358
20. 2. 2 Sej arah perkembangan semen
¾
Awal penggunaan semen
Penggunaan semen dimulai ket ika manusia mulai mengenal konst ruksi bangunan. Pada saat it u semen yang dipakai adalah semen
non-hidrolik, yait u slurry t anah liat sebagai lapisan t ipis di ant ara susunan bat ubat a. Kemudian pada f ase berikut nya mulai dit ambahkan
kapur dalam campuran semen primit if ini. Dengan berkembang dan meluasnya pembuat an sert a pemakaian bat ubat a yang dibakar, maka
manusia mulai melakukan penelit ian unt uk membuat mort ar adonan unt uk mengikat bat ubat a dalam bangunan yang memiliki kekuat an
lebih t inggi. Di Mesopot amia, mort ar yang digunakan berbahan dasar bit umen aspal, sedangkan orang Mesir menggunakan gips, dan yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia adalah kapur.
Tidak diket ahui di mana pert ama kali dit emukan bahwa kombinasi ant ara kapur non-hidrolik t erhidrasi dan pozzol an dapat
menghasilkan campuran hidrolik. Akan t et api, pembuat an concret e bet on dari campuran ini pert ama kali dilakukan oleh bangsa
Romawi. Pozzolan Gambar 20. 51 merupakan mat erial yang bersif at sepert i semen ket ika dicampur dengan kalsium hidroksida. Mat erial
pozzolan banyak mengandung silika, ket ika bereaksi dengan kalsium hidroksida akan membent uk kalsium silikat .
Gambar 20. 51 Pozzolan Bangsa Romawi menggunakan pozzolan alami bat u apung at au
campuran t anah dan semen dan pozzolan buat an bat ubat a dan gerabah dalam concret e ini. Beberapa cont oh bangunan yang dibuat
dari concret e ini masih berdiri t egak sampai sekarang, sepert i monolit hic dome Pant heon di Roma Gambar 20. 52 dan 20. 53. Akan
t et api penggunaan concret e di Eropa sempat menghilang di abad pert engahan.
359
Gambar 20. 52 Monolit hic dome Pant heon di Roma
Gambar 20. 53 Pant heon di Roma – It alia dari depan
¾
Semen modern
Semen modern, yait u semen hidrolik, mulai dikembangkan di awal Revolusi Indust ri sekit ar t ahun 1700. Pengembangannya
didasari oleh t iga kebut uhan ut ama, yait u :
x
Sist em hidrolik akan lebih memperkuat bangunan ket ika huj an.
x
Mort ar hidrolik diperlukan unt uk konst ruksi bangunan di pant ai yang selalu kont ak dengan air laut .
x
Perkembangan bet on yang lebih kuat .
360 Di Inggris, bet on unt uk bangunan dengan kualit as yang bagus menj adi
sangat mahal pada masa it u. Berbagai gedung dibangun dari bat ubat a bet on hasil indust ri, kemudian dilapisi dengan st ucco semacam
semen unt uk pelapisan dinding dan langit -langit bangunan. Lihat Gambar 20. 54 Mat erial yang biasanya digunakan sebagai st ucco
adalah kapur lime hidrolik.
Gambar 20. 54 Dekorasi dari st ucco
Tet api karena wakt u kering semen ini sangat lambat , maka dikembangkanlah j enis baru. Di ant aranya, yang paling t erkenal
adalah “ semen Romawi” Parker yang dikembangkan oleh James Parker pada t ahun 1780-an dan dipat enkan pada t ahun 1796.
Gambar 20. 55 James Parker
Meskipun namanya adalah semen Romawi, t ernyat a semen ini t idak sepert i mat erial yang digunakan oleh bangsa Romawi, t et api
merupakan semen nat ural yang t erbuat dari sept ar i a yang dibakar, yait u bongkahan-bongkahan yang dit emukan dalam deposit t anah liat
dan mengandung mineral clay dan kalsium karbonat . Hasil pembakaran sept aria ini digiling menj adi serbuk halus kemudian
361 dij adikan mort ar dengan t ambahan pasir. Keberhasilan semen Romawi
ini menggugah para pengusaha unt uk mengembangkan produk serupa dari campuran t anah liat dan kapur yang dibakar.
John Smeat on memberikan kont ribusi besar dalam pengembangan semen ket ika merencanakan pembangunan Eddyst one
Li ght house 1755-1759 di Selat Inggris Gambar 20. 57. Smeat on menyat akan bahwa sif at hidrolik dari kapur dipengaruhi langsung oleh
kandungan clay dalam bat u kapur yang digunakan.
Gambar 20. 56 John Smeat on
Gambar 20. 57 Eddyst one Light house
Prinsip yang sama digunakan oleh Louis Vicat di awal abad ke- 19. Vicat mengembangkan met ode pembuat an semen art if icial pada
t ahun 1817 dengan mengkombinasikan kapur dan clay menj adi campuran yang kemudian dibakar. Kemudian pada t ahun 1822, James
Frost berhasil membuat dan memat enkan “ semen Inggris” . Sedangkan Joseph Aspdin berhasil memat enkan mat erial serupa yang