64 b anak dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi ketika informasi
disampaikan dalam bentuk konkret, tetapi akan mengalami kesulitan mempelajari konsep dan pelajaran yang bersifat abstrak;
c anak mengalami kesulitan dalam transfer dan generalisasi keterampilan, ilmu, dan strategi;
d anak mengalami kesulitan kognitif dalam mengorganisasir materi baru dan mengasimilasi informasi baru ke informasi sebelumnya;
e anak mengalami kesulitan dalam tujuan jangka panjang dan manajemen waktu;
f anak membutuhkan tambahan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas, serta latihan tambahan untuk mengembangkan keterampilan
akademik yang setingkat dengan teman sebayanya; g motivasi belajar siswa hampir selalu berkurang;
h siswa mempunyai konsep diri yang rendah dan dapat menyebabkan permasalahan emosi dan tingkah laku; dan
i siswa berisiko tinggi drop out. Senada dengan pendapat tersebut, Munawir Yusuf 2005: 111
mengidentifikasi beberapa gejala atau karakteristik anak slow learner, meliputi: a rata-rata prestasi belajar rendah, biasanya kurang dari enak;
b sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik, jika dibandingkan teman sebayanya; c daya tangkap terhadap pelajaran
lambat, dan d pernah tinggal kelas.
65 Secara lebih rinci, Oemar Hamalik 2008: 184 menguraikan
karakteristik anak slow learner yang berimplikasi terhadap proses pembelajaran, meliputi:
a anak belajar dalam unit-unit yang lebih singkat; b anak membutuhkan pemeriksaan kemajuan yang lebih intensif dan
membutuhkan banyak perbaikan; c anak mempunyai perbendaharaan bahasa yang lebih terbatas;
d anak memerlukan banyak kosa kata baru untuk lebih memperjelas pengertian;
e anak tidak melihat adanya kesimpulan atau pengertian sesudahnya; f anak kurang memiliki kemampuan kreatif dalam merencanakan
g anak lebih lambat memperoleh keterampilan mekanis dan metodis; h anak lebih mudah mengerjakan tugas-tugas rutin, tetapi mengalami
kesulitan dalam membaca dan melakukan abstraksi; i anak cepat dalam mengambil kesimpulan, tetapi kurang kritis dan
mudah puas dengan jawaban yang dangkal; j anak kurang senang dengan kemajuan orang lain;
k anak mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan saat masuk sekolah, sehingga anak menjadi mudah marah, kurang
percaya diri, dan lebih berminat pada kehidupan di luar sekolah; l anak mudah terpengaruh oleh saran-saran orang lain;
m kesulitan belajar anak bertumpuk-tumpuk; n anak mempunyai ruang minat yang sempit;
66 o anak cenderung pada kegiatan over konvensasi;
p anak mempunyai waktu yang lamban; q anak kurang mampu dalam melihat hasil akhir perbuatannya;
r anak tidak dapat melihat unsur-unsur yang bersamaan dalam beberapa situasi yang berbeda;
s anak mempunyai daerah perhatian yang terbatas; dan t anak secara khusus membutuhkan bukti atas kemajuannya.
Dalam penelitian ini, karakteristik anak lamban belajar difokuskan pada: a tidak berhasil mengatasi situasi belajar dan berpikir abstrak; b
mengalami kesulitan dalam operasi berpikir kompleks; c proses pengembangan konsep atau generalisasi ide yang mendasari tugas sekolah,
termasuk rendah; d memori atau daya ingat rendah; e jangkauan perhatian anak lamban belajar relatif pendek dan daya konsentrasinya rendah; g tidak
mampu berekspresi dan mengungkapkan ide; f mengalami kesulitan hampir pada semua mata pelajaran yang berhubungan dengan pemahaman
dan hafalan; g tidak mampu berekspresi; h mempunyai hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya i memiliki emosi
yang kurang stabil; j biasanya kurang baik dalam bersosialisasi; k mengetahui aturan yang berlaku, tetapi tidak memahami aturan tersebut; l
sering terlambat dalam menyelesaikan tugas akademk dan dan nonakademik jika dibandingkan teman sekelasnya ; m pernah tinggal kelas;
n anak membutuhkan pemeriksaan kemajuan, perbaikan, dan penghargaan
67 yang lebih intensif; o kosa kata lebih terbatas; p mempunyai ruang minat
yang sempit; q mempunyai kepercayaan diri yang rendah.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dan pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Mirna Ari Wijayanti 2015 dengan judul “Pelaksanaan Pembelajaran Pada Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi di SDN Junrejo 01 Kota
Batu” dari hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran inklusi selalu menyesuaikan
karakteristik ABK. Penggunaan metode dan strategi dalam pembelajaran merupakan kendala yang sering terjadi dalam pembelajaran inklusi
dikarenakan keadaan siswa berkebutuhan khusus yang mudah berubah- ubah. Adanya kerjasama antar pihak terkait dalam pembelajaran inklusi
sangat diperlukan untuk mengatasi kendala yang muncul dalam pembelajaran inklusi.
2. Winda Quida Sari 2012 tentang “Pelaksanaan Inklusi di Sekolah Dasar Negeri 14 Pakan Sinayan Payakumbuh” dari hasil penelitian diketahui
bahwa pelaksanaan inklusi di SD Negeri 14 Pakan Sinayan Payakumbuh tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mengidentifikasi, asesmen,
RPP, PPI, tanggung jawab dan peranan guru, sarana dan prasarana. Padahal hal itu penting dilakukan serta menjadi penentu keberhasilan
program inklusi di SD Negeri 14 Pakan Sinayan Payakumbuh. Jika hal
68 tersebut terus berlanjut tentu pelaksanaan inklusi tidak berjalan sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran pada sekolah penyelenggara inklusi penggunaan metode dan strategi dalam pembelajaran merupakan kendala yang sering
terjadi dikarenakan keadaan siswa berkebutuhan khusus yang mudah berubah-ubah. Adanya kerjasama antar pihak terkait dalam pembelajaran
inklusi sangat diperlukan untuk mengatasi kendala yang muncul dalam pembelajaran inklusi. Selain itu pelaksanaan masih belum berjalan
sebagaimana mestinya. Peranan guru dalam mengidentifikasi siswa, sarana prasarana, asesmen, menyiapkan RPP dan PPI dan juga tanggung jawab guru
merupakan suatu penentu keberhasilan dari pelaksanaan pembelajaran, maka hal tersebut harus diperhatikan karena sebagai penentu berjalannya
pendidikan inklusi sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
F. Kerangka Pikir
Pendidikan Inklusi dilaksanakan supaya anak berkebutuhan khusus memperoleh pendidikan sesuai dengan kebutuhannya dan tanpa adanya
diskriminatif. Pelaksanaan pembelajaran pada setting inklusi secara umum sama dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas umum. Namun, karena
dalam setting inklusi terdapat peserta didik yang sangat heterogen, maka dalam pembelajarannya, di samping menerapkan prinsip-prinsip umum juga
harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kelainan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran dalam setting inklusi akan
69 berbeda, baik dalam kegiatan, metode, dan media. Dalam setting inklusi
terdapat komponen yang akomodatif, guru hendaknya dapat mengakomodasi semua kebutuhan siswa di kelasnya, termasuk membantu
mereka memperoleh pemahaman yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Salah satu sekolah inklusi yang berada di
Kabupaten Bantul adalah SD Negeri Jolosutro yang didalamnya terdapat siswa berkebutuhan khusus. Pelaksanaan pembelajaran bagi siswa
berkebutuhan khusus di SD Negeri Jolosutro telah dilaksanakan dengan baik meskipun ada kendala dalam pelaksanaan pembelajaranndya. Sil
pengamatan singkat tersebut Berdasarkan permasalahan hasil pengamatan singkat tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada indikasi pelaksanaan pembelajaran pada umumnya di sekolah dasar inklusi. Sejauh ini diduga layanan inklusi bagi slow learner
di SD Negeri Jolosutro dirasa belu mcukup memadai baik dari segi tujuan, perencanaan, pengelolaan, maupun penggunaan metode dan media serta
pendekatan yang tepat dari guru. Hal tersebut menjadikan pelaksanaan pembelajaran di sekolah inklusi kurang berjalan ideal.
Dengan demikian hal tersebut menarik untuk diteliti mengenai bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di kelas IV, yang terdapat
banyak anak berkebutuhan khusus berkategori slow learner mengikuti pembelajaran standar yang digunakan pada siswa normal reguler lainnya.
Selanjutnya, perlu diadakan identifikasi hambatan yang ada selama pelaksanaan pembelajaran bagi siswa kelas IV di sekolah inklusi dan
70 bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan tersebut. Bagan kerangka
pikir penelitian dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
G. Pertanyaan Penelitian
Berikut adalah pertanyaan penelitian terkait pelaksanakan pembelajaran di kelas IV sekolah inklusi SD Negeri Jolosutro, Piyungan,
Bantul yang dirumuskan oleh peneliti: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada kelas IV SD Negeri
Jolosutro, Piyungan, Bantul? 2. Bagaimana penerapan prinsip umum dan prinsip khusus dalam
pembelajaran sekolah inklusi kelas IV SD Negeri Jolosutro, Piyungan, Bantul?
Pendidikan inklusi, pendidikan tanpa
adanya diskriminatif.
Prinsip dan komponen pembelajaran sekolah
inklusi
Pelaksanaan pembelajaran sekolah
inklusi
Hambatan guru dan upaya guru mengatasi
hambatan tersebut
71 3. Bagaimana komponen-komponen pembelajaran dalam pembelajaran
sekolah inklusi kelas IV SD Negeri Jolosutro, Piyungan, Bantul? 4. Apa sajakah hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran sekolah inklusi
kelas IV SD Negeri Jolosutro, Piyungan, Bantul? 5. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan yang ada dalam
pelaksanaan pembelajaran sekolah inklusi kelas IV SD Negeri Jolosutro, Piyungan, Bantul?