bawah menunjukkan siswa tidak mampu memahami masalah dengan baik, siswa tidak mampu memilih strategi yang tepat dan dalam proses penyelesaian masalah
tidak sistematis.
4.3.2 Penyebab Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Open Ended
Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah open ended beragam diantaranya yaitu kesalahan dalam memilih rumus,
kesalahan dalam mengoperasikan bilangan, dan kesalahan dalam memahami soal. Kelompok atas melakukan kesalahan pada nomor soal 3, 4 dan 6. Hal itu disebabkan
karena siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal. Kelompok menengah melakukan kesalahan pada nomor soal 3, 4, 6 dan 7. Hal itu disebabkan karena siswa tidak teliti
dalam membaca soal, dalam mengerjakan soal siswa tidak teliti dan tergesa-gesa. Kelompok bawah melakukan kesalahan pada nomor soal 3, 4, 5, 6 dan 7. Hal itu
disebabkan karena siswa kurang memahami materi dan soal dengan baik, tidak teliti dalam menyelesaikan soal, dan lupa dengan rumus yang akan digunakan.
4.3.3 Karakteristik Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Open Ended dengan
Problem Based Learning
Karakteristik kelompok atas dalam menyelesaikan masalah menunjukkan siswa cenderung menggunakan rumus yang telah diberikan, siswa cenderung
menyelesaikan soal dengan satu cara saja, siswa mengerjakan soal dengan terperinci dan lengkap, siswa lebih memilih mengerjakan soal yang dianggap lebih mudah
terlebih dahulu, dan dalam menyelesaikan soal yang belum pernah dijelaskan cara
penyelesaiannya terlebih dahulu, siswa cenderung tetap mengerjakan dengan caranya sendiri dan mengarang rumus. Karakteristik kelompok menengah menunjukkan siswa
cenderung menggunakan rumus yang telah diberikan, siswa menyelesaikan masalah hanya dengan satu cara saja, siswa menyelesaikan masalah dengan terperinci dan
lengkap, siswa lebih memilih mengarang jawaban apabila mengalami kebuntuan dalam dalam mengerjakan, dan dalam menyelesaikan soal yang belum pernah
dijelaskan cara penyelesaiannya terlebih dahulu, siswa cenderung mengerjakan dengan mengarang jawaban. Keompok bawah menunjukkan karakteristik siswa
cenderung menggunakan rumus yang telah diberikan, siswa menyelesaikan soal dengan satu cara saja, siswa menyelesaikan soal dengan tidak terperinci dan lengkap,
siswa lebih memilih mengarang jawaban apabila mengalami kebuntuan dalam mengerjakan, dan dalam menyelesaikan masalah yang belum pernah dijelaskan cara
penyelesaiannya terlebih dahulu, siswa cenderung tidak mengerjakan.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Open Ended
Dalam pembelajaran peneliti menggunakan model Problem Based Learning. Peneliti menyajikan permasalahan kemudian siswa dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok untuk mendiskusikan penyelesaian masalah yang disajikan. Pada awalnya ada siswa yang keberatan dengan pembagian kelompok yang dilakukan peneliti.
Namun pada pertemuan-pertemuan berikutnya mereka dapat menerima kelompok yang telah ditentukan peneliti.
Pada saat berdiskusi siswa terlibat aktif dalam mendiskusikan permasalahan. Mereka bekerja sama dalam kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan. Siswa
berdiskusi untuk menemukan sendiri informasi mengenai materi prisma sisi tegak dan limas dan dilatih untuk memecahkan masalah. Namun ada yang menjadi kekurangan
dalam berdiskusi yaitu ada siswa yang hanya bergantung pada anggota kelompok yang lain untuk mengerjakan soal. Selain itu saat waktu berdiskusi telah habis, masih
ada kelompok yang belum menyelesaikan Lembar Kerja Siswa LKS. Penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penelitian oleh Oktaviani
2015 yang menyatakan bahwa kemampuan kelompok tinggi mampu memahami masalah, mampu merencanakan penyelesaian, mampu melaksanakan rencana
penyelesaian, dan mampu memeriksa proses dan hasil yang diperoleh. Kelompok sedang mampu memahami masalah, mampu merencanakan penyelesaian, tidak
mampu dalam melaksanakan rencana penyelesaian, dan tidak mampu dalam memeriksa proses dan hasil yang diperoleh. Sedangkan kelompok rendah tidak
mampu memahami masalah, tidak mampu merencanakan penyelesaian, tidak mampu melaksanakan rencana penyelesaian, dan tidak dapat memeriksa proses dan hasil
yang diperoleh. Hasil penelitian Vendiagrys 2015, kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah adalah sebagai berikut. Siswa dapat
memahami pernyataan verbal dari masalah dan mengubahnya ke dalam kalimat matematika, lebih analitis dalam menerima informasi, dapat memperluas hasil
pemecahan masalah dan pemikiran matematis, memberikan suatu pembenaran