Pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda subtema aku merawat tubuhku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU MERAWAT TUBUHKU UNTUK

SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR Elfi Holfiana Saudale

Universitas Sanata Dharma 2016

Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran konvensional yang mengakomodasikan konsep dasar kecerdasan ganda menurut teori Howard Gardner merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penilitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) menghasilkan desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi produk hasil validasi, sehingga menghasilkan desain produk final berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas 1 SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesionaer digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, dan dua orang guru kelas 1 Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil validasi dua pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,50 (Baik) dan 3,54 (Baik), dua guru Kelas 1 SD menghasilkan skor 4,50 (Sangat Baik) dan 4,22 (Sangat Baik). Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda memproleh skor rerata 3,94 dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategori dalam 3 aspek utama yaitu (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, (3) aspek cakupan kecerdasan ganda.

Kata kunci : media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda.


(2)

MULTIPLE INTELLIGENCES ON SUBTHEME AKU MERAWAT TUBUHKU TO ELEMENTARI SCHOOL STUDENTs IN GRADES 1

Elfi Holfiana saudale Sanata Dharma University

2016

The teacher needs to convensional learning media that accomodates the concep of multiple intellingence by Howard Gardner’s theory is the reason of this research. The main objective of this research is to product in the form of coventional learning media based multiple intelligence on the subtheme aku merawat tubuhku to one grade elementary school.

The reseacrh is the research and development of modified between Borg and Gall models and Sugiyono. Development procedus used in this study includes five steps: 1) analysis of the problem, 2) data collection, 3) product development, 4) validation of the product, and 5) the revision of product validation results, to produce the design of the final product in the form of conventional learning media based multiple intelligence on subtheme aku merawat tubuhku to one grade elementary school. Instrumen in this study is a list of interview questions and the requirement analysis questionnaire. Interviews were used for requirement analysis to classroom teachers 1 SD Negeri 1 Kalasan, sleman while questionnaires were used to validate the quality of contventional learning media based multiple intelligence by two experts in the conventional learning media based multiple intelligences, and two second grade primary school teachers.

Based on the validation results of two media experts conventional learning media based multiple intelligence result in a score of 3,50 (Good) and 3,54 (Good), two classroom teachiers 1 SD resulted in a score of 4,50 (Very Good) and 4,22 (Very Good). Conventional learning media intelligence obtain mean score of 3,94 with the categories

“ Good”. The validation results based on the 14 aspects of assessment are categorized in theer main aspects, namely: (1) aspects of the content or the content, (2) aspects of the use and presentation, (3) the aspect of multiple intelligence coverage.


(3)

BERBASIS KECERDASAN GANDA SUBTEMA AKU MERAWAT

TUBUHKU MENGACU KURIKULUM SD 2013

UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Elfi Holfiana Saudale NIM. 121134269

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kepersembahkan untuk : Tuhan Yang Maha Esa

Yang selalu mendengar keluh dan kesahku serta memudahkan dalam kelancaran mengerjakan penelitian ini

Bapak Amus Saudale

Yang menjadikanku sebagai anak yang sabar dan tekun

Ibu Orciana Saudale-Bessie

Yang menjadikanku sebagai seorang kuat daan tekun

Keluarga besar Saudale yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan moril

Teman–teman PPGT angkatan 2012

Yang selalu memberikan pelajaran hidup yang terbaik

PPGT angkatan 2011

Yang telah memberikan contoh, semangat, dan dukungan

Guru-guruku SD Inpres Pilasue, SMP 2 Rote Selatan, dan SMA 1 Pantai Baru yang telah memberikan pengetahuan, semangat, dan motivasi


(7)

v

Dosen-dosen terbaik

Pak Puji, Ibu Maslichah, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, Pak Rusmawan, dan pak Paulus Wahana

yang selalu menasehati dan memperbaiki kesalahan selama mengikuti perkuliahan

kakak tersayang Lasarus Hilly, S.Pd.,Gr

Yang telah memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan memberikan perhatian dalam menyusun skripsi

Nedelwindo Adu

Yang telah memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang dan doa dalam menyusun skripsi

Keluarga besar Student Residence Pamong dan teman-teman SR

Yang selalu memberikan perlindungan, nasehat, dan kasih sayang

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata Dharma


(8)

vi

Motto

“ Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul didalam hati manusia: semua yang

disediakan Allah mereka yang mengasihi Dia”

( 1 Korintus 2: 9)

Kesuksesan hanya bisa kita raih dengan doa, tekun dan bekerja keras karena semua yang kita butuh semua sudah disediakan oleh Yang Maha Kuasa


(9)

(10)

(11)

ix ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU MERAWAT TUBUHKU

UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR Elfi Holfiana Saudale

Universitas Sanata Dharma 2016

Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran konvensional yang mengakomodasikan konsep dasar kecerdasan ganda menurut teori Howard Gardner merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penilitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) menghasilkan desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi produk hasil validasi, sehingga menghasilkan desain produk final berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas 1 SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesionaer digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, dan dua orang guru kelas 1 Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil validasi dua pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,50 (Baik) dan 3,54 (Baik), dua guru Kelas 1 SD menghasilkan skor 4,50 (Sangat Baik) dan 4,22 (Sangat Baik). Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda memproleh skor rerata 3,94 dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategori dalam 3 aspek utama yaitu (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, (3) aspek cakupan kecerdasan ganda.

Kata kunci : media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda.


(12)

x

THE DEVELOPMENT OF CONVENSIONAL LEARNING MEDIA BASED LEARNING MULTIPLE INTELLIGENCES ON SUBTHEME AKU MERAWAT

TUBUHKU TO ELEMENTARI SCHOOL STUDENTs IN GRADES 1 Elfi Holfiana saudale

Sanata Dharma University 2016

The teacher needs to convensional learning media that accomodates the concep of multiple intellingence by Howard Gardner‟s theory is the reason of this research. The main objective of this research is to product in the form of coventional learning media based multiple intelligence on the subtheme aku merawat tubuhku to one grade elementary school.

The reseacrh is the research and development of modified between Borg and Gall models and Sugiyono. Development procedus used in this study includes five steps: 1) analysis of the problem, 2) data collection, 3) product development, 4) validation of the product, and 5) the revision of product validation results, to produce the design of the final product in the form of conventional learning media based multiple intelligence on subtheme aku merawat tubuhku to one grade elementary school. Instrumen in this study is a list of interview questions and the requirement analysis questionnaire. Interviews were used for requirement analysis to classroom teachers 1 SD Negeri 1 Kalasan, sleman while questionnaires were used to validate the quality of contventional learning media based multiple intelligence by two experts in the conventional learning media based multiple intelligences, and two second grade primary school teachers.

Based on the validation results of two media experts conventional learning media based multiple intelligence result in a score of 3,50 (Good) and 3,54 (Good), two classroom teachiers 1 SD resulted in a score of 4,50 (Very Good) and 4,22 (Very Good). Conventional learning media intelligence obtain mean score of 3,94 with the categories “ Good”. The validation results based on the 14 aspects of assessment are categorized in theer main aspects, namely: (1) aspects of the content or the content, (2) aspects of the use and presentation, (3) the aspect of multiple intelligence coverage.


(13)

xi

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tela memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjuduln “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Aku Merawat Tubuhku Untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unversitas Sanata Dharma

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD 3. Dra. Maslichah Asy‟ari, M.Pd. selaku Dosen pembimbing yang telah

membimbing dan memberi dukungan serta masukan yang positif sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd selaku validator pakar Media Pembelajaran konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan bantuan dalam peneliti ini dengan melakukan validasi produk penilitian

5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen validator pakar Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan bantuan dalam penilitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Para dosen dan staaf PGSD yang telah melayani penelitian dengan baik. 7. Sarjono, S.Pd.,SD. Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah

memberikan bantuan selama peneliti melakukan penilitian di sekolah.

8. Futhika Hanum, S.Pd. selaku guru kelas 1 A SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian

9. Etik Setyaningsih, S.Pd. selaku guru kelas 1 B SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peniliti dalam melakukan produk peniliti.


(14)

(15)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Batasan Istilah ... 11

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Pustaka ... 14

1. Media pembelajaran...14

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 14

b.Fungsi Media Pembelajaran ... 15

c. Bentuk Media Pembelajaran ... 17

d. Manfaat Media Pembelajaran ... 18

e. Media Konvensional . ... 22


(16)

xiv

3. Dampak-dampak Kecerdasan Ganda ... 36

3. Penilitian Relevan ... 35

4. Subtema Aku Merawat Tubuhku Untuk Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar...42

a.Penelitian Tentang Media Pembelajaran ... 43

b.Penilitian Tentang Multiple Intelligence ... 43

6. Kerangka Berpikir ... 46

7. Pertanyaan Penilitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49

B. Prosedur Pengembangan ... 49

C. Validasi Ahli Media Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 54

D. Intrumen Penelitian ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 60

1. Data Kualitatif ... 60

2. Data Kuantitatif ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... .65

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... .66

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... .69

3. Deskripsi Produk Awal... .69

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... .71

b. Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda...72

4. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda dan Revisi Produk ... 74

5. Data Hasil Validasi Guru Kelas I ... 77

D. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 78

1. Kajian Produk Akhir... 79

2. Pembahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95


(17)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN ... 101 RIWAYAT HIDUP ... 360


(18)

xvi

Tabel 1. Kisi-kisi Wawancara ... 56

Tabel 2. Konversi Nilai Skala Lima ... 62

Tabel 3. Kriteria Skor Skala Lima ... 64

Tabel 4. Komentar & Saran Perbaikan Validator G.K dan Revisi... 76

Tabel 5. Komentar & Saran Perbaikan Validator M.M dan Revisi ... 76


(19)

xvii

Bagan 1. Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... .46 Bagan 2. Langkah –langkah Model Pengembangan Media Konvensional...51


(20)

xviii

Gambar 1. Papan Cara Merawat Tubuh ... .84

Gambar 2. Kotak Penyimpanan kartu Cara merawat Tubuh ... .84

Gambar 3. Kartu Cara Merawat Anggota Tubuh... .85

Gambar 4.Poster...85

Gambar 5.Papan Garis Bilangan...86

Gambar 6.Kotak penyimpanan soal Papan Garis Bilangan...87

Gambar 7 Papan Penjumlahan/ Berhitung...87

Gambar 8. Kotak Penyimpanan Soal Papan Penjumlahan...88

Gambar 9. Pohon Tata Tertib di Rumah dan di Sekolah...88

Gambar 10.Kotak Penyimpanan Kartu Tata tertib di Rumah dan di Sekolah...89

Gambar 11. Papan Perjodohan...89

Gambar 12. Puzzle...90

Gambar 13.Kotak Penyimpanan Puzzle Cara Merawat Tubuh...91

Gambar 14. Kartu Gambar Menggososk Gigi...92

Gambar 15. Kotak berisi alat-alat merawat tubuh...92

Gambar 16. Kartu Doa Pembuka...93

Gambar 17. Kartu Doa Penutup ...94


(21)

xix

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... .102

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 103

Lampiran 3 Surat Ijin Validasi ... 103

Lampiran 4 Rangkuman Wawancara ... 105

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... .106

Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas I SD... 114

Lampiran 7 Silabus ... 122


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan”. Pendidikan bagi setiap warga Negara pada hakekatnya adalah merupakan suatu upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga dengan kemampuannya siswa akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kelak akan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi diri peserta didik sehingga memiliki kecerdasan, sikap yang baik, dan keterampilan yan dapat diandalkan.

Ketika berbicara tentang pendidikan, maka hal yang paling utama adalah kurikulum yang telah diterapkan pada suatu jenjang pendidikan. Di Indonesia, perubahan kurikulum mengalami perjalanan yang sangat panjang


(23)

dari rencana pembelajaran 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975/1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan hingga terakhir ini kurikulum 2013 (Hidayat, 2013:10). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat sejarah kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian, dengan tujuan untuk membentuk kualitas pendidikan yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan siswa.

Menurut Hidayat (2013:157) kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Siswa Sekolah Dasar memiliki tingkatan intelektual operasional konkret. Kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa SD tersebut akan memengaruhi seluruh kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru yang didasarkan kepada pengembangan kemampuan berpikir sesuai dengan biopsikologis siswa yang hendaknya dijadikan tolak ukur guru, baik dalam pengembangan materi, strategi mengajar, pendekatan, media, maupun dalam melakukan evaluasi hasil belajar

( Majid 2014:8). Dengan adanya kurikulum 2013, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam membuat dan menggunakan media agar pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan siswa lebih mengerti mengenai apa yang telah dijelaskan.


(24)

Salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 adalah menjadikan peserta didik dari diberi tahu menuju mencari tahu (Daryanto, 2014:16). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diharapkan untuk lebih berpusat pada peserta didik (student-centered approach) sehingga dapat memungkinkan peserta didik untuk dapat terlibat aktif dan berpikir kritis dalam membangun konsep dan pengetahuannya sendiri. Keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam merencanakan, menyusun, dan mengelola proses pembelajaran yang sesuai dengan konteks peserta didik.

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai Pancasila. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan hidup (life skills) yang diwujudkan melalui pencapaian seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan di masa yang akan datang. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut. Pendidikan yang dianggap berhasil pada suatu jenjang sekolah, tidak bisa terlepas dari adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

Di dalam lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2003 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan


(25)

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Kegiatan pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam kurikulum agar setiap siswa mampu menjadi pembelajaran mandiri sepanjang hayat.

Untuk mencapai hasil yang efektif, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip-prinsip yaitu berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, memuat nilai-nilai penting, menyediakan pengalaman belajar, serta membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Prinsip-prinsip ini merupakan prinsip yang sangat penting di dalam kegiatan pembelajaran, karena hasil belajar dari prinsip ini akan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, pengetahuan yang terintegrasi. Maka itu perlu adanya media pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif.

Menurut Hamidjojo (dalam Hosnan, 2014:111), mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud untuk mempertinggi kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu. Menurut Gagne (dalam Karwati dan Donny, 2014:224), menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Karwati dan Donni (2014:224), menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat


(26)

digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru ke peserta didik (ataupun sebaliknya) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian peserta didik agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Media pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai “sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan” (Anitah, 2010:4). Hal ini berarti media menjadi alat penyalur atau penghubung antara guru dengan siswa. Lebih rinci Kustandi & Sutjipto (2011:9) mengungkapkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu proses belajar mengajar guna memperjelas makna pesan yang disampaikan agar mencapai tujuan pembelajaran yang sempurna. Hal ini sejalan dengan tujuan utama media, yakni sebagai alat untuk mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajarannya.

Media pembelajaran menjadi salah satu komponen penting yang mendukung pembelajaran. Hal tersebut karena media dapat menjadi fasilitas antara guru dengan siswa dalam penyampaian materi pembelajaran di dalam kelas. Media pembelajaran dapat berbentuk visual berupa gambar, bentuk, dan sebagainya yang memanfaatkan penglihatan). Ada pula yang berbentuk audio berupa film suara, radio, dan sebagainya yang memanfaatkan pendengaran, ataupun yang memanfaatkan keduanya yakni berbentuk audiovisual (Anitah, 2010:7-48). Dengan demikian, siswa akan lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajarinya ketika belajar menggunakan media. Salah satu jenis media yang dapat digunakan adalah media sederhana


(27)

atau yang sering dikenal dengan media konvensional. Dikatakan sederhana karena media ini mudah dibuat atau dirancang oleh guru dan penggunaanya pun mudah, baik oleh guru sendiri maupun bersama siswa.

Media pembelajaran konvensional adalah proses produksi dan penyimpanan data atau informasi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu media elektronik (televisi dan radio) dan media cetak (koran, CD, atau dvd). Pada penggunaan media elektronik serta media cetak sangat dipakai oleh media massa, dilihat jumlah produksi informasi yang digunakan oleh media, adapun yang sering digunakan adalah koran, majalah, radio, dan televisi. Jika dilihat media konvensional merupakan bentuk dari jurnalistik konvensional atau dengan arti jurnalisme dengan menggunakan media cetak ataupun media elektronik, dimana tetap berpedoman dengan 5W+1H adalah What, When, Where, Who, Why, How. Menurut Association of Education and Communication Technology (dalam Karwati dan Donny,2014:224) mengemukakan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi.

Dalam pengembangan dan pemanfaatannya, media pembelajaran konvensional dapat didasarkan pada konsep kecerdasan ganda. Hal ini karena media dapat memberikan berbagai macam kecerdasan yang ada di dalamnya dan menghadirkannya secara lebih nyata. Kecerdasan ganda itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam manipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir abstrak (Bainbridge dalam Yaumi & Ibrahim, 2013:9). Selain dikenal dengan


(28)

kecerdasan ganda, juga dikenal sebagai kecerdasan jamak yang secara harafiah dapat dipahami berupa berbagai macam cara untuk belajar, berpikir dan menerapkan pengetahuan.

Kecerdasan ganda juga merupakan teori psikologi yang

menyatakan bahwa setiap manusia termasuk anak-anak memiliki berbagai

jenis kecerdasan dengan tingkat yang berbeda. Sekarang, kecerdasan ganda

telah menjadi paradigma besar semua lembaga pendidikan, tak terkecuali

seluruh PAUD di Indonesia. Hanya saja, efek atau dampak dari teori ini

belum dapat dirasakan perannya bagi peningkatan kualitas pendidikan.

Pemberian perspektif kecerdasan ganda terhadap implementasi kurikulum

PAUD 2013 diharapakan mampu memandu peningkatan kualitas

pemebelajaran anak usia dini Indonesia. Menurut Gardner (dalam Suyadi dan

Dahlia, 2013:83), menjelaskan bahwa jenis-jenis kecerdasan ganda ada 9

yaitu verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, musik, intrapersonal,

interpersonal, kinestetik, naturalis dan eksistensial. Oleh karena itu, guru

perlu menggunakan berbagai strategi didalam pembelajaran sehingga dapat

mengembangkan kecerdasan bagi siswa secara optimal. Dalam kegiatan

pembelajaran yang dilakukan harus lebih berorientasi pada potensi siswa.

Salah satu upaya yang dilakukan guru adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran (Silabus, RPPH, media dan bahan ajar.) yang berdasarkan

media dan 9 kecerdasan ganda yang bersifat kontekstual. Tujuannya adalah

membantu pengetahuan siswa dan memecahkan masalah-masalah yang


(29)

menyenangkan bagi siswa yang dalam melangsungkan aktivitas belajar dalam

kelas dan menyenangkan bagi siswa didalam kelas.

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait dengan

pengembangan media konvensional berbasis kecerdasan ganda dengan ibu

F kelas I A di SD Negri Kalasan 1 pada hari Selasa tanggal 28 Juli 2015,

pukul 09.30 WIB diperoleh informasi bahwa media pembelajaran itu

sudah pernah digunakan dalam kelas sebelumnya namun sekarang media

jarang digunakan dalam kelas karena media yang ada di sekolah SD

Negeri Kalasan 1 belum memadai sehingga proses pembelajaran dalam

kelas itu terkadang kurang menyenangkan bagi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu F, terkait dengan

pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan

ganda, media yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran seperti CD,

koran, atau dvd). Pada proses pelakasanaan kegiatan pembelajaran

mengajar inilah media jarang digunakan dalam kelas hal ini dikarenakan

bahwa waktu dalam membuat media membutuhkan waktu yang lama dan

dalam membuat media harus melihat berbagai referensi dari buku internal

dan rekan kerja yang ada di sekolah. Terkait dengan pengembangan media

pembelajaran berbasis kecerdasan ganda secara menyeluruh Ibu F belum

sepenuhnya memahami apa itu kecerdasan ganda. Ibu F mengatakan

bahwa perlu adanya pelatihan untuk guru-guru dalam mendukung


(30)

kecerdasan ganda, semua jenis kecerdasan ganda dikembangkan agar

mendapatkan hasil yang lebih memuaskan atau hasil yang lebih baik.

Dalam hal ini guru menyadari kesulitan-kesulitan yang dialami

dalam mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis

kecerdasan ganda yaitu kurangnya wawasan yang terkait dengan

kecerdasan ganda, ketersediaan sumber belajar yang masih minim, serta

sarana dan prasarana masih terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, Ibu F

sudah usaha untuk mencari sumber-sumber belajar baik dari internet,

maupun referensi. Oleh karena itu guru sangat membutuhkan pelatihan

pengembangan media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda.

Berdasarkan permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru

masih mengalami kesulitan dalam proses membuat media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda, sehingga belum menerapkan

kecerdasan ganda secara menyeluruh di sekolah. Oleh karena itu peneliti

mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan

mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan

ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku unruk siswa kelas 1 sekolah

dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah terkait penelitian yang dilakukan sebagai berikut :


(31)

1. Bagaimana mengembangkan produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar?

2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian, mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

D. Manfaat Peneltian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan media konvensional berbasis kecerdasan ganda sebagai berikut

1. Bagi Peneliti

Bagi Peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian Research and Development khusus pengembangan media


(32)

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memberikan inspirasi terkait dengan penelitian Research and Development memperoleh contoh media khusus media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

3. Bagi sekolah

Bagi sekolah dapat menambah refensi contoh media konvesional berbasis kecerdasan ganda dan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research and Development khususnya pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar. 4. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan perpustakaan terkait dengan penelitian Research and Development khususnya pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dijelaskan beberapa pengertian sebagai berikut:


(33)

1. Media konvensional adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, pengetahuan ataupun informasi dari pengirim atau guru kepada penerima siswa, sehingga dapat merangsang pikiran, persaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau dapat merasa puas dengan hasil yang diperoleh baik para pendidik (guru) maupun siswa 2. Kecerdasan ganda adalah berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh

manusia seperti kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial ruang, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial.

F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi antara lain:

1. Produk yang dikembangkan berupa media konvesional berbasis 9 kecerdasan ganda yaitu kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial ruang, kinestik, musikal, interpersonal, Intrapesonal, naturalis, dan eksistensial.

2. Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yang di kembangkan berdasarkan subtema Aku Merawat Tubuhku mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.


(34)

3. Media pembelajaran kovensional disusun berbasis kecerdasan ganda ini digunakan dalam pembelajaran di kelas 1 SD pada subtema Aku Merawat Tubuhku. Media pembelajaran ini digunakan untuk 6 kali pembelajaran dalam 1 minggu meliputi : papan cara merawat tubuh,kartu gambar cara merawat tubuh, poster, papan garis bilangan,pohon tata tertib dirumah dan disekolah, kartu gambar menggosok gigi, puzzle, papan berhitung, buku lagu, album do‟a untuk setiap pembelajaran.


(35)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Media Pembelajaran

a. Pengertian media pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa Latin “medium”. Secara harfiah media merupakan perantara untuk menyampaikan pesan. National Education Association (dalam Karwati dan Donni, 2014:224), menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi yang tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dilihat, dibaca, dan didengar. Selain itu, menurut Association of Education and Communication Technology (dalam Karwati dan Donny, 2014:224) mengemukakan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi. Menurut Hamidjojo (dalam Hosnan, 2014:111), mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud untuk mempertinggi kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu.

Menurut Gagne (dalam Karwati dan Donni 2014:224), menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat memotivasi


(36)

peserta didik untuk belajar dan juga menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru ke peserta didik (ataupun sebaliknya) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian peserta didik agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang menjadi perantara demi tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Fungsi media pembelajaran

Menurut Azhar(2011:15) menyatakan bahwa fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut Hamalik (dalam Azhar 2011: 16 ) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Levie dan Lentz dalam (Azhar 2003: 20) menyebutkan bahwa terdapat 4 fungsi yang dimiliki media pembelajaran:


(37)

1. Fungsi Atensi

Media pembelajaran berfungsi sebagai inti dimana mampu menarik dan mengarahkan perhatian siswa agar dapat berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sangat sering ditemui bahwa siswa tidak fokus terhadap pembelajaran yang dilakukan, namun setelah menggunakan media pembelajaran kemudian siswa tersebut dapat lebih diarahkan untuk memperhatikan media pembelajaran yang digunakan.

2. Fungsi Afektif

Dapat dilihat dari kenikmatan siswa ketika belajar teks yang disertai gambar. Media pembelajaran visual mampu menggugah emosi dan sikap siswa, siswa dapat menganalisis dan menanggapi dengan perbuatan terhadap fenomena yang ditampilkan. Media pembelajaran juga membuat siswa tidak pasif, bahkan siswa juga mempelajari dan mempraktikan penggunaan media pembelajaran yang digunakan.

3. Fungsi Kognitif

Media pembelajaran visual yang berisi lambang-lambang visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung pada apa yang ditampilkan.


(38)

4. Fungsi Kompensatoris

Media visual yang memberi konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Media pembelajaran mampu mengakomodasi peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan mempelajari pelajaran yang disajikan tanpa menggunakan media.

Berdasarkan uirian di atas disimpulkan bahwa ada berbagai fungsi – fungsi yang digunakan dalam pembelajaran, antara lain yaitu, fungsi antensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi kompensatoris, masing- masing fungsi dapat menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa.

c. Bentuk media pembelajaran.

Media pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam beberapa bentuk, yakni media visual, media audio, media audio-visual, media cetak media model, media realita, belajar benda sebenarnya melalui specimen, komputer, multimedia, dan internet (Karwati dan Donni, 2014:235).

1. Media Visual.

Media visual merupakan media yang penyampaian terfokus melalui indera penglihatan. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) misalnya opaque projection, overhead projection (OHP), slide projection,


(39)

filmstrips atau film projection; media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual) misalnya gambar fotografik, media grafis yang terdiri dari sketsa, gambar, grafik, bagan, poster, kartun dan karikatur, serta peta datar.

2. Media Audio.

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk mempelajari materi tertentu. Contoh media audio adalah program kaset suar dan program radio.

3. Media Audio-Visual.

Media audio-visual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual yang bisa dilihat dan didengar. Contoh media audio-visual adalah program televisi/ video pendidikan/ instruksional, program slide suara, dan sebagainya.

4. Media Cetak

Media cetak merupakan sumber-sumber yang digunakan dalam kegiatan belajar dan biasanya bebrbentuk buku. Contoh media cetak adalah buku pelajaran, surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, pengajaran berprogram

5. Media Model

Media model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu


(40)

besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek yang rumit untuk dibawa ke kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya.

6. Media Realita

Media realita merupakan alat bnatu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada peserta didik.

7. Belajar Benda Sebenarnya melalui Specimen

Specimen adalah benda- benda asli atau sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh. Benda asli dapat juga dibuat oleh manusia. Contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, terrarium, kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contoh specimen benda yang sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan dalam botol, dan awetan dalam cairan plastik. Contoh specimen benda yang tak hidup adalah berbagai benda yang berasal dari batuan dan mineral. 8. Komputer.

Ada beberapa kegiatan pembelajaran yang terkait dengan pembelajaran berbasis komputer antara lain CAI (Computer Assisted Instruction) dan CMI (Computer Managed Instruction). CAI memanfaatkan komputer bagi peserta didik untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan pelatihan, dan


(41)

mengetes kemajuan belajar peserta didik secara langsung. CMI dimanfaatkan sebagai pembantu pengajar menjalankan fungsi administratif yang meningkat, seperti rekapitulasi data peserta didik, database buku/ e-library, dan kegiatan administrasi sekolah.

9. Multimedia

Multimedia merupakan penggunaan media, baik yang bersifat visual, audio, audio-visual, projected still media maupun projected motion media yang dilakukan secara bersama-sama.

10.Internet.

Pembelajaran dengan memanfaatkan internet dapat disebut juga dengan pembelajaran berbasis ICT atau e-learning. E-learning merupakan jenis kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya materi pembelajaran dengan memanfaatkan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lainnya.

d. Manfaat media pembelajaran.

Media pembelajaran memiliki sejumlah manfaat yang sangat penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah manfaat-manfaat penggunaan media pembelajaran (Karwati dan Donni, 2014:225) adalah sebagai berikut.


(42)

1. Mengatasi perbedaan pengalaman

Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik, karena pengalaman yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan lainnya, baik latar belakang kehidupan keluarganya, maupun lingkungannya.

2. Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak

Konsep-konsep yang dirasakan bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung dapat dikonkretkan atau disederhanakan kepada peserta didik melalui pemanfaatan media pembelajaran.

3. Mengatasi keterbatasan

Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh peserta didik.

4. Interaksi langsung

Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

5. Menghasilkan keseragaman pengamatan

Persepsi yang dimiliki oleh peserta didik berbeda, apabila mereka hanya mendengar saja tanpa pernah melihat sendiri. untuk itu, media pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk memiliki persepsi yang sama.


(43)

6. Menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis Penggunaan media pembelajaran seperti gambar, film, objek, model, grafik, dan lain-lain dapat memberikan konsep dasar yang benar.

7. Merangsang dan membangkitkan motivasi untuk belajar

Pemasangan gambar-gambar di papan tempel, pemutaran film, mendengarkan rekaman atau radio merupakan rangsangan-rangsangan tertentu ke arah rangsangan dan motivasi peserta didik untuk belajar.

8. Membangkitkan keinginan dan minat guru

Penggunaan media pembelajaran akan memperluas horizon pengalaman, persepsi, serta konsep-konsep. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar akan selalu meningkat. 9. Memberikan pengalaman integral

Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari konkret sampai hal yang bersifat abstrak. e. Media konvensional

Media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. Dengan demikian media, media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber/ pengajar ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka untuk


(44)

mengikuti kegiatan pembelajaran secara utuh, juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran. Selain itu, berfungsi pula memberikan penguatan maupun motivasi.

Menurut Sanaky (2013) jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang sederhana sampai media pada media yang canggih. Beberapa yang dimaksud dalam media konvensional sebagai berikut:

1. Gambar atau foto

Berupa gambar atau foto yang berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut indera penglihatan. Selain itu media grafis mempunyai tujuan menarik perhatian, memperjelas materi, mengilustrasikan fakta atau informasi yang mungkin akan cepat jika diilustrasikan dengan gambar.

2. Sketsa

Sketsa adalah gambar sederhana yang melukiskan bagian-bagian pokok tanpa detail. Sketsa merupakan media visual sederhana sebagai sarana yang paling singkat dan abstrak untuk menggambarkan suatu objek sehingga dapat menambah pemahaman visual siswa terhadap susatu objek dan memperlancar penguasaan objek-objek yang dihayatinya.


(45)

3. Diagram

Diagram adalah gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol. Diagram dipergunakan untuk menyederhanakan sesuatu yang kompleks, sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.

4. Bagan (Chart)

Fungsi dari media pembelajaran ini adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting suatu presentasi.

5. Grafik

Grafik adalah gambar sederhana yang menggunkan titik-titik, garis, atau gambar, sering kali digunkan simbol-simbolverbal untuk melengkapinya. Grafik merupakan suatu bentuk penyajian visual yang dipakai untuk membandingkan perbedaan jumlah dari data pada saat yang berbeda-beda.

6. Poster

Poster adalah media yang diharapkan mampu mempengaruhi dan memotivasi tingka laku orang yang melihatnya. Dalam mengajar guru yang menggunakan media poster ukurannya harus relatif besar sehingga siswa-siswi dapat melihat. Media poster merupakan komunikasi efektif untuk menyampaikan pesan singkat,padat dan imperesif


(46)

7. Peta

Peta berfungsi untuk menyampaikan data lokasi. Peta gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skla tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta konvensional (yang tercetak), hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Disini peneliti hanya membatasi pada peta konvensional.

8. Globe

Globe adalah tiruanbola bumi dalam bentuk kecil. kegunaan globe adalah memperagakan arah rotasi bumi, memperagakan terjadinya siang dan malam, menunjukan bentuk muka bumi yang sebenarnya dan menunjukan sistem koordinat bola bumi.

9. Papan tulis

Salah satu media penyajian untuk pembelajaran yang sering digunakan adalah papan tulis dan whiteboard. Kedua media ini dapat dipakai untuk penyajian tulis-tulisan atau sket-sket gambar dengan menggunakan kapur atau spidol untuk whiteboard, baik yang berwarna ataupun tidak berwarna. Artinya dari warna tersebut adalah agar tulisan lebih jelas, menarik, dan dapat berkesan bagi siswa.

10. Papan flanel

Papan flanel (papan board) merupakan media visual yang afektif untuk menyajikan pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula, salah satunya kepada peserta didik. Papan berlapis kain flanel


(47)

dapat dilipat dan praktis. Gambar–gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dilepas dengan mudah, sehingga dapat dilengkapi.

Papan buletin dan papan magnetik, fungsi keduanya adalah menerangkan sesuatu dan memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Papan magnetik merupakan papan pamer yang terdiri dari atas permukaan baja tipis yang dilapisi magnet.

11. Flip chart

Flip chart adalah lembaran kertas media flip chart berisikan bahan pelajaran yang tersusun rapi dengan baik. Penggunaan media ini adalah salah satu cara guru dalam menghemat waktu untuk menulis di papan tulis.

12. Akuarium

Akuarium adalah wadah atau tempat untuk memelihara berbagai jenis komunitas kehidupan dalam air, seperti ikan, ampibi, atanaman air, moluska, koral, dan berbagai jenis invertebrata lainnya. Media ini efektif untuk menjelaskan pengetahuan yang berkesan dengan ilmu alam misalnya ekosistem air.

13. Bangun ruang

Bangun ruang adalah bangun matematika yang memepunyai isi ataupun volume. Adapun jenis-jenis bangun yang


(48)

umum dikenal sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut: balok, kubus, prisma, limas, kerucut, tabung, dan bola.

14. Herbarium

Herbarium adalah koleksi atau contoh tumbuhan yang telah dikeringkan atau diawetkan, diklarifikasi, dan direkatkan pada kertas dengan keterangan tertentu. Herbarium digunakan sebgaai alat identifikasi atau determinasi tumbuhan, penyedia informasi tumbuhan disuatu tempat, dan bahan peraga.

2. Kecerdasan Ganda

a. Pengertian kecerdasan ganda

Kecerdasan ganda merupakan teori psikologi yang

menyatakan bahwa setiap manusia termasuk anak-anak memiliki

berbagai jenis kecerdasan dengan tingkat yang berbeda. Sekerang,

kecerdasan ganda telah menjadi paradigma besar semua lembaga

pendidikan, tak terkecuali seluruh PAUD di Indonesia. Hanya saja,

efek atau dampak dari teori ini belum dapat dirasakan perannya

bagi peningkatan kualitas pendidikan. Pemberian perspektif

kecerdasan ganda terhadap implementasi kurikulum PAUD 2013

diharapkan mampu memandu peningkatan kualitas pembelajaran

anak usia dini Indonesia (Suyadi, 2013:82). Menurut Gardner

(dalam Suyadi dan Dahlia,2013:83), menjelaskan bahwa jenis-jenis


(49)

visual-spasial, musik, intrapersonal, interpersonal, kinestetik,

naturalis dan eksistensial.

Sedangkan menurut Fleetham (dalam Yuami dan Nurdin,

2013:11) kecerdasan ganda adalah berbagai ketrampilan dan bakat

yang di miliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan

dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa kecerdasan ganda adalah berbagai kecerdasan yang dimiliki

oleh manusia seperti kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial

ruang, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis,

dan eksistensial untuk memecahkan persoalan nyata dalam

berbagai macam kondisi kehidupan.

b. Jenis-jenis Kecerdasan Ganda

Gardner (dalam Suparno 2004:21) suatu kemampuan bahwa inteligensi disebut suatu kemampuan bila menunjukan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan persoalan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya selanjutnya dapat pula menciptakan suatu produk baru dan bahkan di ciptakan persoalan berikutnya yang memugkinkan pengembangan pengetahuan baru. Jadi dalam kemampuan itu ada unsur pengetahuan dan keahlian pengetahuan itu sungguh mempunyai dampak yaitu dapat memecahkan persoalan yang dialami dala kehidupan nyata.


(50)

Menurut Gardner (dalam Suparno 2004:25), menyatakan bahwa ada sembilan jenis-jenis atau ciri-ciri kecerdasan ganda yaitu: Inteligensi linguistik, inteligensi matematis-logis, inteligensi ruang visual, inteligensi kinestetik-badani, inteligensi musikal, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi lingkungan, dan inteligensi eksistensial. Berikut ini pengertian kesembilan menurut Gardner (dalam Suparno 2004:25-44) sebagai berikut:

1. Inteligensi Linguistik

Inteligensi linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan kempuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa. Orang tersebut dengan mudah mengerti urutan dan arti kata-kata dalam berbahsa. Mereka mudah untuk menjelaskan, mengajar, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka lancar dalam berdebat. Dalam mempelajari dan membaca teks sastra, dengan mudah akan mengingat dan


(51)

bahkan menghafalkan puisi yang begitu panjang. Analisis linguistiknya kuat. Dalam mengungkapkan suatu fakta yang sama, orang ini akan lancar dan menceritakan dengan perbendaharaan kata yang bervariasi sehingga tidak menjemukan. Dalam menulis dan berbicara, kalimatnya sungguh hidup dan utuh serta bervariasi. Banyak dari mereka mudah dan senang main drama, menulis puisi, dan berpidato. Secara umum, meraka memang mampu untuk menguasai berbagai bahasa dengan baik.

2. Inteligensi Matematis-Logis

Inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis, programer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi tersebut adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan. Orang yang mempunyai inteligensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan ketegorisasi, dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokannya sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan antara satu dan yang lain, serta mana yang merupakan persoalan yang lepas. Maka, dia tidak mudah bingung. Mereka juga dengan mudah


(52)

membuat abstraksi dari suatu persoalan yang luas dan bermacam-macam sehingga dapat melihat inti persoalan yang dihadapi dengan jelas. Meraka suka dengan simbolisasi, termasuk simbolisasi matematis. Pemikiran orang berinteligensi matematis-logis adalah induktif dan deduktif. Jalan pikirannya bernalar dan dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Bila menghadapi persoalan, ia akan lebih dulu menganalisisnya secara sistematis, baru kemudian mengambil langkah untuk memecahkannya. Biasanya orang yang menonjol dalam inteligensi ini dapat menjadi organisator yang baik.

3. Inteligensi Ruang-Visual

Inteligensi ruang (spatial intelligence) atau kadang disebut inteligensi ruang –visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Termasuk didalamnya adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkapkan data dalam suatu grafik. Juga kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang. Orang yang berinteligensi ruang baik


(53)

dengan mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang secara tepat. Meski melihat dari jauh, ia dapat memperkirakan letak benda itu. Itulah yang banyak dipunyai oleh para navigator di tengah lautan yang luas. Seorang navigator yang tidak kuat inteligensi ruangannya pada jaman dulu akan dengan mudah menabrakan kapal ke pulau karang karena salah memperkirakan jarak.

4. Inteligensi Kinestetik-Badani

Inteligensi Kinestetik-Badani adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah. Orang yang mempunyai inteligensi kinestetik-badani dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah di ekspresikan dengan gerak tubuh, dengan tarian dan ekspresi tubuh. Orang yang kuat dalam berinteligensi kinestetik-badani juga sangat baik dalam menjalankan operasi bila ia seorang dokter bedah. Beberapa tokoh berikut sering dimasukkan dalam mereka yang berinteligensi kinestetik-badani tinggi, yaitu Martha Graham (penari balet), Charlie Chaplin (pemain pantonin yang ulung), Dustin Hofftman (ator film), Marcel Marceau (pemain pantonim), Kristi Yamaguchi (penari balet diatas salju), Martina Navra-Tilova (pemain tenis).


(54)

Siswa yang mempunyai inteligensi kinestestik-badani biasanya suka menari, olahragah dan suka bergerak. Siswa ini biasanya tidak suka diam, ingin selalu menggerakkan tubuhnya. Bila waktu luang dan tidak ada pelajaran, anak-anak ini dengan cepat akan main di lapangan. Bila belajar menari, anak seperti ini dengan cepat akan bisa dan tidak kaku karena tubuhnya fleksibel. Banyak dari siswa yang mempunyai inteligensi ini berbakat melukis dengan baik, dapat membangun bangunan seni. Sedangkan yang inteligensi kinestetik-badaninya rendah meski sudah dilatih lama, tetap kurang begitu halus tariannya. Demikian pula seorang pelatih sepak bola dengan cepat akan tahu siswa yang mana punya inteligensi ini dan mana yang tidak. Dari gaya seorang siswa bermain dan memainkan bola dapat di lihat apakah ia mempunyai inteligensi kinestetik-badani tinggi atau tidak. 5. Inteligensi Musikal

Inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekan akan ritme, melodi, dan intonasi; kemampuan memainkan alat musik; kemampuan menyanyi; kemampuan untuk mencipta lagu; kemampuan untuk menikmati lagu, musik, dan nyanyian. Orang yang menonjol inteligensi musikalnya sangat peka terhadap suara dan musik Mereka dengan mudah belajar dan main musik secara baik.


(55)

6. Inteligensi Interpersonal

Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonalberkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relaksi dan komunitasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini banyak di punyai oleh para komunikator, fasilitator, dan penggerak massa. Orang yang kuat dalam inteligensi interpersonal biasanya sangat mudah bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain.

7. Inteligensi Intrapersonal

Inteligensi intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri itu. Termasuk dalam inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri. Orang ini punya kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang menonjol dalam inteligensi intrapersonal biasanya mudah berkonsentrasi dengan baik, Ia mempunyai kesadaran diri dan dapat mengekspresikan perasaan-perasaan mereka yang berbeda dengan tenang.


(56)

8. Inteligensi Lingkungan

Gardner (dalam Suparno 2014:21) bahwa menjelaskan kecerdasan lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan alam. Orang ini mempunyai kemampuan mengenal sikap dan tingkah laku binatang, biasanya mencintai lingkungan dan tidak suka merusak lingkungan hidup (Suparno, 2004:42)

Siswa yang mempunyai kecerdasan lingkungan tinggi kiranya dapat dilihat pada kemampuannya mengenal, mengklasifikasi, dan menggolongkan tanaman-tanaman, binatang serta alam mini yang ada di sekolah. Mereka juga akan muda mempelajari biologi dan akan semakinlancar bila mempunyai kecerdasan matematis-logis (Suparno, 2004:43)

9. Inteligensi Eksistensial

Intiligensi eksistensial ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensis atau keberdayaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari


(57)

hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf terlebih filsuf eksistensial yang selalu dan mencoba menjawab persoalan eksistensis manusia. Anak yang menonjol dengan inteligensi eksistensial akan mempersoalkan keberdayaannya di tengah alam raya yang besar ini.

Dari sembilan inteligensi itu dalam diri seseorang dapat di kembangkan dan ditingkatkan secara memadai sehingga dapat berfungsi bagi orang tersebut. Ini menunjukan bahwa kesembilan inteligensi itu bukan hal yang sudah mati tidak terkembang melainkan masih dapat di tingkatkan, di sinilah pendidikan mempunyai fungsi yaitu membantu agar setiap inteligensi pada setiap seseorang berkembang optimal. Dengan kata lain seorang anak yang inteligensi musikalnya tidak tinggi dapat di bantu dan di latih sehingga ia bisa bernyanyi meski berbeda dengan yang inteligensi musikalnya tinggi demikian juga siswa yang inteligensi matematis-logis kurang baik dapat dibantu untuk belajar matematika sampai pada level tertentu yang dapat membantu hidupnya.

C. Dampak –dampak Inteligensi Ganda

Menurut Suparno (2004:51) teori inteligensi ganda ternyata membantu banyak perubahan dalam sistem pengajaran dan pendidikan pada banyak sekolah. Sekarang ini banyak sekolah menyusaikan kurikulum, pembelajaran, pengaturan kelas dengan teori intelegensi ganda. Dibanyak tempat muncul beberapa pusat pembelajaran yang


(58)

mengikuti model intelegensi ganda. Berikut ini dampak teori intelegensi ganda sebagai berikut :

1. Dampak terhadap Pembelajaran.

Menurut Suparno (2004:53) teori intelegensi ganda mempunyai pengaruh besar dalam proses pembelajaran di sekolah. Banyak sekolah seperti Dan hasilnya yang dicapai adalah banyak siswa yang tadinya diperkirakan tidak dapat berhasil dalam studi mereka ternyata dapat dibantu, dan berhasil dengan baik berkat pelajaran dengan intelegensi ganda. Demikian juga banyak guru yang awalnya merasa tidak dapat membantu anak didik karena mengajar dengan model yang sama terus-menerus ternyata dapat membantu anak didik untuk berhasil karena mereka dapat mengembangkan pengajaran yang bervariasi.

Menurut Gardner (dalam Suparno 2004: 55) menemukan banyak guru seperti itu, guru yang mengajar hanya satu model yaitu yang sesuai dengan intelegensinya sendiri yang menonjol. Banyak yang selalu mengajar dengan cara yang sama, waktu yang sama,dan gaya yang sama. Padahal cara itu tidak sesuai dengan beberapa siswa yang berbeda intelegensinya, maka banyak siswa yang meskipun masuk sekolah tetapi merasa tidak pernah di bantu belajar. Melihat hal itu mencoba membantu guru-guru tersebut untuk mengubah cara mengajar mereka yaitu menggunakan


(59)

intelegensi ganda yang lebih bervariasi dan disesuaikan dengan intelegensi siswa.

2. Dampak terhadap pengaturan kelas.

Menurut Suparno (2004:60) pendekatan pembelajaran yang berbeda, yang bervariasi karena intelegensi siswa dan guru yang berbeda, juga mempengaruhi pengaturan kelas. Kelas tidak hanya diatur dalam satu kedudukan yang tetap: berbaris dari depan ke belakang. Kadang kelas harus diatur dengan kursi melingkar, atau harus dikosongkan untuk menari, atau berkelompok kecil untuk berdiskusi, dan sebagainya. Jelas pengaturan kelas pun harus lebih fleksibel, bervarisai sesuai dengan model intelegensi ganda yang mau ditekankan.

Perlu ditekankan bahwa belajar tidak boleh dalam gedung kelas atau sekolah. Kadang demi pemahaman yang lebih mendalam dan mudah, belajar harus di lakukan di luar sekolah, bahkan di tempat yang sungguh jauh. Maka, model live in, model study banding, model pengamatan di candi dan pengunungan, semuanya membutuhkan belajar di luar sekolah, pembelajaran model intelegensi ganda memerlukan model-model tersebut.

3. Dampak terhadap evaluasi

Suparno (2004:61) menyatakan bahwa sistem pembelajaran dan juga pendekatan yang bervariasi, jelas bahwa sistem evaluasi pun harus berbeda. Sistem evaluasi yang hanya dengan tes tertulis


(60)

tidaklah cukup karena tidak mengungkapkan intelegensi yang bermacam-macam. Gardner (dalam Suparno 2004:61) menemukan ada seorang siswa yang sangat cerdas dalam menganalisis flora dan fauna, dan sangat kreatif menjelaskan kepada siswa yang lain. Namun, siswa itu tidak berhasil, karena sikap kali ujian dengan cara menulis esai selalu gagal. Ternyata siswa ini mempunyai intelegensi interpersonal dan juga intelegensi lingkungan tinggi, tetapi kurang menonjol dalam intelegensi linguistik, jelas, siswa seperti ini membutuhkan evaluasi yang lain, barangkali dengan lisan, atau diminta mengekspresikan dengan cara lain.

Menurut gardner (dalam Suparno 2004:61) evaluasi yang tepat haruslah juga menggunakan macam-macam intelegensi yang dipakai dalam pembelajaran. Evaluasi perlu menggunakan model yang memuat kemampuan intelegensi matematis-logis, linguistik, kinestetik-badani, musik, ruang-visual, interpersonal, dan sebagainya; sekurang-kurangnya sesuai dengan pembelajarannya. Evaluasi yang di pandang cocok untuk model pembelajaran intelegensi ganda adalah lewat performa siswa dalam situasi yang real, seperti pentas music, melakukan kerja nyata, menyelesaikan proyek bersama, lewat pratikum, dan sebagainya. Dengan demikian evaluasi sungguh autentik, menurut Armstrong (dalam Suparno 2004:62) agar evaluasi kita sunggu autentik dan menyeluruh, beberapa hal yang dapat dilakukan seperti berikut:


(61)

1) Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukkan prestasinya berkaitan dengan intelegensi yang digunakan. 2) Guru dapat mengumpulkan semua dokumen yang

dihasilkan siswa selama proses pembelajaran (portofolio) seperti tes formal, informal, tulisan, foto, pekerjaan, video, yang dibuat, jurnal yang ditulis, hasil pekerjaan rumah, piagam, hasil interviu, pengamatan selama pembelajaran keaktifan di kelas, dan sebagainya.

3) Guru perlu melihat bagaimana hasil proyek bersama teman 4) Tes tertulis pun harus bervariasi dan menyertakan

intelegensi ganda.

4. Dampak terhadap pendidikan nilai

Suparno (2004: 63) menyatakan bahwa intelegensi ganda merupakan pengelompokan kemampuan dalam diri seseorang sehingga dapat berfungsi secara lebih penuh. Intelegensi ini jelas mempengaruhi pula bila kita mau menanamkan nilai pada anak. Karena siswa lebih dapat menangkap makna atau pun isi nilai dengan intelegensinya, maka penyampaian pendidikan nilai pun perlu memperhatikan intelegensi ganda tersebut. Misalnya, pendidik mau menyampaikan nilai kejujuran, tetapi bisa melalui kerja kelompok, permainan, pembahasan persoalan, musik, olahraga, tari, dan sebagainya. Dengan demikian, penyajian akan lebih bervariasi dan menarik bagi siswa. Intelegensi ganda adalah


(62)

bahwa setiap orang mempunyai intelegensi bermacam-macam, setiap orang berbeda dalam intelegensinya dan diperlukan berbeda pula dengan kata lain manusia lebih dihargai sebagi pribadi dengan kekhasannya masing-masing.

5. Sekolah Indivindul

Suparno (2004: 63) menyatakan bahwa inteligensi ganda, bahwa setiap anak dapat dibantu belajar bila diajar sesuai dengan inteligensi mereka yang menonjol, dengan cepat menjadi pendorong bagi meraka yang mau membuat individual. Kursus privat yang mebantu siswa berdasarkan kekuatan dan kelemahan pribadi, yang berbeda dengan teman lain. Dengan model ini pendekatan pribadi ini, jelas seorang siswa akan lebih cepat maju dan guru lebih mudah menyesuaikan cara mengajar sesuai dengan inteligensi siswa. Namun, kerana siswa tertalu banyak tampaknya tidak mungkin seorang guru selalu memperhatikan setiap siswa dan mengajar dengan cara yang berbeda.

6. Dampak terhadap kurikulum

Menurut Suparno (2004:51) kurikulum lebih dimengerti sebagai semua pengelaman yang direncanakan untuk dialami siswa dalam proses pendidikan sejak awal, Maka bentuknya dapat berupa: pengalaman dalam kelas, diluar kelas, atau bahkan di luar kelas. Kurikulum dapat berisi antara lain materi atau topik pelajaran yang mau dipelajari siswa, metode pembelajaran yang


(63)

mau dialami siswa dan dibantu oleh guru, peralatan dan buku yang digunakan, pengaturan waktu, cara evaluasi dan sebagainya.

Pengaruh yang menonjol adalah pemilihan materi pelajaran lewat topik-topik tematik, bukan urutan daftar bab seperti model kurikulum klasik. Inteligensi ganda juga mempengaruhi bagaimana materi itu sendiri disajikan dan dipelajari, pembelajaran berbeda dengan model klasik yang hanya dengan ceramah dan hitungan, tetapi lebih dengan inteligensi yang bervariasi, sehingga lebih menyenangkan bagi siswa yang sedang belajar. Sekolah memang tetap mengunakan susunan kurikulum klasik tetapi dengan program dan kegiatan tambahan yang mengembangkan inteligensi ganda, ini agar tidak terlalu mengubah kurikulum yang ada secara dratis yang sudah berjalan lama, tetapi ada pembaruan dan dilengkapi dengan unsur inteligensi ganda.

3. Subtema Aku merawat Tubuhku Untuk Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar

Subtema merupakan penjabaran dari tema yang ada dalam kurikulum 2013. Subtema Aku Merawat Tubuhku merupakan tema dari Diriku untuk siswa kelas satu sekolah dasar. Dalam subtema Aku Merawat Tubuhku terdiri dari 6 pembelajaran, dari 6 pembelajaran ini digunakan untuk 6 kali pembelajaran dalam satu minggu.


(64)

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian tentang media Pembelajaran

Pertama, yang dilakukan oleh Perdani (2014) dengan judul pengembangan media konvesional tematik kelas IV berbasis Multiple Intellingence. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) dari Borg dan Gall. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan media konvesional tematik, (2) menilai kualitas prototype media konvesional tematik .tenik pengumpulan ini di gunakan adalah kuesioner dan wawancara. Data yang di peroleh berupa data kuantitatif berupa skor rentang 1 sampai 4 dan data kualitatif berupa komentar. Teknik analisis data menggunakan teknik analis deskriptif kuantitatif kemudian dikonversikan dalam ke data kualitatif dengan menggunakan skala Likert. Prosedur pengembangan media konvesional tematik dilakukan dengan langkah-langkah : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk (4) validasi desain (5) revisi desain. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa media konvesional tematik memiliki kualitas yang baik.

Kedua, Mustofa (2001) dalam penelitian yang berjudul pemanfaatan media cetak dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar. Penelitian yang di akukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis-jenis media cetak dimanfaatkan dalam media pembelajaran IPS di kelas IV SD


(65)

sekecamatan Sanan Wetan Kotamadya Blitar meliputi buku teks, surat kabar, majalah dan gambar. Pemanfaatan keempatan media tersebut oleh guru dan sekolah yang berbeda menunjukkan keragaman, tetapi buku teks menjadi cetak yang paling banyak digunakan. Strategi pemanfaatan media cetak dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD se-kecematan Sanan Wetan Kotamadya Blitar terbagi dalam tahapan perancanaan, pelaksaanaan dan penilaian juga menunjukan keberagaman. Pemanfaatan keempat media cetak tersebut yang dominan adalah Fase pelaksanaan sedangkan dalam tahap perencanaan dan penilaian tidak selalu dilakukan oleh guru.

2. Penelitian tentang Multiple Intellingence

Pertama, Putrawan dan kawan-kawan (2012) melakukan sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul keefektifan strategi Multiple Intelleingence pada pembelajaran IPS di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan uang melalui penggunaan stretegi Multiple Intelleingence pada peserta didik kelas 3 SD Negri 3 Ngadipiro. Hasil penelitian menunjukan bahwa stretegi Multiple Intelleingence dapat meninggkatan keefektifan pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan uang. Peningkatan keefektifan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya kualitas ( quality), ketepatan (appropriateness),insentif ( insentive), dan waktu (time). Simpulan penelitian ini adalah penggunaan strategi Multiple Intellingence dapat


(66)

meningkatkan keefektifan pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan uang pada peserta didik kelas 3 SD Negri 3 Ngadipiro. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Rosdiyanto (2008) yang berjudul pengembangan pembelajran pendidikan jasmani menggunakan pendekatan Multiple Intelligence untuk anak TK, SD. Penelitian ini menggunakan metode research dan development. Tujuan adalah menghasilkan produk model pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan pendekatan Multiple Intelligence untuk anak usia dini, berupa (a) pedoman perancanan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga berbasis Multiple Intellingence, (b) pedoman pengorganisaian isi pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga berbasis Multiple Intellingence, (c) pedoman evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga berbasis Multiple Intellingence.

Berdasarkan studi literatur penelitian di Indonesia mengenai pengembangan media pembelajaran, peneliti belum menemukan adanya penelitian yang diteliti mengembangkan media pembelajaran konvesional berbasis Multiple Intellingence. Oleh kerana penelitian ingin memberikan sumbangan baru bagi dunia ini, peneliti khususnya mengenai media pembelajaran konvesional berbasis Multiple Intellingence. Bagan literature map dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1 berikut ini:


(67)

Bagan 1. Litearature Map Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 merupakan usaha pemerintah untuk menyiapkan generasi bangsa yang baik dan memiliki sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dapat digunakan bagi masa depan. Pemerintah telah menerbitkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013,

Media Pembelajaran Multiple Intellingence

Yang akan diteliti

Pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis Multiple Intellingence untuk siswa kelas 1 sekolah dasar dengan subtema Aku Merawat Tubuhku.

Risa Veti Perdani (2014) Pengembangan Media

Konvesional Tematik Kelas IV berbasis Multiple Intelligence Hadi Mustafa (2001) Pemanfataan media cetak dalam pembelajaran IPS Putrawan dan kawan-kawan (2012) Keefektifan strategi Multiple Intellingence pada pembelajaran IPS sekolah dasar Rosdyanto (2008) Pembelajaran jasmani dan olahraga menggunakan pendekatan Multiple Intelligence.


(68)

akan tetapi masih perlu adanya suplemen tambahan agar perangkat pembelajaran yang telah dibuat dapat semakin layak sesuai kebutuhan guru dan peserta didik, untuk belajar dengan menyenagkan. Standar kelulusan juga dapat dilihat dari kesembilan intellengensi.

Menurut Gardner (dalam Suparno 2004:17) keberhasilan siswa tidak hanya menjawab dengan tes IQ, namun juga mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang nyata dalam situasi bermacam-macam. Seorang siswa mudah menangkap materi yang diajarkan oleh guru, jika guru tersebut dapat mempertimbangkan intelegensi yang dimiliki oleh siswa tersebut. Multiple Intelligence atau intelegensi ganda meliputi intellegensi matematis-logis, intellegensi ruang- spasial, intelegensi kinesitik-badani, intelegensi music, intellegensi interpersonal, intelegensi intrapersonal, intellegensi lingkungan / naturalis, dan intelegensi eksistensial ( Suparno 20014:19).

Intellengensi siswa dalam memahami materi pelajaran juga dapat dibantu dengan adanya media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, pengetahuan ataupun informasi dari pengirim atau guru kepada penerima siswa, sehingga dapat merangsang pikiran, persaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau dapat merasa puas dengan hasil yang diperoleh baik para pendidik (guru) maupun siswa. Dengan melihat permasalahan diatas, peniliti akan mengembangkan perangkat-


(69)

perangkat pembelajaran yaitu media pembelajaran konvesional berbasis 9 kecerdasan ganda dan media pembelajaran konvesional untuk siswa kelas 1 sekolah dasar dengan subtema Aku Merawat Tubuhku. Melalui media konvesional berbasis kecerdasan ganda tersebut diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan kecerdasan ganda yang dimilikinya dalam proses belajar yang menyenangkan bagi siswa serta tercapainya tujuan dari kurikulum 2013.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan media konvesional berbasis 9 kecerdasan ganda.

2. Bagaimana kualitas mengembangkan media konvesional untuk siswa kelas 1 SD berdasarkan subtema Aku Merawat Tubuhku ?


(1)

(2)

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Mengapa kita perlu merawat tubuh ? a. Agar sehat dan segar

b. Agar jangan kotor

c. Agar tubuh tambah tinggi

2. Siapa saja yang ikut menjaga tubuh kita ? a. Diri sendiri

b. Orang tua c. Adik atau kakak

3. Apa lagi yang perlu dijaga selain tubuh kita ? a. Lingkungan

b. Barang mainan c. Binatang peliharaan

4. Mengapa kita perlu menjaga lingkungan ? a. Agar bersih dan sehat

b. Agar udaranya sejuk c. Agar terlihat indah

5. Tubuh kita sehat apabila kita…

a. Makan c. Istirahat b. Berolahraga

6. Yang kita lakukan setelah selesai berolahraga adalah.. a. Makan c. Mencuci tangan

Mari Berlatih !

Soal-soal ulangan akhir

subtema 3 “ Aku

merawat tubuhku”


(3)

a. Agar tidak mudah terkena penyakit b. Agar tangan kita bersih

c. Agar makanan yang kita makan menjadi enak 8. Kita perlu patuh pada aturan agar ...

a. Agar kita dipuji

b. Agar kita menjadi anak yang baik c. Agar kita disayang oleh orang lain


(4)

1) Benda-benda apa saja yang dibutuhkan saat menyikat gigi? 2) Mengapa kita perlu menyikat gigi?

3) Berapa kali kita menyikat gigi dalam sehari?

4) Kita menyikat gigi pada saat… dan …

5) Sebutkan jenis-jenis anggota tubuh!

6) Siapakah yang bertanggung jawab dalam menyikat gigi kita?

7) Siapakah yang bertanggung jawab dalam menjaga anggota tubuh kita? 8) Sebutkanlah 3 garis yang kamu ketahui!

9) Gambarlah 3 garis yang kamu ketahui tersebut! 10) Apa yang harus dilakukan setelah selesai berolahraga? 11) Ada berapa langkah dalam mencuci tangan?

12) Sebutkan cara merawat tubuh dengan benar! 13) Apa perbedaan kuku yang kotor dan bersih? 14) Apa perbedaan rambut yang kotor dan bersih? 15) Mengapa kita perlu merawat tubuh?

16) Lengkapilah bilangan berikut ini! 1,…,3,…,4,5,…,7, 8,..,10 !

17) Udin mempunyai 2 buah apel, dan Juna mempunyai 6 apel. Berapakah jumlah Apel yang dimiliki udin dan Juna ?


(5)

Berilah tanda centang () pada gambar ekspresi di bawah ini sesuai perasaanmu hari ini !

Nama siswa …………

Kelas …………

Ayo Renungkan !

…….

…….

……

……

Aku sangat senang karena

……… ……… ……….

Aku kurang senang karena ……… ……… ……… ……… ………

Aku tidak senang karena ……… ……… ……… Aku sedih kare a……… ……… ………

Refleksi


(6)

BIODATA PENULIS

Elfi H Saudale lahir di Talae Seda, 02 November 1994. Pendidikan Sekolah Dasar diperoleh di SD Inpres Pilasue Kabupaten Rote Ndao, Desa Lenguselu dan tamat pada tahun 2006. Pendidikan Menengah Pertama (SMP) diperoleh di SMP 2 Rote Selatan Kabupaten Rote Ndao, Desa Lenguselu dan tamat pada tahun 2009. Pendidikan Menengah Atas (SMA) juga diperoleh di SMA 1 Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao, dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012, peneliti mengikuti Program Profesi Guru terintegrasi (PPGT) dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul

Pengembangan media konvensional berbasis kecerdasan ganda Pembelajaran Subtema Aku Merawat Tubuhku Mengacu Kurikulum SD 2013 untuk Siswa kelas I Sekolah Dasar”. Pengembangan media konvensional berbasis kecerdasan ganda tersebut dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh media konvensional yang baik mengacu Kurikulum SD 2013.