PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENGELOLAAN KURIKULUM

menandai dan memfokuskan bagaimana cara penerapan nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dalam Mulyasa. 2013: 3. Selain itu, karakter merupakan kualitas moral, akhlak seseorang yang merupakan bentuk kepribadian khusus yang menjadi penggerak serta membedakan antara satu sama lain Hidayatullah, 2010: 13. Menurut coon dalam Zubaedi 2011: 8 karakter adalah suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona dalam Listyarti 2012:8 adalah suatu hal yang dijadikan sebagai sekolah karakter, dimana sekolah merupakan tempat yang paling baik untuk menanamkan karakter itu sendiri. Menurut Mulyasa 2013:1 pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan untuk membantu perkembangan jiwa anak baik lahir ataupun batin, dari sifat kodratnya untuk menuju ke arah peradaban manusiawi yang lebih baik. Selain itu menurut Ratna Megawangi dalam Kesuma 2011: 5 pendidikan karakter dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil suatu keputusan dengan bijaksana dan dapat mempraktikkannya dalam keseharian, sehingga dapat memberikan masukan yang positif pada lingkungan sekitar. Menurut Zubaedi 2011: 17 pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada siswa sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai ciri khas dirinya, dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Koesoemo 2010:193 menyatakan pendidikan karakter merupakan bagian dari kinerja sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat bermacam-macam keikutsertaan individu dan tata aturan kelembagaan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan kualitas dan kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi ciri khas setiap individu yang tercermin melalui cara berpikir dan berperilaku dalam bekerja sama dengan lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa maupun negara Pendidikan karakter adalah proses yang tak pernah berhenti dan harus berjalan terus. Pendidikan karakter diperlukan agar setiap manusia dapat menjadi seseorang yang lebih baik dalam bermasyarakat Raka, 2011: 11. Sedangkan Maksudin 2013 pendidikan karakter mengandung 9 pilar yaitu 1 tanggung jawab, 2 rasa hormat, 3 keadilan, 4 keberanian, 5 kejujuran, 6 kewarganegaraan, 7 disiplin diri, 8 peduli dan 9 ketekunan.Selain itu, menurut Winton dalam Samani 2012: 43 pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang pendidik untuk mengajarkan nilai-nilai yang baik kepada para siswanya. Menurut Mulyasa 2013: 9 pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan yang bertujuan pada pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter siswa diharapkan dapat secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga dapat diterapkan dalam perilaku sehari-hari. c. Pendekatan tematik integratif Menurut Kemendikbud 2013:5 pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Joni dalam Trianto 2011:56 menyatakan bahwa pembelajaran intergratif terpadu sebagai suatu sistem pembelajaran yang mengaktifkan siswa baik secara individu maupun kelompok untuk mencari, menggali serta menemukan konsep bahkan prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Majid 2014:119 mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu konsep atau pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi, sehingga memberikan pengalaman langsung bagi siswa secara bermakna. Fogarty dalam Majid 2014:120 model pembelajaran terpadu di dibagi atas 3 yaitu model keterhubungan connected, model laba-laba webbed, dan model keterpaduan integrated. Model keterhubungan connected adalah Sebuah model penyajian pembelajaran yang menghubungkan materi pokok yang satu dengan materi pokok yang lain secara terpadu atau menghubungkan tugas atau keterampilan yang satu dengan tugas atau ketrampilan yang lain. Keunggulan model ini, peserta didik memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang sebuah konsep, sehingga transfer pengetahuan lebih mudah dilakukan karena konsep pokok dikembangkan secara terus menerus tematik kurikulum 2013. Menurut tematik kurikulum 2013 model keterhubungan tersebut dapat digambarkan pada gambar 1 di bawah ini Gambar 1 model pembelajaran keterhubungan Menurut tematik kurikulum 2013 model pembelajaran laba-laba ini diawali dengan pemilihan tema. Setelah tema ditentukan dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan keterkaitannya antar mata pelajaran. Aktivitas belajar siswa direncanakan berdasarkan sub-sub tema yang sudah ditentukan. Keuntungan model pembelajaran ini bagi peserta didik adalah diperolehnya pandangan secara utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda. Model pembelajaran ini dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini Gambar 2 model pembelajaran laba-laba Model pembelajaran terpadu menggunakan pendekatan antar mata pelajaran yang dipadukan. Beberapa mata pelajaran dicari konsep, sikap, dan KD KD KD KD KD KD TEMA KD KD KD KD KD KD ketrampilan yang tumpang tindih dipadukan menjadi satu. Kegiatan guru pertama menyeleksi konsep, nilai-nilai dan keterampilan yang memiliki keterkaitan erat satu sama lain dari berbagai mata pelajaran. Keuntungan model pembelajaran ini bagi peserta didik adalah lebih mudah mengaitkan materi pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Model inilah yang dikembangkan sebagai pembelajaran tematik terpadu di kurikulum 2013. Rusman 2013:254 menyatakan bahwa model pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajran terpadu integrated instruction yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep sehingga siswa dapat belajar secara holistik menyeluruh, bermakna tahan lama, dan autentik. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan yang mengitegrasikan beberapa muatan pelajaran yang diajarkan secara bersama-sama melalui satu tema. d. Pendekatan saintifik Menurut Kemendikbud 2013:1 pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum at au prinsip yang “ditemukan”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan ilmiah yang dirancang dengan memperhatikan tahapan-tahapan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Tujuan dari metode ilmiah ini adalah agar terciptanya peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif. Pendekatan metode ilmiah mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: a Langkah-langkah pendekatan saintifik 1 Mengamati Dalam mengamati siswa diminta menentukan obyek apa yang akan diobservasi sesuai dengan lingkup obyek yang akan diobservasi, membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup obyek yang akan diobservasi baik primer maupun sekunder, serta menentukan letak obyek yang akan diobservasi dan media-media yang akan digunakan dalam observasi. 2 Menanya Selain bertanya kepada siswa, pendidik juga harus membimbing atau memandu peserta didiknya dengan baik serta mendorong peserta didik untuk menjadi penyimak yang baik. Ketika peserta didik salah dalam menjawab, maka peranan pendidik adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir ulang, tetapi peserta didik sama sekali tidak bisa menjawab maka pendidik merubah pertanyaan tersebut. Proses ini akan merangsang aspek kognitif anak dalam memecahkan masalah serta membuat peserta didik berpikir divergen bukan konvergen. 3 Menalar Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. 4 Mencoba Dimasudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. 5 Membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Membentuk jejaring dimaksudkan agar siswa mampu mengkomunikasikan hasil dari pembelajaran yang didapatnya. Dalam pendekatan saintifik, proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu, sikap attitude, keterampilanskill, dan pengetahuan knowledge Ranah sikap mengajarkan kepada siswa untuk “ tahu mengapa”, ranah mengajarkan kepada siswa agar “ tahu bagaimana” dan ranah sikap mengajarkan kepada siswa te ntang “ tahu apa” kemendikbud, 2013. Selain lima langkah tersebut, dalam pembelajaran juga harus menyentuh tujuh kriteria pembelajaran. Kriteria-kriteria tersebut adalah: b Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu bukan hanya sebatas kira-kira, khayalan, atau dongeng semata c Adanya komunikasi yang interaktif antara guru dengan siswa dan lingkungan sekitar, bukan hanya komunikasi antara guru dengan siswa atau komunikasi satu arah. d Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan pembelajaran. e Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan sama laindari materi pembalajaran. f Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir, yang rasional dan obyektif dalam merespon materi pembelajaran. e. Penilaian Otentik Menurut Kemendikbud 2013:1 penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang diperoleh dari menganalisis dan menafsirkan data dari hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Kemendikbud 2013:5 Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan input, proses, sampai keluaran output pembelajaran. Penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana tertekan. Pusat Kurikulum dalam Majid 2014:236 penilaian otentik authentic assessment adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa melalui penerapan prinsip penilaian yang dilaksanakan berkelanjutan dengan bukti-bukti otentik. Majid 2014: 238 Penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa. Rustaman 2006 mengatakan penilaian otentik mengacu pada penilaian yang dilakukan secara langsung sehingga penilaian dapat dilakukan dengan sebenarnya sesuai keadaan siswa pada saat itu juga. Nurhadi 2004:172 mengungkapkan penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi terkait perkembangan dan pencapaian pembelajaran mengunakan berbagai teknik hingga menunjukkan bahwa pembelajaran telah dikuasai siswa. Mueller dalam Rustaman 2006 menjelaskan penilaian otentik merujuk pada siswa agar menampilkan tugas pada situasi yang nyata dan alami, sehingga penilaian berlangsung pada situasi sesungguhnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah salah bentuk penilaian yang dilakukan dengan memperhatikan seluruh aspek peserta didik seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan secara terintegrasi. Menurut Kemendikbud 2013:9 teknik-teknik penilaian pendidikan sekolah dasar meliputi 1 Penilaian sikap. Penilaian sikap dilakukan dengan cara observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal, 2 Penilaian pengetahuan. penilaian pengetahuan dilakukan dengan cara tes tertulis, tes lisan dan penugasan. 3 Penilaian keterampilan. Penilaian penelitian dilakukan dengan cara kinerja, produk, proyek dan porofolio. Menurut Kunandar 2014:38 Penilaian otentik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a Bisa mengukur semua aspek pembelajaran sikap, pengetahuan dan keterampilan artinya dalam melaksanakan penilaian harus mencakup aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan agar penilaian yang dilakukan benar-benar mengukur semua kemampuan yang dimiliki peserta didik b Dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar artinya sebelum pendidik memulai proses belajar mengajar terlebih dahulu pendidik melakukan tes awal pretest tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan, kemudian dilanjutkan dengan tes akhir posttest tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik setelah mengikuti proses belajar. c Memanfaatkan berbagai sumber dan cara untuk mendukung proses pembelajaran agar terlihat menarik dan mengaktifkan siswa, artinya dalam proses belajar mengajar pendidik secara kreatif memanfaatkan berbagai media seperti lingkungan, media-media pembelajaran dan media lainnya yang bisa mendukung proses belajar mengajar agar pendidik tidak lagi menjadi titik utama proses belajar mengajar satu arah, tetapi proses pembelajaran itu menjadi multi arah. Tujuannya agar siswa mencari tahu sendiri materi yang dipelajarinya supaya materi yang dipelajarinya dapat bertahan lebih lama, sedangkan fungsi pendidik hanyalah sebagai fasilitator saja. d Menggunakan tes sebagai salah satu alat pengumpul data, artinya setelah peserta didik dan pendidik berproses dalam kegiatan belajar pendidik melakukan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didiknya selama kegiatan belajar, serta untuk membenahi kegiatan belajar peserta didik selanjutnya. e Tugas-tugas yang dberikan oleh guru harus mencerminkan kehidupan nyata siswa contextual , artinya tugas yang diberikan pendidik berangkat dari kehidupan nyata siswa agar mudah dipahami oleh siswa. f Menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa bersifat kualitas, artinya tugas yang diberikan pendidik sesuai dengan keahlian atau kemampuan siswa, Sedangkan karakteristik penilaian otentik adalah 1 bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, 2 mengukur keterampilan dan performansi, 3 berkesinambungan dan dilaksanakan secara terintegrasi, 4 digunakan sebagai feed back umpan balik. Menurut modul kurikulum 2013 menjelaskan bahwa jenis-jenis penilaian otentik adalah: a Penilaian kinerja berupa proses dan aspek-aspek yang akan dinilai oleh pendidik. Dalam penilaian ini guru bisa melakukannya dengan cara meminta siswa menyebutkan tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Cara merekam hasil dari penilaian ini adalah dengan menggunakan daftar cek, catatan anekdot, skala penilaian, dan memori atau ingatan. b Penilaian proyek project assessment adalah kegiatan penilaian terhadap tugas yang akan diselesaikan oleh peserta didik berdasarkan periode waktu tertentu. Penyelesaian tugas itu berupa investigasi yang dilakukan peserta didik dengan memperhatikan tahapan-tahapan sebagai berikut 1 perencanaan, 2 pengumpulan data, 3 pengorganisasian, 4 pengolahan, 5 analisis, dan 6 penyajian data. Hal-hal yang diperhatikan guru dalam melakukan penilaian projek adalah sebagai berikut : 1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, member makna atas informasi yang diperoleh, menulis laporan 2. Kesesuaian antara relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dibuuhkan oleh peserta didik 3. Keslian proyek yang dihasilkan oeh peserta didik c Penilaian portofolio merupakan penilian atas kumpulan artefak yang menunjukan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kinerja dari dunia nyata. Penilaian ini berangkat dari seluruh hasil kerja peserta didik baik individu atau kelompok, melalui refleksi, kemudian dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi atau aspek. Dalam penilaian portofolio hal yang diperhatikan oleh guru adalah: 1. Menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio 2. Guru dan peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat 3. Peserta didik sendiri atau kelompok mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran 4. Guru menghimpn dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai serta catatan tanggal pengumpulannya 5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu 6. Guru dan siswa membahas dokumen portofolio yang dihasilkan 7. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolionya. d Penilaian tertulis berbentuk uraian menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganaalisis, mensitesis, dan mengevaluasi materi yang sudah dipelajarinya. Tes tertulis yang akan digunakan berbentuk uraian dan bersifat komperhensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Menurut Mulyasa 2013:51 prinsip-prinsip penilaian otentik adalah : 1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. 2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. 2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam mendukung berlangsungnya sebuah proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang digunakan merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dalam perangkat pembelajaran diperlukan model pengembangan yang sesuai. Menurut Kemp dalam Trianto.2010:81, mengatakan bahwa pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Pengembangan perangkat pembelajaran ini dapat dimulai dari titik manapun di dalam siklus tersebut, setiap langkah perangkat pengembangan berhubungan langsung dengan evaluasi dan setelah evaluasi dapat dilakukan revisi untuk memperbaiki produk yang dibuat. Bentuk bagan pengembangan adalah lingkaran dan arah pengembangan perangkat pembelajaran berlangsung searah jarum jam yaitu dimulai dari identifikasi masalah, analisis siswa, analisis tugas, merumuskan indikator, penyusunan instrumen evaluasi, strategi pembelajaran, pemilihan media atau sumber belajar, pelayanan pendukung, kemudian evaluasi formatif dan evaluasi sumatif yang dilanjutkan dengan adanya revisi perangkat. Kemp mengungkapkan bahwa uji coba produk yang dikembangkan merupakan uji coba terbatas oleh karena itu sampel uji coba produk dapat dilakukan kepada responden dengan jumlah yang sedikit. Di bawah ini akan dipaparkan tahapan model pengembangan menurut Jerold E Kemp yang telah direvisi Trianto, 2010 : 83 Gambar 3. Sistem Pengembangan perangkat pembelajaran menurut Jerold E Kemp 1. Identifikasi Masalah Instructional Promblems Menurut Kemp dalam Trianto 2010 : 82 tahap ini bertujuan untuk mengindentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan kajian, pokok bahasan, atau materi yang dikembangkan, selanjutnya alternatif atau cara pembelajaran yang sesuai dalam upaya pencapaian tujuan seperti yang diharapkan dalam kurikulum 2. Analisis Siswa Learner Characteristic Menurut Kemp dalam Trianto 2010 : 82 analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu maupun kelompok. Analisis siswa tersebut adalah: a. Tingkah Laku Awal Siswa Kardi dalam Trianto 2010 : 83 mengatakan perlunya mengidentifikasi keterampilan khusus yang harus dapat siswa lakukan untuk memulai pembelajaran agar dapat berjalan lancar dan efektif serta efisien. b. Karakteristik Siswa Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan ciri, kemampuan, dan pengalaman siswa baik sebagai individu maupun kelompok. Menurut Ibrahim dalam Trianto 2010 : 83 mengatakan analisis karakteristik ini meliputi 1kemampuan akademik,2usia dan tingkat kedewasaan, 3motivasi terhadap mata pelajaran, 4pengalaman, 5keterampilan psikomotor, 6kemampuan bekerja sama, 7keterampilan sosial, dan sebagainya. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran. 3. Analisis Tugas Task Analysis Kemp dalam Trianto 2010 : 83 mengatakan analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran. Analisis tugas ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan model pembelajaran untuk mencapai tujuan, sehingga analisis ini mencakup analisis isi pelajaran, konsep, prosedural, pemrosesan informasi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman atau penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan Lembar Kerja Siswa LKS 4. Merumuskan Indikator Instructional Objective Indikator adalah tujuan pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis tujuan. Perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Secara spesifik tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkonversikan analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang lebih operasional. 5. Penyusunan Instrumen Evaluasi Content Sequencing Penyusunan tes evaluasi hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran yang didasarkan pada jumlah soal yang dijawab benar, dalam bidang pengujian dan pengukuran, hubungan ini merupakan petunjuk keabsahan soal ujian. 6. Strategi Pembelajaran Instructional Strategies Menurut kardi dalam Trianto 2010 : 86 mengatakan bahwa pada tahap ini dipilih strategi mengajar yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan dan metode; pemilihan format, yang dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. 7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran Instructional Resource Menurut Kemp dalam Trianto 2010 : 88 mengatakan bahwa pemilihan media dan sumber belajar didasarkan hasil analisis tujuan, karakteristik siswa, dan tugas. Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada pemilihan sumber belajar dan media pembelajaran. Jika sumber belajar dan media pembelajaran dipilih dengan benar maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran antara lain memotivasi siswa dengan cara menarik dan menstimulus perhatian pada materi pembelajaran, melibatkan siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi pelajaran, membantu pembentukan sikap dan pengembangan rasa menghargai apresiasi, serta memberikan kesempatan untuk menganalisis sendiri kinerja individual. 8. Pelayanan Pendukung Support Service Pelayanan pendukung tidak berhubungan langsung dengan substansi pengembangan perangkat namun menentukan keberhasilan pengembangan perangkat. Pelayanan pendukung ini antara lain: kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, tenaga terkait laboratorium dan perpustakaan, dana, fasilitas, bahan, perlengkapan, pelayanan tenaga kerja, jadwal penyelesaian tahap perencanaan dan pengembangan. 9. Evaluasi Formatif Formmative Evaluation Evaluasi formatif berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengajar atau tim pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam mencapai berbagai sasaran. Penilaian formatif dilaksanakan selama pengembangan dan uji coba. Penilaian ini berguna untuk menentukan kelemahan dalam perencanaan pengejaran sehingga kekurangan dapat dihindari sebelum program terpakai secara luas 10. Evaluasi Sumatif Summative Evaluation Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Sumber informasi utama kemungkinan besar didapatkan baik dari hasil posttes dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi; hasil ujian akhir unit, dan uji akhir untuk pelajaran tertentu. 11. Revisi Perangkat Pembelajaran Revission Menurut Kemp dalam Trianto2010:89 mengatakan bahwa kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat. Revisi dibuat berdasarkan masukan dan penilaian yang diperoleh dari kegiatan validasi perangkat pembelajaran oleh pakar, simulasi terbatas dan uji coba terbatas, sehingga validasi ini lebih pada tujuan kebenaran dan kesesuaian isi pada saat menerapkannya sebagai perangkat pembelajaran di sekolah. Unsur-unsur di atas diperlukan bagi pengembangan perangkat pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan identifikasi kebutuahan awal akan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas I SD. Perangkat pembelajaran yang baik tidak hanya mengacu pada unsur-unsur di atas, perlu adanya suatu instrumen untuk mengevaluasi suatu produk perangkat pembelajaran apakah layak untuk digunakan oleh siswa. 2.1 Silabus Menurut Salim1987 dalam Hidayat 2013:100 mendefinisikan silabus sebagai “ garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa silabus merupakan garis besar atau pokok-pokok materi pelajaran yang merupakan penjabaran lanjutan dari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh siswa melalui perumusan indikator. Silabus disusun berdasarkan standar isi, yang di dalamnya berisikan identitas mata pelajaran, Kompetensi Inti KI dan kompetensi dasar KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar, dan penilaian. 2.2 Pengembangan silabus Menurut Dwicahyono 2014:6 tahap-tahap pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok musyawarah guru mata pelajaran MGMP pada atau pusat kegiatan guru PKG dan dinas pendidikan. 2.3 Prinsip pengembangan silabus Menurut Dwicahyono2014:8 prinsip pengembangan silabus meliputi 9 prinsip yaitu : 1. Ilmiah Keseluruhan materi yang ada di dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan 2. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik. 3. Sistematis Komponen-komponen yang terdapat dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi 4. Konsisten Adanya hubungan yang ajeg antara semua komponen yang terdapat dalam silabus seperti, KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan sistem penilaian 5. Memadai Indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan sistem penilaian harus memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar 6. Aktual dan kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan sistem penilaian harus sejalan dengan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi 7. Fleksibel Seluruh komponen yng terdapat dalam silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat, dan materi ajar harus ditentukan berdasarkan budaya daerah setempat maksudnya adalah agar materi yang diajarkan tidak bertentangan dengan budaya peserta didik dalam lingkungan tersebut 8. Menyeluruh Komponen yang disusun dalam silabus harrus mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik 9. Desentralisik Kewenangan pengembangan silabus bergantung pada budaya daerah masing- masing atau sekolah masing-masing. 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian RPPTH Menurut Sanjaya 2008:173 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. Kemendikbud 2013:37 menyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan PembelajaranRPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan pembelajaran RPP merupakan sebuah program perencanaan tatap muka yang disusun sebagai pedoman untuk mengetahui aktivitas dan kemampuan peserta didik selama proses pembelajaran dalam setiap pertemuan. Dalam penyusunan RPP seorang pendidik harus mengetahui dan mengerti setiap komponen-komponen yang terdapat dalam RPP agar rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat benar-benar saling berkaitan dan tidak terlepas dari kemampuan dan kebutuhan peserta didik, agar tujuan yang ingin dicapai setelah melakukan proses pembelajaran bisa tercapai dengn baik. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan oleh pendidik adalah Identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas, semester, alokasi waktu, Kompetensi Inti KI, Kompetensi Dasar KD, Indikator, Tujuan pembelajaran, materi pokok, pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, alat dan bahan pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, penilaian, evaluasi, dan refleksi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian RPPTH yang dikembangkan dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif. Dalam pembelajaran tematik integratif ini, pendidik diharapkan mampu kreatif dalam mendesain proses pembelajaran agar peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, oleh karena itu persiapan diri sebagai seorang pendidik sangat penting. Menurut Kemendikbud 2013:12 proses pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Tujuannya, agar pendidik lebih aktif mempersiapkan diri dalam proses belajar mengajar. Menurut Kemendikbud 2013:12 RPP tematik adalah rencana pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan secara rinci dari suatu tema. RPP tematik dikembangkan oleh seorang pendidik dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Mengkaji silabus tematik Kemendikbud 2013:12 menyatakan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum sekolah dasar. Komponen silabus mencakup: kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam kurikulum 2013, memang silabus sudah disiapkan oleh pemerintah, tetapi peranan seorang pendidik sangat dibutuhkan dalam mengkaji silabus tersebut agar temasub tema serta langkah- langkah pembelajaran yang dipersiapkan bersentuhan langsung dengan kebutuhan peserta didik. 2. Mengkaji buku guru Menurut Kemendikbud 2013:13 hal-hal yang perlu dikaji dalam buku guru adalah: a. Standar Kompetensi Lulusan SKL dan Kompetensi Inti KI. b. Pemetaan Kompetensi Dasar KD 1 dan 2 serta KD 3 dan 4. c. Ruang lingkup pembelajaran untuk satu sub tema yang terdiri dari 6 pembelajaran dalam 1 minggu untuk kelas I d. Pemetaan indikator pembelajaran untuk setiap pembelajaran. e. Setiap pembelajaran berisi tentang uraian kegiatan pembelajaran yang mencakup: 1 Nama kegiatan 2 Tujuan pembelajaran 3 Media dan alat pembelajaran 4 Langkah-langkah kegiatan 5 Penilaian. f. Setiap akhir pembelajaran, guru hendaknya melakukan kegiatan refleksi untuk melakukan kegiatan remedial dan pengayaan. 3. Mengkaji buku siswa Dalam mengkaji hal -hal tersebut bukan hanya berpatokan pada buku guru maupun buku siswa, tetapi seorang pendidik harus memperhatikan kebutuhan peserta didik serta hal-hal seperti media pembelajaran yang dialami dan nyata serta bisa diindrakan oleh peserta didik, agar pembelajarannya benar-benar menarik perhatian peserta didik dan tidak menimbulkan kejenuhan peserta didik selama mengikuti pembelajaran. 2.4.1 Prinsip penyusunan RPP Menurut Permendikbud 2013:6 dalam menyusun RPP, seorang pendidik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Perbedaan individual peserta didikantara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, danatau lingkungan peserta didik. b. Partisipasi aktif peserta didik. c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjutRPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduanantara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 2.5 Lembar Kerja Siswa LKS Lembar kerja siswa adalah seperangkat pembelajaran yang disusun berdasarkan materi pembelajaran dan berisi tentang sola-soal yang bertujuan mengukur tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Penyusunan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti mencakup ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan. Komponen dari lembar kerja siswa yang akan disusun oleh peneliti berisi nama siswa atau kelompok dan soal-soal pilihan ganda dan uraian. 2.6 Instrumen Penilaian Menurut Daryanto 2014:15 penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang memperoleh, menganalisi atau menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa insrumen penilaian adalah seperangkat pembelajaran yang berisi tentang pencapaian siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar secara sistematis dan berkesinambungan a. Prinsip dan pendekatan penilaian Menurut Kurniasih dan Sani 2014:49 penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: i. Objektif berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi oleh faktor subjektivitas penilai ii. Terpadu berarti penilaian dilakukan oleh pendidik secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan. iii. Ekonomis berarti penilaian dilakukan secara efesien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporannya iv. Transparan berarti prosedur penilaian, criteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak v. Akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk semua teknik, prosedur dan hasilnya vi. Edukatif berarti dapat mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah: Pertama, penelitian pengembangan yang berjudul “pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema meneladani sikap pahlawan bangsaku untuk siswa kelas IV sekolah dasar” yang dilakukan oleh Vitus Winda Ari Wismantaka 2014 tidak diterbitkan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar mengacu kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan tematik inegratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, sert penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya. Pengembangan bahan ajar ini menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall yang meliputi sepuluh langkah yaitu 1 potensi dan masalah, 2 pengumpulan data, 3 desain produk, 4 validasi desain, 5 ujicoba pemakaian, 6 revisi produk, 7 ujicoba produk, 8 revisi desain, 9 revisi produk, 10 produk masal, namun dalam penelitian ini kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian karena terbatasnya waktu dan biaya. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 8 langkah yaitu 1 Potensi dan masalah, 2 Pengumpulan data, 3 Desain produk, 4 Validasi ahli, 5 Revisi desain, 6 Ujicoba desain, 7 Validasi siswa, 8 Revisi desain, sehingga menghasilkan desain produk final berupa bahan ajar yang mengacu krikulum 2013 untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Cebongan Sleman, sedangkan kuesioner untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD, dan 10 siswa kelas IV SD. Berdasarkan validasi pakar kurikulm 2013, dua guru kelas IV SD, dan 10 siswa kelas IV SD Pungdi Luhur Sedayu bahan ajar tersebut memperoleh rerata skor 4,43 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hal tersebut ditinjau dari aspek yang ada pada instrumen validasi yaitu, 1 tujuan dan pendekatan, 2 desain dan pengorganisasian, 3 isi, 4 topik, 5 metodologi. Dengan demikian bahan ajar yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai bahan ajar mengacu kurikulum 2013. Kedua, penelitian pengembangan yang berjudul “pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan Pendidikan karakter untuk keterampilan membaca Pada mata pelajaran bahasa indonesia SD Kelas IV semester gasal ” yang dilakukan oleh Yohanna Prisca Apriyani2013 tidak diterbitkan. Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan bahan ajar bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuan 1 untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal, 2 untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk bahan ajar yang dikembangkan. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan adalah hasil modifikasi dari model pengembangan Borg and Gall dan model pengembangan Kemp yang meliputi sepuluh langkah yaitu 1 potensi dan masalah, 2 pengumpulan data, 3 desain produk, 4 validasi desain, 5 ujicoba pemakaian, 6 revisi produk, 7 ujicoba produk, 8 revisi desain, 9 revisi produk, 10 produk masal, namun dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasinya pada tujuh langkah pengembangan dikarenakan terbatasnya waktu. Tahap-tahap tersebut adalah 1 potensi dan masalah, 2 pengumpulan data, 3 desain produk, 4 validasi, 5 revisi desain, 6 uji coba desain, 7 revisi desain, sampai menghasilkan desain produk final bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada kelas IV semester gasal. Subjek dalam uji coba lapangan penelitian ini adalah 10 siswa kelas IV SDN Pakem 4. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 20122013 pada bulan Mei. Instrumen dalam penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru bahasa Indonesia kelas IV SDN Pakem 4, sedangkan kuesionerdigunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar pembelajaran bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, guru bahasa Indonesia dan siswa. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, maka keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama memfokuskan pada pendidikan karakter, tetapi pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diperluas dengan tuntutan pengembangan kurikulum 2013 khususnya perangkat pembelajaran yang akan dipakai oleh pendidik dalam memfasilitasi peserta didik selama proses pembelajaran berbasis pada pendekatan saintifik dan pendekatan tematik integratif agar dapat mengaktifkan dan menarik minat bagi peserta didik. Selain itu peneliti juga akan menggunakan penilaian otentik penilaian menyeluruh yang dapat mengintegrasikan seluruh aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga memudahkan pendidik dalam menilai peserta didik.

C. Kerangka berpikir

uraian di atas maka disusun kerangka berpikir tentang pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Kurikulum SD 2013 merupakan usaha pemerintah untuk menyiapkan generasi bangsa yang baik dan memiliki sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dapat digunakan bagi masa depan. Kurikulum SD 2013 merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna. Terkait dengan perubahan tersebut perangkat pembelajaran ikut berubah yaitu dengan menggunakan pendekatan tematik integratif, saintifik, dan penilaian otentik. Pemerintah juga telah memberikan perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013, akan tetapi masih perlu adanya tambahan agar perangkat pembelajaran yang telah dibuat dapat semakin layak sesuai kebutuhan peserta didik. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan oleh peneliti kepada ibu “U” guru SD kelas 1 Kalasan satu Yogyakarta diperoleh informasi bahwa, guru masih mengalami kesulitan mengenai perangkat pembelajaran yang baik. Guru juga masih banyak membutuhkan contoh perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum SD Mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPPTH beserta lembar kerja siswa dan penilaian otentik dengan mengguakan model Kemp dan proses penelitian RD model Borg and Gall yang mengacu Kurikulum SD 2013. Kurikulum SD 2013 1. Rasional dan elemen perubahan. 2. Pendidikan karakter. 3. Pendekatan yang digunakan yaitu tematik integratif dan saintifik. 4. Menggunakan penilaian otentik. Analisis Kebutuhan Guru masih membutuhkan contoh perangkat pembelajaran yang baik mengacu Kurikulum SD 2013. 2013. Guru masih mengalami kesulitan dalam penilaian yang digunakan khususnya pada penilaian non tes. Berdasarkan hal tersebut peneliti berusaha mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai Kurikulum SD 2013 untuk Sekolah Dasar kelas I. Peneliti juga menggunakan pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik serta memasukkan penerapan pendidikan karakter pada perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan. Dalam Kurikulum SD 2013 penilaian otentik digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dengan berbagai jenis penilaian yang dapat memudahkan guru untuk menilai peserta didik.Peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran dengan langkah penelitian pengembangan model Kemp dan prosedur penelitian RD model Borg and Gall. Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh peneliti yaitu tema 1 dengan judul “Diriku”dengan subtema 3“Aku Merawat Tubuhku”. Pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik menjadi pedoman dalam menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Perangkat pembelajaran dikembangkan dengan menekankan pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal di setiap kegiatan pembelajaran. Penilaian bagi siswa menggunakan penilaian otentik. Perangkat pembelajaran yang ingin dikembangkan oleh peneliti pun belum sempurna dan masih perlu perbaikan.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran subtema aku merawat tubuhku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu Sekolah Dasar?