alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi pembatasan. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah yang
berupah rendah.
2.5 Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Wilayah
Pertumbuhan ekonomi harus direncanakan secara komprehensif dalam upaya terciptanya pemerataan hasil hasil pembangunan. Dengan demikian maka
wilayah yang awalnya miskin, tertinggal dan tidak produktif akan menjadi lebih produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Strategi inilah yang kemudian dikenal dengan istilah “redistribution with growth”. Pertumbuhan ekonomi daerah yang berbeda-beda intensitasnya akan menyebabkan
terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah.
Jeffrey G. Williamson 1965 meneliti hubungan antara disparitas regional dengan tingkat pembangunan ekonomi, dengan mengunakan data ekonomi negara
yang sudah maju dan Negara yang sedang berkembang. Ditemukan bahwa selama tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan
pembangunan terkonsentrasi didaerah daerah tertentu. Pada tahap yang lebih “matang” dilihat dari pembangunan ekonomi, tampak adanya keseimbangan antar
daerah dan disparitas berkurang secara signifikan . Williamson mengunakan Williamson indeks Indeks Williamson untuk
mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah. Indeks Williamson mengunakan PDRB Per kapita sebagai data dasar. Alasannya jelas bahwa yang
diperbandingkan adalah tingkat pembangunan antar wilayah bukan tingkat
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan antar kelompok. Formulasi indeks Williamson secara statistik adalah sebagai berikut :
�� =
���−�
��� �
�
0 Vw1
Dimana : VW :
Indeks Williamson Yi
: PDRB per kapita di kabupaten kota i.
Y :
PDRB per kapita Propinsi Sumatera Utara P i
: jumlah penduduk di kabupaten kota i
P :
jumlah penduduk propinsi Iw
: 0 artinya merata sempurna
Iw :
1 artinya ketimpangan sempurna Angka koefisisen Indeks Williamson adalah sebesar 0 IW 1. Jika
Indeks Williamson semakin kecil atau mendekati nol menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil atau semakin merata dan sebaliknya angka yang semakin besar
menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar. Walaupun indeks ini memiliki kelemahan yaitu sensitive terhadap defenisi wilayah yang digunakan dalam
perhitungan artinya apabila ukuran wilayah yang digunakan berbeda maka akan berpengaruh terhadap hasil perhitungannya, namun cukup lazim digunakan dalam
mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah. Banyak studi yang menganalisis faktor penyebab terjadinya ketimpangan
ekonomi antar provinsi atau wilayah di Indonesia. Dan Tambunan 2001 menyimpulkan bahwa faktor penyebab ketimpangan ekonomi antar daerah adalah.
1. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah
Universitas Sumatera Utara
Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi pada pada suatu daerah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan
pembangunan antar daerah. Dimana ekonomi dari daerah dengan dengan tingkat konsentrasi ekonomi tinggi cenderung tumbuh pesat dan sebaliknya.
2. Alokasi Investasi
Teori Harrod Dommar menunjukkan ada korelasi postif antara tingkat investasi dan laju pertumbuhan ekonomi, dapat dikatakan bahwa kurangnya
Investasi disuatu wilayah akan menyebabkan wilayah tersebut sulit berkembang dan menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita diwilaah
tersebut. Hal itu dikarenakan tidak adanya kegiatan ekonomi produktif. 3.
Tingkat mobilitas faktor produksi yang rendah antar daerah Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal
akan menyebabkan ketimpangan antar daerah. Jika perpindahan faktor produksi faktor produksi tanpa hambatan maka akhirnya pembangunan
ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai. 4.
Perbedaan SDA antar provinsi Menurut dasar pemikiran klasik mengatakan bahwa daerah yang kaya akan
SDA akan lebih cepat maju dibandingkan dengan daerah yang miskin dengan SDA
5. Perbedaan kondisi demografis antar wilayah
Ketimpangan ekonomi regional di daerah juga disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis ditiap kabupaten kota. Dalam hal ini pertumbuhan
penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat, dan etos kerja.
Universitas Sumatera Utara
Faktor faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi lewat sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, jumlah
penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan kegiatan kegiatan
ekonomi. Dari sisi penawaran, jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin yang tinggi, dan etos kerja
yang tinggi merupakan asset penting bagi produksi. 6.
Kurang lancarnya perdagangan antar provinsi Kurang lancarnya perdagangan antar daerah juga merupakan salah satu
unsur yang menyebabkan ketimpangan antar daerah. Dimana
ketidaklancaran itu disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi.
2.6 Dampak Ketimpangan Pembangunan