Reseptor Estrogen- dan Tamoxifen

Reseptor kematian sel pada permukaan dari kelompok tumor necrosis factor-receptor TNFR, seperti TNFR-1 dan kelompok diferensiasi Fas 95 CD95 dapat mentranduksi sinyal apoptosis dengan melibatkan masing-masing ligannya atau antibodi spesifik. Stimulasi oleh Fas ligand FASL atau TNF-α menyebabkan trimerise reseptor kematian dan daerah sitoplasmik yang mati menarik protein adaptor sitoplasmik. Protein adaptor FAS adalah FAS associated death domain FADD dan untuk TNFR1 adalah TNFR associated death domain TRADD. FADD dan TRADD menarik dan mengaktifkan caspase-8 sehingga dapat menginduksi caspase lainnya dan mengarah ke apoptosis Bali, dkk., 2013. Gambar 3. Proses apoptosis Schulze-Osthoff, 2008 Gambar 3 memaparkan apoptosis ditandai dengan perubahan morfologi nukleus, termasuk kondensasi kromatin dan fragmentasi. Secara keseluruhan sel mengalami pengerutan, blebbing membran plasma, dan terakhir akan membentuk badan apoptosis yang mengandung nukleus atau materi sitoplasmik Schulze- Osthoff, 2008. Proses nekrosis Gambar 4 secara morfologis ditandai dengan terjadinya pembengkakan sitoplasmik kemudian dilatasi organela yang menyebabkan vakuolisasi seluler dan rupturnya membran plasma, menghasilkan kebocoran proinflamator dari konten intraseluler Schulze-Osthoff, 2008. Gambar 4. Proses nekrosis Schulze-Osthoff, 2008 Kondisi sel yang mengalami nekrosis mirip dengan sel yang mengalami apoptosis, tetapi terdapat perbedaan yaitu sel mengkerut dan menggerombol. Sel yang mengalami nekrosis akan membentuk fragmen dan terjadi pembengkakan, selain itu matriks mitokondria membentuk kumpulan agregat dan mengganggu membran sel bersamaan dengan pembentukan mielin. Nukleus terdegradasi terlebih dahulu, kemudian terjadi gumpalan kromatin dan mengarah pada kariolisis Trump, dkk., 1997. Mekanisme yang terjadi pada proses nekrosis sel ada beberapa macam, pertama adalah jalur ATP. Penurunan jumlah ATP menyebabkan kerusakan sel secara cepat yang mengarah pada onkosis sehingga tidak ada pasokan energi untuk mengaktifkan kanal Na + K + ATPase pada membran sel yang menyebabkan peningkatan ion Na + dan Cl - dan masuknya air sehingga sel membengkak, selain itu jumlah ion Ca + meningkat cepat Trump, dkk., 1997. Pada apoptosis jumlah ATP masih dapat dijaga lebih lama di tahap reversibel sehingga pompa Na + dan pembengkakan sel dapat dihambat. Pengkerutan yang terjadi dapat disebabkan Disintegrasi oleh hilangnya ion K + dan Cl - tapi terjadi peningkatan Ca 2+ sehingga kanal K + yang diaktivasi Ca + dapat bekerja Trump, dkk., 1997. Mekanisme nekrosis lainnya melalui regulasi volume dan ion sel yang ditandai dengan peristiwa onkosis di mana kendali pengaturan volume cairan hilang, hal ini dapat terjadi karena defisiensi ATP juga kerusakan langsung pada membran plasma. Telah disebutkan sebelumnya bahwa peningkatan ion Ca 2+ dapat menyebabkan onkosis tapi pada beberapa sel dapat pula terjadi apoptosis, selain itu ion Ca 2+ mempengaruhi transkripsi gen juga fungsi sitoskeletal Trump, dkk., 1997.

F. Uji Sitotoksik

Kinerja, reprodusibilitas, dan kemampuan studi untuk diperbandingkan memerlukan kuantifikasi sel. Metode klasik yang dapat digunakan adalah perhitungan langsung menggunakan haemocytometer, dihubungkan dengan pewarnaan seperti triptan biru untuk membedakan sel hidup dan mati. Metode klasik ini memang mudah, murah, dengan jumlah sel yang sedikit akan tetapi masih bersifat subjektif. Dewasa ini telah banyak metode yang dikembangkan dan lebih sesuai seperti deteksi dengan pelabelan radiokromium, ATP selular, volume intraselular, pewarnaan spesifik, potensi redoks, uji turbiditas, kalorimetri, dan monitoring biomassa Doyle dan Griffiths, 2000. Dalam penelitian ini digunakan metode pewarnaan spesifik yaitu 3-[4,5-Dimethylthiazol-2-Yl]-2,5 Diphenyl Tetrazolium Bromide MTT.

Dokumen yang terkait

EFEK REPELLENT EKSTRAK DAUN ROSEMARY(Rosmarinus officinalis) TERHADAP NYAMUK AEDES SP.

0 6 2

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN MAITAN (Lunasia amara Blanco) TERHADAP SEL KANKER EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN MAITAN (Lunasia amara Blanco) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D DAN SKRINING FITOKIMIA.

0 0 12

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Biji Srikaya (Annona Squamosa L.) Terhadap Sel T47D.

0 0 12

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa L) TERHADAP SEL T47D Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona Squamosa L) Terhadap Sel T47d.

0 0 13

PENDAHULUAN Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona Squamosa L) Terhadap Sel T47d.

3 19 9

DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona Squamosa L) Terhadap Sel T47d.

0 2 4

Ekstrak metanolik daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) sebagai agen kemopreventif terhadap sel kanker serviks (HeLa) melalui regulasi Bcl-2.

0 1 46

Efek antikanker ekstrak etanolik daun lavender (Lavandula officinalis Chaix) terhadap sel kanker payudara T47D melalui penekanan ekspresi Reseptor Estrogen- α.

1 7 81

Pengaruh pemberian ekstrak etanolik daun Pukul Empat (Mirabilis jalapa L.) terhadap viabilitas, apoptosis dan ekspresi reseptor Estrogen-α sel kanker payudara T47D.

2 9 79

Ekstrak metanolik daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) sebagai agen kemopreventif terhadap sel kanker serviks (HeLa) melalui regulasi Bcl 2

0 0 44