkubasi 3 menit dan diberi aquadest lalu dibuang.
Cover slip diberi 100 !LHematoxylin selama 5 menit dan diberi aquadest lalu dibuang. Cover slip digenangi etanol absolut dan segera dibuang juga xylol dan
(50)
!
31
segera dibuang, preparat dikeringkan terlebih dahulu lalu diawetkan. Pengamatan
dilakukan dengan mikroskop (CCRC, 2009).
F. Tata Cara Analisis Hasil 1. Analisis nilai IC50
Menurut Doyle dan Griffiths (2000) nilai IC50 adalah konsentrasi
yang menghambat pertumbuhan 50% populasi sel untuk mengetahui
potensi sitotoksisitasnya. Data hasil ELISA reader berupa absorbansi
(Abs) tiap sumuran dikonversikan dalam persentase kehidupan sel.
Absorbansi kontrol pelarut dianggap sama dengan absorbansi kontrol sel
maka persentase sel hidup dihitung dengan rumus:
%viabilitas!sel =
Abs!sel!dengan!perlakuan−Abs!kontrol!media
Abs!kontrol!sel−Abs!kontrol!media ×100%
Kemudian dihitung besar IC50 menggunakan program R antara log
konsentrasi dengan persen viabilitas sel.
2. Analisis apoptosis sel
Pengamatan kuantitatif dapat dilakukan dengan mengolah data
hasil pembacaan flowcytometry dengan metode cellquest dan alat FACS
Calibur.
3. Analisis ekspresi ER!
Pengamatan semi kuantitatif dilakukan dengan mengambil foto tiga
lapang pandang sel di bawah mikroskop. Tiga subjek independen
menghitung sel yang berwarna coklat sebagai sel yang mengekspresikan
ERα (positif) dan sel yang berwarna biru tidak mengekspresikan ERα
(negatif). Sistem semi kuantifikasi mengikuti Vang dkk. (2006).
(51)
%ekspresi!ERα=
sel!berwarna!coklat
total!sel!satu!lapang!pandang×100%
Level ekspresi ERα ditentukan dengan:
a. 0 = kurang dari 5%
b. 1+ = 6% - 25%
c. 2+ = 26% - 50%
d. 3+ = 51% - 75%
(52)
!
!
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik,
kemampuan induksi apoptosis, dan ekspresi reseptor estrogen alfa (ERα) ekstrak
metanol daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) pada sel kanker payudara
T47D. Parameter aktivitas sitotoksik ekstrak metanol daun rosemary dievaluasi
secara kuantitatif berdasarkan uji MTT dengan penurunan viabilitas sel dan
didapatkan nilai IC50 ekstrak pada sel T47D. Kemampuan ekstrak metanol daun
rosemary menginduksi apoptosis dikuantifikasi dengan uji Annexin V Fluos dan
hasil didapat dengan menggunakan flowcytometry. Regulasi ekspresi ERα
diidentifikasi dengan imunositokimia ditandai dengan jumlah sel yang positif
(berwarna coklat), dengan metode semi kuantitatif didapatkan level ekspresi ERα.
Penelitian ini menggunakan tamoxifen sebagai pembanding, karena dewasa ini
digunakan sebagai terapi hormonal spesifik ERα untuk kanker payudara.
A. Determinasi Tanaman dan Ekstraksi Daun Rosemary
Penelitian ini menggunakan bahan uji berupa serbuk daun rosemary
(Rosmarinus officinalis L.). Determinasi daun rosemary pada penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa tanaman yang digunakan memang benar
tanaman yang dimaksud, yaitu tanaman Rosmarinus officinalis L. (Lampiran 1).
Bagian tanaman yang digunakan untuk determinasi berupa daun. Hasil dari
(53)
determinasi membuktikan bahwa tanaman tersebut benar merupakan tanaman
Rosmarinus officinalis L. dan hasil determinasi terlampir.
Penulis menggunakan metode ekstraksi refluks yang diambil dari jurnal
Abe dkk. (2002). Metode ekstraksi dengan refluks biasa digunakan untuk
mengekstraksi solid (pada penelitian ini adalah serbuk simplisia daun rosemary).
Metode ini adalah cara alternatif yang cepat menggunakan pemanasan, sehingga
pelarut yang dibutuhkan tidak terlalu banyak dan kehilangan substansi dapat
dikendalikan karena pelarut yang diuapkan akan berkondensasi dan kembali
mengekstrak simplisia. Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan senyawa
yang diharapkan, memiliki titik didih lebih rendah dari senyawa target sehingga
kerusakan senyawa target dapat dihindari. Metode refluks dapat digunakan pada
metode ekstraksi daun rosemary karena senyawa target memiliki titik lebur yang
tinggi yaitu sekitar 292-3000C dan metanol digunakan karena memiliki titik didih
64,50C sehingga dapat menguap dalam sistem refluks selain itu metanol diketahui
dapat melarutkan senyawa target dengan baik.
Gambar 8. Struktur senyawa dalam ekstrak (Abe, dkk., 2002) dan ligan ER! A. Asam Betulinat, B. Asam Oleanolat, C. Asam Ursolat, D. 17-!-Estradiol
Penulis mengekstraksi 7,3 g serbuk daun rosemary dengan metanol dan
didapatkan serbuk ekstrak metanol daun rosemary sebanyak 0,1507 g. Abe dkk.
(2002) menyatakan bawah di dalam ekstrak ini didapatkan tiga komponen yaitu
(54)
!
35
asam betulinat, asam oleanolat, dan asam ursolat. Ekstrak metanol daun rosemary memiliki aktivitas antiproliferatif pada T47D diperkirakan disebabkan oleh kandungan asam betulinat, asam oleanolat, dan asam ursolat tersebut (Gambar 8). Gambar 8 menunjukkan kesamaan antara ketiga senyawa yang terdapat di dalam ekstrak metanol daun rosemary dengan ligan ERα, yaitu cincin aromatis satu; dua; tiga; dan gugus fungsi hidroksil pada cincin satu.
B. Uji Sitotoksik Ekstrak Metanol Daun Rosemary dengan Metode MTT 3-[4,5-Dimethylthiazol-2-Yl]-2,5 Diphenyl Tetrazolium Bromide atau MTT adalah metode kolorimetrik standar yang digunakan untuk mengukur perubahan warna pada analisis proliferasi sel dan sitotoksik sel terhadap agen dengan kemampuan toksik dan medis. MTT adalah larutan berwarna kuning yang dapat berubah ke bentuk formazan yang tidak larut (Gambar 9). MTT direduksi oleh sel yang metabolismenya aktif ke formazan ungu oleh suksinat tetrazolium reduktase ke dalam enzim rantai pernapasan pada mitokondria. Formazan ungu dapat larut ketika diberi SDS sehingga dapat dibaca absorbansinya dan dihasilkan kurva yang berguna untuk mengetahui IC50 sampel.
Gambar 9. Kristal formazan yang terbentuk pada uji MTT.
(A). Sel T47D tanpa perlakuan, (B). Dengan pemberian tamoxifen 1 !", dan (C). Dengan pemberian ekstrak metanol daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) 30 !"/!"
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(55)
Kelebihan metode ini adalah tidak bersifat radioaktif, bisa digunakan
untuk berbagai jenis sel, dan analisis yang lengkap juga banyak dengan metode
scanning spektrofotometer. Kekurangan metode ini adalah kurang sesuai untuk
banyak jenis sel dalam satu waktu, beberapa sel yang tidak berproliferasi dapat
memetabolisme MTT dan memberikan hasil, dan dapat memberikan hasil yang
salah jika sel terkontaminasi oleh mikoplasma (Talupula, 2011). Atas dasar
prinsip, kekurangan, dan kelebihannya metode ini sesuai untuk digunakan dalam
analisis viabilitas sel kanker T47D yang diberi ekstrak metanol daun rosemary
(Rosmarinus officinalis L.).
Tabel 1. Hasil Uji Sitotoksik
No.
Konsentrasi Ekstrak Daun
Rosemary (!g/mL)
% Viabilitas Sel
1 2 3 Rata2 Rata2±SD
1 1 98,643 118,323 123,413 113,460 113,460±13,082 2 10 91,687 89,651 85,918 89,085 89,085±2,925 3 18 33,494 34,681 32,645 33,607 33,607±1,023 4 30 10,420 10,590 8,723 9,911 9,911±1,032 5 100 -0,269 -0,608 -0,438 -0,438 -0,438±0,170 6 178 4,991 1,258 1,258 2,502 2,502±2,155 7 300 8,045 7,027 7,027 7,366 7,366±0,588
No. Konsentrasi Tamoxifen (!M)
% Viabilitas Sel
1 2 3 Rata2 Rata2±SD 1 0,01 4,233 5,163 4,698 4,698 4,698±0,465 2 0,1 1,910 2,375 2,530 2,272 2,272±0,322 3 1 107,537 106,736 102,891 105,731 105,731±2,489 4 10 105,834 100,568 92,514 99,639 99,639±6,708 5 100 103,201 105,524 104,440 104,388 104,388±1,162 6 1000 88,952 100,258 93,908 94,373 94,373±5,667
(56)
!
37
Pengukuran viabilitas sel T47D dilakukan untuk mengetahui jumlah sel
yang masih hidup setelah pemberian ekstrak metanol daun rosemary. Data
pengujian tersaji pada Tabel 1. Berdasarkan data yang disajikan di atas terlihat
terjadi penurunan jumlah sel yang hidup seiring dengan bertambahnya konsentrasi
ekstrak metanol daun rosemary, hal serupa juga terjadi pada sel kanker payudara
T47D yang diberi tamoxifen. Kendala yang dialami selama penelitian adalah
semakin besar konsentrasi sampel dapat mempengaruhi pembacaan absorbansi,
dikarenakan kepekatan larutan sampel menyebabkan pembacaan yang salah
sehingga yang terbaca bukan absorbansi jumlah sel yang masih hidup tetapi
absorbansi sampel itu sendiri.
Gambar 10. Hasil uji sitotoksik.
(A). Sel T47D yang normal tanpa perlakuan. (B). Sel T47D yang diberi tamoxifen 1 !", (C). Sel T47D yang diberi ekstrak metanol daun rosemary 30 !"/!" dan (D) 1 !"/!"
! ! C
B A
D
sel mati
sel hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(57)
Sel kanker dapat diamati di bawah mikroskop dan terlihat bentuk sel
kanker payudara T47D adalah elips. Kepadatan populasi antara sel yang diberi
dengan yang tidak diberi perlakuan dapat dibandingkan yaitu antara kontrol sel
dan perlakuan. Gambar 13 menunjukkan populasi sel pada konsentrasi sampel 1
!g/mL kepadatannya mendekati kontrol sel yang menandakan viabilitas sel masih tinggi. Pada konsentrasi 30!!g/mL populasi sel nampak berkurang kepadatannya. Perbedaan lain yang dapat ditemui adalah perubahan morfologi sel kanker T47D
saat diberi perlakuan dengan tamoxifen dan ekstrak metanol daun rosemary. Sel
T47D ketika diberi tamoxifen terbentuk gelembung-gelembung di dalam sel dan
beberapa diantaranya berbentuk bulat gelap, dan pada sel kanker T47D yang
diberi ekstrak metanol daun rosemary berbentuk bulat gelap. Sel yang mati akan
berbentuk bulat dengan warna yang lebih gelap (Gambar 10).!
Tujuan dari penentuan IC50 adalah untuk mendapatkan konsentrasi
ekstrak metanol daun rosemary yang dapat mematikan setengah dari populasi sel
yang ada. Penentuan IC50 menggunakan Program R, didapatkan hasil IC50 dari
ekstrak metanol daun rosemary sebesar 13,95 !g/mL sedangkan untuk tamoxifen sebesar 37,64 !M (13,98 !g/mL). Hal ini menunjukkan kemampuan sitotoksik ekstrak metanol daun rosemary sama dengan tamoxifen. Penelitian ini
menggunakan kurva sigmoid karena dapat menggambarkan fenomena yang terjadi
di mana perubahan sekecil apapun terlihat sebagai respon terhadap rangsangan,
sampai ambang tercapai yang menandai terjadinya transformasi dramatis hingga
keadaan stabil tercapai dan tampak tidak responsif lagi atau tidak ada lagi
(58)
!
39
dalam penelitian ini agar interaksi yang terjadi antara sel kanker T47D dengan
bahan uji terlihat jelas pengaruhnya hingga tercapai titik konstan dimana tidak ada
lagi perubahan yang berarti. Program R merupakan sistem analisis komputasi
dengan sumber yang terbuka gratis, bahasa program yang sederhana, dan dapat
digunakan pada berbagai jenis komputer (Paula dan Arhipova, 2012).
C. Pengujian Apoptosis Sel dengan Metode Annexin V Fluos
Kultur sel kanker payudara T47D diberi ekstrak metanol daun rosemary
(Rosmarinus officinalis L.) dan terbukti dapat menyebabkan kematian sel, akan
tetapi mekanisme kematian yang terjadi belum diketahui. Metode Annexin V
Fluos ini dapat digunakan untuk mengetahui mekanisme kematian sel akibat
pemberian ekstrak metanol daun rosemary pada kadar IC50. Pengujian ini
menggunakan flowcytometry sehingga didapatkan hasil yang disajikan pada
Gambar 11 dan Tabel 2. Metode Annexin V Fluos digunakan untuk menganalisis
secara kuantitatif sel yang mengalami apoptosis atau pun nekrosis secara cepat,
akan tetapi memerlukan sampel sel uji yang segar. Metode ini memanfaatkan jalur
perubahan membran pada proses apoptosis sehingga dapat membedakan sel yang
mengalami apotosis dengan nekrosis di mana reagen Annexin V Fluos berikatan
dengan sel yang mengalami apoptosis dan propidium iodida berikatan dengan sel
yang mengalami nekrosis.
(59)
Tabel 2. Hasil Uji Apoptosis dengan Metode Annexin V Fluos
Perlakuan
Total Sel (%)
Radian 1 Radian 2 Radian 3 Radian 4
Hidup Awal Apoptosis
Akhir
Apoptosis Nekrosis Kontrol Sel 91,85 6,24 1,75 0,21 Tamoxifen (37,64 !M) 4,55 65,61 27,62 2,38 Ekstrak Metanol Daun
Rosemary (13,95 !g/mL) 3,21 2,22 17,46 77,33
Gambar 11. Hasil uji Annexin V Fluos.
(A). Kontrol sel, (B). Sel kanker T47D yang diberi tamoxifen 37,64 !"dan (C) diberi ekstrak metanol daun rosemary 13,95 !g/mL
Dapat dilihat dari hasil di Tabel 2 jumlah sel yang masih hidup pada
kontrol sel sebesar 91,85% sehingga masih dianggap cukup baik (lebih dari 90%),
karena pada dasarnya sel dapat mengalami apoptosis dan nekrosis secara natural.
Pada uji ini jumlah sel pada kontrol sudah cukup baik sehingga proses dapat
dilanjutkan. Pada sel T47D yang diberi tamoxifen (konsentrasi IC50 = 37,64 !M)
A B
(60)
!
41
sebagai obat yang bekerja sebagai inhibitor kompetitif ERα memiliki kemampuan
induksi apoptosis yang tinggi, didukung oleh hasil sebesar 93,23%. Sel T47D
yang diberi ekstrak metanol daun rosemary (konsentrasi IC50 = 13,95 !g/mL)
dapat menginduksi apoptosis sebesar 19,68% tapi cenderung menyebabkan
nekrosis pada sel yaitu sebesar 77,33% dapat diakibatkan oleh durasi inkubasi sel
dengan ekstrak yang terlalu lama sehingga terjadi kerusakan membran sel dan
terjadi nekrosis.
Radian satu pada hasil pembacaan flowcytometry menunjukkan sel yang
masih hidup sehingga tidak ada reagen annexin dan reagen propidium iodida yang
berikatan dengan sel. Radian kedua menunjukkan sel yang mengalami apoptosis
awal di mana reagen annexin akan berikatan dengan fosfatidilserin pada sel yang
mengalami apoptosis. Radian ketiga menunjukkan sel yang mengalami apoptosis
akhir di mana reagen annexin berikatan dengan fosfatidilserin sel yang mengalami
apoptosis, akan tetapi ada beberapa badan apoptosis yang mengandung bagian
nukleus mengalami kerusakan membran sehingga dapat berikatan dengan
propidium iodida. Radian keempat menunjukkan ikatan propidium iodida dengan
sel yang mengalami nekrosis.
Berdasarkan data ini ekstrak metanol daun rosemary dapat menyebabkan
kematian sel lebih besar dari tamoxifen dilihat dari jumlah sel yang masih hidup
pada sel yang diberi ekstrak hanya tersisa 3,21% sedangkan pada tamoxifen
sebesar 4,55%. Kemampuan induksi apoptosis ekstrak metanol daun rosemary
lebih rendah dari tamoxifen, dan cenderung menyebabkan kematian sel melalui
jalur nekrosis. Kematian dengan jalur nekrosis diharapkan tidak terjadi karena
(61)
dapat menyebabkan respon inflamasi. Sel yang mengalami apoptosis akan
cenderung dihadapkan pada peristiwa fagositosis tetapi sel yang mengalami
nekrosis dapat memicu sinyal tubuh untuk melepaskan mediator inflamasi ke
daerah kerusakan (Schulze-Osthoff, 2008). Pada tabel terlihat jumlah sel yang
mati lebih dari 50% padahal pengujian ini dilakukan pada kadar IC50 ekstrak
metanol daun rosemary. Hal ini dapat terjadi karena inkubasi sel dengan sampel
yang terlalu lama ataupun ketika pereaksian dengan reagen Annexin V Fluos
sehingga kematian sel semakin banyak terjadi.
D. Pengujian Ekspresi ER! dengan Metode Imunositokimia
Tujuan dari imunositokimia adalah menentukan level ekspresi reseptor
estrogen alfa (ERα) pada sel T47D setelah pemberian sampel. Imunositokimia
merupakan teknik untuk mendeteksi protein atau antigen dalam sel dengan
mendeteksi reaksi antigen antibodi dengan bantuan penanda, dalam penelitian ini
menggunakan pewarna sehingga teknik ini lebih cocok disebut dengan
immunostaining. Kelebihan metode ini adalah morfologi sel dapat diawetkan
sehingga pola pewarnaan sel dapat diamati secara berkesinambungan dan
berbagai jenis antibodi dapat digunakan untuk pendeteksian, akan tetapi
kekurangan dari metode ini adalah proses yang cukup lama dan rumit juga mahal
dan terbatas pada penilaian semi kuantitatif karena menggunakan sudut pandang
subjektif, oleh sebab itu diperlukan metode standar untuk mengkuantifikasi level
(62)
!
43
Tabel 3. Hasil Perhitungan Ekspresi ER!
Subjek
Ekspresi Reseptor Estrogen Alfa pada Sel Kanker Payudara T47D KS No-Ab KS Ab Tamoxifen Rosemary LP1 LP2 LP3 LP1 LP2 LP3 LP1 LP2 LP3 LP1 LP2 LP3
1 0 0 0 175 101 177 0 0 0 8 11 10 2 0 0 0 175 101 177 0 0 0 10 15 11 3 0 0 0 175 101 177 0 0 0 8 14 8
ΣSel 514 365 193 175 101 177 56 80 63 138 154 126
% 0 0 0 100 100 100 0 0 0 6,28 8,66 7,67 Level 0 0 0 4+ 4+ 4+ 0 0 0 1+ 1+ 1+
Gambar 12. Hasil uji imunositokimia.
(A). Kontrol sel T47D yang diberi antibodi ER!. (B). Kontrol sel yang tidak diberi antibodi ER!. (C). Sel T47D yang diberi tamoxifen 37,64 !" dan (D). Sel T47D yang diberi ekstrak
metanol daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) 13,95 !"/!". A
D C
B
tidak mengeskpresikan ERa
mengeskpresikan ERa
(1)
Lampiran 2. Seri Kadar Ekstrak Metanol Daun Rosemary Dan Tamoxifen
Rosemary Tamoxifen
10 mg + 100 !L DMSO = 100.000!g/mL
intermediet = 500 !g/mL = 5 !L bulk + 995 !L MK
10 mg + 100 !L DMSO + 900 !L MK = 2000 !M
Konsentrasi Intermediet MK Konsentrasi Sampel MK 300!g/mL 300!!L 200!!L 1000 !M 500 !L
bulk
500 !L 178!g/mL 178!!L 322 !L 100!!M 50 !L C1 450
!L 100!g/mL 100!!L 400 !L 10 !M 50 !L C2 450
!L
30!g/mL 30!!L 470 !L 1 !M 50 !L C3 450
!L 18!g/mL 18!!L 482 !L 0,1!!M 50 !L C4 450
!L 10!g/mL 50!!L 450 !L 0,01!!M 50 !L C5 450
!L
(2)
(3)
(4)
Lampiran 5. Lapang Pandang Preparat T47D Yang Diberi (A). Ekstrak Metanol Daun Rosemary Dan (B) Tamoxifen
A
A
A
B
B
(5)
Lampiran 6. Lapang Pandang Kontrol Sel (A). Tanpa Antibodi Dan (B). Dengan Antibodi Pada Preparat T47D
A
A
A B
B B
(6)
BIOGRAFI PENULIS
Penulis Skripsi berjudul “Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Metanolik Daun Rosemary
(Rosmarinus officinalis L.) terhadap Sel
Kanker Payudara T47D melalui Regulasi
Ekspresi Reseptor Estrogen- ! (ER !! )” memiliki nama lengkap Clara Dewi Anggraeni, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Aloysius Bekti Subagyo dan Ibu Ambrosia Sariningsih. Penulis dilahirkan di Jakarta, 10 Agustus 1993. Pendidikan formal yang ditempuh yaitu TK Mater Dei (1997-1999), tingkat sekolah dasar di SD Santa Ursula (1999-2005), tingkat sekolah menengah pertama di SMP Mater Dei (2005-2008), dan tingkat sekolah menengah atas di SMA Mater Dei (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa studinya, penulis aktif mengikuti kegiatan keorganisasian dan kepanitiaan diantaranya adalah Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (2013), Kordinator Divisi Publikasi dan Informasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (2012), Anggota Divisi Hubungan Masyarakat Panitia Komisi Pemilihan Umum Gubernur BEMF dan Ketua DPMF Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (2011).