Uji Coba Soal Evaluasi

guru diamati dengan memperhatikan hal-hal seperti 1 mengkondisikan kegiatan proses belajar mengajar dalam menerapkan metode simulasi, 2 menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar, 3 penguasaan dalam menerapkan metode simulasi, 4 memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa, 5 memberikan motivasi dan penguatan selama kegiatan belajar mengajar.

3.6.4 Refleksi

Semua hasil dari implementasi tindakan dan hasil pengamatan oleh pengamat dikumpulkan, dinalisis, dan dievaluasi, serta didiskusikan antara guru, dan pengamata tentang kelebihan dan kelemahan pada sklus II. Dari hasil refleksi, yang sudah didiskusikan antara guru dan pengamat pada siklus II, jika hasil dari siklus II sudah memenuhi kriteri keberhasilan, maka tindakan kelas dicukupkan. Namun jika belum, dilanjutkan siklus III dengan berdasarkan refleksi siklus II.

3.7 Uji Coba Soal Evaluasi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa, aktivitas mengajar guru dan alat evaluasi hasil belajar. Sebelum soal evaluasi hasil belajar digunakan, perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Hasil uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda soal. a. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid jika dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat Suharsimi, 2006:268. Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan : M p : Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal M t : Rata-rata skor total S t : Standar deviasi skor total P : proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal q : proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal Kemudian harga r pbis yang diperoleh dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5. Jika harga r hitung r tabel maka butir soal yang diuji bersifat valid. Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N=28 dan taraf signifikansinya 5, didapat r tabel = 0,370. Hasil penghitungan uji validitas dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Butir Soal Kriteria Nomor soal Jumlah Keterangan Valid 1,2,4,5,6,8,9,10,12,13,14,15,16, 18,19,20,21,22,23,24,25,26,27, 28,29,31,32,33,34,35,36,39,40, 41,42,43,44,45,46,47,48,49. 42 Digunakan dalam penelitian Tidak Valid 3,7,11,17,30,37,38,50 8 Tidak digunakan dalam penelitian atau dibuang Sumber : Pengolahan data hasil pengujian validitas butir soal. q p S M M r t t p p bis - = Berdasarkan tabel 3.1 diperoleh keterangan dari 50 soal, banyaknya soal yang tidak valid sebanyak 8 yaitu 3,7,11,17,30,37,38,50 Soal yang tidak valid tersebut tidak dipakai dalam penelitian atau dibuang. Soal yang valid sebanyak 42 soal, dan yang valid akan digunakan dalam penelitian, untuk siklus I diambil 21 soal dan siklus II diambil 21 soal. Lampiran 6, halaman 117. b. Uji Reliabilitas Sebuah tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang ajeg, artinya tes tersebut dikenakan pada sejumlah subyek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap sama atau relative sama. Reliabilitas tes obyektif dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20 yaitu: Keterangan : R 11 : Reliabiitas tes secara keseluruhan P : Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q : Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah q = p – 1 s : Standar deviasi dari tes akar dari varians n : Banyaknya item Suharsimi, 2006: 100 Harga r 11 tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel dengan taraf signifikansi 5, jika harga r hitung r tabel maka dapat disimpulkan bahwa soal terebut adalah soal yang reliabel. 11 = � � − 1 2 − � 2 � = � Berdasarkan hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N=28 dengan taraf signifikansi 5 diketahui r tabel= 0,370. Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang berjumlah 50 soal pilihan ganda diperoleh nilai reliabilitas soal sebesar 0,956. Dari nilai reliabilitas tersebut soal bersifat reliabel, sebab nilai reliabilitas r 11 yang diperoleh lebih besar dari r tabel yaitu 0,370. Lampiran 6, halaman 117. c. Uji indeks kesukaran soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar, karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha dalam pemecahanya. Soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk memecahkanya. Tingkat kesukaran soal ditentukan denga rumus : Keterangan: P : indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab itu dengan betul JS : Jumlah seluruh peserta tes Kriteria yang menunjukan tingkat kesukaran soal adalah: 0,00 P ≤ 0,30 maka dikategorikan soal sukar 0,30 P ≤ 0,70 maka dikategorikan soal sedang 0,70 P ≤ 1,00 maka dikategorikan soal mudah Suharsimi, 2006:210 Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Kriteria Nomor soal Jumlah Keterangan Mudah 8, 17,23,43dan 49 5 Dipakai dalam penelitian kecuali 17 Sedang 1,2,3,4,6,7,9,10,11,12, 13,14,15,18,19,20,21, 22,25,26,27,28,29,30, 31,32,33,34,35,37,38, 39,40,41,42,44,45,46, 47,48,50 41 Dipakai dalam penelitian kecuali 3,7,11,30,37,38,50 Sukar 5,16, 24, dan 36. 4 Dipakai dalam penelitian Sumber : Pengolahan data hasil analisis tingkat kesukaran soal Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh soal dikategorikan mudah sebanyak 5, dan soal dikategorikan sedang sebanyak 41 serta soal dikategorikan sukar sebanyak 4. Lampiran 6, halaman 117 d. Uji Daya pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Rumus untuk mementukan indeks diskriminasi adalah sebagai berikut : Keterangan : D = daya pembeda J A = Banyaknya peserta kelompok atas J B = Banyaknya peserta kelompok bawah B A = Banyknaya peserta kelompok atas yang menjawab benar D = � − � = � B B = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar P A = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Suharsimi, 2002 : 218-219. Kriterian soal yang dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya pembedanya diklasifikasikan sebagai berikut: 0,00 D ≤ 0,20 maka daya pembedanya jelek. 0,20 D ≤ 0,40 maka daya pembedanya cukup. 0,40 D ≤ 0,70 maka daya pembedanya baik. 0,70 D ≤ 1,00 maka daya pembedanya baik sekali. Bila D negatif berarti semua tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja Suharsimi, 2006:218. Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda sola pada uji coba instrumen dapat dilihat dalam tabel 3.3, sebagai berikut: Tabel 3.3 Hasil Analisis Daya Pembeda Kriteria Nomor soal Jumlah Keterangan Sangat Baik 20,42, 2 Dipakai Baik 1,2,4,5,6,8,9,10,12,13,14, 15,18,19,21,22,23,24,26,28, 29,30,34,35,36,39,40,41, 44,45,46,47,48 33 Semua nomor soal dipakai, kecuali nomor 30 Cukup 16,25,27,31,32,33,43,49,50 9 Dipakai kecuai nomor 50 Jelek Sumber : Pengolahan data hasil analisis daya pembeda soal Butir soal yang mempunyai nilai D negatif ada 6 yaitu butir soal nomor 3, 7, 11, 17, 37, 38 yang berarti tidak digunakan atau dibuang. Lampiran 6, halaman 117.

3.8 Metode pengumpulan data