Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning

pengetahuan bersyarat mengarah kepada pengetahuan kapan dan mengapa strategi tersebut berjalan efektif. Siswa dengan self-regulated learning tidak hanya bergantung kepada pengetahuan siswa tetapi juga proses metakognitif pada pengambilan keputusan dan perfoma yang dihasilkan dengan melibatkan perencanaan atau analisis tugas yang berfungsi mengarahkan usaha dalam mengontrol belajar. Pengambilan keputusan metakognitif tergantung juga kepada tujuan jangka panjang siswa dalam belajar. Tujuan merupakan kriteria yang digunakan siswa untuk memonitor mereka dalam belajar. Tujuan dan pemakaian proses metakognitif dipengaruhi oleh persepsi terhadap self efficacy dan afeksi. Afeksi mengacu kepada kemampuan mengatasi emosi yang timbul dalam diri meliputi kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola pikir dalam mencapai tujuan. Faktor personal melibatkan penggunaan strategi mengatur materi pelajaran organizing transforming, membuat rencana dan tujuan yang ingin dicapai goal setting and planning, mencatat hal-hal penting keeping record and monitoring, serta mengulang dan mengingat materi pelajaran rehearsing and memorizing. b. Faktor perilaku Mengacu kepada kemampuan siswa dalam menggunakan strategi self-evaluation sehingga mendapatkan informasi tentang keakuratan dan mengecek kelanjutan dari hasil umpan balik. Perilaku siswa yang berhubungan dengan self-regulated learning yaitu observasi diri self- observation, penilaian diri self-judgment, dan reaksi diri self-reaction. Komponen tersebut terdiri dari perilaku yang dapat diamati, dilatih dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut dikategorikan sebagai faktor perilaku yang mempengaruhi self-regulated learning. Faktor perilaku ini melibatkan penggunaan strategi evaluasi terhadap diri self-evaluation dan konsekuensi terhadap diri self- consequences. c. Faktor lingkungan Faktor lingkungan berinteraksi secara timbal balik dengan faktor personal dan perilaku. Mengacu kepada sikap proaktif siswa untuk menggunakan strategi pengubahan lingkungan belajar seperti penataan lingkungan belajar, mengurangi kebisingan, dan pencarian sumber belajar yang relevan. Zimmerman 1989 menjelaskan bahwa dua jenis lingkungan yang dapat mempengaruhi yaitu pengalaman sosial dan lingkungan belajar. Individu yang menerapkan self-regulated learning biasanya menggunakan strategi mencari informasi seeking information, mengatur lingkungan belajar environmental structuring, mencari bantuan sosial seeking social assistance, serta meninjau kembali catatan, tugas, atau tes sebelumnya dan buku pelajaran review record.

4. Karakteristik Siswa yang Menggunakan Strategi Self-Regulated

Learning Beberapa penelitian mengemukakan karakteristik siswa dengan penggunaan strategi self-regulated learning tinggi adalah sebagai berikut Montalvo, 2004 : a. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam menggunakan strategi kognitif pengulangan, elaborasi dan organisasi yang membantu mereka untuk memperhatikan, mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi serta menguasai informasi. b. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam merencanakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan proses mental untuk mencapai tujuan personal c. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki usaha terhadap penyelesaian tugas, tahu bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, seperti mencari tempat belajar yang sesuai atau mencari bantuan dari guru dan teman jika menemui kesulitan. d. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam melakukan strategi disiplin, yang bertujuan menghindari gangguan internal dan eksternal, menjaga konsentrasi, usaha, dan motivasi selama menyelesaikan tugas. Sedangkan karakteristik siswa dengan penggunaan strategi self- regulated learning rendah yaitu diantaranya tidak mampu mengorganisasikan dan mengatur diri sendiri, serta memiliki kontrol terhadap aktivitas belajar yang kurang sehingga mereka cenderung memiliki perilaku belajar yang tidak memiliki perencanaan dan tujuan yang jelas.

B. Persepsi Iklim Kelas

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi Persepsi menurut Irwanto dkk. 1996 adalah proses diterimanya rangsang objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Pengertian terhadap lingkungan dapat diperoleh melalui interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima. Kemudian Chaplin 1999 menambahkan persepsi merupakan upaya mengamati dunia, mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian. Robbins 1996 menyatakan persepsi merupakan suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera untuk memberi makna kepada lingkungan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses memahami ransang seperti objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa yang diperoleh dimana terdapat proses penafsiran untuk memberikan makna.

2. Iklim Kelas

a. Pengertian Iklim Kelas Iklim kelas merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya Rawnsley Fisher, 1998. Wilson dalam