Pembahasan Hasil Penelitian Peningkatan Prestasi Belajar IPA
139 bagian utama tubuh hewan yang berbahaya yaitu sengat, menyebutkan
nama hewan berdasarkan ciri-ciri bagian tubuh hewan yaitu anjing secara mandiri menjadi mampu menyebutkan bagian-bagian utama tubuh hewan
yaitu paruh, menyebutkan fungsi bagian-bagian utama tubuh hewan yaitu paruh, dan ekor, menyebutkan bagian-bagian utama tubuh hewan yang
berbahaya yaitu gigi taring dan sengat, menyebutkan fungsi bagian-bagian utama tubuh hewan yang berbahaya yaitu sengat, menyebutkan nama
hewan berdasarkan ciri-ciri bagian tubuh hewan yaitu anjing, walaupun masih diberikan bantuan verbal dan non verbal oleh guru.
Skor subyek dalam tes pasca tindakan siklus I telah meningkat jika dibandingkan dengan nilai tes sebelum pemberian tindakan, namun masih
terdapat materi yang belum dikuasai subyek dan memerlukan pemantapan.Pemantapan materi ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
karakteristik siswa tunagrahita kategori ringan yang sesuai dengan pendapat dari Sutjihati Somantri 2006: 106-107 bahwa siswa tunagrahita
mempunyai kemampuan ingatan yang lemah. Dengan kemampuan mengingat yang lemah, maka diperlukan pengulangan agar siswa
pembelajaran yang diberikan dapat maksimal. Dengan demikian peneliti bersama guru melakukan refleksi pada siklus I yang telah dilaksanakan
sebagai acuan dalam pemberian tindakan siklus II. Adapun yang menjadi refleksi peneliti dengan guru adalah proses kegiatan pembelajaran IPA
dengan menggunakan media video di kelas dan hambatan-hambatan yang dialami guru.Pada pembelajaran siklus II sebelum pelaksanaan proses
140 pembelajaran terlebih dahulu guru menutup pintu kelas. Adanya
pengulangan penjelasan mengenai bagian-bagian utama tubuh hewan menggunakan media video yaitu dengan memutar kembali media video
pembelajaran kemudian menghentikan atau pause media video pada bagian yang akan dijelaskan. Adanya pergantian media tambahan yang
digunakan menjadi mencocokan ciri-ciri bagian utama tubuh hewan dengan menempelkan kartu nama-nama bagian utama tubuh hewan sesuai
dengan anak panah yang ada pada gambar bagian-bagian utama tubuh hewan yang ditempelkan pada papan flannel.
Skor subyek dalam tes pasca tindakan siklus II telah meningkat jika dibanding dengan nilai tes pasca tindakan siklus I menjadi 91,00 dengan
kategori sangat baik meningkat 14,00 dibandingkan dengan skor pasca tindakan siklus I. Pada tes pasca tindakan siklus II siswa mampu
mengerjakan 16 soal secara mandiri dan mampu mengerjakan 8 soal dengan mendapat bantuan verbal. Dengan demikian dapat ditegaskan
bahwa penelitian tindakan kelas ini dilakukan sampai pada tindakan siklus II dan selanjutnya dapat dilanjutkan oleh guru kelas, hal tersebut
dikarenakan nilai tes pasca tindakan siklus II sudah lebih besar dibandingkan KKM yang digunakan sebagai indikator pencapaian.
Media video yang diterapkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar non cetak berupa media yang menampilkan gambar bergerak beserta
tulisan dengan suara yang menyertainya yang berisi tentang nama-nama hewan, bagian-bagian utama tubuh hewan dan fungsi bagian-bagian utama
141 tubuh hewan.Daryanto 2010: 87-88 menjelaskan bahwa tingkat retensi
daya serap dan daya ingat siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat secara signifikan jika proses pemerolehan informasi awalnya
lebih besar melalui indera penglihatan dan pendengaran. Kemampuan media video dalam memvisualisasikan materi efektif untuk menyampaikan
materi yang bersifat dinamis terutama materi yang memerlukan visualisasi. Hal tersebut sesuai dengan permasalahan siswa tunagrahita
kategori ringan yang memiliki kemampuan berpikir abstrak dan daya analisis yang rendah. Menurut Mumpuniarti 2007: 15-17 menyatakan
karakteristik anak tunagrahita kategori ringan antara lain karakteristik fisik tidak berbeda dengan anak normal, perkembangan kognitifnya terbatas
pada tahap operasional konkret, kesulitan untuk berfikir abstrak, keterbatasan kemampuan menyangkut perhatian, ingatan, dan kemampuan
generalisasi, miskin perbendaharaan bahasa. Melalui media video yang menampilkan bagian-bagian utama tubuh
hewan dan dimodifikasi dengan media kartu nama hewan, kartu gambar hewan dan kartu nama bagian-bagian utama tubuh hewan serta
memanfaatkan beberapa indera siswa indera penglihatan dan
pendengaran ini dirancang sedemikian rupa agar siswa tertarik dengan proses pembelajaran. Hal ini yang dapat mempengaruhi peningkatan
prestasi belajar IPA anak tunagrahita kategori ringan. Berdasarkan pengamatan terhadap kinerja guru dan partisiasi siswa
pada siklus I dan siklus II secara keseluruhan masuk dalam kategori baik
142 dan sangat baik. Siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik
dan guru dapat berperan sebagai informan dan fasilitator bagi siswa. Pada siklus pertama, rata-rata perolehan skor kinerja guru sebesar 34,33
88,03 termasuk kategori sangat baik dan pada siklus II memperoleh skor 35,50 91,02 termasuk kategori sangat baik. Rata-rata skor
partisipasi yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 39,66 82,63 termasuk kategori baik dan pada siklus II sebesar 42,50 88,54
termasuk kategori sangat baik. Berdasarkan uraian di atas tentang pelaksanaan pembelajaran IPA
menggunakan media video pada anak tunagrahita kategori ringan kelas dasar 3 di SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta, dapat terlaksana dengan
baik dan dengan hasil sesuai harapan. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar ilmu pengetahuan alam pada anak
tunagrahita kategori ringan kelas dasar 3 di SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta dapat ditingkatkan dengan menggunakan media video.