C. Hasil Analisis Pengalaman Ketiga Informan Ayah sebagai Orang Tua
Tunggal dalam Melalui Proses Resiliensi
Dilihat secara keseluruhan, ketiga informan melalui proses resiliensi yang cukup baik dengan pengalaman yang beragam. Dari
kesadaran akan kepemilikan tujuan dan usaha, ketiga informan menunjukkan tujuan yang sama yaitu menjadikan anak sebagai tujuan
dalam hidupnya. Ketiga informan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan anak setiap harinya, seorang diri. Keberhasilan dalam mendidik
anak menjadi salah satu kepuasan bagi informan 1, hingga terkadang ia perlu menahan rasa bersalahnya untuk memperjuangkan idealisme dalam
mendidik anak. Rasa kepedulian terhadap anak juga ditunjukkan oleh informan 2 dan 3. Selain itu, ketiga informan memutuskan menunda
rencana menikah untuk menjaga perasaan anak-anaknya. Mereka tidak ingin keputusannya untuk menikah kembali akan membuat anak mereka
kecewa. Selain kesadaran akan memiliki tujuan dan usaha yang tinggi,
perspektif yang seimbang antara kehidupan dan pengalaman atau disebut dengan equanimity juga tampak pada ketiga informan. Pengalaman
tersebut ditunjukkan dengan kemampuannya untuk mengatasi rasa dukacita terhadap kematian istrinya. Kematian istri informan 1 dan 2
diakibatkan oleh penyakit kanker. Kedua informan tersebut mampu menerima kematian istrinya dengan perspektif yang seimbang antara
kehidupan dan pengalaman sakit yang diderita oleh istrinya. Kedua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
informan mulai menyadari bahwa dengan bertahannya istri mereka, akan membuat tersiksa. Oleh karena itu, mereka dapat menerimanya dengan
baik terutama pada informan 2 yang sudah mengetahui kemungkinan terburuk
dengan mengumpulkan
informasi pada
dokter yang
membantunya. Selain penerimaan diri yang positif terhadap istri meninggal
sebagai bukti kemampuan perspektif yang seimbang antara kehidupan. Setiap informan juga menunjukkan kemampuan untuk santai, yang
ditunjukkan dengan tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan dalam menghadapi masalah. Melakukan refleksi, berdiskusi dengan anak, berdoa,
berdiam diri untuk pasrah menerima keadaan yang ada merupakan beberapa cara yang dilakukan untuk menangani masalah. Masalah-
masalah tersebut antara lain masalah ekonomi, masalah kepengurusan rumah tangga dan masalah kepengurusan anak dimana ayah tidak merasa
sependapat dengan anak, serta masalah tekanan sosial dimana orang-orang di lingkungan sekitar memberikan stigma negatif terutama pada informan
1. Ketekunan untuk bertahan pada perubahan atau kesulitan juga
ditemukan pada ketiga pengalaman informan dalam berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Baik informan 1, 2, maupun 3 secara
otomatis mengalami perubahan peran menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Perubahan peran yang dirasakan mendadak membuat ketiga
informan mengalami kebingungan peran. Kesepian, merasa kelelahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membesarkan anak dan mengurus keperluan rumah tangga seorang diri, tanggung jawab akan mencari sumber pendapatan dirasakan sebagai
perubahan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Meskipun tanpa adanya persiapan dan latihan, para ayah mampu bertahan serta mampu
mengatasinya dengan baik. Keadaan tersebut tidak lantas membuat para ayah menyerah. Dalam kesehariannya menjadi ayah sebagai orang tua
tunggal, ketiga informan dibantu oleh pihak lain yang mendukung perannya tersebut. Informan 1 dibantu oleh pembantu rumah tangga dan
dukungan sosial keluarga terutama kakak wanita. Dukungan dari pihak lain dimaksudkan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah
tangga dan mengurus keperluan keseharian anak. Sedangkan pada informan 3, mendapatkan dukungan dari ibu sebagai dukungan sosial
sehingga ia mampu bertahan untuk meneruskan perjuangannya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Kondisi yang berbeda dialami oleh
informan 2 dengan mengandalkan dirinya sendiri untuk bertahan dan menjalankan perannya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal.
Ketiga informan menyatakan bahwa mereka tetap menjalani peran yang sudah direncanakan oleh Tuhan. Ada maupun tidak adanya dukungan
sosial dalam kehidupan mereka tidak menghalangi mereka untuk meneruskan perjuangannya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal.
Kemampuan untuk meneruskan perjuangan muncul karena adanya beberapa alasan. Beberapa alasan tersebut antara lain kepasrahan dalam
menjalani rencana Tuhan, dan kepedulian akan masa depan anak, serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan nurturing atau pengasuhan terhadap anak yang sudah dimiliki oleh ketiga informan.
Kesadaran bahwa setiap orang memiliki jalan kehidupan yang bersifat unik juga ditemukan pada ketiga pengalaman informan. Informan
1 dan 2 melihat pengalaman penerimaan diri terhadap istrinya yang meninggal sebagai sesuatu yang bersifat unik. Informan 1 menilai bahwa
kematian istrinya yang belum mendapatkan penanganan medis sebagai hal yang baik. Apabila operasi tetap dilakukan, kedua anaknya akan
mengalami ketakutan dan mengalami trauma melihat kondisi ibunya yang tidak baik.
Sedangkan pada informan 2 menilai bahwa pengalaman istrinya meninggal sebagai sesuatu yang wajar. Hal ini dirasakannya karena, ia
merasa selama ia berperan ayah sebagai orang tua tunggal memiliki sisi positif dan sisi negatif. Informan 2 tidak selalu melihat perannya sebagai
ayah tunggal sebagai sesuatu yang menekan. Informan 2 melihat jalan kehidupannya bersifat unik melalui masalah ekonomi yang dihadapinya.
Meskipun menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, ia harus mencari nafkah seorang diri untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar
hutang, namun informan 3 tidak merasa cemas mengatasi masalah tersebut. Ia mempercayai bahwa ia akan mendapatkan rezeki dari Tuhan
melalui banyak cara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Pembahasan Hasil Penelitian