Definisi Istilah Daya Juang
17
pekerjaan. Perbaikan yang dilakukan oleh seseorang akan semakin mengembangkan kemampuan daya juangnya.
g Ketekunan Stoltz 2007:95 mengatakan, “ketekunan adalah kemampuan untuk
terus menerus berusaha, bahkan manakala dihadapkan pada kemunduran-
kemunduran atau kegagalan.” Respons yang baik atas kesulitan yang dihadapi akan membantu seseorang untuk terus
berusaha sedangkan mereka yang merespons dengan buruk akan mudah menyerah.
h Belajar Daya juang berkaitan dengan teori Seligman mengenai optimisme
dan pesimisme. Menurut penelitian Dweck Stoltz. 2007, ditemukan bahwa anak yang merespons kesulitan secara pesimis tidak akan
belajar banyak dibandingkan anak yang merespons secara optimis. i Merangkul perubahan
Perubahan akan selalu menyertai kehidupan manusia. Kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi perubahan akan sangat
dibutuhkan. Orang yang menerima perubahan dengan baik akan menganggap perubahan itu sebagai peluang dan bukan hambatan.
Mereka yang menolak perubahan merasa tidak memiliki kontrol atas perubahan itu sehingga menganggap perubahan sebagai suatu beban
dan ancaman yang tetap atau permanen. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
j Keuletan, stres, tekanan, kemunduran Kemungkinan munculnya stress dalam hidup seseorang tidak sedikit.
Banyak hal yang dapat memicu stress pada seseorang. Respons terhadap stres yang dapat membentuk daya juang. Ketika orang
merespons stress dengan baik, maka mereka akan semakin ulet dan mengurangi stress itu sendiri. Mereka bisa saja mundur untuk
menentukan langkah apa yang akan diambil selanjutnya dan melanjutkan perjuangan. Sebaliknya, ketika stress direspons dengan
negatif, maka stress tersebut akan terasa menekan dan menimbulkan kemunduran yang membuat seseorang sulit untuk maju.
3. Dimensi Daya Juang Daya juang terdiri atas empat dimensi, yaitu CO
2
RE atau akronim dari C = Control Kendali, O2 = Origin and Ownership Asal-Usul dan
Pengakuan, R = Reach Jangkauan, dan E = Endurance Daya Tahan Stoltz. 2007.
a. C = Control Kendali Menurut Stoltz 2007, kendali diawali dengan keyakinan bahwa
segala sesuatu dapat dilakukan meskipun banyak rintangan yang harus dilalui sehingga menciptakan tindakan dan pikiran yang
mendukung keyakinan tersebut. Orang yang merespons kesulitan yang dialami secara optimis mencerminkan dirinya yang merasa
memiliki kendali yang kuat terhadap masalahnya. Mereka akan lebih berani untuk menunjukkan kemampuan mereka, yaitu tidak
19
dikendalikan oleh permasalahan namun sebaliknya mereka yang mengendalikan dirinya untuk dapat mengatasi masalah. Mereka akan
bersikap tenang dan berpikir tentang bagaimana diri mereka mengatasi masalah yang dihadapi dengan mengubah cara pandang
menjadi lebih positif dan menyusun strategi untuk menyelesaikan masalahnya. Orang yang merespons kesulitan dengan baik tidak
langsung menyerah ketika menemui kesulitan melainkan berani untuk menghadapi dan mengatasinya.
b. O
2
= Origin and Ownership Asal-Usul dan Pengakuan Dimensi ini terdiri atas dua aspek, yaitu asal-usul dan
pengakuan. Asal usul menyangkut rasa bersalah yang timbul dari dalam diri seseorang ketika mengalami kesulitan. Rasa bersalah ini
dapat menjadi suatu pelajaran untuk dapat melakukan perbaikan ke depannya dan bentuk penyesalan akan tindakan yang mungkin
melukai orang lain. Penyesalan dapat membantu untuk memperbaiki kerusakan yang mungkin terjadi dalam suatu hubungan. Orang yang
memiliki tingkat daya juang rendah cenderung terlalu menyalahkan dirinya atas kejadian buruk yang dialami dan menganggap dirinya
sebagai sumber kesulitan sehingga tidak mampu belajar dari kesalahan. Dengan memiliki rasa bersalah berlebihan, orang akan
berlarut-larut dalam penyesalan, sehingga mudah kehilangan semangat dan motivasi untuk bertindak dan melakukan perbaikan.
Orang yang memiliki tingkat daya juang tinggi akan memaafkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kesalahan diri sendiri dengan menyadari bahwa dirinya bukanlah satu-satunya penyebab kesulitan yang dialami namun ada faktor lain
juga, sehingga dia mampu bangkit dari kegagalan yang dialami. Oleh karena itu, rasa bersalah yang muncul perlu ditempatkan pada kadar
yang sewajarnya dan digunakan untuk melakukan perbaikan diri secara terus-menerus.
Aspek yang kedua ialah pengakuan. Dalam hal ini, seseorang mengakui akibat yang ditimbulkan oleh masalah yang terjadi. Adanya
pengakuan mengenai akibat masalah mencerminkan tanggung jawab. Orang yang mempunyai rasa bersalah atas suatu masalah dan tidak
mengakui akibat dari masalah, tidak bertanggung jawab atas masalah itu. Mereka akan menganggap bahwa mereka tidak bertanggung
jawab untuk akibat yang muncul itu Karena mereka merasa tidak mampu untuk melakukan perbaikan. Sebaliknya, orang yang
mempunyai rasa bersalah dan mengakui akibat dari masalah tersebut menerima konsekuensi dari kesalahannya. Mereka akan bertanggung
jawab melakukan tindakan-tindakan sebagai ganti atas kesalahannya dan tidak mengulang kesalahan yang dilakukan. Mereka cenderung
berpikir tentang strategi untuk mengatasi akibat atau kesulitan yang ditimbulkan oleh kesalahan yang dilakukan. Dengan demikian,
mereka menunjukkan bahwa mereka memikul tanggung jawab. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. R = Reach Jangkauan Ada perbedaan antara respons orang yang memiliki daya juang
rendah dan tinggi terhadap suatu kesulitan. Respons orang yang memiliki daya juang rendah terhadap masalah menganggap bahwa
kesulitan merupakan sebuah musibah. Dengan begitu, mereka membiarkan kesulitan tersebut meluas dan menjangkau lebih banyak
segi kehidupannya dari yang seharusnya terjadi. Mereka menjadi destruktif dan dengan demikian mereka membiarkan harapan,
semangat, serta kebahagiannya direnggut oleh kesulitan tersebut. Berbeda dengan itu, orang yang memiliki daya juang tinggi akan
merespons kesulitan sesuai dengan jangkauannya, yaitu tidak lebih dan tidak kurang. Mereka membatasi kesulitan tersebut agar tidak
merembes ke dalam segi kehidupan yang lain. Sebagai contoh, mereka akan menganggap kesalahpahaman hanyalah sebuah
kesalahpahaman dan bukan suatu tanda kehancuran hidup. Mereka tidak membiarkan satu masalah yang dialami mempengaruhi segi lain
dari kehidupannya, melainkan berusaha melakukan tindakan untuk mengatasi masalah tanpa mempengaruhi segi kehidupan lainnya.
d. E = Endurance Daya Tahan Daya tahan berkaitan dengan seberapa lama kesulitan akan
berlangsung. Ketika orang menanggapi kesulitan sebagai sesuatu yang akan berlangsung lama atau bahkan tidak akan pernah berakhir,
mereka akan lebih sering menanggapi kesulitan dengan kata-kata atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kalimat yang mengarah pada sesuatu yang permanen atau menempel pada diri mereka. Sto
ltz 2007:163 mengatakan, “Kata-kata itu membuat Anda tidak berdaya untuk melakukan perubahan”. Memberi
cap permanen melalui kata-kata atau kalimat sebagai respons atas kesulitan yang dihadapi akan membuat orang merasa tidak mampu
untuk melakukan perubahan. Sebagai contoh, orang membuat cap permanen bahwa kesulitan yang mereka alami tidak akan berakhir,
mereka akan mengulur-ulur waktu untuk menyelesaikan kesulitan dan membuat kesulitan tersebut berlangsung lebih lama. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka berfokus pada masalah dan bukan pada solusi. Apabila kesulitan ditanggapi sebagai sesuatu yang hanya
berlangsung sementara dan segera berakhir, akan menjadikan orang tidak mudah menyerah dan tetap semangat untuk mencoba lagi.
Orang-orang yang mempunyai anggapan seperti itu akan berusaha mengatasi kesulitan agar kesulitan tersebut cepat berakhir.
4. Tipe-tipe Daya Juang Ada tiga tingkatan daya juang, yaitu Quitter, Camper, dan Climber
Stoltz, 2007. Daya juang dianalogikan oleh Stoltz sebagai suatu pendakian gunung. Dalam pendakian tersebut, ada yang memilih untuk
menjadi Quitters, Campers, maupun Climbers. Quitters merupakan orang yang berhenti. Dalam menghadapi
kesulitan, mereka akan memilih untuk menolak, tidak melakukan kewajibannya, mundur bahkan berhenti. Quitters menolak kesempatan,
23
yaitu perubahan atau rintangan, yang ditawarkan oleh kehidupan sehingga mereka tidak mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Mereka tidak berkontribusi banyak dalam hal-hal yang mereka kerjakan karena melihat kurangnya alasan untuk menginvestasikan apa yang
mereka miliki untuk berkembang. Sikap ini berdampak pula pada relasi Quitters dengan orang lain karena mereka akan mencari dan menemukan
orang yang sama dengannya, yaitu mereka yang berhenti dalam berjuang, dan bersama-sama merenungi nasib.
Sedikit mirip dengan Quitters, Campers merupakah orang yang berkemah. Mereka adalah orang yang cepat puas dan memilih untuk
mendirikan kemah di tempat yang aman dan nyaman bagi mereka. Celakanya, para Campers hanya akan menetap di zona tersebut dan tidak
memilih untuk maju sehingga potensi yang mereka miliki lama-kelamaan merosot dan bahkan bisa hilang. Mereka mungkin menerima perubahan
ataupun memberikan kontribusi sejauh hal tersebut tidak mengancam posisi aman mereka.
Berbeda dengan kedua tingkat tersebut, tingkatan yang paling tinggi adalah Climbers. Mereka disebut sebagai para pendaki karena
mereka tidak hanya puas dengan sekedar pendakian-pendakian sebelum mencapai puncak. Climbers berani untuk keluar dari zona amannya dan
memilih untuk terus menerus melakukan pendakian demi pengembangan dan perbaikan diri. Climbers terus mencari cara-cara baru untuk
bertumbuh dan memberikan kontribusi.Climbers juga secara terbuka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menerima perubahan dan menganggap perubahan itu sebagai suatu kesempatan untuk semakin maju.