IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Takeshi Cook Furnitur TCF adalah perusahaan milik perseorangan yang berlokasi di daerah Bantar Jati Bogor, Jawa Barat. TCF Furnitur
sebagai perusahaan berskala menengah merupakan suatu usaha dagang yang bergerak di bidang furnitur yang pembuatan mebelnya dilakukan
berdasarkan pemesanan. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah produk-produk furnitur yang berbahan baku multiplek, bahan yang mudah
diolah serta diminati oleh para konsumen yang digunakan oleh perusahaan furnitur kebanyakan. Untuk saat ini perusahaan hanya menggunakan sistem
make to order dalam pemesanan produk, hal ini memberikan kebebasan kepada konsumen untuk mendesain rancangan produknya sendiri sesuai
dengan keinginan.
Pembuatan perlengkapan
furnitur dilakukan
menggunakan tangan hand made dan sedikit menggunakan peralatan mesin.
Potensi yang dimiliki TCF Furnitur sebagai usaha yang sudah berdiri selama 5 tahun dapat dilihat dari sumber daya manusia karyawan yang
dimiliki oleh perusahaan yang berjumlah sebanyak 20 orang. Setiap dari karyawan memiliki keterampilan dan tugasnya masing-masing. Khusus
untuk bagian produksi, para tenaga ahli terlebih dahulu diberikan pelatihan berkaitan dengan proses dan pembuatan produk. Tidak hanya SDM yang
terampil, TCF Furnitur pun memiliki relasi yang baik dengan dengan para konsumen dan distributor. Hal ini terbukti dengan adanya loyalitas dari
konsumen dan kelancaran kebutuhan bahan baku yang disediakan oleh pihak distributor.
Visi yang dimiliki oleh perusahaan adalah menjadi perusahaan berskala nasional yang bergerak di bidang furnitur. Adapun misi yang
dimiliki oleh perusahaan adalah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dengan produk-produk furnitur yang berkualitas serta membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
4.2. Rencana Pemasaran
Dalam menganalisis aspek pemasaran terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti kedudukan produk saat ini, komposisi, dan
perkembangan permintaan produk serta kemungkinan adanya persaingan. Selain itu, dalam aspek pemasaran disusun atau dibentuk strategi serta taktik
pemasaran perusahaan dalam menghadapi pasar global agar dapat mengikuti trend serta mengetahui serta konsumen terhadap produk yang akan
dipasarkan atau dijual. Konsep pemasaran lebih menekankan kepada pemasaran dari produk kepada pelanggan. Pemasaran produk furnitur
difokuskan pada konumen yang membutuhkan produk furnitur berbahan multiplek dengan penjualan melalui strategi bisnis ke bisnis.
Bisnis furnitur di Kota Bogor merupakan bisnis yang memiliki potensi cukup besar, hal ini terlihat dari terjadinya peningkatan realisasi ekspor non
migas yang terjadi dari tahun ke tahunnya.
Tabel 3. Realisasi ekspor non migas Jenis
Komoditi Nilai US
2009 2010
2011 Furnitur
6.925.420 14.389.788 16.888.115 Makanan dan
Minuman 7.205.320 10.282.249 10.289.259
Tekstil 6.524.320
6.920.249 11.045.714
Sumber : BPS 2009-2011
Berdasarkan data diatas, komoditi furnitur dari tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan sebesar 7.205.320, sedangkan dari tahun 2010 ke
2011 peningkatan terjadi sebesar 17 yakni 2.498.327. Jika dilihat dari proporsi pengeluaran masyarakat Kota Bogor dari tahun 2009 sampai tahun
2011 mengalami peningkatan proporsi pengeluaran untuk non makanan.
Gambar 2. Proporsi pengeluaran masyarakat Kota Bogor BPS, 2011
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa proporsi pengeluaran non makanan dari total pengeluaran masyarakat Kota Bogor mengalami
peningkatan dari tahun 2009 sebesar 61,54 menjadi 67 di tahun 2010. Perkembangan industri furnitur yang didukung oleh daya beli masyarakat
terhadap barang dan jasa menjadikan industri furnitur berpotensi untuk semakin berkembang dimasa yang akan datang.
Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan adalah Market Development, yakni meningkatkan pangsa pasar produk atau jasa ke daerah
yang baru. Kegiatan berikutnya yang diperlukan sebagai penunjang dalam rencana pemasaran adalah menentukan segmentasi, target pasar, serta
penetapan posisi.
4.2.1 Segmentasi
Penerapan segmentasi yang sesuai dan akan diterapkan oleh TCF Furnitur adalah segmentasi psikolografis dan segmentasi
perilaku, yaitu produk yang dihasilkan oleh perusahaan disesuaikan dengan gaya hidup dan kepribadian yang berbeda dari setiap
konsumen. Perusahaan memberikan kebebasan kepada konsumen untuk mendesain sendiri produk yang akan dibuat. Pihak perusahaan
pun memberikan ide-ide desain seperti apa produk yang sesuai dengan
38,46 33
61,54 67
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2009 2010
M akanan Non
makanan
gaya hidup dan kepribadian konsumen berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh perusahaan.
4.2.2 Petetapan Target
Targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Setelah proses segmentasi pasar
selesai dilakukan, maka dapat diketahui beberapa segmen yang dianggap potensial untuk dimasuki secara umum, penetapan pasar
sasaran dilakukan dengan mengevaluasi kelebihan setiap segmen, kemudian dilakukan penentuan target pasar yang akan dilayani. Target
pemasaran produk furnitur ini lebih ditujukan kepada konsumen rumah tangga, perkantoran, dan instansi yang lebih tertarik untuk
menggunakan produk furnitur berbahan multiplek.
4.2.3 Penetapan Posisi
Positioning merupakan salah satu elemen yang penting dari strategi pemasaran. Positioning diartikan sebagai penempatan
keunggulan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Penetapan posisi bertujuan untuk menempatkan produk di pasar
sehingga produk tersebut terpisah atau berbeda dengan merek pesaing. Mengingat produk furnitur berbahan baku multiplek cukup diminati,
menyebabkan bisnis furnitur ini berpotensi untuk dikembangkan. Keunggulan produk furnitur berbahan multiplek antara lain
memberikan kualitas yang baik dan tahan lama dari setiap produk yang dihasilkannya. Jenis produk yang diproduksi adalah kitchen set,
lemari dan produk rumah tangga lainnya. Melalui kegiatan positioning perusahaan harus mampu
membentuk citra produk unggulan dimana persepsi konsumen terhadap produk furnitur berbahan
multiplek lebih unggul dibandingkan dengan produk furnitur berbahan baku lain yang mana
kualitasnya yang dapat dipercaya. Penetapan posisi yang dimiliki oleh produk berbahan multiplek ini adalah dengan menanamkan bahwa
produk ini memiliki ciri khas dan keunikan sehingga menimbulkan kepuasan dan loyalitas dari konsumen.
4.2.4 Rencana Promosi
Promosi merupakan strategi pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengenalkan produk yang dihasilkan dan
perusahaan itu sendiri. Rencana promosi yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menyebarkan brosur ke perumahan serta
instansi seperti perkantoran dan sekolah atau perguruan tinggi. Selain dengan menyebarkan brosur perusahaan berencana melakukan
promosi melalui media sosial dan penyebaran melalui mulut ke mulut.
4.3. Rencana Teknis dan Teknologi
Rencana teknis dan teknologi yang dbutuhkan meliputi pemilihan lokasi, bahan baku yang akan digunakan, proses produksi, kebutuhan
bangunan, mesin dan peralatan, serta sarana penunjang.
4.3.1 Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan suatu hal penting yang perlu diperhatikan dalam pendirian suatu industri. Pemilihan lokasi yang
tepat akan mempengaruhi kelangsungan dan efisiensi perusahaan. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
adalah ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, pasokan tenaga kerja, dan fasilitas transportasi.
Penempatan lokasi industri yang tidak tepat akan menghadapi persoalan yang terus menerus dan tidak terselesaikan, terutama dalam
menghadapi persaingan sehingga kelangsungan hidup dan stabilitas industri tersebut akan selalu mengalami kesulitan. Oleh karena itu,
untuk memperoleh keputusan yang tepat di dalam pemilihan lokasi, diperlukan kajian dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Di dalam studi ini tidak dilakukan penentuan alternatif lokasi untuk penentuan lokasi pendirian industri furnitur. Pemilihan lokasi
pendirian industri furnitur telah ditetapkan di daerah Sukasari, Kota Bogor. Alasan pemilihan lokasi di daerah tersebut antara lain
berdasarkan faktor peluang yang selama ini dialami oleh perusahaan, yang mana terdapat cukup banyak konsumen yang berdomisili di
daerah Bogor Timur dan sekitarnya. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor berbagai biaya seperti biaya transportasi
dan biaya pembelian lahan.
4.3.2 Bahan Baku yang Akan Digunakan
Bahan baku merupakan elemen yang sangat penting di dalam industri furnitur. Kajian mengenai ketersediaan bahan baku dapat
digunakan untuk mengetahui bagaimana peluang ketersediaan bahan baku untuk masa yang akan datang. Pemilihan bahan baku yang baik
akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dari produk yang dihasilkan. Bahan baku merupakan pertimbangan yang mendasar yang
akan dilihat oleh setiap konsumen, kualitas yang baik akan menimbulkan rasa puas dari konsumen.
Bahan baku utama yang akan digunakan oleh perusahaan adalah multiplek. Multiplek merupakan bahan industri yang sudah umum
digunakan oleh perusahaan furnitur. Selain karena kualitas, ketersediaan bahan baku ini pun tidak sulit untuk ditemukan, telah
banyak distributor yang menyediakan bahan baku multiplek. Ketersediaan bahan baku yang baik dapat menjaga keseimbangan
proses produksi suatu industri. Kota Bogor merupakan kota dimana terdapat cukup banyak distributor bahan baku multiplek, hal ini
mempermudah proses produksi furnitur karena tidak sulit untuk menemukan distributor yang menyediakan bahan multiplek.
Adapun bahan baku yang digunakan selain multiplek adalah megateak, melamin putih, cet, thinner, lem putih, lem kuning, paku,
dan scrup. Adapun rencana bahan baku berkaitan dengan rencana produksi dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.3.3 Proses Produksi
Proses pengolahan produk furnitur dilakukan melalui tahap- tahap sebagai berikut:
a. Tahap awal meliputi pembentukan bahan dasar, pengeleman, perakitan,
b. Tahap akhir finishing meliputi amplas awal, dempul, amplas, pemberian warna dasar sanding, amplas, pemberian warna pokok,
amplas, semprot melamik campur warna pokok, penjemuran. c. Pemberian aksesoris, Quality Control.
4.3.4 Kebutuhan Bangunan
Kebutuhan bangunan meliputi kebutuhan terhadap ruang produksi serta kebutuhan luasan ruang pabrik industri furnitur.
Kebutuhan terhadap ruang produksi dan disajikan pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri furnitur No
Lokasi Luas m
2
1. Ruang produksi 46
2. Non Produksi 18
3. Lain-lain 16
Total 80
Sumber : Data diolah 2013
Setelah kebutuhan ruang pabrik, hal berikut yang perlu dilakukan adalah kebutuhan akan ruang produksi. Kebutuhan ruang
produksi sangat berpengaruh terhadap kinerja dari para tenaga ahli. Ruang produksi yang cukup dan bersih akan memberikan kenyamanan
sehingga dapat menimbulkan lingkungan kerja yang baik. Oleh sebab itu hal ini perlu diperhatikan oleh setiap pemilik perusahaan. Adapun
kebutuhan luasan ruang produksi furnitur yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri furnitur No
Nama Ruang Jumlah
Sub Total m
2
Mesin Operator
1. Stasiun penerimaan bahan baku
- -
6
2. Gudang bahan
baku -
- 6
3. Gudang produk
jadi -
- 10
4. Ruang produksi : Pembentukan
4 7
6 Penghalusan
1 4
6 Pengecetan
2 1
6 Finishing
2 4
6
Total 9
16 46
Sumber : Data diolah 2013
4.3.5 Mesin dan Peralatan
Pada proses produksi furnitur diperlukan beberapa mesin dan peralatan untuk mendukung kelangsungan proses produksi. Mesin dan
peralatan yang digunakan pada proses produksi antara lain mesin pemotong kayu, mesin bor, mesin kompresor, mesin amplas, mesin
paku ripet, dan mesin penembak paku. Dimulai dari tahun ketiga perusahaan memiliki rencana untuk menambah unit peralatan sesuai
dengan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas. Adapun gambar dari mesin dan peralatan yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 6
berikut :
Tabel 6. Mesin dan peralatan No.
Mesin dan Peralatan
Jumlah Kebutuhan
unit Gambar
1. Mesin
kompresor 2
2. Mesin bor
3
3. Mesin amplas
1
4. Mesin paku
ripet 1
Sumber : Data diolah 2013
4.3.6 Sarana Penunjang dan Spesifikasi
Jika jumlah mesin yang akan ditangani operator sudah ditetapkan, maka kebutuhan luas produksi adalah metode pusat
produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi, serta luasan untuk melaksanakan
proses operasi. Adapun sarana penunjang yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Sarana penunjang dan spesifikasi No.
Jenis Bangunan Luas m
2
Jumlah unit
Non produksi :
1. Kantor 6
1 2. Pengolahan Limbah
6 1
3. Ruang Karyawan 6
1
Sub Total 18
3 Lain – lain :
4. Parkir dan Lahan Terbuka 12
1 5. Toilet
4 1
Sub Total 16
2 Total
34 5
Sumber : Data diolah 2013
4.4. Rencana Manajemen dan Organisasi
Rencana manajemen dan organisasi meliputi kebutuhan tenaga ahli, kebutuhan pelatihan, struktur organisasi, dan tata kelola SOP. Adapun
pembahasan lebih rinci dapat dilihat pada uraian berikut :
4.4.1 Kebutuhan Tenaga Ahli
Analisa kebutuhan tenaga kerja merupakan salah satu aspek dalam manajemen operasi yang perlu direncanakan pada awal proyek.
Di dalam proses produksi dibutuhkan tenaga kerja manusia sebagai operator mesin, pengawas proses produksi, dan beberapa kegiatan
produksi yang membutuhkan campur tangan manusia secara langsung. Selain dalam lingkup proses produksi, tenaga kerja dibutuhkan dalam
pelaksanaan aktivitas di luar produksi, seperti kegiatan administrasi, kegiatan pemasaran, kegiatan distribusi dan transportasi, serta
kegiatan lainnya. Tenaga kerja yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan dan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan.
Penentuan jumlah tenaga kerja diperhitungkan dalam mengidentifikasi kegiatan, sifat dan beban kerja sehingga dapat ditentukan jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Adapun dimulai dari tahun ketiga perusahaan memiliki rencana untuk
menambah jumlah tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan untuk
menunjang peningkatan kapasitas produksi. Rincian penetapan kebutuhan tenaga ahli disajikan pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Penentuan tenaga ahli yang dibutuhkan No
Kegiatan Sifat
Jumlah
1 Produksi : Pembentukan
Rutin harian 4
Penghalusan Rutin harian
5 Pengecetan
Rutin harian 3
Finishing Rutin harian
4 2. Kebersihan
Rutin harian 2
3. Supir Rutin Harian
2
Total 20
Sumber: Data diolah 2013
4.4.2 Kebutuhan Pelatihan
Setiap pekerjaan membutuhkan SDM yang berkompeten. Di industri furnitur khususnya, para pekerja dituntut untuk memliki
kompetensi yang dapat bekerja dengan sangat baik. Oleh sebab itu diperlukan adanya pelatihan untuk mendukung rencana tersebut
kepada setiap karyawan baru ataupun terhadap produk jenis baru. Pelatihan dibutuhkan agar produk yang dihasilkan dapat berkualitas
dan tidak mengecewakan konsumen. Pelatihan dilakukan langsung oleh pemilik perusahaan dan oleh pekerja senior yang telah terampil.
Masa waktu pelatihan dilakukan selama beberapa hari dalam seminggu, dan dilakukan masa percobaan kepada para karyawan baru.
Pelatihan yang dilakukan adalah yang berkaitan langsung pada tahap proses produksi, seperti pada proses pembentukan, penghalusan,
pengecetan, dan finishing.
4.4.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi diperlukan agar setiap karyawan mengetahui dengan jelas kegiatan dan tugas nya di setiap masing-masing divisi.
Setiap divisi memiliki tugas yang berbeda dengan divisi yang lainnya.
Setiap divisi secara khusus bertanggung jawab atas divisi nya masing- masing. Gambaran struktur organisasi yang terdapat di TCF Furnitur
dapat dilihat pada Gambar 7 berikut :
Gambar 7. Struktur Organisasi
Setelah identifikasi jabatan menghasilkan gambaran yang jelas, kemudian disusun neraca organisasi pengelola operasi. Hal ini
dikarenakan penekanan kepada spesialisasi dan efisiensi, maka struktur
organisasi operasi
pada umumnya
disusun atau
dikelompokkan berdasarkan fungsi dengan beberapa variasi seperti organisasi berdasarkan produk atau area.
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan harus dirinci dan didistribusikan
semuanya kepada orang-orang yang mampu bekerja di bidang tersebut. Untuk ini harus disiapkan mekanisme koordinasi. Pada
perusahaan furnitur
yang akan
didirikan, setiap
pekerjaan didistribusikan kepada pekerja berdasarkan kualifikasi yang dimiliki.
Keseluruhan rangkaian kegiatan operasi akan dijalannkan oleh beberapa bagian sesuai dengan bidang masing-masing. Rencana
struktur organisasi perusahaan yang menunjukkan setiap bagian memiliki peranan dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya
masing-masing.
Pemilik
Pengelolaan bahan baku
Pembentukan Penghalusan
Pengecetan finishing
Divisi Produksi Quality Control
Divisi Pengadaan
Gambar 3. Struktur organisasi
4.4.4 Tata Kelola SOP
TCF Furnitur adalah perusahaan yang menggunakan sistem make to order. Kegiatan awal dari produksi perusahaan yaitu dimulai
dari pemesanan yang dilakukan oleh calon konsumen. Setelah ada pemesanan maka yang dilakukan perusahaan adalah membuat
estimasi harga. Apabila dari kedua pihak TCF dan calon konsumen sudah mencapai kesepakatan harga maka berikutnya dilakukan proses
produksi dan diakhiri dengan distribusi barang ke pihak konsumen. Agar lebih jelas alur SOP dapat dilihat pada Gambar 8 berikut :
TERIMA PESANAN
Mulai
PERMINTAAN DARI
PELANGGAN KONSULTASI
JADWAL DI WORKSHOP
TERIMA PO DARI KONSUMEN
Ya Tidak
DISTRIBUSISIRKULASI
Selesai P
PROSES PRODUKSI QUALITY CONTROL
BUAT ESTIMASI
ANALISA HASIL ESTIMASI DAN
TENTUKAN HARGA JUAL
Gambar 4. Tata kelola SOP
4.5. Rencana Legalitas
Studi ini dimaksudkan untuk meyakini apakah secara legalitas rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau tidak. Jika suatu rencana bisnis yang
tidak layak tetap direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan oleh pihak yang berwajib atau oleh protes masyarakat.
4.5.1 Pelaksana Bisnis
Untuk menganalisis siapa pelaksana bisnis, pembahasannya dibagi menjadi dua macam, yang pertama adalah badan usahanya dan
kedua adalah orang-orang atau individu-individu yang terlibat sebagai decision makers. Hal ini penting agar bisnis berjalan dalam koridor
peraturan-peraturan yang berlaku. Bentuk badan usaha dari TCF Furnitur adalah perusahaan perseorangan, sebab perusahaan ini
merupakan perusahaan yang diawasi dan dikelola oleh seseorang. Di satu pihak pemilik memperoleh keuntungan perusahaan, di lain pihak
juga menanggung semua risiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan. Adapun identitas pelaksana bisnis yang perlu diperhatikan
adalah kewarganegaraan, informasi bank, keterlibatan pidana atau perdata, serta hubungan keluarga. Pemilik pun telah memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak NPWP.
4.5.2 Bisnis Yang Dilaksanakan
Bidang usaha dari proyek yang akan dibangun sesuai dengan anggaran dasar perusahaan atau telah sesuai dengan corporate
philosophy-nya. Fasilitas yang dimiliki perusahaan pengurusannya telah diselesaikan secara sah. Perusahaan pun akan mengantisipasi
limbah yang disebabkan oleh proses produksi sehingga tidak berdampak negatif pada proyek itu sendiri, seperti pencemaran udara,
air, suara, dan moral masyarakat. Tenaga kerja dengan skill tinggi hanya diperlukan pada bagian pembentukan, dalam hal ini adalah
tukang kayu. Sedangkan untuk tenaga kerja dengan skill rendah biasanya tidak kesulitan memperolehnya dan mereka pun mau dibayar
dengan rendah.
4.5.3 Dimana Bisnis Akan Dilaksanakan
Perencanaan wilayah
lokasi pengembangan
proyek direncanakan di daerah Sukasari Kota Bogor. Lokasi proyek harus
disesuaikan dengan wilayah yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar mudah mendapatkan izin-izin yang diperlukan. Pemilihan lokasi
ini dilakukan secara sengaja oleh pemilik perusahaan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kondisi lokasi proyek dalam
waktu yang akan datang. Rencana berikutnya adalah pengurusan status tanah.
4.5.4 Waktu Pelaksanaan Bisnis
Bisnis direncanakan akan dijalankan setelah izin pelaksanaan proyek bisnis terselesaikan. Semua perizinan harus masih berlaku dan
izin-izin yang belum dimiliki dilengkapi terlebih dahulu minimal izin prinsip.
4.5.5 Cara Pelaksanaan Bisnis
Rencana pelaksanaan proyek ini modal seluruhnya berasal dari modal sendiri. Apabila pemilik mengalami kekurangan modal maka
proyek ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan. Pemilik tidak ingin meminjam modal dari pihak lain, dikarenakan tidak ingin terikat
janji dengan pihak-pihak lain.
4.5.6 Peraturan dan Perundangan
Setiap usaha legal harus mengikuti aturan yang belaku baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan lain sebagai
penjabaran dan undang-undang tersebut, seperti Keputusan Menteri Kepmen, Surat Keputusan SK Dirjen dan Peraturan Daerah
Perda. Dengan mengikuti aturan-aturan yang ada, maka secara yuridis formal bisnisusaha yang akan dijalankan menjadi layak.
Dalam hal ini perusahan belum masuk hingga tahap ini, perusahaan masih perlu meninjau serta mengurus perundang-undangan yang
berlaku hingga akhirnya proyek dapat dijalankan. Dengan kata lain
perusahaan ini sedang dalam tahap proses pembuatan izin pendirian usaha.
4.6. Rencana Keuangan
Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan
membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan perhitungan rencana keuangan diperlukan beberapa parameter yang berasal
dari analisis sebelumnya yaitu kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung,
dan proyeksi-proyeki harga. Rencana keuangan meliputi berbagai perhitungan kriteria investasi
yang telah umum digunakan. Adapun kriteria yang digunakan yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Pay Back period
PBP, Net Benefit Cost Ratio Net BC dan analisis sensitivitas.
4.6.1 Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan industri furnitur. Biaya investasi yang diperlukan meliputi
biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan, pembiayaan
kegiatan praoprasi, serta biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik sampai pabrik siap beroperasi. Biaya investasi
tetap untuk mendirikan industri furnitur meliputi biaya kegiatan awal prainvestasi, tanah dan bangunan, fasilitas penunjang, serta mesin
dan peralatan. Biaya prainvestasi adalah biaya yang digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan yang diperlukan sebelum produksi mulai
berjalan. Biaya prainvestasi meliputi kajian kriteria evaluasi finansial, perizinan, dan akte perusahaan dan pengesahan. Berdasarkan Nilai
Jual Objek Pajak NJOP di Sukasari biaya tanah dan bangunan yaitu sebesar Rp.1.500.000,-m
2
. Adapun total biaya investasi yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp.267.235.000,-, ringkasan biaya investasi
dapat dilihat pada Lampiran 6. Adapun dalam bentuk tabel disajikan pada Tabel 9 berikut :
Tabel 9. Komponen biaya investasi yang dibutuhkan
No Komponen
Nilai Total Rp’000
1. Tanah dan Bangunan 120.000
2. Peralatan Mesin 2.435
3. Perlengkapan 10.800
4. Lain-lain Kendaraan 134.000
Total 267.235
Sumber : Data diolah 2013
4.6.2 Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan keseluruhan biaya-biaya komersil yang dikeluarkan untuk menunjang atau mendukung kegiatan atau
aktifitas perusahaan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Untuk memudahkan menganalisa biaya yang terjadi dalam kegiatan
perusahaan, maka biaya operasional dapat diklasifikasikan menjadi biaya variabel dan biaya tetap.
1. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang umumnya berubah-
rubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan maka makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
Adapun biaya variabel yang dimaksud meliputi biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya variabel disajikan pada Tabel
10, sedangkan rincian biaya variabel per tahun dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
Tabel 10. Biaya variabel Biaya Variabel
Keterangan Harga
Triplek 12mm, 120x240
150,000 Megateak
120x240 85,000
Melamin Putih 120x240
50,000 Cet
1Kg 50,000
Thinner 1Kg
80,000 Lem Putih
1Kg 10,000
Lem Kuning 1Kg
60,000 Paku
1Kg 22,000
Scrup 1Kg
30,000 Tenaga
Kerja Langsung tukang
kayu RpProduksi
450,000
Sumber : Data diolah 2013
2. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang umumnya selalu konstan.
Biaya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktifitas operasi sampai pada kondisi tertentu. Kondisi dimana
sesuai dengan kapasitas yang tersedia. Biaya tetap yang dimaksud meliputi biaya karyawan tetap, buruh, dan biaya umum. Biaya
tetap dapat dilihat pada Tabel 11, sedangkan rincian biaya tetap per tahun disajikan pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
Tabel 11. Biaya tetap Biaya Tetap
KeteranganRp
Pemilik 4,000,000 Bln
Karyawan tetap 800,000 Bln
Promosi 2,400,000 Thn
Listrik 2.400.000 Thn
Air PDAM 1.800.000 Thn
Transportasi 200.000Minggu
Kebersihan 480.000 Thn
Biaya penyusutan 30,822,300
Sumber : Data diolah 2013
4.6.3 Proyeksi Penjualan
Dari data perusahaan diperoleh informasi bahwa terjadi peningkatan permintaan dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Berikut
adalah data permintaan dari tahun 2006 sampai tahun 2012.
Tabel 12. Permintaan kitchen set pada TCF furnitur Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Permintaan Unit
618 632
648 667
692 725
736
Sumber: TCF Furnitur 2006-2012
Dari data permintaan tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis trand untuk memperoleh data permintaan periode yang akan
datang. Skala produksi awal akan ditentukan dengan menggunakan pendekatan peramalan forecasting penjualan dengan berdasarkan
deret waktu time series serta pertimbangan kapasitas optimum produksi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki
usaha. Data peramalan yang digunakan adalah data permintaan selama 7 tahun 2006 - 2012 dan proses peramalan dilakukan dengan
bantuan aplikasi Minitab 14. Metode peramalan yang baik adalah yang mempunyai standar kesalahan yang paling kecil. Parameter
kesalahan yang dipakai dalam aplikasi Minitab ada tiga, yaitu Mean Absolute Percentage Error MAPE, Mean Absolute Deviation
MAD, dan Mean Squared Deviation MSD. Dari hasil pengujian didapat bahwa metode peramalan yang tepat adalah dengan
menggunakan metode analisis tren dengan model kuadratik karena menghasilkan nilai MAPE yang paling kecil yaitu 0,5793. Analisis
tren kuadratik memperlihatkan hasil peramalan yang menunjukkan tren yang selalu meningkat tiap tahunnya selama enam tahun periode
usaha.
Tabel 13. Metode peramalan time series dan nilai parameter kesalahan
Jenis Peramalan MAPE MAD
MSD
Growth Curve Model 0,7975
5,1178 43,4799
Linear Trend Model 1,0473
6,7200 65,0897
Quadratic Trend Model 0,5793
3,7661 21,0889
S-Curve Trend Model 0,6313
4,1075 28,0158
Gambar 5. Model tren kuadratik Data diolah, 2013
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa model tren kuadratik merupakan metode peramalan yang memiliki tingkat error paling
kecil, yakni ditunjukkan dengan nilai MAPE sebesar 0,5793. Dari Gambar 9 terlihat bahwa tren yang terus meningkat setiap tahunnya.
Rincian perhitungan peramalan dapat dilihat pada Lampiran 13. Peramalan dilakukan untuk lima tahun ke depan, yakni terbilang
dari tahun 2013 hingga tahun 2017. Adapun proyeksi permintaan dengan menggunakan metode kuadratik dalam bentuk tabel disajikan
pada Tabel 14 berikut:
Tabel 14. Proyeksi permintaan dengan metode quadratic Tahun
Permintaan Proyeksi
permintaan 2006
618
2007
632
2008
648
2009
667
2010
692
2011
725
2012
736
2013
770
2014
799
2015
830
2016
864
2017
899
Sumber: Data Diolah 2013
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan permintaan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2013 didapat permintaan
sebesar 770, tahun 2014 sebesar 799, tahun 2015 sebesar 830, tahun 2016 sebesar 864, dan tahun 2017 sebesar 899.
Setelah didapat peramalan permintaan, maka selanjutnya adalah menghitung peramalan penjualan dan perkiraan penerimaan yang
disajikan pada proyeksi penjualan kitchen set TCF Furnitur. Proyeksi penjualan kitchen set TCF Furnitur dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Proyeksi penjualan kitchen set pada TCF furnitur
Tahun Laporan
Permintaan Perusahaan
unit Kapasitas
Lama unit
Pesanan Tak Terlayani
unti Target
Penjualan Unit
Hargaunit Rp
Perkiraan Penerimaan
Rp
2006 618
576 42
-
-
- 2007
632 576
56 -
-
- 2008
648 576
72 -
-
- 2009
667 576
91 -
-
- 2010
692 576
116 -
-
- 2011
725 576
149 -
-
- 2012
736 576
160 -
-
-
2013 770
576 194
388 2.200.000
853.600.000 2014
799 576
223 446
2.200.000 981.200.000
2015 830
576 254
508 2.200.000
1.117.600.000 2016
864 576
288 576
2.200.000 1.267.200.000
2017 899
576 323
576 2.200.000
1.267.200.000
Sumber: Data Diolah 2013
Target penjualan di lokasi baru direncanakan meningkat dua kali lipat dari pesanan yang tak dapat terlayani di lokasi lama.
Dikarenakan permintaan yang terus meningkat tanpa adanya usaha yang dilakukan perusahaan, dengan melakukan usaha maka
perusahaan diharapkan dapat meningkatkan target penjualan agar dapat memaksimalkan kapasitas yang dimiliki. Adapun perkiraan
penerimaan di lokasi yang baru 2013-2017 diperoleh dari target penjualan dikalikan dengan harga.
4.6.4 Proyeksi Arus Kas
Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran kas masuk terdiri dari
laba bersih dan depresiasi operational cash flow. Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap, modal kerja initial cash flow, dan nilai
sisa investasi. Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya. Rincian proyeksi arus kas
disajikan pada Lampiran 6. Adapun dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Tabel 16 Berikut:
5
Tabel 16. Proyeksi arus kas
TAHUN INFLOW
1 2
3 4
5 Pendapatan Usaha
- 853,600,000
981,200,000 1,117,600,000
1,267,200,000 1,267,200,000
Total Inflow
- 853,600,000
981,200,000 1,117,600,000
1,267,200,000 1,267,200,000
OUTFLOW Biaya Investasi
267,135,000
Biaya Operasional Biaya Variabel
100,000 483,684,000
556,708,000 634,084,000
718,948,000 718,948,000
Biaya Tetap
- 249,102,300
247,902,300 246,702,300
246,702,300 246,702,300
Total Biaya Operasional
100,000 732,786,300
804,610,300 880,786,300
965,650,300 965,650,300
Total Outflow
267,235,000 732,786,300
804,610,300 880,786,300
965,650,300 965,650,300
EBIT
267,235,000 120,813,700
176,589,700 236,813,700
301,549,700 301,549,700
Pajak Penghasilan
32,582,396 49,445,116
66,307,836 84,433,916
84,433,916
EAT
267,235,000 86,985,864
127,144,584 170,505,864
217,115,784 217,115,784
Discount Factor r=14 , n=5
1 0.8772
0.7695 0.675
0.5921 0.5194
Present Value
267,235,000.00 76,303,999.90
97,837,757.39 115,091,458.20 128,554,255.71
112,769,938.21
Accumulated Present Value
190,931,000.10 93,093,242.71
21,998,215.49 150,552,471.20
263,322,409.40 Sumber : Data diolah 2013
4.6.5 Kriteria Evaluasi Finansial
Kriteria evaluasi finansial yang digunakan antara lain adalah Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost
Ratio Net BC, Payback Period PBP, dan analisis sensitivitas.
Tabel 17. Kriteria evaluasi finansial Kriteria Evaluasi
Finansial Hasil Analisis
Standar Kriteria
NPV 263,322,409.40
IRR 44 14 discount factor
NET BC 1.67
1 PAYBACK PERIODE
2.85 -
Sumber : Data diolah 2013
A. Net Present Value NPV
NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya dari suatu proyek investasi. Perhitungan
angka yang dihasilkan menunjukkan besarnya penerimaan bersih selama 5 tahun setelah dikalikan discount factor yang
dihitung pada masa kini. Berdasarkan investasi metode NPV, suatu
investasi dapat
dikatakan proyek
mengashilkan keuntungan apabila nilainya lebih besar dari nol. Berdasarkan
perhitungan pada Lampiran 6 nilai NPV menunjukkan angka positif, yaitu Rp. 263,322,409.40
pada discount factor 14 per tahun dengan umur investasi 5 tahun. Rincian perhitungan NPV
dapat dilihat pada Lampiran 6. B.
Internal Rate of Return IRR IRR adalah discount factor pada saat NPV sama dengan
nol dan dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan apakah proyek dapat menghasilkan keuntungan atau tidaknya maka
sebagai patokan dasar pembanding adalah discount factor, yaitu ditetapkan sebesar 14. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan
discount factor, maka usaha dinyatakan dapat menghasilkan keuntungan. IRR pada industri ini sebesar 44 yang berarti
bahwa pendirian pabrik ini dapat menghasilkan keuntungan bila dilaksanakan. Perhitungan nilai IRR dapat dilihat pada
Lampiran 7.
C. Net Benefit Cost Ratio Net BC
Net BC yaitu suatu perbandingan nilai kini arus manfaat bersih dibagi dengan nilai sekarang arus biaya bersih. Suatu
investasi dapat menghasilkan keuntungan apabila hasil perhitungan Net BC nya lebih besar dari nol. Dari hasil
perhitungan Net BC kegiatan investasi produksi diperoleh nilai sebesar 1.67 yaitu setiap investasi Rp. 1,- yang dikeluarkan
sekarang pada tingkat discount factor 14 akan memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 1.67. Perincian nilai Net BC
disajikan pada Lampiran 7. D.
Payback Period PBP PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan
sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar menunjukkan jangka waktu pengembalian
investasi yang ditanam semakin cepat. Dalam penentuan PBP dilakukan dengan cara discounted. Dari hasil perhitungan PBP
investasi produksi diperoleh 2.85 tahun yaitu investasi yang ditanam akan kembali setelah sekitar 2.85 tahun. Perincian PBP
dapat disajikan pada Lampiran 6. 4.6.6 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan-perubahan harga baik yang terjadi pada penerimaan
maupun pengeluaran. Variabel yang diubah pada analisis sensitivitas antara lain harga bahan baku dan tingkat permintaan.
Analisis sensitivitas dalam pengembangan bisnis pada TCF Furnitur menggunakan metode switching value. Variabel yang
digunakan dalam analisis ini adalah kenaikan harga bahan baku dan
penurunan tingkat permintaan. Dengan analisis switching value akan dilihat sampai tingkat kenaikan harga bahan baku berapa dan sampai
dimana tingkat penurunan permintaan usaha masih layak untuk dijalankan. Dari hasil perhitungan, kenaikan maksimal dari harga
bahan baku yang masih dapat ditoleransi adalah sebesar 27,51 dan penurunan permintaan sebesar 15,368. Apabila kenaikan harga
bahan baku dan penurunan permintaan melebihi angka tersebut maka pengembangan usaha TCF Furnitur apabila dijalankan tidak akan
mendapatkan keuntungan karena nilai NPV yang negatif. Dari hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan
harga bahan baku dapat dilihat pada Tabel 18, sedangkan perhitungan analisis sensitivitas ini disajikan pada Lampiran 9.
Tabel 18. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku
Kriteria evaluasi finansial
Basis Harga Bahan
Baku Naik
NPV Rp 263,322,409.40
3,405.34 IRR
44 14
Net BC 1.67
1 PBP Tahun
2.85 5.00
Sumber : Data diolah 2013
Dari hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku dapat dilihat nilai NPV yang negatif. Artinya
apabila kenaikan harga bahan baku melebihi 27,51 maka akan diperoleh nilai NPV yang negatif dan usaha tidak akan mendapatkan
laba apabila dijalankan. Adapun hasil perhitungan dari analisis sensitivitas terhadap penuruan permintaan dapat dilihat pada Tabel 19
berikut:
Tabel 19. Analisis sensitivitas terhadap penurunan permintaan Kriteria evaluasi
financial Basis
Penurunan Permintaan
NPV Rp 263,322,409.40
7,134.99 IRR
44 14
Net BC 1.67
1 PBP Tahun
2.85 5.00
Sumber : Data diolah 2013
Dari hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan permintaan dapat dilihat nilai NPV yang negatif. Artinya apabila
penurunan permintaan melebihi 15,368 maka akan diperoleh nilai NPV yang negatif dan usaha tidak akan mendapatkan laba apabila
dijalankan. Adapun rincian analisis sensitivitas terhadap penurunan permintaan dapat dilihat pada Lampiran 11.
4.7. Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial merupakan rekomendasi atau penjelasan secara detail mengenai langkah strategis yang dapat di ambil oleh pihak
manajemen dalam menjalankan fungsi manajemen untuk mengelola jalannya roda perusahaan. Rekomendasi ini tertuang dalam bentuk
perencanaan planning, pelaksanaan actuating, dan pengendalian controling.
Pada pengembangan usaha TCF Furnitur, pemilik yang menjalankan fungsi manajemen dapat melakukan beberapa langkah strategis pada
beberapa aspek, diantaranya aspek pemasaran, aspek manajemen dan organisasi, aspek teknis dan teknologi, aspek legalitas dan aspek finansial.
Fungsi manajemen pada pengembangan usaha TCF Furnitur dapat dilihat pada Tabel 20 di bawah ini.
Tabel 20. Implikasi Manajerial Aspek
Perencanaan Pelaksanaan
Pengendalian
Pemasaran • Perusahaan mampu
menangkap peluang pasar.
• Promosi melalui berbagai media.
•
fokus kepada pelanggan yang
menyukai produk furnitur berbahan
baku multiplek.
• Pembuatan katalog, email,
jejaring sosial. Monitoring secara
keseluruhan baik langsung di lapangan
ataupun pada saat rapat koordinasi.
Serta evaluasi dari laporan
pertanggungjawaban.
Teknis dan Teknologi
Kegiatan produksi operasi dengan
berdasarkan tata kelola SOP.
Menyusun SOP setiap kegiatan
produksi sehingga kegiatan produksi
lebih terkontrol.
Manajemen dan
Organisasi
Lebih menitik beratkan pada manajemen
sumber daya manusia dalam hal ini tenaga
kerja sebagai tulang punggung usaha
dengan memperhatikan sistem kompensasi.
Memperhatikan kesejahteraan
karyawan dengan mengusahakan
upah tenaga kerja yang memadai dan
menyediakan tunjangan lain
seperti tunjangan hari raya,
kesehatan, dan kecelakaan kerja.
Legalitas
Hendaknya menggunakan
peraturan-peraturan yang berlaku, seperti
undang-undang dan turunannya.
Fokus kepada Memperhatikan
jenis, identitas pelaksana bisnis,
bisnis apa yang dikerjakan, waktu
pelaksanaan, dan tempat dimana
proyek bisnis berlokasi.
Finansial Membuat sistem
pencatatan laporan keuangan yang lebih
baik Aktifitas yang
mengeluarkan dan menghasilkan uang
di catat dengan rapih, agar
memudahkan pengontrolan.
Sumber: Data diolah 2013
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dapat diambil sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil yang diperoleh, perkembangan usaha furnitur di Kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2011, yang didukung
tren peningkatan konsumsi barang dan jasa di Kota Bogor, maka dapat disimpulkan bahwa industri furnitur di Kota Bogor memiliki potensi untuk
berkembang di tahun yang akan datang. b. Berdasarkan analisis aspek non finansial yang terdiri dari aspek pemasaran,
aspek teknis dan teknologi, aspek legalitas, serta aspek manajemen dan organisasi pengembangan usaha furnitur ini layak untuk dijalankan. Adapun
dilihat dari analisis rencana bisnis secara finansial proyek pengembangan usaha TCF Furnitur apabila dijalankan menghasilkan laba, hal ini dibuktikan dengan
hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada discount factor 14 diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 263,322,409.40, IRR sebesar 44, Net BC
sebesar Rp 1.67 dan Payback Period selama 2.85 tahun. c. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat kepekaan
maksimum usaha terhadap kenaikan harga bahan baku berada pada batas 27,51. Apabila kenaikan harga bahan baku melebih 27,51 maka usaha
tidak akan mendapatkan laba bila dijalankan dan. Begitupun hasil analisis switching value terhadap penurunan permintaan, berada pada batas 15,368
yang artinya apabila penurunan permintaan melebihi 15,368 maka usaha tidak akan mendapatkan laba apabila dijalankan.
2. Saran
Saran yang dapat diajukan sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi bagi perusahaan atas bahasan dalam penelitian ini adalah dengan melaksanakan
pengembangan usaha ini sesuai dengan rencana, yakni dengan berpedoman terhadap usaha yang sudah berjalan sebelumnya. Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah perusahaan harus dapat terus menjaga kualitas produk agar tidak terjadi penurunan permintaan.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Daerah Kota Bogor. Bogor ID: BPS [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Daerah Kota Bogor. Bogor ID: BPS
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Daerah Kota Bogor. Bogor ID: BPS [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Daerah Kota Bogor. Bogor ID: BPS
[Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2011. Data Perkembangan IKM Kota Bogor. Bogor ID: Disperindag.
[KADIN] Kamar Dagang dan Industri. 2011. Industri Furnitur Kota Bogor. Bogor ID: KADIN.
Kasmir dan Jakfar. 2007 .Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta ID: Kencana. Kotler P. 2004. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Jakarta ID: Indeks Kelompok
Gramedia. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor ID:
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti F. 2005. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta ID: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Satria D. 2009. Analisis Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Ettawa Studi Kasus : Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kecamatan
Taman Sari, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Soeharto I. 1999. Manajemen Proyek: dari konseptual sampai operasional. Jakarta ID: Erlangga.
Solihin I. 2007. Memahami Business plan. Jakarta ID: Salemba Empat. TCF Furnitur. 2013. Data Penjualan TCF Furnitur 2013. Bogor ID: TCF
Furnitur Umar H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta ID: Gramedia Pustaka Utama.
Zakaria M. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi pada Usaha Perseorangan Boss Parfum Bogor [skripsi]. Bogor ID:
Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pertanyaan wawancara kepada pemilik perusahaan PERTANYAAN WAWANCARA TAKESHI COOK FURNITUR TCF
I. Pertanyaan mengenai gambaran umum perusahaan
1. Bagaimana sejarah berdirinya TCF Furnitur? 2. Apa visi dan misi TCF Furnitur?
3. Produk-produk apa saja yang menjadi produk inti dari TCF Furnitur? 4. Bagaimana sistem yang diterapkan oleh TCF Furnitur terkait
pemesanan? 5. Hal-hal apa yang melatar belakangi rencana pengembangan usaha?
6. Apa saja yang menjadi keunggulan produk-produk TCF Furnitur? 7. Apa saja komentar serta keluhan konsumen yang pernah sampai
kepada perusahaan?
II. Pertanyaan mengenai rencana pemasaran
1. Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh TCF Furnitur 2. Bagaimana segmentasi pasar yang direncanakan TCF Furnitur
3. Bagaimana penentuan target pasar yang direncanakan TCF Furnitur 4. Bagaimana rencana pemasaran yang akan dilakukan TCF Furnitur
terkait dengan positioning?
II. Pertanyaan mengenai rencana teknis dan teknologi
1. Bagaimana pemilihan lokasi yang direncanakan TCF Furnitur 2. Bahan baku apa saja yang akan digunakan?
3. Bagaimana proses produksinya? 4. Bagaimana kebutuhan bangunan terkait dengan kebutuhan luasan
pabrik serta ruang produksinya? 5. Mesin dan peralatan apa saja yang digunakan perusahaan?
6. Bagaimana kebutuhan sarana penunjang dan spesifikasinya?
III. Pertanyaan mengenai rencana manajemen dan organisasi
1. Bagaimana mengenai penentuan tenaga ahli yang dibutuhkan? 2. Apakah diperlukan pelatihan kepada para tenaga ahli?
3. Bagaimana struktur organisasi, tugas dari masing-masing divisi? 4. Bagaimana alur tata kelola yang ada di TCF Furnitur?