8 Dari permasalahannya itulah, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana
posisi serta ideologi media dalam merepresentasikan kasus eksekusi Saddam Husein lewat pemberitaannya di Surat Kabar Harian KOMPAS dan WASPADA. Dalam
penelitian ini, peneliti memilih Surat Kabar KOMPAS dan WASPADA sebagai bahan penelitian dengan pertimbangan kemapanan secara ekonomis dan jangkauan sirkulasi
surat kabar tersebut. Seperti yang telah kita ketahui, Surat Kabar Harian KOMPAS termasuk surat kabar berskala nasional sedangkan Surat Kabar Harian WASPADA
termasuk koran lokal di Medan
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut: “ Bagaimana Pemberitaaan kasus eksekusi Saddam Husein di
Irak dalam surat kabar harian KOMPAS dan WASPADA?”
1.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas. Pembatasan
masalah tersebut sebagai berikut:
a. Penelitian ini hanya dilakukan pada harian KOMPAS dan WASPADA.
b. Penelitian dilakukan pada pemberitaan mengenai eksekusi Saddam di Irak.
c. Penelitian dilakukan pada berita-berita terbitan 30 Desember 2006-11 Januari
2007 yang memuat tema berita yang sama pada kedua surat kabar tersebut dalam kurun waktu tidak lebih dari tiga hari.
d. Penelitian ini menggunakan analisis wacana versi Theo Van Leeuwen.
Universitas Sumatera Utara
9
1.4. TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk melihat bagaimana wacana tentang eksekusi Saddam Hussein dihadirkan
dalam media massa, khususnya surat kabar Harian KOMPAS dan WASPADA.
b. Untuk mengetahui ideologi apa yang bermain di balik konstruksi berita serta
bagaimana posisi kedua surat kabar.
c. Untuk mengetahui makna yang tersiratlaten yang tidak tampak secara nyata
dalam pemberitaan kasus Eksekusi Saddam Husein.
d. Untuk melihat perbandingan pola pemberitaan kasus Eksekusi Saddam Hussein
di Harian KOMPAS dan WASPADA.
1.4.2 Manfaat penelitian
a. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khazanah penelitian
komunikasi khususnya penelitian tentang analisis wacana.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
analisis wacana, wawasan serta pengalaman ilmu peneliti khususnya di bidang jurnalistik.
c. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan demi pertimbangan
serta peningkatan kualitas isi berita.
Universitas Sumatera Utara
10
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 The Media War Against Iraq Perang Media Melawan Irak
Media tidak pernah sangat berpengaruh seperti ini dalam memprovokasi peperangan melawan masyarakat yang tidak bersalah. Media dan pemerintah seolah
menghalalkan perang. Sejak 1991, media kampanye dibentuk dan mengatur psikologi peperangan melawan masyarakat Irak.
Manusia adalah satu-satunya spesies yang mampu mengatur dan membuat perang dengan membinasakan manusia lain, dengan pertimbangan yang sangat tidak
cerdas dan diragukan. Perang yang kerap kali terjadi sebenarnya tidak terlalu perlu. Manusia mengembangkan senjata pemusnah massal, yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan dan sumber daya alam yang begitu hebat hanya untuk bisa mempertahankan diri. Manusia lain yang memprotes peperangan dianggap tidak setia
oleh media dan pemerintah. Manusia mengembangkan suatu sistem komunikasi massa untuk menghasilkan
informasi atau berita. Namun hanya sedikit yang bertanggung jawab atas sistem komunikasi itu, peperangan dimuliakan oleh kaum elit. Bahkan kaum ini juga yang
mengendalikan pemerintah. Korban yang berjatuhan baik masyarakat sipil ataupun militer tidak pernah ditampilkan di layar televisi. Peperangan di Irak tidak perlu
diabadikan oleh kaum elit bahkan menutupinya. Ghali Hasanexchange.curtin.edu.au; 2004
Perang teluk di Irak pada tahun 1991, memakan korban masyarakat sipil dan kehancuran wilayah itu sendiri. Perang media pertama dimulai seolah peperangan itu
Universitas Sumatera Utara
11 hanya sebuah permainan elektronik di layar televisi yang menyebar ke seluruh dunia.
Tidak pernah disiarkan korban yang berjatuhan. Juga tidak pernah disiarkan bentuk senjata perang yang digunakan AS Amerika Serikat untuk menghancurkan Irak.
Adalah beberapa senjata dan peledak yang dilarang oleh PBB Perserikatan Bangsa Bangsa. Pada kenyataannya beribu-ribu rakyat Irak yang tak bersalah dan juga
tentaranya terbunuh dalam perang tersebut. Amerika Serikat tidak memperkenankan media manapun untuk menyaksikan peperangan kecuali berita-berita yang mendukung
langkah-langkah Amerika Serikat Al Mudarris:150; 2004 Peperangan di Irak tidak akan pernah diakhiri. Amerika dan Inggris masih
melanjutkan peperangan yang tidak diumumkan pada dunia. PBB akan membayar kerugian material yang telah merenggut nyawa tiga perempat dari satu juta anak-anak
Irak. Prof.Joy Gordon Fairfaid menyebut kerugian material itu sebagai ”senjata pemusnah massal” yang telah dirancang untuk mengisolasi Irak dari jalur perdagangan
dunia luar dan menghancurkan infrastruktur di Irak. Setelah 13 tahun mengalami kerugian besar dan kehancuran oleh bom yang meledak setiap minggunya. Infrasruktur,
ekonomi dan standar hidup dihancukan oleh AS dan Inggris. Joy Gordon, Harper’s magazine; 2002.
Mainstrem media adalah media yang secara cepat memindahkan penderitaan
rakyat Irak dari pendengar barat. Media menganggap Irak hanya seorang Saddam dan tidak ada yang memperhatikannya. Lebih dari 10 tahun, AS telah sigap mengejar suatu
kebijakan yang membinasakan sistem perawatan air di Irak, menghancurkan pengetahuan dan hidup rakyat Irak. PBB telah memperkirakan bahwa lebih dari 500.000
anak-anak di Irak meninggal dunia sebagai kerugian perang dan 5000 anak akan meninggal setiap bulannya karena alasan ini J.Nagy; The Secret Behind the Sanction;
Universitas Sumatera Utara
12 2001. Mainstrem media memberikan bahwa semua itu adalah kesalahan Saddam dan
Al Jazeera. Pada tgl 11 September 2001, administrasi AS mendapat kesempatan emas yang
disebut Condoleezza Rice suatu kebijakan serangan pencegahan terhadap negara-negara kulit hitam. Tujuannya adalah untuk mendominasi kekuatan militer dan mengendalikan
sumber daya dunia itu untuk AS dan kaum elit barat. Afganistan dan Irak ditetapkan sebagai target dan kemudian dilakukan agresi oleh Amerika.
Pada kasus Irak, tidak ada mata rantai yang menghubungkan perang Irak dengan peristiwa 11 September dan saluran teroris manapun. Karena Irak adalah jantung
kekayaan dunia Arab dan nasionalisme Arab. Kedua hal ini menurut Wolfowitz harus dikendalikan.
Perang di media dimulai sebelum perang nyata terjadi. Virginia Tilley mengatakan di Fox News, ada golongan pria intelektual yang menyediakan kekuatan
yang tidak dapat dipertanyakan. Seperti Bernard Lewis, Jerry Falwell, dan Christopher Hitchen. Pasti telah mengemukakan psikologi sosial kekerasan tidak bisa dipisahkan
dari ilmu agama Islam dan pikiran Arab. Air mata patriotik dirayakan militer AS dan mungkin sebagai kekuatan emas yang menentang keganasan orang Arab.
Irak adalah target yang mudah, sebab pendapat publik telah berkurang dan siap untuk lebih peka. Kebohongan dibuat dan informasi tumpang tindih kemudian
berkampanye melawan Irak setelah lari dari perang melawan Afganistan. Kebanyakan orang di dunia kecuali AS sedang melawan perang. Perasaan penolakan perang ada 92-
94 oleh Spayol, Turki dan Bulgaria. Bagaimanapun sangatlah penting untuk menjelaskan salah persepsi dari media kampanye yang sudah disebarluaskan sehingga
membentuk pendapat umum di AS.
Universitas Sumatera Utara
13 Wartawan mainstrem media penuh kesetiaan. Jika ada perasaan menolak perang
maka akan dihukum karena tidak cinta tanah air. Wartawan menjadi agen propaganda melangkah melewati di sepanjang tangga kejujuran.
Perang di Irak tidak perlu membinasakan masyarakat dan negara itu sendiri. Semua alasan untuk perang sudah diketahui tidaklah benar dan semuanya palsu. Seperti
negara barat dan AS khususnya, mereka berhak untuk mempertahankan diri. Begitu juga Israel yang berhak mempertahankan dirinya melawan Palestina yang tidak bersalah
dan terus menerus menerornya. Namun hak itu tidak diberikan pada Irak. Rasisme adalah juga media dan perkakas perang bagi pemerintah. Irak disebut
sebagai penipu dan negara teroris Islam dengan mengenyampingkan fakta bahwa tidak ada hubungan Irak dengan terorisme yang ada di AS atau di Eropa. Karena rasis juga
adalah salah satu alasan AS dan Inggris untuk memerangi Irak. Pengingkaran media juga adalah bentuk lain dari perang. Hanya satu wartawan
jujur, Seymour Hersch yang membongkar penyalahgunaan dan penyiksaan narapidana Irak oleh tentara AS ketika perang di Irak. Fasisme berkembang seiring teknologi.
Penyensoran berita dan propaganda perang menjadi tren di Holywood. Presiden AS meminta maaf atas penderitaan dan teror angkatan perangnya
kepada masyarakat Irak dengan tidak sungguh-sungguh dan terkesan lucu. Permintaan maaf itu tidak dapat mengubah apa yang sudah terjadi terhadap rakyat Irak. Jika Bush
memang tulus meminta maaf ia harus menarik semua pasukannya dan mengganti semua kerugian yang diderita rakyat Irak. Telah banyak darah rakyat Irak tertumpahkan.
Ghali Hassanexchange.curtin.edu.au; 2004
Universitas Sumatera Utara
14
2.2 The Media War Against Bush Perang Media Melawan Bush