11
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II ini akan menguraikan empat bagian yaitu kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
1. Kajian Teori
Kajian teori merupakan kumpulan teori-teori yang diambil untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kajian teori membahas
lima bagian yaitu: 1 belajar; 2 prestasi belajar; 3 keaktifan belajar; 4 pendekatan Problem Based Learning; 5 hakikat Matematika, 6 materi
pembelajaran Matematika pengukuran waktu, jarak, dan kecepatan. 1.1.
Belajar 1.1.1.
Pengertian
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli. Belajar menurut Gagne dalam Anitah, 2008: 1.3
merupakan suatu proses suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Santosa, dkk 2011: 1.7 juga
mengemukakan belajar adalah perubahan perilaku manusia atau perubahan kapabilitas yang relatif permanen sebagai hasil
pengalaman. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, terdapat kesamaan dalam definisi belajar yaitu hasil perilaku dari sebuah
pengalaman.
Belajar menurut Slameto 2010: 2 ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
12 perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Muhibbin 2000: 136 mengatakan bahwa belajar
adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kogntif. Beberapa pengertian belajar yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan
bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperolehnya melalui adanya pengalaman.
Pendapat beberapa tokoh di atas terdapat persamaan yang menunjukkan belajar itu merupakan proses perilaku yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan
dari seseorang yang relatif permanen berdasarkan pengalaman
yang telah didapat. 1.1.2.
Bentuk-bentuk Belajar
Ada lima bentuk belajar menurut Gagne dalam Dahar,
2011: 4 sebagai berikut :
1.1.2.1.Belajar Responden Belajar responden merupakan suatu respon
dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenali. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13 1.1.2.2.Belajar Kontiguitas
Pemasangan stimulus tidak terkondisi dan stimulus terkondisi merupakan suatu syarat untuk
belajar responden.
Beberapa teoritikus
belajar mengemukakan bahwa pemasangan kejadian sederhana
itu dapat menghasilkan belajar. Asosiasi dekat sederhana antara suatu stimulus dan suatu respon dapat
menghasilkan perubahan dalam perilaku. 1.1.2.3.Belajar Operant
Belajar sebagai akibat penguatan merupakan bentuk belajar dari terkondisi operant, sebab perilaku
yang diinginkan timbul secara spontan, tanpa dikeluarkan secara naluriah oleh stimulus apapun, saat
organisme beroperasi terhadap lingkungan. Perilaku operant tidak memiliki stimulus fisiologis yang
dikenal. 1.1.2.4.Belajar Observasional
Konsep belajar observasional menekankan bahwa orang dapat belajar dengan mengamati orang lain
melakukan hal yang akan dipelajari. Memperlihatkan model-model perilaku yang baik kepada anak sangat
diperlukan agar perkembangan belajar anak bisa maksimal.
14 1.1.2.5.Belajar Kognitif
Beberapa ahli
psikologi dan
pendidikan menyebutkan proses kognitif tidak terlalu dipersoalkan
selama belajar. Proses semacam itu menyangkut berfikir menggunakan logika dedukatif dan induktif.
1.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku dipengaruhi oleh beberapa faktor. Syah 2008: 144 menjelaskan bahwa
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi belajar, di antaranya: 1
Faktor internal faktor dari dalam siswa, yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani dari siswa yang
bersangkutan. 2
Faktor eksternal faktor dari luar siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3 Faktor pendekatan belajar approach to learning, yaitu
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran dalam mempelajari materi-materi pelajaran.
1.2. Prestasi Belajar
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia manjadi prestasi yang berarti hasil belajar
learning outcome yang pada umumnya berkenaan dengan aspek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15 pengetahuan Arifin, 2009: 12. Hamalik 2004: 159 berpendapat
prestasi adalah indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Sudjana 2005: 3 juga mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah
hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu sehingga untuk mengetahui tingkat prestasi belajar maka perlu dilakukan
evaluasi belajar. Definisi dari prestasi belajar di atas dapat disimpulkan sebagai hasil dari proses belajar dan perubahan perilaku
siswa yang dapat diukur dengan evaluasi. Yamin dalam Adayu, 2014: 22 mengklasifikasikan ada empat
komponen yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: 1 lingkungan fisik dapat mempengaruhi prestasi belajar karena interaksi antara
individu dan lingkungan sekitarnya dapat menjadi sumber pengetahuan baru yang nantinya berdampak pada proses belajar siswa;
2 kematangan sistem syaraf menjadikan anak memperoleh manfaat secara maksimal dari pengalaman fisik yang dia peroleh; 3 peran
lingkungan sosial tersebut juga dapat memacu atau menghambat strategi kognitif siswa. Strategi kognitif tersebut sebagai kemampuan
internal sesorang berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan; 4 berawal dari ekuilibrium, yakni pengaturan diri secara
mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
16
1.3. Keaktifan Belajar
Yamin 2007: 77 memaparkan bahwa keaktifan siswa merupakan kegiatan dalam proses pembelajaran yang dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang aktif merupakan pengajaran yang melibatkan pemikiran siswa dan memungkinkan siswa untuk
mengubah segala sesuatu yang sudah dipelajari yang awalnya pasif menjadi aktif Mahyuni, 2009: 9.
Aspek-aspek yang mendukung terjadinya keaktifan siswa menurut Mc Keachie dalam Yamin, 2007: 77 terdapat tujuh poin,
yaitu: 1 partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran; 2 tekanan pada aspek afektif dalam belajar; 3
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa; 4 kelompokan kelas sebagai
kelompok belajar; 5 kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa; 6 kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting
dalam proses
pembelajaran; 7
pemberian waktu
untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun
tidak berhubungan dengan pembelajaran Yamin, 2007: 77. Peneliti menjabarkan bahwa terdapat tujuh indikator keaktifan
belajar yang digunakan dalam penelitian ini. Ketujuh indikator tersebut adalah 1 turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,
17 2 terlibat dalam pemecahan masalah, 3 bertanya kepada siswa lain
atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, 4 berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah, 5 melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru, 6 melatih diri dalam memecahkan masalah yang
sejenis, 8 kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya Sudjana, 2009: 61.
1.4. Pendekatan Problem Based Learning
Problem Based Learning merupakan pendekatan yang digunakan dalam sebuah kegiatan pembelajaran di kelas agar siswa
lebih mudah untuk memahami materi pelajaran. 1.4.1.
Pengertian Problem Based Learning
Tan dalam Rusman, 2010: 229 menjelaskan Problem Based Learning merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi
segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2010: 241 juga sependapat, bahwa
Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18 masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana
belajar. Pendekatan Problem Based Learning menurut Nurhadi 2004: 109 merupakan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan sebuah pendekatan
yang dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata untuk dipecahkan oleh siswa dengan berpikir kritis
dan menggunakan kecerdasan pada suatu mata pelajaran.
1.4.2. Karakteristik Problem Based Learning
Trianto 2009: 93 menjelaskan bahwa terdapat lima karakteristik pendekatan Problem Based Learning, yaitu: a
adanya pengajuan pertanyaan atau masalah; b berfokus pada keterkaitan antar disiplin; c penyelidikan autentik; d
menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya; dan e kerja sama. Nurhadi 2004: 109-110 juga mempunyai
pendapat mengenai karakteristik pendekatan Problem Based Learning, yaitu: 1 pembelajaran berdasarkan masalah berpusat
pada pertanyaan atau masalah yang sesuai dengan kehidupan nyata siswa; 2 pemecahan masalah tidak hanya ditinjau dari
19 satu ilmu saja, tetapi juga antar disiplin ilmu lainya; 3
melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian dari masalah nyata; 4 menghasilkan produk atau karya yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
1.4.3. Tujuan Pendekatan Problem Based Learning
Secara terperinci Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2010: 242 menyebutkan tujuan dari pendekatan Problem Based
Learning yaitu: 1 membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; 2 belajar
berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan; 3 menjadi para siswa yang otonom atau
mandiri. 1.4.4.
Kelebihan dan Kelemahan
Pendekatan Problem Based Learning juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Warsono dan Harianto 2012: 152
memaparkan kelebihan dari pendekatan Problem Based Learning sebagai berikut: 1 siswa akan terbiasa menghadapi
masalah problem posing dan tertantang untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas tetapi
juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari real world; 2 memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa
berdiskusi dengan teman-teman; 3 semakin mengakrabkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20 guru dengan siswa; 4 membiasakan siswa melakukan
eksperimen. Warsono dan Harianto 2012: 152 juga menjelaskan
kelemahan pendekatan Problem Based Learning, yaitu: 1 tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada
pemecahan masalah; 2 seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang; 3 aktivitas siswa di luar
sekolah sulit dipantau.
1.4.5. Langkah-Langkah Pelaksanaan Problem Based Learning
Langkah-langkah menggunakan pendekatan Problem Based Learning dalam pembelajaran menurut Ibrahim dan Nur
dalam Rusman, 2010: 243 adalah sebagai berikut: 1
Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2 Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3 Membimbing pengalaman individualkelompok. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
yang mereka lakukan. Nur dalam Rusmono, 2012: 81 mengatakan untuk
melaksanakan pembelajaran dengan Problem Based Learning, ada lima tahap pembelajaran yang harus dilakukan, yaitu:
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran dengan Strategi Problem
Based Learning
Tahap Pembelajaran Perilaku Guru
Tahap 1: Mengorganisasikan siswa kepada
masalah Guru
menginformasikan tujuan-tujuan
pembelajaran, mendeskripsikan
kebutuhan- kebutuhan logistik penting, dan memotivasi
siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk
belajar Guru
membantu siswa
menentukan dan
mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.
Tahap 3 : Membantu penyelidikan mandiri
dan kelompok Guru
mendorong siswa
mengumpulkan informasi
yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi,
Tahap 4 : Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya serta pameran
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti
laporan, rekaman video, dan model, serta membantu mereka berbagi karya mereka.
Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah Guru membantu siswa melakukan refleksi atas
penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
22
1.5. Pembelajaran Matematika
bagian pembelajaran matematika akan menjabarkan mengenai dua hal yaitu pengertian Matematika dan
1.5.1. Pengertian Matematika
Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 723 mendefinisikan bahwa ilmu tentang bilangan, hubungan
antarbilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Tanggih dalam
Suherman, 2003:
16 menyatakan
bahwa Matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara menalar. Russefendi dalam Suherman, 2003: 16 juga
berpendapat bahwa Matematika merupakan hasil proses pemikiran manusia yang berupa ide, proses, dan penalaran atau
logika. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan ilmu mengenai bilangan,
hubungan antarbilangan, dan prosedur operasional untuk menyelesaikan masalah dengan cara menalar.
Enam deskripsi pandangan mengenai Matematika menurut Ibrahim dan Suparni 2012: 2-13 sebagai berikut: 1
Matematika sebagai
ilmu deduktif,
artinya kebenaran
generalisasi Matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif. 2 Matematika sebagai ilmu tentang pola dan hubungan, sebab
dalam Matematika
sering dicari
keseragaman, seperti
23 keterurutan dan keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-
konsep tertentu
atau model-model
yang merupakan
representasinya, sehingga dapat dibuat generalisasinya untuk 38 selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara deduktif. 3
Matematika sebagai bahasa, artinya Matematika merupakan sekumpulan simbol yang memiliki makna, atau dapat dikatakan
sebagai bahasa simbol. 4 Matematika sebagai ilmu tentang struktur yang terorganisasikan, artinya Matematika berkembang
mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke postulataksioma, dan terakhir ke teorema.5
Matematika sebagai seni, artinya dalam Matematika terdapat unsur keteraturan, keterurutan, dan konsisten.6 Matematika
sebagai aktivitas manusia, artinya Matematika merupakan hasil karya manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa Matematika
merupakan kebudayaan manusia.
1.5.2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Suherman 2003: 57 menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran Matematika adalah lebih mengembangkan pada
penataan penalaran dan sikap. Matematika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Susanto 2013: 189 mengungkapkan
bahwa tujuan pembelajaran Matematika pendidikan dasar adalah untuk meningkatkan keterampilan berhitung sebagai alat bantu
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pendapat di atas, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24 peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran
Matematika adalah untuk alat bantu siswa dalam berhitung untuk menyelesaikan masalah dengan cara menalar.
1.5.3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
BSNP 2006: 106 menyebutkan bahwa pembelajaran matematika di Sekolah Dasar digunakan untuk mengarahkan
siswa supaya berpikir secara logis, kritis, analitis, sistematis, dan kreatif. Salah satu tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah
Dasar adalah memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep sebagai alat bantu hitung dalam
kehidupan sehari-hari Susanto, 2013: 190. Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti melihat bahwa pembelajaran
Matematika penting bagi siswa Sekolah Dasar sebagai alat bantu hitung supaya siswa mampu berpikir secara logis, kritis, analitis,
sistematis, dan kreatif untuk memahami konsep matematika mengenai bilangan.
1.6. Materi Pembelajaran Matematika Pengukuran Waktu, Jarak,
dan Kecepatan
Peneliti memilih materi pembelajaran Matematika kelas V semester 1 yaitu pengukuran waktu, jarak, dan kecepatan.
Berdasarkan silabus, materi ini terdapat dalam Standar Kompetensi SK 2. menggunakan pengukuran waktu, jarak, dan kecepatan dalam
pemecahan masalah. Selanjutnya, dari Standar Kompetensi SK PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25 tersebut, peneliti memilih dua Kompetensi Dasar KD yaitu, 2.4
mengenal satuan jarak, dan 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecapatan.
1.6.1. Satuan Jarak
Jarak merupakan batasan atau perolehan panjang berdasarkan satuan panjang tertentu yang diukur melalui waktu
atau periode tertentu Sumanto, 2008: 64. Rumus menentukan jarak:
Contoh: Sebuah mobil melaju dengan kecepatan 70 kmjam.
Berapa km jarak yang ditempuh jika mobil tersebut berjalan selama 2 jam?
Diketahui: Kecepatan = 70 kmjam
Waktu = 2 jam
Jawab: Jarak = Waktu x Kecepatan
= 70 kmjam x 2 jam = 140 km
Jadi, mobil tersebut menempuh jarak 140 km. Jarak = Waktu x Kecepatan
26
1.6.2. Satuan Waktu
Waktu merupakan lamanya sebuah perjalanan sebagai satuan ukuran Sumanto, 2008: 67.
Rumus menentukan waktu:
Contoh: Jarak kota A dan kota B adalah 175 km. Tentukan waktu
yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut jika kecepatan rata-ratanya 50 kmjam
Diketahui: Jarak
= 175 km Kecepatan
= 50 kmjam Jawab:
Waktu = Jarak : Kecepatan
= 175 km : 50 kmjam = 3 jam 30 menit
= 3,5 jam Jadi, waktu yang digunakan untuk menempuh jarak
tersebut adalah 3,5 jam.
1.6.3. Satuan Kecepatan
Kecepatan merupakan laju perputaran atau perjalanan pada periode yang ditentukan sebagai satuan ukuran Sumanto,
2008: 68. Waktu = Jarak : Kecepatan
27 Rumus menentukan kecepatan:
Contoh: Jarak kota Solo dengan Jogja adalah 180 km. Jarak
tersebut ditempuh dengan sepeda motor selama 3 jam. Berapa kecepatan rata-rata sepeda motor tersebut?
Diketahui: Jarak
= 180 km Waktu
= 3 jam Jawab:
Kecepatan = Jarak : Waktu
= 180 km : 3 jam = 60 kmjam
Jadi, kecepatan rata-rata sepeda motor tersebut adalah 60 kmjam.
1.6.4. Menentukan Kesetaraan Antar Satuan Jarak
Sumanto 2008: 64 menyebutkan bahwa satuan jarak sama dengan satuan yang digunakan untuk menyatakan panjang,
yaitu kilometer km, hektometer hm, dekameter dam, meter m, desimeter dm, sentimeter cm, dan milimeter mm.
Berikut adalah gambar 2.1 tentang tangga yang menyatakan hubungan antarsatuan jarak:
Kecepatan = Jarak : Waktu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28 Gambar 2.1 Tangga Hubunan Antarsatuan Jarak
Sumber: http:phece.web.unej.ac.id
Gambar 2.1 merupakan tangga yang menyatakan hubungan antarsatuan jarak. Setiap turun satu tangga maka
dikalikan 10. Namun, jika naik satu tangga dibagi 10. Contoh:
8.000 dm = ............... dam Jawab:
dm desimeter ke dam dekameter naik 2 tangga, berarti dibagi 100.
8.000 dm = 8000 dam 100
= 80 dam. Jadi, 8.000 dm = 80 dam.
2. Penelitian yang Relevan
Ada empat hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini. Keempar penelitian tersebut adalah penelitian dari Ratna Dwi Pratiwi
2013, Gunantara, dkk 2014, Ria Zunanti, dkk 2013, dan Latifah 2009. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29 Ratna Dwi Pratiwi 2013 melakukan penelitian yang bertujuan untuk
megetahui pendekatan Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan minat dan hasil belajar Matematika kelas V SD Negeri Randugunting 4.
Judul penelitian tersebut adalah “Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Pecahan Melalui Model Problem Based Learning di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Randugunting 4
Kota Tegal”. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Randugunting 4 kota Tegal, Jawa Tengah,
dengan sasaran penelitiannya adalah siswa kelas V. Penelitian ini berisi tentang adanya masalah minat, aktivitas, dan hasil belajar siswa belum
maksimal. Peneliti menggunakan pendekatan Problem Based Learning. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan minat, aktivitas dan hasil
belajar Matematika kelas V pada materi pecahan. Hal ini terlihat dari Persentase minat belajar siswa pra tindakan yaitu 43,06, meningkat pasca
tindakan menjadi 62,89 pada siklus I, dan 83,47 pada siklus II. Persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 72,46 dengan
kriteria tinggi, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 82,01 dengan kriteria sangat tinggi. Nilai rata-rata kelas saat pelaksanaan pretest mencapai
47,44 dengan tuntas belajar klasikal TBK 16,67. Nilai rata-rata kelas pada hasil evaluasi akhir pembelajaran siklus I mencapai 77,23, dengan
TBK 86,11, meningkat pada siklus II menjadi 81,78 dengan TBK 90,28. Nilai rata-rata kelas hasil tesformatif I mencapai 73,14 dengan TBK
80,56, kemudian hasil tes formatif II meningkat menjadi 78,31 dengan TBK 86,11.
30 Gunantara,
dkk 2014 melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V ”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan model
Pembelajaran Problem Based learnig PBL. Subjek pada penelitian ini siswa kelas V. Penelitian ini dilakukan di SD No 2 Sepang. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan pemecahan masalah Matematika dengan metode observasi dan tes. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Peningkatan ini terlihat dari hasil siklus I ke siklus II sebesar 16,42 dari kriteria sedang menjadi tinggi. Siklus I sebesar 70 berada
pada kriteria sedang, sedangkan pada siklus II rata-rata kemampuan pemecahan masalah sebesar 86,42 berada pada kriteria tinggi.
Selanjutnya, Ria Zuniati, dkk 2013 melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Posing ”. Tujuan penelitian ini
untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran problem posing. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII
A. Penelitian ini dilakukan di MTs Ma’arif NU Wuwuharjo tahun pelajaran
20122013. Teknik pengumpulan data dengan metode observasi dan tes. Teknik analisis data dengan teknik kualitatif, kuantitatif dan uji t. Hasil
31 penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keakyifan dan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase keaktifan belajar sebelum tindakan siklus I yaitu 38,89, pada siklus I meningkat mencapai 51,39
dan meningkat lagi pada siklus II yaitu mencapai 76,39. Persentase ketuntasan belajar kelas sebelum tindakan siklus I yaitu 45,16 dengan
nilai rata-rata 49,27. Pada siklus I meningkat mencapai 51,61 dengan nilai rata-rata 55,74. Selanjutnya pada siklus II meningkat mencapai 70,96
dengan nilai rata-rata 71,77. Penelitian yang dilakukan oleh
Latifah 2009 dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dengan Penerapan Mastery
Learning pada siswa kelas IV MI Al Ittihaad Citosono Kec Grabag Kab Magelang Tahun Ajaran 20092010” juga memiliki relevansi dengan
pelajaran Matematika seperti yang dilakukan oleh peneliti. Hasil dari penelitian dari Latifah yaitu adanya peningkatan siswa tentang pemahaman
pelajaran Matematika materi jajar genjang dan segitiga dengan penerapan Mastery Learning yang dilakukan sebanyak III siklus. Siklus I hanya ada 3
siswa 7,5 yang mampu menguasai materi dengan sempurna dan masih ada 92,5 siswa yang belum menguasai materi dengan baik, pada siklus II
meningkat menjadi 25 siswa atau sebesar 62,5 yang telah menguasai materi dengan sempurna dan pada sikus III meningkat lagi menjadi 35 siswa
87,5 yang telah menguasai materi dengan baik dan hanya ada 5 siswa 12,5 saja siswa yang belum menguasai materi, walaupun penguasaan
32 materi belum 100 tetapi sudah ada peningkatan dari siklus I sampai siklus
III. Berdasarkan keempat penelitian yang revelan di atas, penelitian-
penelitian tersebut menunjukkan keberhasilan meningkatkan kemampuan, minat, keaktifan, dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
menggunakan sebuah pendekatan. Peneliti tertarik melakukan penelitian menggunakan pendekatan Problem Based Learning utnuk meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika khususnya materi pengukuran, siswa kelas V SD.
Gambar 2.2 Literatur Map Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan peneliti berjudul“Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Pendekatan Problem Based
Learning pada Pelajaran Matematika Kelas V di SD Negeri Sidomoyo”.
Gunantara, Suarjana, dkk 2014 berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas V ”
Latifah 2009 dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika dengan Penerapan Mastery Learning pada siswa kelas IV
MI Al Ittihaad Citosono Kec Grabag Kab Magelang Tahun Ajaran
20092010” Ria Zuniati, dkk 2013dengan
judul “Upaya Meningkatkan
Keaktifan Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Melalui
Model Pembelajaran Problem Posing”
Ratna Dwi Pratiwi 2013 dengan judul “Peningkatan Minat Dan Hasil
Belajar SiswaPada Materi Pecahan Melalui Model Problem Based
Learning Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Randugunting 4Kota Tegal”
33
3. Kerangka Berfikir