PERILAKU SOSIAL PEDAGANG HANDPHONE/GADGET DI PASAR TRADISIONAL KLITIKAN PAKUNCEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

(1)

PERILAKU SOSIAL PEDAGANG HANDPHONE/GADGET DI PASAR TRADISIONAL KLITIKAN PAKUNCEN DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh M Reza Ardianto NIM 11102244023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERILAKU SOSIAL PEDAGANG HANDPHONE/GADGET DI PASAR TRADISIONAL KLITIKAN PAKUNCEN DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh M Reza Ardianto NIM11102244023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

MOTTO

“Orang-orang yang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja.

Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi” (Ernest Newman)

“Perilaku yang baik merupakan cerminan hidup yang baik” (Penulis)


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT, Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya, Bapak Drs. Mohamad Hertanto, Ibu Susana Tri Indrayani yang telah memberikan doa restu, dukungan, perhatian, kasih sayang dan pengorbanan untukku

2. Keluarga besar Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Yogyakarta


(8)

PERILAKU SOSIAL PEDAGANG HANDPHONE/GADGET DI PASAR TRADISIONAL KLITIKAN PAKUNCEN DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

Oleh M Reza Ardianto NIM 11102244023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku sosial pedagang handphone/gadget di Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu pada perilaku sosial, interaksi sosial.

Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian adalah dari UPT Pasar Klitikan, pedagang Klitikan, pengunjung pasar. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang didapat dari hasil wawancara dengan informan penelitian dan data sekunder yang berupa laporan dan dokumen-dokumen resmi. Instrumen penelitian ini adalah diri peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Guna menjamin validitas data, peneliti menggunakan teknik tringulasi sumber. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, yaitu analisis dengan menggunakan tiga komponen yang terdiri dari reduksi data, display data, dan verifikasi dan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku sosial pedagang di Pasar Klitikan Pakuncen dapat dilihat dari interaksinya dengan sesama pedagang handphone/gadget di pasar adalah baik dan ada kerjasamanya, karena setiap manusia dalam kehidupan sosial akan membutuhkan dan berhubungan satu dengan yang lainya. Kemudian dari hal tersebut pedagang akan berhubungan melalui kontak maupun komunikasi. Komunikasi yang dilakukan secara dua arah lebih membantu mereka dalam mendapatkan informasi secara sempurna. Interaksi pedagang dengan konsumen/pembeli yang berada di pasar berjalan dengan baik dan ramah serta senang hati melayani konsumen. Dalam hal ini diperjelas bahwa para pengunjung pasar mempunyai kepentingan pribadi masing-masing, namun karena keadaan yang berada dipasar tersebut interaksi diantara mereka harus dilakukan. Interaksi diantara pelaku pasar memunculkan bentuk interaksi sosial. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku sosial pedagang yaitu: motivasinya dalam berjualan, keagamaan, pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh lingkungan masyarakat.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Sosial Pedagang Handphone/Gadget Di Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen Daerah Istimewa Yogyakarta”dengan baik dan benar. Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dalam bentuk doa, dorongan semangat, sumbangan pemikiran, informasi data dan sebagainya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk studi dikampus tercinta ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam kelancaran studi dan skripsi penulis.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UNY yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan dalam proses penelitian.

4. Bapak Dr. Sujarwo M.Pd selaku dosen pembimbing yang berkenan memberikan waktu, saran dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak RB. Suharta selaku dosen pembimbing akademik, yang telah

memberikan bimbingan akademik di sela-sela waktunya.

6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UNY yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.


(10)

7. Kepala UPT Pasar Klitikan yang telah memberikan izin penelitian dan meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.

8. Bapak Drs. Moh Hertanto, Ibu Susana Tri Indrayani dan adik-adikku Dika,Kiki dan Danika yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan kasih sayang untuk kesuksesanku.

9. Arum Ayu Lestari yang senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungan untuk kelancaranku dalam menyusun skripsi ini.

10.Intifada, Rizal, Hendra, Novan, Amiram, Riris, Rifqi fauzi, Arta, Lutfi yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan untuk kelancaran dalam menyusun skripsi ini.

11.Semua teman-teman Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam meyusun skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang bersifat moral maupun material selama penelitian hingga terselesainya skripsi ini dapat menjadi amal ibadah yang baik dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 10 Januari 2017 Penulis,

M Reza Ardianto NIM. 11102244023


(11)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Perilaku Sosial ... 13

1. Pengertian ... 13

a. Perilaku ... ... 13

b. Jenis Perilaku. ... 15

c. Pembentukan Perilaku. ... 16

d. Teori Perilaku. ... 20


(12)

f. Karakteristik Perilaku Sosial. ... 24

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Sosial . ... 24

B. Kajian Tentang Interaksi Sosial ... 26

1. Pengertian ... 26

a. Interaksi Sosial ... 26

b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial... 28

c. Syarat terjadinya Interaksi Sosial. ... 31

d.

Faktor–faktor Yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial. ... 32

C. Kajian Tentang Pedagang Handphone/gadget ... 34

1. Pengertian ... 34

a. Pengertian Pedagang. ... 34

b. Pengertian Handphone/gadget. ... 36

D. Kajian Tentang Pasar Tradisional, ... 40

1. Pengertian.. ... 40

a. Pengertian Pasar Tradisional. ... 40

b. Ciri-ciri Pasar Tradisional. ... 41

c. Jenis Pasar Tradisional. ... 43

E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 44

F. Kerangka Konsep ... 46

G. Pertanyaan Penelitian ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

1. Observasi ... 52

2. Wawancara ... 53

3. Dokumentasi ... 54

E. Instrumen Penelitian ... 55


(13)

xii

G. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 58

2. Sejarah Berdirinya Pasar Klitikan Pakuncen ... 59

3. Subjek Penelitian ... 63

4. Data Pengurus Pasar Klitikan Pakuncen ... 66

B. Data Hasil Penelitian ... 67

1. Perilaku Sosial Pedagang Handphone/gadget di Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen Daerah Istimewa Yogyakarta ... 67

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Pedagang handphone/gadget di Pasar Klitikan Pakuncen ... 73

C. Pembahasan ... 83

1. Perilaku Sosial Pedagang Handphone/gadget di Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen Daerah Istimewa Yogyakarta ... 84

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Pedagang handphone/gadget di PasarKlitikan Pakuncen ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 89

B.Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. DataKisi-kisi Instrumen Penelitian ... 56

Tabel 2. Kesimpulan Hasil Penelitian. ... 82

Tabel 3. Fasilitas Pasar Klitikan Pakuncen. ... 126

Tabel 4. Data Pedagang Handphone/gadget diPasar Klitikan Pakuncen.. ... 127

Tabel 5. Data Pengurus Pasar Klitikan Pakuncen. ... 128 hal


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kota Yogyakarta... 59 hal


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 95

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 96

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 97

Lampiran 4. Analisis Data... 101

Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 108

Lampiran 6. Dokumentasi ... 122

Lampiran 7. Data-data pasar Klitikan Pakuncen... 126

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian... 129 hal


(17)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PERILAKU SOSIAL PEDAGANG

HANDPHONE/GADGET DI PASAR TRADISIONAL KLITIKAN PAKUNCEN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” yang disusun oleh M Reza Ardianto, NIM 11102244023 ini telah dipertahankan di depan Dewan penguji pada tanggal 21 Desember 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Dr. Sujarwo, M.Pd. Ketua Penguji Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd Sekretaris Penguji Dr. Sugeng Bayu W, M.Si. Penguji Utama

Yogyakarta,

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998 menjadikan bertambahnya masalah kehidupan masyarakat di bidang ekonomi. Dampak krisis ekonomi sangat terasa sekali oleh masyarakat. Meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok membuat masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Krisis ekonomi ini menyebabkan jatuhnya beberapa usaha produksi yang berakibat pada peningkatan pengangguran karena adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja yang tersedia, semakin memperbesar daya saing antara individu di masyarakat. Apalagi dengan adanya perdagangan bebas, dimana individu bebas bersaing dengan individu lain membuat masyarakat harus menghadapi suatu kondisi persaingan yang tinggi. Persaingan yang terjadi menimbulkan ketimpangan-ketimpangan sosial yang cukup tinggi di dalam kehidupan masyarakat.

Ketimpangan-ketimpangan sosial yang cukup tinggi di masyarakat diperparah oleh perkembangan kota yang semakin pesat dan tidak diikuti pertambahan lapangan kerja yang memadai. Masyarakat yang sebelumnya bekerja di sektor formal menjadi beralih bekerja di sektor informal. Menurut data Biro Pusat Statistik 2009, jumlah pengangguran sebesar 8,96 juta orang dan besarnya jumlah pengangguran sarjana sebesar 701.651 orang.

Dari jumlah sarjana yang menganggur tersebut, menurut data BPS 2009 yang berkeinginan menjadi pekerja atau karyawan pegawai negeri atau swasta


(19)

sebanyak 83,18 %, sedangkan yang berkeinginan menjadi wirausaha hanya 6,14 % (Sudrajat: 2011). Pekerjaan yang menuntut banyak keahlian membuat masyarakat yang berpendidikan rendah menjadi tergeser oleh masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi. Masyarakat yang berpendidikan tinggi lebih dominan menguasai segala bidang di dunia kerja. Hal ini dapat menambah jumlah penggangguran, yang nantinya diikuti dengan fenomena-fenomena baru munculnya pekerja di sektor informal sebagai jalan keluar dari masalah pengangguran.

Pada saat ini sektor informal berkembang pesat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar termasuk kota Yogyakarta seperti saat ini. Hal itu disebabkan sektor informal memberi ruang kepada masyarakat yang tidak memiliki keahlian (skill) dalam berkompetisidi sektor formal. Di satu sisi kegiatan ekonomi dan sosial penduduk yang diiringi dengan kebutuhan yang tinggi semakin memerlukan pendapatan yang tinggi pula.Dibutuhkan banyak ruang untuk meningkatkan pendapatan penduduk yang semakin tinggi dengan bekerja di sektor informal. Pekerjaan di sektor informal sangat bermacam-macam dan mempunyai karakteristik sendiri.

Karakteristik pekerjaan di sektor informal yaitu bentuknya tidak teorganisir, kebanyakan usaha sendiri, cara kerja tidak teratur, biaya dari diri sendiri atau sumbernya dari tidak resmi. Banyak masyarakat yang memilih untuk bekerja di sektor informal karena berbagai pertimbangan. Sektor informal mudah untuk menjadi lapangan kerja bagi masyarakat berekonomi rendah yang banyak terdapat di negara kita terutama pada kota besar maupun


(20)

kota kecil. Sektor informal sangat memberi arti bagi golongan masyarakat berekonomi rendah dan telah memberikan kesempatan kerja bagi para pengangguran di kota-kota besar.

Pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk bekerja. Naluri tersebut didorong oleh keharusan manusia untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidupnya. Pada mulanya bekerja merupakan suatu upaya yang dilakukan manusia untuk bertahan hidup. Pada perkembangan selanjutnya, dimana pemikiran dan tindakan manusia mengalami perubahan ke arah perkembangan, maka bekerja pun berubah dalam pengertian bekerja sebagai aktivitas ekonomi yang berorientasi pada keuntungan.

Menurut pasal 86 ayat 1 undang-undang No 13 Tahun 2003 menyatakan: “bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a) keselamatan dan kesehatan kerja; b)moral dan kesusilaan; dan c) perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama”. Perlindungan hukum sebagaimana termasuk di atas disesuaikan dengan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan kerja ini sama banyak jumlahnya, baik yang bersifat normatif maupun merupakan hak dasar dari pekerja.

Keberadaan pasar merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, pusat perbelanjaan dan toko Modern pada Bab I pasal 1 disebutkan bahwa Pasar Tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh


(21)

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya, masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual-beli barang dengan cara tawar menawar.

Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen Yogyakarta merupakansalah satu tempat bagi pekerja di sektor informal untuk mencari penghasilan atau pendapatan. Pasar klitikan yang beralamatkan di jalan HOS Cokroaminoto No. 34, Kuncen, kec. Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini merupakan pasar Tradisional yang cukup terkenal di Kota Yogyakarta. Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen menjual barang-barang bekas maupun baru mulai dari onderdil motor, sepeda, mobil, kamera dan juga handphone.

Pasar Klitikan Pakuncen ini sebelumnya berada di sepanjang jalan Mangkubumi hingga ke Malioboro. Panjang lokasi hingga dua kilometer. Klitikan adalah salah satu keunikan yang ada di Kota Yogyakarta. Tidak diketahui siapa yang pertama kali memberi nama pasar itu. Dalam bahasa jawa Klitikan artinya barang bekas yang tidak utuh atau terpisah-pisah. Melihat potensi pasar yang besar, tentunya dibutuhkan pula tempat yang lebih besar dan layak untuk mendukung aktifitas para pedagang. Oleh karena itu pemerintah daerah (Pemda) mengalokasikan pasar yang sebelumnya terletak di Jalan Mangkubumi pindah ke daerah Wirobrajan Pakuncen.


(22)

Awal mula perpindahan lokasi dari Mangkubumi ke Wirobrajan memberikan dampak yang baik bagi para pedagang. Pendapatan para pedagang terutama pedagang handphone/gadget lebih meningkat dari sebelumnya. Hal tersebut berlangsung dari tahun 2007 sampai 2014 akhir. Seiring berjalannya waktu di ikuti oleh harga handphone/gadget baru yang semakin murah membuat kondisi jual-beli handphone/gadget di pasar pakuncen mengalami penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi karena konsumen lebih tertarik membeli handphone/gadget yang baru dari pada membeli yang bekas/2nd.

Pedagang Handphone/gadget di Pasar Klitikan Pakuncen adalah pedagang yang memberikan jasa jual-beli handphone/gadget baru atau bekas berbagai merk. Mereka memberikan jasa jual-beli kepada siapa saja yang menginginkan. Pasar Klitikan Pakuncen ini tidak kalah dengan pasar-pasar handphone/gadget yang ada di pusat perbelanjaan atau mall seperti Jogja Tronik, Ramai mall, Ambarukmo Plasa dll.

Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen merupakan pasar tradisional yang dengan sistem transaksi jual-beli yang sederhana. Setiap harinya ada saja pengunjung yang datang ke pasar meskipun tidak sebanyak diakhir pekan, para pengunjung ada yang hanya melihat-lihat ada juga yang bertransaksi namun meskipun tidak membeli barang dagangannya para pedagang tetap dengan ramah melayani pengunjung yang datang. Pengunjung pasar Tradisional Klitikan Pakuncen ini khususnya bagian pedagang Handphone/gadget berasal dari berbagai macam kalangan meskipun sebagaian besar mereka yang datang


(23)

adalah kelas ekonomi menengah kebawah namun tak jarang juga kalangan ekonomi keatas juga sering berkunjung ke pasar ini.

Adapun asal daerah pedagang handphone/gadget yang terdapat di Pasar Klitikan Pakuncen, sebagaian berasal dari Yogyakarta dan bahkan ada juga yang berasal dari luar kota Yogyakarta seperti Bandung, Madura, Jakarta, Semarang dan sekarang pun sudah menetap tinggal di Kota Yogyakarta. Latar belakang pendidikan para pedagang yang ada di pasar klitikan kuncen tersebut kebanyakan berkependidikan rendah bahkan ada juga sebagian yang sarjana. Ini tentunya akan berpengaruh terhadap kondisi ekonominya. Pendapatan para pedagang Handphone/gadget di Pasar Klitikan Pakuncen ini setiap bulannya tidak menentu. Tiap harinya pun juga tidak bisa diprediksi handphone/gadget laku terjual berapa unit setiap harinya.

Selain faktor wilayahnya yang luas dan memungkinkan para pekerja di sektor informal untuk beroperasi. Banyak cara dan usaha yang dilakukan oleh pedagang handphone/gadgetdalam menunjang kondisi sosial ekonomi di tengah derasnya arus perkembangan kota yang setiap hari selalu menuntut persaingan dan kerja keras dari seluruh elemen masyarakat. Dalam pasar tersebut terjadi interaksi antara pedagang dengan konsumen handphone/gadget yang hendak melakukan aktivitas jual-beli handphone/gadget tersebut. Komunikasi antara pedagang satu sama lainbisa dikatakan kurang baik. Hal ini disebabkan adanya persaingan dan ambisi untuk mendapatkan keuntungan dan dapat mempengaruhi perilaku sosialnya.


(24)

Perilaku pedagang handphone/gadget di pasar terbentuk dari kebiasaan pedagang melakukan aktifitas sehari-harinya di pasar. Perilaku tersebut diperoleh pedagang dari lingkungan sosialnya, baik ketika berada di lingkungan tempat tinggalnya maupun lingkungan tempat bekerja. Dari masalah yang dialami oleh pedagang tersebut dapat mempengaruhi pada kehidupan pedagang untuk kedepannya, yang akhirnya akan menimbulkan suatu perilaku sosial pedagang. Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia, Rusli Ibrahim (Didin Budiman, 2001: 1). Perilaku sosial adalah perilaku yang diperlihatkan oleh individu di dalam berinteraksi oleh orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang selalu bergantung kepada orang lain untuk melakukan segala aktivitasnya. Manusia merupakan makhluk monodualitas, dimana manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai kesadaran sendiri untuk beraktivitas dengan dunianya serta kesadaran untuk hidup dalam sebuah komunitas.Manusia dalam hidupnya mempunyai tugas dan fungsi tertentu. Di pandang dari segi sosial, manusia saling bergaul, hormat-menghormati dan bantu membantu demi kesejahteraan bersama.

Kunci utama bagi kelangsungan kehidupan masyarakat dan kesejahteraan bersama tersebut adalah adanya interaksi. Interaksi disini meliputi interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lain, antara dengan kelompok, kelompok dengan individu, maupun kelompok dengan kelompok. Apabila interaksi dalam suatu masyarakat macet, maka kehidupan masyarakat


(25)

tersebut tidak akan dapat berjalan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa interaksi merupakan kunci dari semua kehidupan.

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia (Herimanto dan Winarno, 2011: 52). Interaksi sosial merupakan faktor utama dan merupakan kunci dari sebuah kehidupan sosial, karena manusia hidup sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa ada kebersamaan dengan orang lain, begitu juga halnya interaksi, jika manusia tidak berinteraksi dengan sesama maka kehidupan ini tidak akan tercipta. Oleh sebab itu, pastinya manusia selalu melakukan interaksi dengan orang lain, dan dengan demikian perilaku sosial pun akan muncul karena sebuah interaksi yang dilakukan.

Sebagai bukti bahwa manusia merupakan makhluk sosial, dimana dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak dapat melakukannya sendiri melainkan membutuhkan bantuan dari orang lain. dengan demikian ada ikatan saling ketergantungan antara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dan kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak mengganggu hak orang lain, toleran dala hidup bermasyarakat.

Interaksi sosial selain terjadi di lingkungan masyarakat, juga terjadi dalam lingkungan pasar. Dalam kehidupan orang jawa keberadaan pasar sangatlah erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Bagi mereka keberadaan


(26)

pasar sangatlah membantu untuk pemenuhan kebutuhan mereka serta berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pasar merupakan media pertemuan sosial yang dapat digunakan untuk saling tukar menukar informasi, karena pengunjung pasar cukup bervariasi dan beragam macam dari berbagi lapisan masyarakat.

Melalui interaksi sosial tersebut, terbentuklah hubungan saling mempengaruhi dimana di dalam proses tersebut akan selalu berbentuk suatu sistem perilaku. Masalah perilaku manusia adalah kompleks karena berkaitan dengan berbagai macam kepentingan yang sebagian berada diluar diri manusia sebagai produk dari hubungan sosial. Pola perilaku sosial di pengaruhi oleh karakteristik dan kualitas lingkungan, dan sebaliknya pola perilaku sosial juga mempengaruhi karakteristik dan kualitas lingkungan. (Sunyoto Usman, 2004:227)

Perilaku sosial seseorang merupakan sikap seseorang yang ditunjukan kepada orang lain, kebanyakan perilaku tersebut terbentuk dari pengaruh sosialnya baik di lingkungan sekitar tempat tinggal maupun di lingkunga tempat bekerja. Setiap orang dalam menanggapi suatu hal memiliki cara yang berbeda, begitu juga dalam menyikapi sehingga muncullah perilaku sosial. Perilaku sosial tersebut dapat dianggap positf dan dapat juga dianggap negatif.

Perilaku sosial pedagang tersebut di pengaruhi oleh sebuah lingkungan tempat bekerja. Nilai positif dari pedagang handphone/gadget yaitu ketika para pedagang tetap semangat mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Nilai negatif dari pedagang handphone/gadget yaitu mungkin adanya saling


(27)

ambisi mendapatkan keuntungan yang banyak dalam berjualan, saling menjatuhkan harga supaya laku terjual.

Berdasarkan masalah-masalah yang sudah diuraikan diatas, maka peneliti perlu untuk mengadakan pengkajian dan penelitian tentang “perilaku sosial pedagang handphone/gadget di pasar tradisional klitikan pakuncen daerah istimewa yogyakarta” daerah dimana para pedagang ini saling bersaing untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku pedagang.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan deskripsi pada latar belakang di atas dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan sektor informal menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjaan di sektor formal

2. Komunikasi antar pedagang sering terjadi kesalahpahaman.

3. Belum diketahuinya kondisi perilaku sosial pedagang di Pasar tersebut. C.Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu meluas dan peneliti akan lebih terfokus sehingga pada penelitian akan diperoleh suatu kesimpulan yang terarah pada aspek yang akan diteliti, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu pada perilaku sosial pedagang handphone/gadget di pasar tradisional klitikan pakuncen Daerah Istimewa Yogyakarta.


(28)

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dapat disimpulkan permasalahan yaitu:

1) Bagaimana perilaku sosial pedagang handphone/gadget di Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen ?

2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku sosial pedagang di Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen ?

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai perilaku sosial pedagang handphone/gadget dipasar tradisional klitikan pakuncen dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial pedagang handphone/gadget tersebut.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada semua pihak. Adapun manfaat yang dapat di ambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu informasi bagi penelitian sejenis dan memberikan informasi ilmiah terhadap kajian kajian pekerja sektor informal terutama pedagang handphone/gadget. 2. Secara Praktis

a. Bagi mahasiswa, menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang pendidikan tentang perilaku sosial pedagang handphone/gadget di Pasar Klitikan Pakuncen.


(29)

b. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sehubungan dengan perilaku sosial pedagang handphone/gadget di Pasar Klitikan Pakuncen.

c. Bagi masyarakat, dapat dipahamkan tentang perilaku sosial bahwa semua perilaku sosial pedagang yang berada di Pasar Klitikan Pakuncen khususnya di bagian handphone/gadget tidak semuanya cenderung negatif.

d. Bagi pemerintah, sebagai masukan saja untuk lebih memperhatikan perilaku sosial para pedagang supaya para pedagang memiliki perilaku yang positif.


(30)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Kajian Teori

1. Tinjauan Mengenai Perilaku Sosial a. Pengertian Perilaku

Dipandang dari aspek biologis perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat sedangkan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmojo, 2003)

Perilaku adalah respon individu terhadap respon suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik durasi dan tujuan, baik disadari maupun tidak (Hanum Marimbi, 2009: 91). Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007).

Perilaku adalah apa yang dilakukan orang meliputi: kegiatan-kegiatan seperti belajar, berlari, mencium, menyentuh dan setiap gerakan, tugas-tugas yang dapat diamati dan diukur baik bersifat internal/perorangan atau eksternal/kelompok (Meiti Subardhini, 200 4: 511)


(31)

Seorang individu tidak hanya merasakan, bertindak dan berpikir secara rasional, tetapi seorang individu juga harus berperilaku dengan cara sosial yang nantinya akan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya sesuai dengan situasi yang ada. Pengaruh lingkungan sosial juga akan memberikan dampak terhadap perilaku seseorang. Seseorang dapat berperilaku baik maupun buruk ditentukan oleh hakikat orang dan situasi. Sedangkan dalam artian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek , baik fisik maupun non fisik.

Perilaku atau aktifitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Timbulnya perilaku dikarenakan adanya stimulus yang diterima oleh individu, sebagaian besar perilaku manusia tersebut merupakan perilaku yang dibentuk oleh individu, perilaku yang diperoleh individu sebagai respon yang diterima serta perilaku yang dipelajari oleh seorang individu yang lain melalui sebuah proses belajar.

Perilaku manusia tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan (stimulus), baik dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal), Sunaryo (Muhamad Irham dan Novan Ardy W. 2013: 17). Perilaku merupakan sebuah ilmu, yang biasanya disebut behavioral sciences atau ilmu yang mempelajari aktivitas manusia dan binatang bertingkat lebih


(32)

rendah lewat pengamatan dan eksperimen alami. Ilmu tersebut mencakup psikologi, sosiologi, dan antropologi sosial (J. P. Chaplin, 2006:37).

Perilaku pada hakikatnya adalah sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan merupakan tindakan manusia yang sangat mendasar, sehingga yang dimaksud dengan perilaku sosial adalah suatu perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain dan merupakan tindakan manusia dengan tingkat lebih tinggi karena mempunyai makna sosial dan konteks sosial.

Dari pengertian perilaku diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang diterima baik stimulus eksternal maupun stimulus internal dan perilaku tersebut terbentuk karena individu tersebut memiliki motif, kebutuhan, tujuan yang berhubungan dengan stimulus yang mengenai dirinya. perilaku adalah kegiatan atau aktifitas manusia yang dapat dilihat, dirasakan dan diterima oleh oranglain.

b. Jenis perilaku

Istilah lain yang identik dengan perilaku adalah aktifitas, respon, kinerja dan reaksi. Perilaku yang dapat diamati secara langsung disebut perilaku overt, sedangkan yang tidak dapat diamati secara langsung disebut perilaku overt, misalnya berpikir atau merasakan (J. Tombokan Runtukahu, 2012: 20).

Skinner membedakan perilaku menjadi (a) perilaku yang alami (innate behavior), (b) perilaku operan (operant behavior), perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu yang berupa refleks-refleks dan insting-insting. Perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar (Bimo Walgito, 2003: 17).


(33)

Perilaku dikategorikan dalam:

1) Perilaku responden adalah salah satu jenis perilaku dengan ciri-ciri: dilakukan secara tidak disadari dan tidak direncanakan(merupakan gerak refleks), sebagaian besar digerakkan pada oleh otot halus (system saraf), memiliki faktor entecedent (peristiwa penyebab), merupakan faktor kejiwaan misalnya: pemalu, takut akan sesuatu yang tidak semestinya, rindu yang tak terobati, benci yang tak kunjung hilang, alkoholik, homoseks.

2) Perilaku operan dengan ciri-ciri: dilakukan secara sengaja dan direncanakan, digerakkan oleh otot besar, mendatangkan konsekwensi logis (yang mengikuti perilaku)

3) Perilaku modeling adalah perilaku peniruan. Perilaku modeling berada diantaranya perilaku operan dan perilaku responden. Artinya adalah bahwa perilaku tersebut pada mulanya bisa disadari dan atau tidak disadari, Gochros (Meiti Subardhini 2004: 511). Jenis perilaku yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku responden untuk mengetahui perilaku sosial pedagang handphone/gadget, karena perilaku responden merupakan proses yang dilakukan secara tidak disadari dan tidak direncanakan yang membentuk perilaku sosial pedagang tidak direncanakan dan tidak disadari.

c. Pembentukan perilaku

Menurut Hanurawan (2012: 99-110) pembentukan perilaku dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Pembentukan perilaku kolektif adalah cara berpikir, berperasaan, dan bertindak sekumpulan individu yang secara relatif bersifat spontan dan tidak terstruktur yang berkembang dalam suatu kelompok atau suatu populasi sebagai akibat dari saling stimulasi antar individu. Perilaku kolektif ini tidak diatur oleh norma-norma tertentu dan tidak dilembangkan secara formal. Perilaku kolektif adalah perilaku sekumpulan orang yang relatif bersifat spontan, tidak terstruktur, dan tidak stabil. Perilaku


(34)

semacam itu dapat bersifat sporadis dan dalam jangka waktu pendek atau lebih berkesinambungan dan dalam jangka waktu lama. Perilaku kolektif cukup sulit untuk diramalkan karena sifatnya yang spontan, tidak teratur, dan tidak stabil. Sifat seperti ini sangat tidak umum dalam masyarakat atau bahkan terkadang bertentangan dengan norma-norma atau aturan sosial dalam masyarakat. Perilaku kolektif sulit untuk diteliti secara objektif melalui penelitian eksperimen atau eksperimen lapangan (Landis, 1989) 2) Perilaku kerumunan adalah konsep yang menggambarkan semua jenis cara

berkumpulnya orang-orang pada suatu tempat tertentu secara langsung (Mueler dan Kendall, 2004) dalam kerumunan, setiap orang berdekatan secara fisik satu dengan yang lain, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku mereka sebagai suatu kesatuan. Kerumunan adalah kerumunan orang yang bersifat sementara dalam kontak kedekatan fisik yang melakukan reaksi secara bersama terhadap stimulus yang sama. 3) Perilaku organisasi adalah bidang kajian tentang aspek-aspek kemanusiaan

dalam organisasi, yang meliputi perilaku individu, perilaku kelompok, dan interaksi mereka dengan struktur, latar belakang budaya, dan proses organisasi (Luthans, 1995). Secara normatif, tujuan pengkajian bidang perilaku organisasi adalah untuk memahami dinamika perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Dilihat dari sudut ilmiah, bidang ilmu perilaku organisasi mendapat banyak sumbangan teoretis maupun praktis dari bidang-bidang ilmu sosial, seperti psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, dan ilmu politik.


(35)

Menurut Soekidjo Notoatmojo (2007:14) dilihat dari bentuk respon terhadap rangsangan dari luar (stimulus), maka perilaku dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup . Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain

2) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau praktek.

Faktor-faktor pembentuk perilaku antara lain faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi:

1) Insting biologis, seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya dan seterusnay

2) Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri

3) Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berpikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya.

Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan pendidikan (Rohinah, 2012: 13)

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut, respons ini berbentuk dua macam yakni:


(36)

1) Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.

2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung (Hanum Marimbi, 2009: 98-99).

Pembentukan perilaku menurut Ircham (2005) ada beberapa cara, diantaranya:

1) Conditioning atau kebiasaan

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan conditioning kebiasaan. Dengan cara membiasakandiri untuk berperilaku seperti yang diharapkan akhirnya akan terbentuk perilaku tersebut. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning adalah sebagai berikut:

a) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat berupa hadiah-hadiah bagi perilaku yang akan dibentuk.

b) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.

c) Menggunakan secara urut komponen-komponen tersebut sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

d) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu, Skinner (Hanum Marimbi, 2009: 96-97).


(37)

2) Pengertian atau (insight)

Di samping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan, pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai dengan adanya pengertian.

3) Menggunakan model

Cara ini menjelaskan bahwa domain pembentukan perilaku pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory oleh bandura(1977). Pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukan pembentukan perilaku dengan menggunakan model (Bimo Walgito, 2003: 18-19).

d. Teori perilaku

Teori perilaku terkait dengan stimulus (jamak stimuli). Stimulus adalah variabel lingkungan masyarakat kondisi atau perubahan dalam dunia fisik ( J. Tombokan Runtukahu, 2012: 20). Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusiaaa didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori perilaku, diantaranya yaitu :

1) Teori insting

Menurut McDougall perilaku itu disebabkan karena insting, dan McDougall mengajukan suatu daftar insting. Insting merupakan perilaku


(38)

yang innate, perilaku yang bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

2) Teori dorongan

Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut.

3) Teori insentif

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanaya insentif, dengan insentif akan mendorong organisme berperilaku. Insentif atau reinforcement ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement yang positif adalah berkaitan dengan hadiah dan akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku.

4) Teori atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku seseorang. Apakah itu disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap) atau oleh keadaan eksternal.

5) Teori kognitif

Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan. Maka yang bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan.


(39)

Dengan kemampuan ini berarti faktor berpikir berperan dalam menentukan pemilihannya.

Pada penelitian ini, teori perilaku yang digunakan untuk menganalisis masalah perilaku sosial pedagang handphone/gadget adalah teori atribusi. Alasan penggunakan teori atribusi ini karena berkaitan tentang sebab-sebab perilaku manusia itu dapat atribusi internal (dari dalam) tetapi juga dapat atribusi eksternal (dari luar).

e. Perilaku sosial

Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia, Rusli Ibrahim, 2001 (Didin Budiman, 2011). Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak mengganggu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat. Perilaku sosial adalah perilaku yang tumbuh dari orang-orang yang pada masa kecilnya mendapatkan cukup kepuasan akan kebutuhan inklusinya (Sarwono Wirawan Sarlito, 2000: 150).

“Perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya. Perilaku sosial adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalan hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku (George Ritzer, 2011: 71-72)”.


(40)

Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Sejak dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Pada perkembangannya menuju kedewasaan, interaksi sosial diantaranya manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual. Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial.

Tidak setiap jenis perilaku, walaupun nyata dan bersifat formal, merupakan perilaku sosial. Sikap-sikap subyektif hanya merupakan perilaku sosial apabila berorientasi ke perilaku pihak-pihak lain. Perilaku sosial tidaklah berorientasi ke perilaku pihak-pihak lain. Perilaku sosial tidaklah identik dengan perilaku seragam beberapa orang atau perilaku yang dipengaruhi pihak-pihak lain. (Soerjono Soekanto, 2002: 37).

Perilaku sosial adalah perilaku atau tingkah laku yang diperlihatkan oleh individu didalam berinteraksi dengan orang lain dan perilaku tergantung pada faktor lingkungan. Perilaku sosial manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.Kesimpulan dari beberapa pengertian perilaku sosial diatas yaitu perilaku sosial adalah perilaku yang ada dan relatif menetap pada diri manusia atau individu didalam berinteraksi terhadap oranglain.(teman,pendamping,masyarakat,orangtua dan disekolah) perilaku sosial tersebut sangat berpengaruh oleh lingkungan sosialnya.

Kesimpulan dari beberapa pengertian perilaku sosial di atas yaitu perilaku sosial adalah perilaku yang ada dan relatif menetap serta diperlihatkan oleh


(41)

individu di dalam berinteraksi dengan orang lain (teman, pendamping, orangtua, masyarakat dan di sekolah), dan perilaku sosial tersebut sangatlah dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.

f. Karakteristik Perilaku Sosial

Bentuk-bentuk perilaku sosial dapat ditetapkan dengan berbagai cara. Cara pertama dapat diklasifikasikan sebagai rasional dan berorientasi terhadap suatu tujuan. Dalam hal ini, maka klasifikasi itu didasarkan pada harapan bahwa obyek-obyek dalam situasi eksternal atau pribadi-pribadi lainnya akan berperilaku tertentu, dan dengan mempergunakan harapan-harapan seperti kondisi atau sarana demi tercapainya tujuan-tujuan yang telah dipilih secara rasional oleh pribadi-pribadi itu. Hal itu dapat disebut sebagai perilaku yang berorientasi pada tujuan. Kedua yaitu bahwa perilaku sosial dapat diklasifikasikan oleh kepercayaan secara sadar pada arti mutlak perilaku, sehingga tidak tergantung pada suatu motif tertentu dan diukur dengan patokan-patokan tertentu, seperti etika, estetika, atau agama. Ketiga adalah perilaku sosial yang di klasifikasikan sebagai sesuatu yang bersifat efektif atau emosional, yang merupakan hasil konfigurasi khusus dari perasaan pribadi. Yang keempat merupakan perilaku sosial yang diklasifikasikan sebagai tradisional, yang telah menjadi adat istiadat (Soerjono Soekanto. 2002: 39-40). g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial

Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan orang yang merekomendasikan


(42)

perubahan perilaku dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa (Hanum Marimbi, 2009: 92).

Faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku sosial yaitu pengaruh lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja, dan masyarakat. Apabila lingkungan sosial tersebut memberikan peluang terhadap perkembangan individu secara positif, maka seseorang dapat mencapai perkembangan sosial secara matang. Sebaliknya apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif maka perilaku sosial individu cenderung menampilkan perilaku yang menyimpang, seperti perlakuan kasar baik dan dari keluarga maupun lingkungan sekitar (Septiani, 2013: 25).

Perubahan dalam perilaku sosial: dalam waktu yang singkat remaja mengadakan perubahan radikal yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenisnya. Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial, maka wawasan sosial semakin membaik. Perilaku sosial merupakan diskriminasi terhadap mereka yang berlatarbelakang ras, agama, sosial-ekonomi yang berbeda. Usaha memperbaiki mereka yang mempunyai standar ketrampilan dan perilaku yang berbeda. (Yudrik Jahja, 2013: 48-49)

Ada dua faktor utama yang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri atau segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir yaitu fitrah suci yang merupakan bakat bawaan. Faktor yang termasuk faktor internal, antara lain: kecerdasaan emosional dan kecerdasaan intelektual, dalam berperilaku sosial, kecerdasaan emosional meliputi adanya empati, memotivasi orang lain dan membina hubungan dengan


(43)

ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Kedua motivasi, motivasi merupakan kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu. motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak mencapai tujuan tertentu, hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku (Hanum Marimbi, 2009: 75). Ketiga agama, agama memegang peran penting dalam mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Seseorang yang memiliki pemahaman agama yang luas, pasti juga memiliki perilaku sosial yang baik.

Selanjutnya yaitu faktor eksternal, faktor eksternal adalah segala sesuatu yang ada diluar manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan keagamaan seseorang. Adapun faktor-faktor tersebut meliputi: lingkungan keluarga, keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama. Dalam keluarga itulah manusia menemukan kodratnya sebagai makhluk sosial. Karena dalam lingkungan itulah ia untuk pertama kali berinteraksi dengan orang lain. kedua lingkungan masyarakat, masyarakat adalah wadah hidup bersama dari individu-individu yang terjalin dan terikat dalam hubungan interaksi serta interaksi sosial (Jalaluddin Rakhmat, 2008: 43).

2. Kajian teori tentang Interaksi Sosial a) pengertian interaksi sosial

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang


(44)

satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, dimana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.

Interaksi sosial berasal dari bahasa latin: Con atau Cum yang berarti bersama-sama, dan tango berarti menyentuh, jadi pengertian secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Interaksi sosial adalah proses dimana orang-orang yang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan (Zainal, 1997: 98).

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya, H. Bonner (Abu Ahmadi, 2002: 54). Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara perseorang-orangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok-kelompok manusia (Abdulsyani, 2012: 152).

Interaksi sosial adalah satu proses, melalui tindak balas tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok yang lain, ia adalah suatu proses timbal balik dengan mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain Roucek dan Warren (Abdulsyani, 2012: 153).


(45)

Interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. (Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, 2011: 64).

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soerjono Soekanto, 2006: 61). Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan sosial antara dua orang atau lebih baik individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok dimana perilaku atau kelakuan yang satu dapat mempengaruhi dan mengubah perilaku atau kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

b) Bentuk-bentuk interaksi sosial

Bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama, akomodasi, persaingan dan pertikaian. Konflik selalu menuju pada penyelesaian namun dalam prosesnya dapat berkondisi sementara, yang disebut akomodasi. Ada juga yang menganggap akomodasi merupakan bentuk keempat dari interaksi sosial (Syahrial Syarbaini dan Rudiyanta, 2009:28).

Menurut Gilin dan Gilin (dalam Burhan Bungin, 2009: 58-63) menjelaskan bahwa ada dua golongan proses sosial yang merupakan akibat interaksi sosial, yaitu:


(46)

Sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerjasama timbal balik antara orang perorang atau kelompok satu dengan kelompok lainnya, dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan bersama. Macam-macam proses asosiatif yaitu: a) Kerjasama adalah usaha bersama individu atau kelompok untuk mencapai satu atau bebrapa tujuan bersama. Bentuk kerjasama seperti: gotong royong (Kerjasama di masyarakat pedesaan), Bargaining (perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa), Coalition (dua organisasi yang mempunyai tujuan yang sama dan bekerja sama mewujudkan tujuan tersebut), Co-optation (kerjasama individu dan kelompok dalam sebuah organisasi atau negara untuk menciptakan suatu stabilitas), Joint-venture (kerjasama dua perusahaan atau lebih dalam suatu proyek tertentu). b) Akomodasi banyak digunakan dalam dua makna, pertama adalah proses yang menunjukan pada keadaan seimbang dalam interaksi sosial antara individu dan antar kelompok dalam masyarakat terutama yang ada hubungannya dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kedua adalah menuju pada proses untuk meredakan suatu pertentangan yang terjadi dimasyarakat. Proses akomodasi ini menuju pada tujuan dengan mencapai suatu kestabilan. Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut: (1) Coersion, akomodasi dengan paksaan maupun dengan kekerasan secara fisik atau psikologis (2) Comprommise bentuk akomodasi dimana masing-masing pihak berkonflik saling mengurangi tuntunan agar dapat tercapai penyelesaian


(47)

oleh pihak ketiga (3) Mediation akomodasi dengan menggunakan pihak ketiga yang netral (4) Conciliation akomodasi melalui usaha mempertemukan keinginan dari pihak yang terlibat konflik (5) Toleration akomodasi yang tidak formal, dikarenakan ada pihak yang mencoba menghindari diri dari pertikaian.

2) Proses Disosiatif

Proses disosiatif merupakan proses perlawanan yang dilakukan individu-individu dan kelompok dalam proses sosial di antara mereka pada suatu masyarakat. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah sebagai berikut: a) persaingan merupakan proses sosial, dimana individu atau kelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada, namun tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan b) Kontravensi adalah proses sosial yang berada antara persaingan dan pertikaian atau konflik. Kontravensi terjadi dimana ada pertentangan pada tataran konsep dan wacana, serta berusaha mengagalkan tercapainya tujuan dari pihak lain c) Konflik atay pertikaian adalah proses sosial dimana individu atau kelompok memiliki perbedaan-perbedaan dalam hal emosi, unsur kebudayaan, perilaku, prinsip, ideologi, maupun kepentingan dengan pihak lain. Perbedaan tersebut menjadi suatu pertikaian dimana pertikaian dapat menghasilkan ancaman atau kekerasan fisik.


(48)

c) Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

1) Adanya kontak sosial

Secara fisik, kontak baru terjadi hubungan badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, oleh karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut( Soerjono Soekanto, 2006: 65). Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat, kontak sosial dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung (Abdulsyani, 2012: 154). Kontak sosial tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi juga bisa lewat bicara, melalui telpon, telegram, surat, maupun radio (Herminto dan Winarno, 2011: 52). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih yang secara langsung bertahap bertatap muka maupun tidak secara langsung bertemu dan melakukan komunikasi.

2) Adanya Komunikasi

Arti terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang terwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut (Soerjono Soekanto, 2006: 67). Komunikasi mengandung


(49)

pengertian persamaan pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap suatu, orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain (Abdulsyani, 2012: 155). Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang terwujud pembicaraan, grak-gerik badaniah atau sikap, atau perasan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut (Herimanto dan Winarno, 2011: 53). Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses memberikan tafsiran dengan cara berbicara maupun mengutarakan perasaan dengan seseorang, dan mendapat reaksi dari apa yang disampaikan.

Jadi syarat utama terjadinya interaksi sosial adalah adaya kontak sosial dan komunikasi, dimana kedua hal tersebut harus terpenuhi ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Tanpa adanya kedua hal tersebut orang tidak dapat melakukan percakapan dan perilaku sosial tidak dapat terbentuk jika orang tidak melakukan interaksi sosial dengan seseorang, baik interaksi yang secara langsung maupun tidak langsung.

d) Faktor-faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial

Faktor–faktor yang mendasari berangsungnya interaksi sosial, baik secara tunggal maupun secara bergabung ialah:

1) Faktor imitasi

Imitasi adalah proses atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain baik sikap, perbuatan, penampilan dan gaya hidup (Herimanto dan Winarno, 2011: 53). Imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam


(50)

proses interaksi sosial, salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk memenuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal negatif dimana yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang (Soerjono Soekanto, 2006: 63) imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain (Bimo Walgito, 2003: 66).

2) Faktor sugesti

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan individu lain sehingga orang yang diberi sugesti itu melaksanakan apa yang di sugestikan tanpa sikap kritis dan rasional (Herminto dan Winarno, 2011: 53). Sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain (Soerjono Soekanto, 2006: 63). Sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain, yang ada pada umunya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan (Bimo Walgito, 2003: 67).

3) Faktor identifikasi

Identifikasi adalah upaya yang dilakukan untuk menjadi sama(identik) dengan individu yang ditirunya, proses identifikasi erat kaitannya dengan imitasi (Herimanto dan Winarno, 2011: 53). Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan


(51)

pihak lain (Soerjono Soekanto, 2006: 63). Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain (Bimo Walgito, 2003: 72).

4) Faktor simpati

Simpati adalah proses kejiwaan seorang individu yang merasa tertarik dengan individu atau kelompok karena sikap, penampilan, atau perbuatannya (Herimanto dan Winarno, 2011: 53-53).Simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain, karena simpatik merupakan perasaan maka simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi (Bimo Walgito, 2003: 73). Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain (Soerjono Soekanto, 2006: 64).

Jadi faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial meliputi yaitu faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, dan faktor simpati.

3. Kajian Teori tentang PedagangHandphone/gadget a) Pengertian Pedagang.

Menurut Damsar (1997:106-108), pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual-belikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Para pedagang biasanya memiliki sifat, adat, pendidikan, yang berbeda. Pelayanan yang diberikan oleh seseorang pedagang


(52)

biasanya seimbang dengan permintaan konsumen yang ada didalam masyarakat.

Pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan. Pedagang dapat dikategorikan menjadi pedangang grosir dan pedagang eceran. Pedagang grosir yaitu beroperasi dalam rantai distribusi antara produsen dan pedagang eceran. Pedagang eceran yaitu disebut juga pengecer, menjual produk komoditas langsung ke konsumen secara dikit demi sedikit atau satuan. Pemilik toko atau warung adalah pengecer.

Menurut WJ.S. Poerwadarminta ini maka dapat dilihat bahwa setiap orang yang pekerjaannya berjualan, baik ia berjualan bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari (primer) maupun bahan-bahan kebutuhan tambahan (sekunder) disebut Pedagang. Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan (Sugiharsono, 2000: 45).

Pengertian pedagang secara etimologi adalah orang yang berdagang atau bisa disebut dengan saudagar. Jadi pedagang adalah orang-orang yang melakukan kegiatan-kegiatan perdagangan sehari-hari sebagai mata pencaharian mereka.

Pedagang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi atas dua yaitu pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah pedagang yang menjual barang dagangan dengan modal yang kecil (KBBI, 2002: 230).


(53)

Menurut UU Nomor 29 tahun 1948 Pedagang adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk dijual diserahkan atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang masih berwujud barang yang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain (Widodo, 2008: 285-286).

Bila dilihat dari beberapa pengertian terkait tentang arti pedagang dapat diambil kesimpulan bahwa pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan jual/beli yang tidak diproduksi sendiri meskipun ada juga yang diproduksi sendiri. Perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan.

b) Pengertian handphone/gadget

Pesatnya perkembangan teknologi yang terkandung didalam telepon selular saat ini merupakan dampak dari semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan informasi itu sendiri. Dekatnya hubungan antara informasi dan teknologi jaringan komunikasi telah menghasilkan dunia maya yang amat luas yang biasa disebut dengan teknologi cyberspace. Teknologin ini berisikan kumpulan informasi yang dapat diakses oleh semua orang dalam bentuk jaringan-jaringan internet yang terdapat dalam ponsel. Ponsel memiliki sistem jaringan yang memungkinkan setiap orang dapat mengetahui dan mengirimkan informasi secara tepat dalam satu genggaman.


(54)

Menurut burhan(2006), lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversivikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, komputer, dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut internet.

Mengikuti perkembangan zaman, ponsel sudah menjadi gadget yang multifungsi. Selain berfungsi untuk melakukan dan meneriman panggilan, ponsel dengan bentuknya yang ringkas dan dapat dibawa kemanapun, juga dapat berfungsi sebagai alat pengiriman pesan singkat short message service (SMS). Selain ponsel berfungsi sebagai alat pengiriman dan penerimaan SMS, ponsel juga dapat digunakan untuk videophone, Tvonline dan lain-lain.

`Telepon genggam (telgam) atau telepon selular (ponsel) atau handphone (HP) adalah perangat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvesional saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana (portabelmobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telpon menggunakan kabel (nirkabel: wireless). Saat ini indonesia mempunyai dua jaringan telpon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for Mobile Telecomunication) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access). Handphone (telepon genggam selular) biasanya dapat didefisinikan sebagai salah satu pengembangan teknologi telepon dimana perangkatnya dapat digunakan sebagai perangkat lunak mobile atau berpindah-pindah. Selain itu handphone juga dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang berfungsi hampir sama dengan telepon biasa, namun yang membedakan dengan telpon


(55)

biasa adalah handphone tidak menggunakan kabel dan dapat dibawa kemana-mana.

Seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin hari semakin bertambah, maka disaat sekarang ini perkembangan teknologi yang semakin pesat sangatlah dibutuhkan untuk memenuhi semua kebutuhan manusia tersebut. Salah satu unsur yang terpenting dalam kehidupan sekarang ini adalah kelancaran dalam berkomunikasi, karena komunikasi sangat berguna dalam segala bidang kehidupan, antara lain:

a) Bidang bisnis

Dalam bidang bisnis sekarang ini komunikasi yang serba cepat dan mudah digunakan sangatlah berarti.

Contoh: handphone dapat digunakan dalam ruang lingkup antar daerah, antar provinsi dan antar negara.

b) Bidang kesehatan

Komunikasi yang cepat sangat diperlukan dalam bidang kesehatan karena dalam hal ini komunikasi berpengaruh penting atas nyawa seseorang.

Contoh: handphone dapat digunakan ketika tertimpa kecelakaan dalam berkemudi, dengan menggunakan handphone dapat menghubungi rumah sakit secara cepat.

c) Bidang pendidikan

Dengan berkembangnya pendidikan yang semakin meningkat maka komunikasi pun dapat menunjang perkembangan tersebut.


(56)

Contoh: melalui kecanggihan handphone sekarang ini manusia dapat mendapatkan informasi pendidikan secara cepat melalui internet.

Handphone/gadget saat ini memang bukan barang yang mewah dan aneh bagi masyarakat indonesia. Industri handphone bergerak sangat cepat setara dengan melesatnya kecepatan suaranya. Kini semakin banyak teknologi pendukung yang terintegrasi dengan produk handphone/gadget, seperti Radio FM, Kamera, MP3, BBM dll. Belum lagi ukuran handphone/gadget yang berlomba-lomba untuk membuat desain yang menarik. Pilihan operator dan jangkauan operator pun menjadi yang semakin banyak dipasaran, turut memanjakan konsumen.

Handphone kini bukan lagi sekedar alat untuk berkomunikasi. Namun juga sebagi gaya hidup, penampilan, tren dan prestise. Kini dunia handphone/gadget adalah dunia untuk berkomunikasi, berbagi, menciptakan dan menghibur baik dengan suara, tulisan, gambar, musik maupun video.

Dari pengertian diatas maka secara garis besar definisi handphone adalah alat komunikasi yang telah mengalami pengembangan dari telpon biasa yang dibuat menjadi lebih mudah digunakan dan dapat digunakan secara berpindah-pindah.


(57)

4. Kajian Teori tentang Pasar Tradisional a. Pengertian Pasar Tradisional

Pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi dengan usaha skala kecil, menengah dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual-beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Pasar dalam pengertian ekonomi adalah situasi seseorang atau lebih pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlh (kuantitas) barang dengan kualitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual mendapat manfaat dari adanya transaksi atau pasar.

Pasar tradisional adalah pasar yang kegiatan para penjual dan pembelinya dilakukan secara langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat pelayanan yang terbatas.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pasar Tradisional adalah tempat pasar yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah yang merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam proses transaksi jual-beli secara langsung dalam bentuk


(58)

eceran dengan proses tawar menawar dan bangunannya biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka. Pasar Tradisional biasanya ada dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat pelayanan yang terbatas.

b. Ciri-ciri Pasar Tradisional

Ciri-ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut:

1) Pasar Tradisional dimiliki, dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah Daerah

2) Adanya sistem tawar-menawar antara penjual dan pembeli.

Tawar menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat.

3) Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.

Meskipun semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat pengelompokan degangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan, sayur, buah, bumbu dan daging.

4) Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.

Barang dagangan yang diual di pasar tardisional ini adalah hasil bumi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang diambil dari hasil bumi daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut namun tidak sampai mengimport hingga keluar pulau atau negara.


(59)

Dari berbagai ciri-ciri diatas, Pasar Klitikan Pakuncen memenuhi ciri-ciri pasar tradisional yang telah ditentukan oleh mentri perdagangan Indonesia. Lahan dan Bangunan Pasar Klitikan Pakuncen dimiliki, dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah kota Yogyakarta. Hal ini ditunjukan dengan terdapatnya UPTD Pasar Klitikan Pakuncen yang berada dalam pasar tersebut yang bertugas mengatur dan mengelola pasar.

Pada Pasar Klitikan Pakuncen juga terdapat sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Proses tawar menawar inlah yang membuat antara pedagang dan pembeli memiliki ikatan sosial. Selain itu, proses tawar menawar antara penjual dan pembeli cukup mempengaruhi ramainya stan atau kios yang berada di pasar tersebut.

Di dalam Pasar Klitikan Pakuncen terdapat satu bangunan utama yang didalamnya menampung 738 pedagang yang menjual berbagai macam jenis dagangan. Meski semua itu terdapat pada satu lokasi yang sama UPTD Pasar Klitikan Pakuncen melakukan pengelompokan pedagang sesuai barang dagangannya dan meski masih ada yang campur jadi satu. Barang dagangan yang dijual di Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen sebagaian besar menjual barang-barang bekas maupun baru mulai dari onderdil motor, mobil sepeda, kamera, handphone, baju, celana dll.


(60)

c. Jenis Pasar Tradisional

Pasar sebagai perusahaan daerah digolongkan menurut beberapa hal yaitu:

1. Menurut jenis kegiatannya, pasar digolongkan menjadi tiga jenis: a) Pasar eceran, yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan

penawaran barang secara eceran.

b) Pasar grosir, yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran dalam jumlah yang besar.

c) Pasar induk, yaitu pasar dimana pasar ini lebih besar dari pasar grosir, merupakan pusat pengumpulan dan penyimpanan bahan-bahan pangan untuk disalurkan ke grosir-grosir dan pusat pembelian.

Dari jenis pasar menurut kegiatannya Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen termasuk pasar eceran karena dalam proses jual-beli yang dilakukan selama ini sebagaian besar pembeli membeli barang dagangan dari penjual dalam bentuk eceran untuk dikonsumsi sendiri atau dijual kembali dalam skala yang kecil.


(61)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berjudul “Perilaku Sosial Pedagang Handphone/gadget di Pasar Klitikan Pakuncen Daerah Istimewa Yogyakarta” ini dimaksudkan untuk mengungkap tentang perilaku sosial pedagang handphone/gadget.

Metode penelitian yang terdahulu yang relevan juga akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini. Berikut contoh-contoh penelitian terdahulu yang memiliki tema relevan dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1) Hasil penelitian Septiani (2013), yang berjudul “Perilaku Sosial Buruh Gendong (Endong-endong) di Pasar Giwangan Yogyakarta (Studi di Yayasan Annisa Awasti)”. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 2 macam perilaku yaitu (a) perilaku operan: cara menggendong barang dagangan, mencari barang dagangan dari pelanggan maupun konsumen, cepat, cekatan, kerjasama, hati-hati, rapi tidak milih-milih barang dagangan, selalu membiasakan diri untuk selalu minum jamu jawa, kerokan, pijat, kekompakan antar endong-endong jelas terlihat hingga “ngobrol” dan “guyonan” bersama disaat menunggu barang gendongan. Adanya kerjasama baik antar sesama buruh gendong maupun dengan pedagang, (b) perilaku alami: perilaku yang ditampilkan yaitu sikap ramah tamah, kadang marah, lebih tenang, emosional, mengalah, nerimo, toleransi dan solidaritas antar sesama endong-endong yang tinggi. Saling menjaga


(62)

perasaan, keguyuban dengan saling tolong menolong dan endong-endong tetap mempunyai keterikatan sosial dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan dimasyarakat asalnya. Kegiatan tersebut seperti perkawinan, kematian, sunatan, slametan, rewangan, dasawisma, PKK, pengajian agama atau yasinan, kegiatan arisan, bagi endong-endong pelajo selalu membiasakan diri untuk membawakan oleh-oleh untuk keluarganya.

Persamaan dan perbedaan terhadap penelitian yang akan dilakukan. Persamaan: peneliti yang akan dilakukan sama-sama meneliti tentang

Perilaku sosial.

Perbedaan: peneliti sebelumnya meneliti tentang perilaku sosial buruh gendong setiap harinya di pasar giwangan sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti tentang perilaku sosial pedagang handphone/gadget setiap harinya.

2) Hasil penelitian Purwi Tyas Utami (2015) yang berjudul “Perilaku Sosial Anak Di Rumah Singgah Hafara Kasihan Bantul Yogyakarta”. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 2 macam perilaku: perilaku alami yang berupa menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih kecil, mengalah terhadap anak yang lebih kecil, sedangkan perilaku operannya suka ikut-ikutan main. Dilihat dari interaksinya dengan pendamping terdapat dua macam perilaku yaitu perilaku alami yang meliputi sopan santun , menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih kecil, kalau dinasehati nurut


(63)

suka mengalah dan tidak pelit dengan sesama dan perilaku operan yaitu suka terpengaruh dengan teman lain yang main sendiri ketika kegiatannya dianggap membosankan. Dilihat dari interaksinya terhadap orangtua terdapat perilaku alami yaitu sikap menghormati yang lebih tua, sopan santun, dan , menuruti nasehat orangtua. Dilihat dari interkasinya dengan masyarakat terdapat perilaku alami yang berupa sopan santun, suka menyapa, mudah akrab dan suka mengalah. Persamaan dan perbedaan terhadap penelitian yang akan dilakukan. Persamaan: penelitian yang akan dilakukan sama-sama meneliti

tentang perilaku sosial.

Perbedaan: penelitian sebelumnya meneliti tentang perilaku sosial anak jalanan di lembaga rumah singgah hafara, sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu meneliti tentang perilaku sosial pedagang handphone/gadget pada setiap harinya di pasar.

C.Kerangka konsep

Pasar Klitikan Pakuncen sebagai pasar yang banyak dibutuhkam oleh masyarakat, dimana pasar klitikan pakuncen bisa memberikan perputaran roda ekonomi bagi kalangan masyarakat. Di Pasar Klitikan Pakuncen ini juga memudahkan pengunjung untuk mencari kebutuhan. Para pedagang sudah dikelompokan menurut jenis barang dagangannya meskipun masih banyak yang tidak sesuai dengan tempatnya.


(64)

Penelian ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan tentang perilaku sosial pedagang handphone/gadget di Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen. Variabel dalam penelitian ini adalah Perilaku sosial pedagang dan kontribusi pendapatan pedagang handphone/gadget.

Pedagang handphone/gadget semakin banyak dijumpai diberbagai pertokoan atau mal di wilayah kota Yogyakarta, membuat persaingan semakin ketat untuk mendapatkan keuntungan yang banyak. Hal ini berdampak bagi pedagang handphone/gadget di Pasar Tradisional Klitikan yang hampir 12 jam berada dipasar untuk berjualan, sehingga kegiatan sosialnya dalam masyarakat menjadi berkurang.

Waktu untuk kegiatan sosial dan berinteraksi dalam masyarakat pun semakin berkurang. Kunci utama bagi kelangsungan kehidupan bermasyarakat adalah adanya interaksi sosial yang baik antar anggota masyarakat. Interaksi disini meliputi interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lain, antara dengan kelompok, kelompok dengan individu, maupun kelompok dengan kelompok. Apabila interaksi dengan masyarakat kurang maka kehidupan bermasyarakatnya tidak akan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu dapat dikatakan interaksi antar anggota masyarakat merupakan kunci dari semua kehidupan bermasyarakat.

Perilaku sosial pedagang tersebut saling bergantungan yang mengharuskan untuk menjamin keberadaan manusia. Bukti bahwa manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri melainkan membutuhkan bantuan dari orang lain.


(65)

 Perilaku sosial adalah perilaku atau tingkah laku yang diperlihatkan oleh individu dalam berinteraksi dengan orang lain dan perilaku yang tergantung pada faktor lingkungan.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial:

1.Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri atau segala sesuatunya dibawa sejak dia lahir. faktor yang termasuk faktor internal, antara lain yaitu:

a) Motivasi adanya semangat adanya dorongan

b) Agama mengawali do’a sebelum melaksanakan kegiatan melaksanakan sholat lima waktu bagi yang muslim

2. Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang ada diluar diri manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan keagamaan seseorang. Faktor yang termasuk faktor eksternal, yaitu:

a) Lingkungan keluarga komunikasi baik dilingkungan keluarga dukungan keluarga dalam menjalankan kegiatan

b) Lingkungan masyarakat komunikasi baik di lingkungan masyarakat terjalin kerjasama antar warga sekitar dilingkungan masyarakat


(66)

D.Pertanyaan penelitian

Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir diatas, dapat diperoleh pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana perilaku sosial pedagang di Pasar Tradisional Klitikan?

2. Bagaimana interaksi pedagang antar pedagang di Pasar Tradisional Klitikan?

3. Bagaimana interaksi pedagang dengan konsumen di Pasar Tradisional Klitikan?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sikap perilaku sosial pedagang di Pasar Tradisional Klitikan Pakuncen?

5. Bagaimana motivasi pedagang dalam menjalankan usaha berdagangnya sehari-hari di Pasar Klitikan Pakuncen?

6. Bagaimana keagamaan pedagang selama berada di Pasar Klitikan Pakuncen?

7. Apakah keluarga mendukung untuk berjualan di Pasar Klitikan Pakuncen?


(67)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Imam Gunawan (2013: 82) penelitian kualititif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Penelitian kualitatif bermaksud menggali makna perilaku yang berada dibalik tindakan manusia. Interpretasi makna terhadap perilaku ini tidak dapat digali melalui verifikasi teori sebagai generalisasi empirik, seperti yang dilakukan pada penelitian kuantitatif. Dengan kata lain, penelitian kualitatif bermaksud memahami objeknya, tetapi tidak untuk membuat generalisasi melainkan membuat ekstrapolasi atas makna di balik objeknya tersebut.

Penelitian kualitatif menurut Flick dalam Imam Gunawan (2013: 81) ialah specific relevance to the study of social relations, owing to the fact of the pluralization of life worlds. Penelitian kualitatif adalah keterkaitan spesifikasi pada studi hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan. Metode ini diterapkan untuk melihat dan memahami subjek dan objek penelitian yang meliputi orang, lembaga berdasarkan fakta yang tampil secara apa adanya. Melalui pendekatan ini akan terungkap gambaran


(68)

mengenai aktualisasi, realitas sosial, dan persepsi sasaran penelitian. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia, dari kerangka acuan pelaku sendiri, yakni bagaimana pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya.

Peneliti mendiskripsikan perilaku sosial pedagang handphone secara mendalam di Pasar Tradisional Klitikan, pendekatan yang digunakan adalah studi kasus kualitatif deskriptif. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini akan menghasilkan data yang berupa kata-kata yang tertulis maupun lisan, dapat berupa gambar dan tidak berupa angka-angka. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menemukan berbagai hal yang baru dan dapat di deskripsikan secara jelas, lebih rinci dan lebih akurat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar tradisional klitikan kuncen yang beralamatkan HOS Cokroaminoto No. 34, Kuncen, kec. Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Januari 2016 sampai Maret 2016.

C.Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari para pedagang handphone/gadget yang ada di Pasar Tradisional Klitikan Kuncen Yogyakarta yaitu AL, AT, MLY, CTR, AD, PN, IN. Informasi yang digali dari para pedagang berupa informasi tentang perilaku sosialnya selama berada di Pasar Klitikan Pakuncen.


(69)

Informasi yang dicari dari beberapa pedagang yang ada disana tingkah laku mereka selama ada di pasar.

Tujuan dari pemilihan subyek ini adalah untuk mencari informasi sebanyak mungkin dari ber

bagai sumber, sehingga data-data yang diperoleh dapat akurat dan diakui kebenarannya. Informasi tersebut berupa data tentang perilaku sosial pedagang handphone/gadget dalam berinteraksi sosial selama di Pasar. Objek dari penelitian ini adalah perilaku sosial pedagang handphone/gadget di Pasar Tradisional Klitikan Kuncen.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini terdapat tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi,wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi (Pengamatan)

Poerwandari (1998) berpendapat bahwa observasi merupakan metode yang paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Semua bentuk penelitian, baik itu kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi didalamnya. Istilah observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memerhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan


(70)

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut.

Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengamatan partisipatif bertujuan untuk mengumpulkan data tentang perilaku sosial pedagang handphone. Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi (Jonathan Sarwono, 2006 :224)

Dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung dalam kegiatan jual/beli yang dilakukan oleh para pedagang handphone/gadget yang terpilih menjadi subjek pada penelitian ini seperti melayani konsumen/pembeli yang ada di Pasar Klitikan Pakuncen. Peneliti mengamati langsung perilaku pedagang dalam melakukan aktifitas sehari-harinya di pasar, sikap pedagang terhadap sesama teman pedagang, terhadap konsumen/pembeli yang datang ke Pasar Klitikan Pakuncen.

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengumpulkan informasi maupun data-data yang berupa kata-kata yang belum terungkap


(1)

Lampiran 6. Dokumentasi

Gambar 7. Fasilitas kolam ikan yang belum lama dibangun


(2)

125 Lampiran 6. Dokumentasi

Gambar 10. Pedagang terlihat sedang transaksi

Gambar 11. Terlihat pedagang sedang saling berkomunikasi/ngobrol-ngobrol


(3)

Lampiran 7. Data-data Pasar Klitikan Pakuncen Tabel 3. Fasilitas Pasar Klitikan Pakuncen

No Fasilitas Jumlah kondisi

1 Kamar mandi 8 Baik

2 Komputer 1 Kurang baik

3 Meja dan kursi 10 Baik

4 Ruang sekretariat 1 Baik

5 Speaker - -

6 ATM BRI 1 Baik

7 Kantor kas BRI 1 Baik

8 Hal parkiran 1 Baik

9 Mushola 1 Baik

10 Lapak pedagang 763 Baik


(4)

127

Tabel 4. Data pedagang handphone/gadget di Pasar Klitikan Pakuncen

No Nama Umur Asal Pendidikan terakhir

1 AL 24 Rembang S1

2 AT 34 Yogyakarta S1

3 MLY 29 Bantul MAN

4 CTR 33 - D3

5 AD 32 Palembang SMA

6 PN 31 Yogyakarta SMA

7 IS 32 Yogyakarta SMA


(5)

Tabel 5. Data Pengurus Pasar Klitikan Pakuncen

No Nama Pendidikan Jabatan

1 JD SMA Ketua (Pak Lurah)

2 AR SMA Administrasi

3 MY SMA Retribusi

4 PY SMP Retribusi

5 ZR SMA Petugas Ketertiban

6 HY SMA Petugas Ketertiban

7 YW SMA Petugas Ketertiban

8 ED SMA Petugas Ketertiban

9 SY SMA Petugas Ketertiban

10 NR SMA Petugas Ketertiban

11 DJ SMA Petugas Ketertiban

12 AS SMA Petugas Kebersihan

13 WN SMP Petugas Kebersihan

14 MD SMP Petugas Kebersihan


(6)

129 Lampiran 8. Surat Izin Penelitian