44
Gambar 20. Respon panelis terhadap kelayakan produk disebut sebagai rendang dan atribut sensori yang paling mempengaruhi kesukaan pada produk secara keseluruhan
Memperhatikan  hasil  tersebut,  maka  penentuan  proses  optimum  dilakukan  dengan mengambil proses yang paling efisien dalam hal waktu dan biaya, yaitu dengan suhu 121° C dan
nilai Fo = 3 menit. Faktor kritis dalam hal ini hanya menyangkut level keamanan produk secara mikrobiologis.  Nilai  Fo  =  3  menit  sudah  cukup  untuk  mereduksi  13  siklus  log  C.  botulinum,
dengan  demikian  sudah  memenuhi  standar  perdagangan  dunia  menurut  USDA-FSIS.  Upaya meningkatkan nilai kesukaan konsumen masih dapat dilakukan dengan melakukan optimasi pada
formulasi yang digunakan.
F. ANALISIS PROKSIMAT PRODUK TERPILIH
Analisis  proksimat  dilakukan  terhadap  produk  terpilih,  yaitu  dengan  proses  pemanasan pada suhu 121° C dengan nilai Fo = 3 menit. Komposisi proksimat produk disajikan dalam Tabel
13.
Menurut Thippareddi dan Sanchez 2006, denaturasi akibat panas selama sterilisasi tidak memberi pengaruh merugikan terhadap nilai gizi daging, kecuali pada produk daging yang diberi
suhu terlalu tinggi yang mungkin dapat mengakibatkan degradasi asam amino lisin. Akan tetapi, proses blansir selama 5 menit dengan uap jenuh pada suhu 90
o
C terhadap daging yang dilakukan sebelum  proses  sterilisasi  dapat  mengurangi  kandungan  vitamin  larut  air  B  dan  C  karena
terbawa  dalam  cairan  daging  yang  hilang.  Menurut  Lawrie  1998,  keduanya  juga  akan mengalami kerusakan selama pemanasan dalam kaleng, sehingga nilai nutrisi daging yang diolah
dengan  sterilisasi  komersial  akan  lebih  rendah  dibanding  daging  segar.  Upaya  untuk meminimalisir kehilangan komponen gizi dapat dilakukan dengan menghindari proses blansir, di
antaranya dengan mengupayakan pemekatan bumbu lebih lanjut sebelum proses filling, sehingga konsistensi bumbu pada produk akhir tetap memenuhi nilai viskositas yang diinginkan.
97 3
Kelayakan Produk Disebut Sebagai Rendang
Basah
Ya Tidak
7 18
19 56
Atribut Sensori yang Paling Mempengaruhi Kesukaan
pada Produk Secara Keseluruhan
warna aroma
tekstur rasa
45
Tabel 10. Komposisi Kimia Produk Terpilih
Ulangan K. Air
BB K. Protein
BB K. Lemak
BB K. Abu
BB K. KH
BB
1 62,50
17,24 17,69
2,42 0,14
62,59 16,86
18,03 2,44
0,09 2
60,55 17,91
18,69 2,27
0,57 62,02
16,99 17,87
2,27 0,85
Rataan 61,92
17,25 18,07
2,35 0,41
SD 0,94
0,47 0,44
0,09 0,36
SEM 0,54
0,27 0,25
0,05 0,21
46
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Teknologi pengalengan dapat diaplikasikan pada produk  kalio kalio. Proses pemanasan yang  diberikan  selama  sterilisasi  dapat  sekaligus  mematangkan  daging,  sehingga  tidak  perlu
dilakukan  pemanasan  sebelum  filling.  Namun  diperlukan  proses  blansir  90°  C  selama  5 menit dengan  medium  uap  jenuh  untuk  mengurangi  cairan  dalam  daging  yang  dapat  keluar  dan
mengencerkan bumbu selama sterilisasi. Diperlukan pula penumisan bumbu sebelum filling untuk membentuk warna dan aroma  kalio. Berdasarkan evaluasi penetrasi panas ke dalam produk dan
perhitungan dengan metode formula Ball, diperoleh nilai f
h
dan j
h
masing-masing sebesar 57.56 dan 1.68.
Korelasi  antara  perubahan  nilai  Fo  pada  berbagai  suhu  pemanasan  dengan  sifat  fisik terukur  susut  masak,  kekerasan,  warna  tidak  terjadi  secara  linier,  karena  pengaruh  faktor
antemortem dan  postmortem  yang  kompleks.  Susut  masak  dan  kekerasan  daging  dipengaruhi
secara  signifikan  oleh  perbedaan  nilai  Fo  yang  diperoleh  dari  berbagai  kombinasi  suhu  dan waktu.  Susut  masak  cenderung  meningkat  selama  pemanasan,  sebagai  akibat  dari  penyusutan
sarkomer  selama  pemanasan.  Sementara  nilai  kekerasan  daging  untuk  ketiga  suhu  menurun sampai Fo = 3 menit, kemudian terus meningkat perlahan sampai Fo 18 menit.  Penurunan nilai
kekerasan  pada  awal  pemanasan  diduga  berkaitan  dengan  gelatinisasi  kolagen,  sedangkan peningkatan  nilai  tersebut  pada  pemanasan  lanjut  diduga  merupakan  akibat  dari  penyusutan
sarkomer yang terjadi secara terus menerus.
Secara visual, warna produk didominasi oleh warna bumbu. Perubahan  setiap komponen warna L, a, b, baik warna bumbu maupun warna daging, dipengaruhi oleh perubahan nilai Fo
dan suhu pemanasan Tr. Perubahan tersebut juga tidak terjadi secara linier.  Warna kecoklatan pada  daging  yang  telah  melalui  proses  pemasakan  terutama  disebabkan  karena  denaturasi
mioglobin yang membentuk globin hemikromogen pada suhu 80-85° C. Sedangkan warna bumbu terutama dibentuk oleh komponen rempah berpigmen, seperti  kunyit, cabai merah, kayu manis,
serta  beberapa  jenis  lainnya  yang  dapat  menimbulkan  komponen  warna  akibat  pemanasan. Terdapat pula kemungkinan pengaruh warna hemoglobin dari daging yang tidak keluar sempurna
pada  saat  proses  blansir  dan  bercampur  dengan  bumbu  saat  sterilisasi.  Dalam  hal  ini,  optimasi kecerahan warna bumbu masih dapat dilakukan dalam tahap formulasi.
Memperhatikan hasil tersebut,  optimasi  proses  dalam hal  ini difokuskan  pada perubahan kekerasan daging, yang tidak dipengaruhi secara signifikan oleh suhu proses Tr. Karena itu uji
organoleptik dilakukan dengan menggunakan suhu yang lebih tinggi 121° C.
Akan  tetapi  perubahan  sifat-sifat  fisik  akibat  perbedaan  nilai  Fo  tersebut  ternyata  tidak berpengaruh  nyata  terhadap  nilai  kesukaan  panelis  secara  keseluruhan.  Maka  penentuan  proses
optimum  dilakukan  dengan  mengambil  proses  yang  paling  efisien  dalam  hal  waktu  dan  biaya, yaitu dengan suhu 121° C dan nilai Fo = 3 menit. Faktor kritis dalam hal ini hanya menyangkut
level keamanan produk secara mikrobiologis. Nilai Fo = 3 menit sudah cukup untuk mereduksi 13 siklus log C. botulinum, dengan demikian sudah memenuhi standar perdagangan dunia menurut
USDA-FSIS.
47
Secara  umum,  skor  rata-rata  kesukaan  panelis  untuk  atribut  warna,  aroma,  tekstur,  rasa, dan  produk  secara  keseluruhan  adalah
sekitar  3,  atau  “agak  suka”.  Sebanyak  56  dari  97 panelis yang menyatakan bahwa produk layak disebut sebagai kalio, memilih rasa sebagai faktor
penentu  kesukaan  secara  keseluruhan.  Dengan  demikian  upaya  peningkatan  nilai  kesukaan konsumen  dapat  dilakukan  dengan  memperbaiki  formulasi  bumbu  untuk  menyesuaikan  selera
masyarakat secara umum.
Komposisi  kimia  produk  terpilih  terdiri  dari  61.92±0.54    air,  17.25±0.27  protein, 18.07±0.25 lemak, 2.35±0.05 abu, serta 0.41±0.21 karbohidrat.
B. SARAN