Implikasi Model Teoritis Terhadap Analisis Persamaan Struktural Kerangka Pemikiran Operasional

dilakukan oleh Donovan dan Rossiter 1982 menunjukkan bahwa Shopping Environment yang menyenangkan berkorelasi positif dengan waktu tambahan extra time dan pembelian tidak terencana unplanned yang dilakukan konsumen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mattila dan Wirtz menunjukkan bahwa stimulus yang tinggi melalui Shopping Environmet yang nyaman akan membentuk Impulsive Buying yang tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Impulsive Buying akan semakin bertambah ketika stimulus yang diberikan melebihi harapan konsumen.

3.2. Implikasi Model Teoritis Terhadap Analisis Persamaan Struktural

Model persamaan strukural yang digunakan dalam penelitian dibangun dengan menggunakan pendekatan model- model teoritis yang telah dikemukakan diatas. Model Mehrabian dan Russel digunakan untuk menggambarkan hubungan antara Shopping Environment sebagai stimulus dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying sebagai respon melalui Perceived Enjoyment sebagai proses evaluasi internal. Mary Jo Servicescape Model digunakan untuk menyusun variabel- variabel indikator model persamaan struktural dari elemen-elemen Shopping Environment musik, aroma, suhu, citra, furnitur, gaya layanan, orang, menyusun variabel laten Perceived Enjoyment. Teori Impulsive Buying, Shopping Behaviour dan Shopping Value digunakan untuk menyusun variabel laten Impulsive Buying dan Resource Expenditure beserta variabel- variabel indikatornya pembelian spontan, waktu yang dihabiskan, uang ya ng dikeluarkan, dan interaksi yang dilakukan. Secara umum bahwa model persamaan struktural yang digunakan dalam penelitian merupakan model yang dibangun dengan pendekatan model- model teoritis dan hasil penelitian terdahulu.

3.3. Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Analisis diawali dengan melihat kondisi persaingan yang terjadi pada industri makanan dan minuman food and bavarages industry yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pertumbuhan jumlah restoran yang tinggi merupakan gambaran tingginya tingkat persaingan pada industri ini. Tingginya tingkat persaingan pada industri selain disebabkan pertambahan jumlah perusahaan pada industri juga disebabkan perubahan preferensi konsumen dan strategi perusahaan yang semakin kreatif dalam menghadapi persaingan. Konsumen tidak hanya menginginkan manfaat fungsional main benefit dari makanan sebagai pemenuh kalori tetapi juga mencari manfaat tambahan additional benefit. Selain itu perusahaan dalam industri semakin kreatif dalam menyusun strategi untuk menarik perhatian dan mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Salah satu strategi yang disusun oleh perusahaan untuk mempengaruhi perilaku pembelian konsumen adalah Shopping Environment. Shopping Environment merupakan strategi yang telah terbukti dapat mempengaruhi perilaku konsumen hasil penelitian terdahulu dan telah banyak diterapkan oleh perusahaan di Indonesia termasuk usaha restoran. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektifitas strategi Shopping Environment yang dilakukan melalui pengukuran terhadap hubungan antara Shoping Environment dengan Shopping Behaviour menggunakan stimulus-organism-response model. Elemen-elemen Shopping Environment yang digunakan sebagai stimulus dalam penelitian ini adalah : musik, aroma, suhu, citra, furnitur, gaya layanan dan orang. Besarnya pengaruh Shopping Environment terhadap Shopping Behaviour diukur dari besarnya pengeluaran sumber daya konsumen Resource Expenditure yang diukur melalui banyaknya jumlah uang yang dikeluarkan, lamanya waktu yang dihabiskan dan banyaknya interaksi yang dilakukan oleh konsumen. Sedangkan pengaruh Shopping Environment terhadap Impulsive Buying diukur dari banyaknya pembelian spontan yang dilakukan. Shopping Environment dalam mempengaruhi Shopping Behaviour dan Impulsive Buying harus melalui proses evaluasi internal dalam diri konsumen yaitu dalam bentuk kenyamanan yang diperoleh konsumen Perceived Enjoyment akibat kinerja elemen-elemen Shopping Environment. Analisis terhadap Hubungan antara Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying dilakukan dengan analisis model persamaan struktural SEM. Analisis SEM digunakan karena kemampuannya menjelaskan variabel Shoping Environment, Shopping Behaviour dan Impulsive Buying yang termasuk variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung. Analisis SEM dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak software LISREL 8.72 for windows. Analisis yang dilakukan akan menghasilkan gambaran efektifitas Strategi Shopping Environment dalam mempengaruhi perilaku konsumen Shopping Behaviour dan Impulsive Buying. Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Kondisi Global Perubahan Preferensi Strategi Kreatif Pasar Relatif Tetap PERSAINGAN SHOPPING ENVIRONMENT PENGUJIAN EMPIRIS EFEKTIFITAS STRATEGI SHOPPING ENVIRONMENT Analisis Model Persamaan Struktural : Hubungan Shopping Environment dengan Shopping Behaviour dan Impulsive Buying Lisrel 8.72 for Windows Shopping Environment Musik Aroma Suhu Furnitur Orang Gaya Internal Response Perceived Enjoyment Shopping Behaviour Uang Waktu Interaksi Sosial Impulsive Buying EFEKTIF ? Gambaran efektifitas Strategi Shopping Environment dalam mempengaruhi perilaku konsumen Shopping Behaviour dan Impulsive Buying PENILAIAN

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara Shopping Environment terhadap Shopping Behavior dan Impulsive Buying dilakukan sejak bulan Februari sampai bulan April 2007. Penelitian menggunakan Starbucks Coffee Shop sebagai objek penelitian. Pemilihan Starbucks Coffee Shop sebagai objek penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa Starbucks Coffe Shop telah memasukkan elemen-elemen Shopping Environment ke dalam tokonya restoran. Pertimbangan lain pemilihan Starbucks Coffee Shop sebagai objek penelitian adalah tingkat pertumbuhan jumlah restoran yang tinggi dapat dijadikan sebagai gambaran representasi tingginya tingkat persaingan pada industri makanan dan minuman food and bavarages . Tingkat pertumbuhan dan jumlah restoran di Indonesia dari tahun 1997-2005 dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri atas dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder secondary data yang digunakan berasal dari studi pustaka dari berbagai literatur dan jurnal yang terkait dengan topik penelitian. Data primer dikumpulkan dengan metode penyebaran kuesioner kepada responden yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Kuesioner berisi pernyataan-pernyataan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 2.