menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan 6 adanya perubahan sebagai pribadi
5. Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa 2013 Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap attitude, ketrampilan
skill dan pengetahuan knowledge. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35, yaitu kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sesuai dengan standar nasional yang sudah
disepakati. Menurut Mulyasa 2013:7, pendidikan karakter dalam kurikulum 2013
bertujuan untun meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan , yang mengarah pada pembentukkan budi pekerti dan ahklak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis
kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kotekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan
menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan ahklak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Dalam implementasi
kurikulum 2013,
pendidikan karakter
dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat
dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai
pada setiap bidang studi perlu dikembagkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Menurut Mulyasa 2013:11, keberhasilan kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-
hari yang tampak dalam setiap aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk: kesadaran, kejujuran,
keiklashan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan komitmen.
Menurut Mulyasa 2013:104, agar peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna, sedemikian rupa, sehingga mereka
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti ini akan dapat ercipta kalau guru dapat meyakinkan peserta didik akan kegunaan materi
pembelajaran bagi kehidupannyata peserta didik. Demikian juga guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pembelajaran selalu tampak menarik, dan
tidak membosankan. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu bertindak sebagai fasilitator, yang perannya tidak terbatas pada penyampaian informasi
kepada peserta didik. Sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai
keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, guru dituntut memahami berbagai pendekatan pembelajaran agar
dapat membimbing pesertadidik secara optimal.
6. Pembelajaran Tematik