Apoptosis dan Nekrosis PENELAAHAN PUSTAKA

oleh hilangnya ion K + dan Cl - tapi terjadi peningkatan Ca 2+ sehingga kanal K + yang diaktivasi Ca + dapat bekerja Trump, dkk., 1997. Mekanisme nekrosis lainnya melalui regulasi volume dan ion sel yang ditandai dengan peristiwa onkosis di mana kendali pengaturan volume cairan hilang, hal ini dapat terjadi karena defisiensi ATP juga kerusakan langsung pada membran plasma. Telah disebutkan sebelumnya bahwa peningkatan ion Ca 2+ dapat menyebabkan onkosis tapi pada beberapa sel dapat pula terjadi apoptosis, selain itu ion Ca 2+ mempengaruhi transkripsi gen juga fungsi sitoskeletal Trump, dkk., 1997.

F. Uji Sitotoksik

Kinerja, reprodusibilitas, dan kemampuan studi untuk diperbandingkan memerlukan kuantifikasi sel. Metode klasik yang dapat digunakan adalah perhitungan langsung menggunakan haemocytometer, dihubungkan dengan pewarnaan seperti triptan biru untuk membedakan sel hidup dan mati. Metode klasik ini memang mudah, murah, dengan jumlah sel yang sedikit akan tetapi masih bersifat subjektif. Dewasa ini telah banyak metode yang dikembangkan dan lebih sesuai seperti deteksi dengan pelabelan radiokromium, ATP selular, volume intraselular, pewarnaan spesifik, potensi redoks, uji turbiditas, kalorimetri, dan monitoring biomassa Doyle dan Griffiths, 2000. Dalam penelitian ini digunakan metode pewarnaan spesifik yaitu 3-[4,5-Dimethylthiazol-2-Yl]-2,5 Diphenyl Tetrazolium Bromide MTT. Garam tetrazolium telah dikembangkan sebagai alat pengukuran warna secara kuantitatif untuk menentukan proliferasi dan kemampuan bertahan hidupnya sel. Uji ini mengukur jumlah sel yang hidup bukan sel yang mati, dan sinyal berasal dari derajat keaktifan masing-masing sel. Hasilnya dapat dibaca pada multiwell scanning spetrophotometer ELISA reader dan menunjukkan hasil dengan presisi tinggi. Metode ini dapat mengurangi proses pencucian yang tidak diperlukan sehingga mampu mengurangi waktu dan jumlah sampel yang diperlukan. Kelebihan metode ini adalah keakuratan dan kepresisiannya, juga minimnya gangguan radioisotop Mosmann, 1983. Gambar 5. Mekanisme reaksi pada pembentukan kristal formazan Talupula, 2011 MTT adalah uji reduksi tetrazolium untuk uji viabilitas sel homogen yang dikembangkan pada wadah dengan 96 lubang yang cocok untuk hasil pemilahan yang baik. Substrat MTT disiapkan dalam larutan pada kondisi fisiologis, ditambahkan ke dalam kultur sel, biasanya pada kadar 0,2–0,5 mgmL, dan diinkubasi selama satu sampai empat jam. Jumlah formazan yang sebanding langsung dengan jumlah sel yang hidup diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 570 nm. Sel yang hidup dengan metabolisme akif dapat mengubah MTT ke formazan berwarna ungu yang dapat dibaca absorbansinya. Ketika sel mati tidak dapat mengubah MTT menjadi formazan, sehingga intensitas warna yang muncul spesifik untuk sel hidup Riss, dkk., 2014.

G. Annexin V Fluos

Apoptosis tahap awal ditandai dengan tersebarnya sel tunggal sehingga tidak dapat dikenali lagi, dan pada tahap akhir badan apoptosis mengalami fagositosis cepat, proses ini terjadi hanya dalam beberapa jam. Perubahan pada permukaan sel apoptik seperti ekspresi sisi ikatan trombospondin, hilangnya residu asam sialik, dan paparan fosfatidilserin menjadi sulit dikenali. Fosfatidilserin adalah fosfolipid yang bermuatan negatif, yang biasanya muncul pada ujung membran berhadapan dengan sitosol. Paparan fosfatidilserin pada permukaan sel mengaktivasi platelet dan eritrosit tua, sel yang akan hancur oleh apoptosis Vermes, dkk., 1995. Annexin V ditemukan sebagai protein pembuluh darah yang memiliki aktivitas kuat antikoagulan, sebagai keluarga multigen protein yang memiliki urutan yang berulang yang disebut loop endoxin. Annexin dapat berikatan dengan fosfolipid dengan bantuan Ca + . Annexin V berikatan secara spesifik terhadap fosfolipid seperti fosfatidilserin, yang biasanya tidak ada di luar permukaan membran plasma, dan menunjukkan ikatan minim dengan fosfolipid lain seperti fosfatidilkolin dan spingomielin yang ada di permukaan membran plasma Vermes, dkk., 1995. Ketika kematian sel terjadi, fosfatidilserin berpindah ke permukaan membran bagian terluar sel. Ini terjadi pada fase awal dari kematian sel akibat apoptosis di mana membran sel masih utuh. Nekrosis di sisi lain, mengalami penurunan integritas membran dan kebocoran selular dari dalam sel ke lingkungan. Oleh sebab itu, pengukuran ikatan Annexin V diikuti dengan pewarnaan dapat memberikan pengukuran yang tepat untuk mendeteksi sel yang mengalami apoptosis dan membedakannya dari yang mengalami nekrosis Vermes, dkk., 1995.

H. Imunositokimia

Imunohistokimia merupakan teknik untuk mendeteksi protein, antigen dalam jaringan dengan mendeteksi reaksi antigen antibodi dengan bantuan penanda. Pewarna fluoresen dan enzim adalah yang paling banyak digunakan. Metode pewarnaan jaringan ini disebut immunostaining. Proses yang mirip untuk mendeteksi antigen pada sel disebut imunositokimia. Langkah-langkah pengerjaan dalam imunositokimia ini adalah aktivasi antigen, blocking peroksidasi endogen, inkubasi antibodi primer, inkubasi antibodi sekunder, deteksi antibodi, counter stainning, dan penutupan slide. Blocking peroksidase endogen dapat mencegah reaksi tidak spesifik saat pewarnaan, larutan yang dipakai adalah hidrogen peroksidase. Pencucian dengan Phosphate Buffer Saline PBS penting dilakukan agar tidak ada reagen tersisa dari perlakuan sebelumnya. Inkubasi antibodi primer dilakukan untuk memberi waktu reaksi antara antibodi primer tidak berlabel dengan antigen, selanjutnya dilakukan inkubasi antibodi sekunder berlabel dapat memberikan warna pada reaksi yang terjadi di antigen antibodi jaringan atau sel. Counterstain menggunakan pewarna Mayer Hematoxylin yang memberi warna biru pada nukleus. Penutupan slide dilakukan agar preparat yang sudah jadi bisa lebih tahan lama dengan menggunakan lem khusus antara kaca preparat, cover slip, dan penutup preparatnya. Pengamatan preparat dilakukan dengan menggunakan mikroskop Prabin, dkk., 2009.

I. Tanaman Rosemary dan Ekstrak Metanol Daun Rosemary

Gambar 6. Tanaman Rosemary Deymos, 2010 Rosemary merupakan herba dari famili Lamiaceae yang berasal dari daerah Mediterania. Klasifikasi rosemary adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : magnoliophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Asteridae Order : Lamiales Family : Lamiaceae

Dokumen yang terkait

EFEK REPELLENT EKSTRAK DAUN ROSEMARY(Rosmarinus officinalis) TERHADAP NYAMUK AEDES SP.

0 6 2

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN MAITAN (Lunasia amara Blanco) TERHADAP SEL KANKER EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN MAITAN (Lunasia amara Blanco) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D DAN SKRINING FITOKIMIA.

0 0 12

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Biji Srikaya (Annona Squamosa L.) Terhadap Sel T47D.

0 0 12

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa L) TERHADAP SEL T47D Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona Squamosa L) Terhadap Sel T47d.

0 0 13

PENDAHULUAN Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona Squamosa L) Terhadap Sel T47d.

3 19 9

DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona Squamosa L) Terhadap Sel T47d.

0 2 4

Ekstrak metanolik daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) sebagai agen kemopreventif terhadap sel kanker serviks (HeLa) melalui regulasi Bcl-2.

0 1 46

Efek antikanker ekstrak etanolik daun lavender (Lavandula officinalis Chaix) terhadap sel kanker payudara T47D melalui penekanan ekspresi Reseptor Estrogen- α.

1 7 81

Pengaruh pemberian ekstrak etanolik daun Pukul Empat (Mirabilis jalapa L.) terhadap viabilitas, apoptosis dan ekspresi reseptor Estrogen-α sel kanker payudara T47D.

2 9 79

Ekstrak metanolik daun rosemary (Rosmarinus officinalis L.) sebagai agen kemopreventif terhadap sel kanker serviks (HeLa) melalui regulasi Bcl 2

0 0 44