A
2
A
3
S, dan seterusnya V
3
, V
4
, ..., sampai V
n
yang menyatakan volum prisma segitiga A
n
A
1
S.B
n
B
1
T, dan L
n
menyatakan luas A
n
A
1
S. Jika L menyatakan luas segi-n, maka
Jadi, secara umum berlaku : Volum Prisma Segi-n = Luas Alas Prisma × Tinggi Sedangkan untuk menentukan luas permukaan prisma maka dapat
dilihat dari ilustrasi jaring-jaring prisma segitiga dan segienam beraturan pada gambar 2.3 Luas prisma dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas sisi prisma,
luas tutup dan luas alas. Luas permukaan prisma = luas sisi prisma + luas alas + luas tutup
Luas permukaan prisma = keliling alas × tinggi prisma + 2 × luas alas
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Ningsih 2012 yang berjudul “Profil Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya
Kognitif”. Dalam penelitiannya, gaya kognitif yang digunakan dikelompokkan menjadi 4 yaitu reflektif, impulsif, fast accurate dan slow-inaccurate. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara umum ada perbedaan antara profil berpikir kritis siswa reflektif, fast accurate, slow inaccurate dan impulsif. Keterkaitan
penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan ialah peneliti akan membandingkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan gaya kognitif lain yaitu
menggunakan gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent yang dikemukakan oleh Witkin et al. 1971. Peneliti ingin melihat apakah
kemampuan berpikir kritis individu FI dan FD sama atau berbeda.
2.3 Kerangka Berfikir
Analisis hasil TIMSS tahun 2007 di bidang matematika menunjukkan lebih dari 80 siswa Indonesia hanya mampu mencapai level rendah yaitu hanya
memiliki kemampuan mengetahui knowing Mullis et al., 2008. Selain itu pemahaman siswa kelas VIII masih kurang. Hal ini disebabkan belum optimalnya
keterlibatan siswa terutama dalam kemampuan bertanya dan pemanfaatan alat peraga yang belum maksimal. Padahal salah satu kemampuan yang terlihat pada
orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis adalah bisa mengajukan pertanyaan dan aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut menjelaskan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa di jenjang pendidikan SMP terutama dalam bidang matematika masih rendah.
Untuk memperoleh siswa dengan kemampuan berpikir kritis yang baik, dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang dapat mengeksplorasi kemampuan
berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran tersebut ialah model pembelajaran 4K. Model ini bermuatan pendidikan karakter dan ekonomi kreatif
dengan pemanfaatan barang bekas dan menggunakan asesmen kinerja. Masrukan et al. 2014 mengemukakan bahwa sintaks langkah-langkah model
pembelajaran 4K meliputi 6 fase yakni: 1 ilustrasi pengembangan karakter, 2 investigasi, 3 eksplorasi kolaboratif, 4 kinerja kreatif, 5 komunikasi, dan 6
penghargaan.
Untuk dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, maka diperlukan indikator kemampuan berpikir kritis. Menurut Ennis 2011 terdapat
12 indikator kemampuan berpikir kritis yang dirangkum dalam 5 tahapan yaitu 1 klarifikasi dasar basic clarification yang terdiri dari merumuskan pertanyaan,
menganalisis argumen, serta menanyakan dan menjawab pertanyaan, 2 memberikan alasan untuk suatu keputusan the bases for the decision yang terdiri
dari menilai kredibilitas sumber informasi, serta melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi, 3 menyimpulkan inference yang terdiri dari membuat
deduksi dan menilai deduksi, membuat induksi dan menilai induksi, serta mengevaluasi, 4 klarifikasi lebih lanjut advanced clarification yang terdiri dari
mendefinisikan dan menilai definisi, serta mengidentifikasi asumsi, dan 5 dugaan dan keterpaduan supposition and integration yang tediri dari menduga
dan memadukan. Dari 12 indikator, terdapat 6 indikator yang sesuai dengan kemampuan berpikir kritis matematika yaitu 1 merumuskan pertanyaan, 2
menanyakan dan menjawab pertanyaan, 3 melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi, 4 membuat induksi dan menilai induksi, 5
mendefinisikan dan menilai definisi, 6 memadukan. Di dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, setiap guru
dihadapkan pada siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara individu satu dengan yang lainnya. Salah satu dimensi karakteristik siswa yang
secara khusus perlu dipertimbangkan, khususnya pendidikan matematika adalah gaya kognitif. Gaya kognitif adalah istilah yang digunakan dalam psikologi
kognitif untuk menggambarkan cara individu berpikir, memahami dan mengingat
informasi. Gaya kognitif yang dibedakan berdasarkan perbedaan psikologis yakni: gaya kognitif field-independent dan gaya kognitif field-dependent.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan analisis terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari gaya kognitif siswa. Berikut bagan
alur kerangka berpikir dalam penelitian ini yang disajikan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Kerangka Berpikir
PERMASALAHAN
Analisis hasil TIMSS 2007: lebih dari 80 siswa Indonesia hanya mencapai level
rendah yaitu kemampuan mengetahui Pemahaman siswa kelas VIII masih kurang
karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran terutama dalam bertanya
AKIBAT
Kemampuan berpikir kritis siswa rendah Model pembelajaran 4K dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan
sintaks: 1 ilustrasi pengembangan karakter, 2 investigasi, 3 eksplorasi kolaboratif, 4 kinerja kreatif, 5 komunikasi, dan 6 penghargaan
6 indikator kemampuan berpikir kritis matematika : 1 merumuskan pertanyaan, 2 menanyakan dan menjawab pertanyaan, 3 melakukan observasi dan menilai laporan hasil
observasi, 4 membuat induksi dan menilai induksi, 5 mendefinisikan dan menilai definisi, 6 memadukan.
Deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran model 4K ditinjau dari gaya kognitif
Siswa memiliki cara berpikir yang berbeda dalam memperoleh informasi. Gaya kognitif field
dependent dan field independent membedakan cara berpikir siswa
46
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pemilihan metode kualitatif tersebut didasari oleh tujuan peneliti yang ingin
mengungkapkan secara mendalam analisis kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan gaya kognitif siswa menurut Witkin, yaitu gaya kognitif field
dependent dan gaya kognitif field independent. Moleong 2013: 6 mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah yang memiliki karakteristik: 1 latar
ilmiah, 2 manusia sebagai alat instrumen, 3 metode kualitatif, 4 analisis data secara induktif, 5 teori dari dasar grounded theory, 6 deskriptif, 7 lebih
mementingkan proses daripada hasil, 8 adanya batas yang ditentukan oleh fokus, 9 adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, 10 desain yang bersifat
sementara, 11 hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. Pada penelitian ini ciri penelitian yang digunakan yaitu: manusia sebagai alat
instrumen, menggunakan metode kualitatif, deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, dan adanya batas
yang ditentukan oleh fokus.