Bersikap sopan dan berbahasa yang santun

menyenangkan dan menggunakan strategi belajar yang bervariasi. Beberapa strategi pengembangan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu : • Memberi anak kesempatan untuk sharing tentang perasaan dalam lingkungan yang nyaman dan aman • Mengajarkan hal-hal yang realistik dapat dimengerti oleh anak • Memberi kesempatan anak untuk berlatih belajar kooperatif dan berbagi tanggung jawab • Mengundang teman yang berbeda budaya, mengembangkan rasa nasionalisme • Mengembangkan aturan kelas bersama • Memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapat, bereksperimen dalam belajar • Memberi contoh sikapperilaku yang baik: keingintahuan, toleransi dll Perkembangan Sikap Beragama Anak 4-6 Tahun Makna sikap beragama memiliki arti yang sangat luas dan bermuara ke arah hal-hal yang mulia sebagai perwujudan manusia sebagai mahluk ciptaanNYA. Sikap beragama merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku anak dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya. Sikap beragama merupakan suatu hal yang sangat penting yang diperlukan, karena spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, moral dan rasa memiliki, memberi arah dan arti pada kehidupan. Sikap beragama merupakan suatu kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar daripada kekuatan diri manusia dan suatu kesadaran yang menghubungkan manusia langsung kepada sang maha pencipta Hal ini dapat dimengerti anak dengan adanya rasa kagum atas ciptaan Allah dan gejala alam yang dapat dirasakan dan dialaminya, seperti adanya angin, hujan, matahari yang selalu terbit dan terbenam. Pendidikan agama mempunyai suatu landasan pokok, yaitu penanaman iman pada diri anak sebagai bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Tugas utama dari orang tuaorang dewasa terhadap anak dalam menanamkan keimanan kepada anak perlu berhati-hati baik dalam contoh hiasan, tulisan maupun perbuatan. Penanaman kemampuan pada anak- anak bertujuan agar dalam jiwa anak berangsur-angsur tertanam perasaan cinta kepada Tuhan dan agama. Agama merupakan pondasi awal untuk menanamkan rasa keimanan pada diri anak. Dalam agama terdapat dua unsur yang sangat penting yaitu keyakinan dan tata cara yang mana kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada usia 0-2 tahun, merupakan masa ketergantungan terhadap orang tua, anak-anak kecil memperoleh tingkah lakunya hampir seluruhnya mel.alui pola peniruan. Walaupun anak kecil itu tidak mengerti arti perbuatan tersebut, ia menirukan apa yang dilihatnya dan belajar menentukan pola hidupnya untuk yang baik atau yang buruk. Konsepsi anak kecil tentang Allah sebagian besar ditentukan oleh konsep dan sikap orang tua terhadap Allah. Anak yang berumur 2-3 tahun dapat mengerti bahwa Al-Kitab datangnya dari Allah, Yesus adalah anak Allah, Gereja adalah rumah Allah, dan Allah mencintai dan memelihara dia. Oleh karena ingatan mereka belum dapat diandalkan dan perbendaharaan katanya terbatas maka konsepsi harus diajarkan berulang-ulang dengan berbagai cara. Anak balita menyukai pengalaman ini. Cerita-cerita Al-Kitab harus selalu disebut sebagai kebenaran dan diajarkan dari Al-Kitab yang terbuka. Anak balita meniru orang tuanya, guru, dan kakaknya. Mungkin ia tidak mengerti maksud tindakan-tindakan tersebut, tetapi PENDALAMAN MATERI GURU KELAS PAUDTK 349 ia meniru apa yang dilihat dan akhirnya hidupnya ikut teladan orang-orang yang ditirunya, hal ini sering kali menyangkut perasaan anak kepada Tuhannya. Pada usia 4-6 tahun, anak dapat belajar mencintai Allah sebagaimana ia belajar mencintai orang-orang dalam rumahnya. Mungkin ia tidak mengerti sepenuhnya tentang Allah sebagai Pencipta atau Yang Maha Tinggi, tetapi ia dapat merasakan rasa terima kasih, cinta, dan penghormatan serta mengungkapkan perasaan- perasaan itu. Pujian dan do’a anak usia ini harus diutarakan dalam kata-kata yang dapat dimengerti dan hendaknya mengungkapkan perasaannya sendiri. Hidup do’anya itu hendaknya menuntun dia untuk menaikkan ucapan syukur maupun permintaan do’a kepada bapa di surga. Dengan mudah guru dapat mempengaruhi anak pada usia ini. Ia percaya segala sesuatu yang diucapkan kepadanya Ia pun perlu menyadari pengetahuan orang tua dan guru terbatas juga walaupun mereka telah hidup lebih lama dari dia. Usia 6-8 tahun, kemampuan anak untuk mengenal Allah bertambah ketika dunia lingkungannya bertambah luas dan pengalamannya bertambah banyak. Anak memperoleh manfaat bila ia beribadah sesuai dengan tingkat pengertiannya sendiri dalam kebaktian sekolah minggu, kebaktian anak-anak, dan pekan rohani anak. Anak usia ini senang mendengar cerita. Akan tetapi, karena hidup ini sekarang menjadi kenyataan maka setelah mendengar cerita itu ia akan bertanya, ”Apa itu sesungguhnya benar?”. Cerita sinterklas dan lain sebagainya dipertanyakan dan kemudian ditolak karena cerita- cerita Al-Kitab diceritakan dan dibumbui hal-hal yang tidak benar, maka cerita-cerita itu pun akan ditolaknya. Berdusta pada usia 8 tahun diangga lebih serius daripada berkata bohong pada usia 4 tahun. Nilai keagamaan yang dikenalkan pada anak usia 4-6 tahun, adalah Kedamaian, Kebahagiaan, dan Mencintai mahluk ciptaa Tuhan. Pengembangan nilai agama pada anak usia dini dapat dilakukan melaui pemodelan modelling, anak belajar melalui imitasi. Bermain Peran role playing, yaitu menciptakan suatu situasi dimana individu diminta untuk melakukan suatu peran tertentu yang biasanya bukan peran dirinya di suatu tempat yang tidak lazim peran tersebut terjadi. Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah sikap atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan. Simulasi simulation adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggambarkan suatu situasi atau perilaku yang sebenarnya. Balikan Penampilan performance feedback adalah informasi yang menggambarkan seberapa jauh hasil yang diperoleh dari role playing, bentuknya dapat berupa reward, reinforcement, kritik dan dorongan. Contoh Pengembangan Nilai Moral dan Agama 1. Nama Permainan : ”GILIRANMU ... GILIRANKU...” Sasaran : Anak usia 4-5 Tahun Tujuan : Membiasakan anak untuk menunggu giliran Media : tali pita dan kue Evaluasi : anak mampu menunggu giliran dan belajar sabar ketika menunggu giliran Deskripsi Kegiatan: Ibu guru membagikan kue, setiap anak mendapat satu potong. Secara bergiliran anak menerima kue dari bu guru. Ibu guru mengurutkan anak berdasarkan posisi mereka misalnya berjajar ke belakang. Ingatkan anak untuk tidak saling berebutan atau saling mendahului. Selalu katakan “semua pasti dapat .... dan kita dapat makan bersama” 350 PENDALAMAN MATERI GURU KELAS PAUDTK Kiat Keberhasilan: Biasakan anak untuk belajar melakukan kegiatan seperti ini disemua kesempatan, dimana saja, kapan saja dan siapa saja harus antri.

2. Nama Kegiatan : “MARI BERDOA BERSAMA”

Sasaran : Usia 4-5 tahun Tujuan : Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Media : Diri sendiri Evaluasi : Anak mampu membaca doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Deskripsi Kegiatan: Biasakan anak untuk berdoa setiap sebelum memulai dan mengakhiri kegiatan. Guru harus selalu mengajak dan mengingatkan anak-anak untuk berdoa. Kiat Keberhasilan: Biasakan anak berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan setiap saat. Latihan Berdasarkan perkembangan moral dan agama yang telah dipelajari buatlah program kegiatan bermain yang berisi: Nama Kegiatan, Sasaran, Tujuan, Metode, Media, Evaluasi dan Deskripsi Singkat. PENDALAMAN MATERI GURU KELAS PAUDTK 351 MATERI 8 BERMAIN DAN PERMAINAN UNTUK ANAK USIA DINI Kita semua gemar bermain, terutama saat kita masih kanak-kanak. Bermain adalah aktivitas khas yang menggembirakan, menyenangkan dan menimbulkan kenikmatan. Bermain berbeda dengan aktivitas lain yang bersifat ’serius’ seperti bekerja atau belajar. Bermain selalu membahagiakan dan tidak pernah menjad ’beban’. Bila suatu aktivitas bermain sudah menjadi beban artinya aktivitas tersebut bukanlah lagi bermain. Bagi anak usia dini, bermain bukanlah merupakan kegiatan main-main. Bermain adalah kegiatan pokok dan penting untuk anak, karena bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Artinya bermain merupakan sarana untuk mengubah kekuatan potensial yang ada dalam diri anak menjadi pelbagai kemampuan dan kecakapan dalam kehidupan anak kelak. Sebagaimana makan dan minum, bernapas dan tidur, kegiatan bermain sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan anak. Melalui bermain, anak mendapatkan berbagai pengalaman untuk mengenal dunia sekitarnya. Dengan stimulasi bermain pula anak dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, sehingga memberikan dasar yang kokoh dan kuat bagi pemecahan kesulitan hidupnya di kemudian hari. Anak-anak perlu menjelajahi lingkungannya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan. Kegiatan bermain berlangsung dalam jenis tertentu dengan tingkat yang berbeda-beda. Anak adalah pemimpin alami bagi permainan mereka sendiri. Millestone perkembangan anak dapat didukung melalui penataan lingkungan bermain yang baik. Menjadi tugas orang tua dan pendidik untuk menyajikan lingkungan bermain yang kondusif yang mampu membantu proses stimulasi bagi optimalisasi perkembangan anak usia dini Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain memiliki arti yang sangat penting bagi anak usia dini dalam kehidupannya. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan berbagai usaha untuk menyajikan kegiatan bermain yang kondusif bagi perkembangan anak. Orangtua dan guru perlu memahami hakikat bermain dan permainan yang meliputi makna bermain, berbagai jenis permainan, syarat bermain yang baik, perkembangan bermain anak usia dini serta bagaimana merancang kegiatan bermain dan alat permainan yang edukatif APE Disamping itu hendaknya orangtua dan pendidik dapat berperan sebagai pendamping atau ’teman’ bermain yang baik bagi anak, yaitu sebagai fasilitator dan motivator sehingga dapat mengarahkan kegiatan bermain yang edukatif.

1. Definisipengertian Bermain dan Permainan

James Sully dalam bukunya Essay on Laughter menyatakan bahwa tertawa adalah tanda dari kegiatan bermain dan tertawa ada di dalam aktivitas sosial yang dilakukan bersam sekelompok teman. Artinya kegiatan bermain mempunyai manfaat tertentu. Hal yang penting dan perlu ada di dalam kegiatan bermain adalah rasa senang dan rasa senang ini ditandai oleh tertawa. Karena itu, suasana hati dari orang yang sedang melakukan kegiatan bermain, memegang peran untuk menentukan apakah orang tersebut sedang bermain atau bukan. Plato adalah orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Aristoteles berpendapat bahwa anak – anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni di masa 352 PENDALAMAN MATERI GURU KELAS PAUDTK