Deskripsi Data Observasi Tindakan Siklus I

95 berbanding terbalik dengan hasil observasi pasca tindakan berpakaian anak cerebral palsy. Hasil pasca tindakan kemampuan berpakaian anak cerebral palsy siklus I belum optimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan skor atau nilai subyek sebesar 63,63 dengan kategori cukup. Hasil perolehan skor di sekolah didiskusikan oleh peneliti dan guru kelas sebagai refleksi dari seluruh tindakan yang dilakukan pada siklus I. Hasil perolehan skor tersebut belum mencapai KKM yang diinginkan, yakni 75. Perolehan skor tersebut membuat peneliti dan guru kelas untuk berkolaborasi dalam memodifikasi serta memperbaiki langkah tindakan pada siklus selanjutnya. Meskipun tindakan pada siklus I kurang optimal, namun anak cerebral palsy tipe spastik menunjukkan peningkatan kemampuan berpakaian. Hal itu di tunjukkan dengan meningkatnya perolehan skor dari observasi kemampuan awal. Pada observasi kemampuan awal subyek RN memperoleh skor 57,57 dengan kategori cukup, sedangkan pada hasil pasca tindakan kemampuan berpakaian siklus I RN memperoleh skor 63,63 dengan kategori cukup. Adapun jumlah peningkatan hasil pasca tindakan kemampuan berpakaian siklus I dibanding observasi kemampuan awal dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 12. Peningkatan hasil pasca tindakan siklus I dibanding kemampuan awal berpakaian anak cerebral palsy Sub yek KK M Kemampuan Awal Kategori Pasca Tindakan Siklus I Kategori Pening katan Skor Presen tase Skor Presen tase RN 75 19 57,57 Cukup 21 63,63 Cukup 6,06 96 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subyek RN memperoleh peningkatan dalam kemampuan berpakaian yakni 6,06 poin. Pencapaian kemampuan berpakaian subyek RN dapat disajikan dalam diagram dibawah ini: 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 RN Kemampuan Awal Nilai Pasca Tindakan Siklus I Gambar 5. Grafik nilai kemampuan awal dan pasca tindakan siklus I kemampuan berpakaian anak cerebral palsy Adapun deskripsi subyek saat pembelajaran berpakaian adalah subyek telah mampu secara mandiri dalam mengidentifikasi kancing. Ia juga mampu memasukkan tangan kanan dan kiri ke dalam lubang pakaian, meskipun dengan bantuan fisik dan verbal. Pada aspek mensejajarkan kelim bawah, mengancingkan pakaian, merapihkan kerah pakaian dan merapihkan pakaian subyek belum mampu melakukan kegiatan tersebut. Saat melakukan demonstrasi berpakaian juga subyek seringkali tidak mengikuti aturan dalam tahapan berpakaian, seperti subyek terlebih dahulu mendahulukan mengancingkan pakaian padahal ia belum mensejajarkan kelim bawah. Ia juga akan memasukkan tangan kiri terlebih dahulu apabila guru tidak memberikan bantuan verbal kepada subyek. 97

5. Refleksi dan Hambatan Siklus I

Pelaksanaan siklus I telah selesai sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Hasil observasi kemampuan berpakaian melalui metode drill yang telah dilaksanakan pada siklus I digunakan untuk menetapkan refleksi terhadap kondisi anak selama tindakan berlangsung. Peneliti dapat mengetahui hambatan apa saja yang muncul selama pelaksanaan tindakan dan hasil pasca tindakan yang telah dilaksanakan dapat menjadi pedoman untuk refleksi selanjutnya. Refleksi pada siklus I dilaksanakan untuk mengkaji, melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan pada siklus I. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus I, peneliti melihat beberapa hambatan atau kendala saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Hambatan-hambatan tersebut di antaranya adalah: a. Subyek belum mencapai KKM yang telah ditentukan b. Subyek sulit untuk mengikuti aturan dalam tahapan berpakaian c. Kondisi tangan subyek yang mengalami spastis menyulitkan subyek untuk mengancingkan pakaian dengan kancing mata d. Subyek sulit berkonsentrasi dan mudah beralih pandangan e. Adanya gangguan dari pihak lain seperti teman-temannya saat pembelajaran Menganalisis hambatan dan kendala tersebut maka dibutuhkan pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya, yaitu siklus II dalam upaya mengoptimalkan kemampuan berpakaian subyek. Agar pelaksanaan

Dokumen yang terkait

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI CEREBRAL Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Cerebral Palsy Flaccid Di Sekolah Luar Biasa Daya Ananda Panti II Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta.

0 0 13

BAB 1 PENDAHULUAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Cerebral Palsy Flaccid Di Sekolah Luar Biasa Daya Ananda Panti II Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta.

0 0 4

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI CEREBRAL Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Cerebral Palsy Flaccid Di Sekolah Luar Biasa Daya Ananda Panti II Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMAMPUAN MERAWAT DIRI PADA SISWA PENDERITA CEREBRAL PALSY RINGAN DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT SEMARANG TAHUN 2005 (Penelitian Pada Ibu Yang Memiliki Anak Penderita Cerebral Palsy Ringan).

0 0 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI TEKNIK LATIHAN GRAPHOMOTOR PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

12 56 187

EVALUASI PROGRAM ASESMEN BAGI ANAK TUNADAKSA DI SEKOLAH LUAR BIASA GANDA DAYA ANANDA.

5 25 212

LAYANAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SLB G DAYA ANANDA KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA.

5 28 187

PENINGKATAN KEMAMPUAN BINA DIRI ANAK AUTIS DALAM BERPAKAIAN MELALUI METODE LATIHAN (DRILL) DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS BINA ANGGITA YOGYAKARTA.

0 0 152

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM BERMAIN BAND MELALUI METODE DRILL DI SLB-G DAYA ANANDA SLEMAN.

0 0 81

PENGGUNAAN METODE LATIHAN (DRILL) PADA PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPAKAIAN ANAK CEREBRAL PALSY KELAS V DI SLB NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA.

0 0 264