persejuan tindakan. Disimpulkan bahwa informan mengisi persetujuan tindakan ini agar tidak adanya tuntutan kedepannya sehingga tidak akan terjadinya kasus-
kasus yang tidak diinginkan. Jika dokter yang melakukan tindakan medis tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluiarganya dapat dikenakan sanksi
administratif berupa pencabutan surat izin prakteknya. Dengan adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya, maka pasien
atau keluarga sudah mengathui resiko yang dapat ditimbulkan dari tindakan medis yang dilakukan. Hal ini juga dapat menjaga para dokterdokter spesialis terhadap
tindakan malpraktek kedokteran apabila terjadi hal buruk antara lain pasien yang meninggal dan juga mengalami cacat secara permanen.
Dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran yang tercantum dalam pasal 45 ayat 1 menyatakan bahwa setiap tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Persetujuan yang di maksud, diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap. persetujuan dapat di berikan baik secara tertulis maupun lisan. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
mengandung resiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujua
5.8 Catatan Observasi Klinis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa pada bagian pencatatan catatan observasi klinis pada dokter spesialis penyakit dalam memiliki
persentase 70 , dokter spesiais Obgyn, Anak dan Bedah memiliki persentase kelengkapan sebesar 80 sedangkan pada dokter spesialis syaraf dan paru
Universitas Sumatera Utara
sebesar 90 . Hal ini menunjukkan perbedaan pada dokter spesialis dasar dengan dokter spesialis lainya bahwa lebih tinggi angka kelengkapan pada dokter
spesialis lain. Dalam hal ini lebih menunjukkan bahwa kepatuhan yang ada pada diri dokter dalam mengisi rekam medis dengan teliti dan merasa bertanggung
jawab akan tugasnya. Pengisian kolom catatan observasi klinis dilakukan dokter atau tenaga
kesehatan yang terkait dengan perawatan pasien. Wawancara yang dilakukan dengan dokter terkait dengan perawatan pasien mengatakan ketidaklengkapnya
catatan observasi klinis pasien disebabkan kurang kerjasama antara dokter dan perawat ketika dokter sedang visite tidak adanya perawat atau kepala ruangan.
Perawat juga menjelaskan bahwa kurangnya tenaga kesehatan sehingga banyak melakukan pekerjaan yang merangkap. Pekerjaan yang tidak seharusnya
dikerjakan menjadi beban kerja yang tinggi dan dalam hal ini tidak terlalu mementingkan item catat observasi klinis ditambah lagi tidak ada pengaswan
yang khusus terhadap hal ini. Lemahnya petugas rekam medis untuk mengingatkan dokter atau perawat untuk mengisi kembali.
Hasil wawancara dengan kepala rekam medis dapat diketahui bahwa selama ini jika bagian rekam medis ini tidak lengkap selalu diusahakan
dikembalikan ke ruangan rawat inap namun hasilnya tidak berubah, bahkan rekam medis tersebut kembali seperti awal. Dan petugas rekam medis yang mengisi jika
tidak dilengkapi oleh dokter dan perawat. Hal ini sudah menjadi kebiasaan karena kurangnya pengawasan dari pihak rumah sakit. Dan seharusnya perlu diadakan
Universitas Sumatera Utara
seminar mengenai aspek legal rekam medis apabila dilakukan perbaikan, maka meningkatkan kesadaran dokter akan pentingnya dokumen tersebut.
Pencatatan Observasi klinis terhadap pasien harus dilakukan secara rutin selama pasien masih dirawat di rumah sakit. Dalam hal ini perlu adanya
kerjasama yang baik antara dokter penanggung jawab dengan perawat sehingga seluruh observasi dapat dicatat dalam berkas rekam medis rawat inap. Semua
catatan harus di tanda tangani oleh dokter pemeriksa Depkes,2006. Dari seluruh pencatatan observasi klinis oleh dokter spesialis disimpulkan
bahwa memilki perbedaan pada dokter spesialis dasar dengan dokter spesialis lain bahwa lebih tingginya angka kelengkapan pada dokter spesialis lain. Hal ini
disebabkan kedisiplinan dokter spesialis lain lebih tinggi sehingga pengisian dari cacatan observasi klinis dlebih lengkap dibandingkan dokter spesialis dalam.
5.9 Ringkasan Pulang