2.2.4 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Piaget dalam Rifa’i 2009: 26 membagi tahap perkembangan kognitif individu menjadi 4 tahap, yaitu: 1 tahap sensorimotorik usia 0-2 tahun; 2
tahap praoperasional usia 2-7 tahun; 3 tahap operasional kongkrit usia 7-11 tahun; 4 tahap operasional formal 11 tahun – dewasa. Berdasarkan tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget tersebut, anak usia sekolah dasar dapat digeneralisasikan termasuk dalam tahap operasional kongkrit. Pada tahap ini, anak
mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit. Selain itu, menurut Rifai dalam Kurnia dkk 2007: 1-29 pada periode
sekolah dasar anak memiliki karakteristik perkembangan dengan ciri pokok 1 dorongan untuk masuk ke dalam kelompok sebayanya; 2 dorongan yang bersifat
kejasmanian; 3 dorongan untuk memasuki dunia orang dewasa. Pembelajaran di sekolah juga harus menyesuaikan karakteristik siswa.
Dengan demikian, pembelajaran untuk anak usia sekolah dasar harus didesain sedemikian rupa agar sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif anak.
Guru hendaknya mampu memanfaatkan benda-benda kongkrit sebagai media dalam pembelajaran, serta menerapkan pendekatan pembelajaran yang memberi
kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dan berinteraksi dengan siswa lainnya. Adanya kesesuaian antara desain pembelajaran dan karakteristik siswa
diharapkan dapat memberikan hasil belajar yang baik bagi siswa.
2.2.5 Hakikat Seni Budaya
Seni ialah ekspresi perasaan manusia yang dikongkritkan, untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya kepada orang lain, sehingga
merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada penikmat yang
menghayatinya Sukarya 2008: 1.1.6. Dalam konteks kesenian, ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu pencipta seni seniman, penikmat seni
masyarakat, dan karya seni Sukarya 2008: 1.2.6. Sedangkan budaya menurut Suparlan dalam Sukarya 2008: 1.2.2 adalah keseluruhan pengetahuan manusia
yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman dan lingkungannya serta menjadi kerangka dasar yang menciptakan dan mendorong
terwujudnya kelakuan. Koentjaraningrat dalam Sukarya 2008: 1.2.5 menyatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem-sistem yang dikembangkan oleh manusia
meliputi sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian.
Seni dan budaya seringkali diidentikkan satu sama lain karena melalui pendekatan kebudayaan, perilaku berkesenian dapat dipandang sebagai salah satu
cara untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu kebutuhan integratif. Salah satu unsur kebudayaan yang hidup di masyarakat adalah kesenian. Jika kebudayaan
dipandang sebagai sistem pengetahuan atau gagasan, maka dapat diartikan bahwa kesenian merupakan sistem pengetahuan, nilai-nilai, dan gagasan yang merujuk
pada nilai estetika dan keindahan Sukarya 2008: 1.2.6. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan integratif antara kesenian dan kebudayaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seni budaya merupakan perilaku berkesenian yang dilakukan melalui pendekatan kebudayaan. Seni
budaya juga dapat diartikan sebagai unsur-unsur seni yang terintegrasi dengan nilai-nilai budaya.