Kualitas Strategi Pemasaran Jasa

7 Customer service pelayanan konsumen Customer sevice pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai outcome dari kegiatan distribusi dan logistik, di mana pelayanan diberikan kepada pelanggan untuk mencapai kepuasan. Costumer service meliputi aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pra transaksi, saat transaksi dan paska transaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi dan setelah transaksi, oleh karena itu kegiatan pendahuluannya harus sebaik mungkin, sehingga pelanggan memberikan respons yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi. Setiap perusahaan memiliki strategi pemasaran jasa yang berbeda antar suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Dari semua elemen bauran pemasaran jasa di atas, maka yang harus diperhatikan dalam pengembangannya adalah: 1 Konsistensi, berhubungan dengan keserasian secara logis penggunaannya antara elemen satu dengan elemen lainnya dalam bauran pemasaran. 2 Integrasi, hubungan yang harmonis antara elemen tersebut. 3 Leverage, hal ini berhubungan dengan pengoptimalan kinerja setiap elemen secara profesional sehingga lebih cenderung bauran pemasaran untuk mendapatkan daya saing.

2.5.1. Kualitas

Menurut Tjiptono kualitas merupakan suatu kondisi yang dinamis yang berhungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Universitas Sumatera Utara Ada lima macam perspektif kualitas yang berkembang. Kelima macam perspektif inilah yang bisa menjelaskan mengapa kualitas bisa diartikan secara beranekaragam oleh orang yang berbeda dalam situasi yang berlainan. Adapun lima macam perspektif kualitas itu, meliputi: 1. Transcendental approach Dalam pendekatan ini, kualitas dipandang sebagai innate excellence, dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit didefinisikan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni, misalnya seni musi, seni drama, seni tari atau seni rupa. 2. Product-based approach Pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur, perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah unsur atau atribut yang dimiliki produk. Karena pandangan ini sngat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual. 3. User-based approach Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Perspektif yang subjektif dan demand oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula Universitas Sumatera Utara sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dirasakannya. 4. Manufacturing-based approach Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang seringkali didorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi, yang menetukan kualitas adalah standar- standar yang ditetapkan perusahaan bukan konsumen yang menggunakannya. 5. Value-based approach Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas dalam perspektiif ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi, yang paling bernilai adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli. Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelnggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, hubungan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka.

2.5.2. Kualitas pelayanan