Dengan demikian, hal yang menarik dalam strategi pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok akan bersikap kooperatif
dengan sesama anggota kelompoknya, sehingga tumbuh rasa kebersamaan dengan sesama anggota kelompok. Selain itu, dalam pembelajaran
kooperatif juga terdapat dampak pengiring seperti kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta
dapat meningkatkan harga diri. Dari alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki
sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran
kooperatif berbeda
dengan strategi
pembelajaran lain, karena pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada proses kerja sama kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah
yang menjadi ciri khas pembelajaran kooperatif. Berikut adalah perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran konvensional yang
dikemukakan oleh Killen 1996 dalam Trianto:
Tabel 2.1 Pembelajaran kooperatif vs pembelajaran konvensional
Pembelajaran kooperatif Pembelajaran konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan
saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok
atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan
materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi
umpan balik
tentang hasil
belajar anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa
yang memerlukan bantuan dan Akuntabilitas
individual sering
diabaikan sehingga
tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok
sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan
“pemborong”
siapa yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa
yang memberikan bantuan. Kelompok
belajar biasanya
homogen.
Pimpinan kelompok
dipilih secara demokratis atau bergilir
untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota
kelompok. Pimpinan
kelompok sering
ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih
pemimpinnya dsengan cara masing- masing.
Keterampilan sosial
yang diperlukan dalam kerja gotong
royong seperti kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, memercayai orang lain dan
mengelola konflik
secara langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus
melakukan pemantauan melalui observasi
dan melakukan
intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota
kelompok. Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada
saat belajar
kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok
belajar. Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal
hubungan antara pribadi yang salking menghargai
Penekanan sering
hanya pada
penyelesaian tugas.
Killen, 1996
7
Selanjutnya, dalam strategi pembelajaran kooperatif terdapat dua komponen utama seperti yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya yaitu
komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif.
7
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed.1, Jakarta:Kencana, 2010, Cet.4, h.58-59