Sistem Pendisiplinan Tingkat daya juang siswa mengikuti sistem pendisiplinan di sekolah dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pribadi
29
akronim dari CO
2
RE, yaitu Control, Origin and Ownership, Reach, dan Endurance.
Dimensi Control menunjukkan respons seseorang terhadap kesulitan, khususnya dalam hal kendali terhadap masalah. Siswa yang merasa tidak
berdaya dalam menghadapi sistem pendisiplinan dan menganggap bahwa dia tidak dapat berbuat apa-apa akan kesulitan yang dihadapi memiliki kendali
yang rendah terhadap masalah. Dia membiarkan dirinya dikendalikan oleh kesulitan sehingga dia merasa tidak berdaya. Sebaliknya, jika siswa
mempunyai keyakinan bahwa dia mampu menghadapi dan melalui masalah tersebut, dia memiliki kendali yang tinggi terhadap masalah.
Dimensi origin and ownership menunjukkan sikap seseorang dalam mengidentifikasi penyebab kesulitan muncul dan mengakui akibat yang
ditimbulkan serta memperbaiki diri dari kesalahan yang dilakukan. Siswa yang memiliki dimensi origin dan ownership yang tinggi tidak akan berlarut
dalam rasa bersalah dan penyesalan ketika melakukan pelanggaran tata tertib yang membuatnya dihukum. Sebaliknya, dia akan memperbaiki diri dan
berupaya untuk tidak melakukan kesalahan lagi. Dimensi reach menggambarkan sikap seseorang dalam membatasi
ruang lingkup masalah terhadap aspek kehidupannya yang lain. Siswa yang merasa bahwa hubungan sosial, kesehatan, bahkan prestasi belajar mengalami
penurunan semenjak dia mengikuti sistem pendisiplinan di sekolah memiliki daya juang yang rendah, khususnya pada dimensi reach. Hal itu disebabkan
dia membiarkan kesulitan yang dihadapinya menjangkau lebih banyak aspek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dalam hidupnya daripada yang seharusya terjadi. Sebaliknya, siswa yang tidak menganggap kesulitan yang dialaminya mempengaruhi sisi lain
kehidupannya merupakan siswa yang mampu membatasi jangkauan masalahnya.
Dimensi endurance
menunjukkan sikap
seseorang tentang
anggapannya mengenai jangka waktu kesulitan itu terjadi. Orang yang menganggap bahwa kesulitan yang terjadi tidak akan pernah berakhir merasa
tidak perlu melakukan apapun untuk mengatasi situasi tersebut. Siswa yang beranggapan seperti ini dalam mengikuti sistem pendisiplinan di sekolah akan
memberikan kontribusi yang sangat kecil dalam upaya mencapai tujuan bersama. Menurut Seligman 2005, siswa tersebut dapat dikatakan pesimis.
Sebaliknya, siswa yang memiliki pandangan bahwa kesulitan yang dialaminya hanya akan berlangsung sementara memiliki tingkat daya juang
pada dimensi endurance yang tinggi.