Variabilitas Proses Produksi Lean Six Sigma

3.3. Variabilitas Proses Produksi

3 1. Common CausesChance Causes Variabilitas atau gangguan dasar dibedakan menjadi dua yaitu variabilitas normal chance causes yang tidak memerlukan perbaikan dan variabilitas yang menyebabkan proses menjadi out of control assignable causes sehingga perlu dilakukan perbaikan. Penyebab terjadinya variabilitas tersebut antara lain : Terjadi karena faktor-faktor yang sulit dikendalikan, dikarenakan variabilitas ini terjadi secara normal, maka bila variasi suatu proses termasuk dalam tipe ini akan dikategorikan dalam batas kendali statistic. Contohnya adalah sebuah variabel kualitas seperti diameter yang disebabkan karena kemampuan proses yang melekat dari alat khusus yang digunakan. 2. Special CausesAssignable Causes Variasi yang disebabkan oleh special causes bukan merupakan bagian dari suatu proses. Special causes dapat terjadi karena peralatan yang tidak tepat, kelelahan pekerja atau penggunaan bahan baku yang tidak baik. Jika suatu titik pengamatan jatuh di luar batas kendali, maka diasumsikan telah terjadi assignable causes dan proses dikatakan out of control. Variabilitas atau gangguan dasar inilah yang mengakibatkan “pergeseran” ke keadaan yang tidak terkendali atau dapat dikatakan hasil prose situ tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh perusahaan. 3 Ibid Universitas Sumatera Utara Tujuan pokok pengendalian kualitas statistic adalah menyidik secara cepat terjadinya sebab-sebab terduga assignable causes atas pergeseran proses sedemikian rupa sehingga penyelidikan terhadap prose situ dan tindakan pembetulan dapat dilakukan sebelum terlalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi.

3.4. Penentuan Jumlah Sampel dan Teknik

Sampling 4 1. Pendapat Slovin

3.4.1. Penentuan Jumlah Sampel

Pada dasarnya penentuan jumlah sampel tergantung pada kondisi secukupnya saja. Apabila kondisi populasinya sangat heterogen, maka pengambilan sampelnya harus memperhatikan bahwa tiap tingkatan populasi harus terwakili. Perlu diperhatikan bahwa pengambilan sampel harus melebihi banyaknya variabel variabel yang akan diukur pada populasi tersebut. Beberapa macam cara untuk mengetahui ukuran sampel yang diambil sebagai perwakilan dari suatu populasi, yaitu : Menurut Slovin, jumlah sampel yang dapat diambil adalah : � = � 1 + �� 2 Dengan n adalah ukuran sampel, N ukuran populasi, dan e adalah persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang 4 Ginting, Rosnani. 2009. Perancangan Produk. Yogyakarta : Graha Ilmu Universitas Sumatera Utara masih dapat ditolerir, pada umumnya persentase kelonggaran ketidaktelitian sebesar 0,02. 2. Pendapat Gay Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang diguanakan. Metode deskriptif minimal 10 dari populasi, metode eksperimental 15 objek tiap kelompok percobaan. 3. Cara Interval Taksiran Jumlah sampel yang dapat diambil dengan cara interval taksiran adalah : � = �� 2 � − 1� + � 2 Dengan : � = � 2 4 4. Bernoulli Rumus Bernoulli dengan asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Rumus : � = � 2 . �. 1 − � � 2 Di mana : n = Jumlah sampel Z = Nilai Z 1- α2 μ = Probability of sampling success e = Sampling eror, ketidaktelitian karena kesalahan yang ditolerir Sedangkan tingkat keyakinan 1- α2 didefinisikan sebagai besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memenuhi tingkat ketelitian Universitas Sumatera Utara yang diukur. Adapun tingkat ketidaktelitian kesalahan adalah penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari keadaan yang sebenarnya.

3.4.2. Teknik Sampling

5 Sampling adalah proses penarikan sampel dari populasi melalui mekanisme tertentu melalui makna karakteristik populasi dapat diketahui atau didekati. Kata mekanisme tertentu mengandung makna bahwa baik jumlah elemen yang ditarik maupun cara penarikan harus mengikuti atau memenuhi aturan tertentu agar sampel yang diperoleh mampu merepresentasikan karakteristik populasi dari mana sampel tersebut diambil atau ditarik. Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena manfaatnya yang demikian besar dalam penghematan sumber daya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti. Elemen adalah setiap anggota dari populasi. Dengan kata lain, seluruh elemen yang membentuk satu kesatuan karakteristik adalah populasi dan setiap unit dari populasi tersebut adalah elemen dari populasi. Sampel adalah sebuah sebset dari populasi. Sebuah subset terdiri dari sejumlah elemen dari populasi yang ditarik sebagai sampel melalui mekanisme tertentu dengan tujuan tertentu. Elemen yang ditarik dari populasi disebut sebagai sebuah sampel apabila karakteristik yang dimiliki oleh gabungan seluruh elemen-elemen yang ditarik tersebut merepresentasikan karakteristik dari populasi. 5 Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan : USU Press. Universitas Sumatera Utara data. Samplimg sering dibandingkan dengan sensus yaitu suatu pengumpulan data secara menyeluruh yaitu seluruh sumber data ditelusuri dan setiap elemen data yang dibutuhkan diambil. Secara garis besar metode penarikan sampel dapat diklasifikasi atas dua bagian yaitu probability sampling penarikan sampel yang terkait dengan faktor probabilitas dan non-probability sampling penarikan sampel yang tidak terkait dengan faktor probabilitas. Perbedaan prinsipil dari dua tipe sampling ini selain dalam hal teknismekanisme pelaksanaan, juga dari sasaran pokok yaitu probability sampling lebih melihat kemungkinan area baru untuk diteliti, sedangkan non-probability sampling lebih ditekankan pada eksplorasi dan kelayakan penerapan suatu ide.

3.4.2.1. Probability Sampling

6 6 Ibid Dalam probability sampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan untuk ditarik menjadi anggota dari sampel. Rancangan atau metode probability sampling ini digunakan apabila faktor keterwakilan representativeness oleh sampel terhadap populasi sangat dibutuhkan dalam penelitian anatara lain agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan secara lebih luas. Pemilihan atas metode penarikan sampel tergantung pada banyak faktor, antara lain yang utama adalah luasnya cakupan generalisasi yang diinginkan, ketersediaan waktu, maksud dan tujuan penelitian tipe masalah yang ingin dicari jawabannya. Probability sampling terdiri dari : Universitas Sumatera Utara 1. Simple Random Sampling Dalam simple random sampling yang sering juga disebut unrestricted probability sampling, setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Dikatakan tidak terbatas unrestricted karena semua elemen diperlakukan sama dalam arti semuanya mempunyai kesempatan terpilih yang sama walaupun karakteristik masing-masing mungkin tidak sama. Cara penarikan sampel berdasarkan simple random sampling memiliki bias yang relatif kecil dan memberikan kemampuan generalisasi yang tinggi. Namun, penggunaan metode ini terbatas pada kondisi populasi yang memiliki elemen dengan karakteristik atau property yang tidak berfluktuasi besar. Simple random sampling mensyaratkan bahwa elemen populasi haruslah relatif homogen, jika terdapat strata antara elemen maka metode simple random sampling tidak tepat digunakan. Gambar 3.1. Pengambilan Sampel dengan Simple Random Sampling 2. Systematic Sampling Systematic sampling adalah suatu metode pengambilansampel dari populasi dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n. seperti halnya simple Universitas Sumatera Utara random sampling, systematic sampling pada umumnya digunakan dalam pemeriksaan mutu proses atau produk dalam industri manufaktur yang bersifat continue dan flow process seperti industri penyulingan minyak, industri semen, pupuk, dan lain sejenisnya. Sementara proses berjalan, bahan dan produk mengalir secara kontiniu, sampel perlu diambil secara periodik dalam selang waktu tertentu. Misalnya proses berlangsung 24 jam sehari dan dalam sehari diperlukan pemeriksaan sebanyak 48 sampel, maka penarikan sampel dilakukan seriap setengah jam. Gambar 3.2. Pengambilan Sampel dengan Systematic Sampling 3. Stratified Random Sampling Penarikan sampel menurut metode stratified random sampling merupakan perluasan sekaligus mengatasi kelemahan dari metode simple random sampling,strata elemen dalam populasi mendapat perhatian sehingga populasi dibagi sesuai strata yang ada. Beberapa contoh strata yang dimaksud antara lain ialah strata dalam pendapatan, pendidikan, jabatan, usia, status, dan lain- lain. Stratified random sampling sesuai dengan sebutannya berkenaan dengan proses stratifikasi populasi dan penarikan sampel dari setiap strata dilakukan dengan metode simple random sampling. Keunggulan dari strtified random sampling ini ialah kemampuannya menghasilkan informasi yang dibutuhkan Universitas Sumatera Utara menurut stratanya. Tergantung pada besarnya jumlah elemen dalam masing- masing strata, strtified random sampling dapat dilakukan secara proporsional proporsionate random sampling ataupun secara tidak proporsional disproporsionate random sampling. Pada metode proporsionate random sampling, proporsi elemen dalam sampel sebanding dengan proporsi besar strata dalam populasi. Disproporsionate random sampling juga baik untuk digunakan apabila salah satu strata atau lebih terlalu besar atau lebih terlalu kecil relatif terhadap besar strata lainnya atau juga dalam strata tertentu masih ditemukan variabilitas yang cukup besar. Gambar 3.3. Pengambilan Sampel dengan Stratified Random Sampling 4. Cluster Sampling Dalam banyak kejadian, populasi berada dalam keadaan seperti terkotak- kotak di mana masing-masing kotak menunjukkan karakteristik yang berbeda. Prosedur penarikan sampel dengan metode cluster sampling terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, pemilihan cluster dilakukan secara random. Tahap kedua, terhadap setiap cluster yang terpilih dilakukan penarikan elemen untuk menjadi anggota sampel. Metode cluster sampling ini sangat efisien dari segi waktu dan pembiayaan tetapi mengandung bias yang lebih besar dibanding dengan metode lain dan hasilnya juga sangat sulit digeneralisasi. Dalam Universitas Sumatera Utara prakteknya, cluster sampling sering dilakukan dengan multi stage multi stage cluster sampling. Misalnya, penelitian tentang pola hidup para nasabah di suatu provinsi. Jumlah perusahaan perbankan yang beroperasi di provinsi tersebut demikian banyak sehingga perlu dipilih secara random perusahaan bank apa saja yang akan diteliti. Karena perusahaan perbankan yang terpilih juga mempunyai banyak kantor cabang maka sejumlah kantor cabang dari perusahaan yang terpilih dalam tahap pertama dipilih pula berdasarkan wilayah domisilinya sebanyak yang ditentukan. Pada tahap ketiga, pemilihan secara random kantor bank pada setiap wilayah yang terpilih dalam tahap kedua. Metode sampling secara bertingkat ini dengan cepat mereduksi jumlah nasabah yang akan dijadikan sebagai populasi penelitian. Gambar 3.4. Pengambilan Sampel dengan Cluster Sampling 5. Area Sampling Area sampling sangat mirip bahkan sering digabung dalam cluster sampling. Dalam area sampling, cluster dari populasi adalah perbedaan lokasi geografis geographyal areas dari populasi. Seperti halnya dengan cluster sampling, area sampling juga dilakukan dengan cara memilih secara random area investigasi dan pada area terpilih dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan salah satu metode simple random sampling, systematic Universitas Sumatera Utara sampling, atau stratified random sampling, sesuai dengan kondisinya. Dalam area sampling dapat dilakukan multi-stage sampling kalau diperlukan. Gambar 3.5. Pengambilan Sampel dengan Area Sampling

3.4.2.2. Non-probability Sampling

7 1. Accidental SamplingConvenience Sampling Berbeda halnya dengan probability sampling, pada non-probability sampling, setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak bedasarkan probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik khusus masing-masing elemen. Hal ini mengindikasikan bahwa temuan-temuan dari analisis terhadap sampel terpilih tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi tetapi untuk mendapatkan informasi awal yang cepat dengan cara yang murah. Dalam banyak kejadian non-probability sampling sering merupakan metode yang terpaksa dilakukan karena kondisi tertentu metode lain tidak mungkin digunakan. Beberapa model dari metode sampling yang non- probabilistik ini antara lain : Seperti disebutkan accidental sampling adalah suatu metode sampling di mana para respondennya adalaha orang-orang yang secara sukarela menawarkan diri conveniencely availabledengan alasan masing-masing. Misalnya, suatu perusahaan industri makanan seperti makanan dalam 7 Ibid Universitas Sumatera Utara kemasan kaleng ingin mendapatkan informasi tentang bagaimana pandangan konsumen terhadap mutu produk yang dihasilkan. Untuk itu, perusahaan membawa produk-produk tersebut ke pasar dan menawarkan kepada siapa saja yang bersedia merasakan dan memberikan informasi tentang mutu produk tersebut menurut penilaian masing-masing. Convenience sampling sering digunakan selama fase eksplorasi dari sebuah projek penelitian telah dianggap sebagai metode paling baik untuk mendapatkan informasi awal secara cepat dengan biaya yang murah. Gambar 3.6. Pengambilan Sampel dengan Convinience Sampling 2. Purposive Sampling Purposive sampling adalah metode sampling non-probability yang mengunakan orang-orang tertentu sebagai sumber datainformasi. Orang- orang tertentu yang dimaksud di sini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan, dan lain-lain yang dimilikinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat namanya sebagai responden tanpa melalui proses seleksi secara random. Biasanya jumlah responden dalam purposive sampling sangat terbatas. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.7. Pengambilan Sampel dengan Purpossive Sampling 3. Judgement Sampling Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judgment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”. Gambar 3.8. Pengambilan Sampel dengan Judgment Sampling Universitas Sumatera Utara 4. Snowball Sampling Teknik ini mengambil sampel berdasarkan konsep bola salju dimana sampel diperoleh berdasarkan suatu informasi dari seorang individu terhadap individu lain. Gambar 3.9. Pengambilan Sampel dengan Snowball Sampling 5. Quota Sampling Teknik ini mengambil sampel yang ditentukan oleh si pengumpul data dan sebelumnya telah ditentukan jumlah yang akan diambil. Jika jumlah tersebut sudah dicapai, si pengumpul data berhenti melakukan pengambilan data, selanjutnya hasil itu dipresentasikan. Gambar 3.10. Pengambilan Sampel dengan Quota Sampling Universitas Sumatera Utara

3.5. Lean dan Six Sigma

3.5.1. Pendekatan

Lean 8 Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan waste dan meningkatkan nilai tambah value added produk barang atau jasa agar memberikan nilai kepada pelanggan customer value. Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah non-value-adding activities dalam desain, produksi untuk bidang manufaktur atau operasi untuk bidang jasa, dan supply chain management, yang berkaitan langsung dengan pelanggan. Terdapat lima prinsip dasar Lean, yaitu: 1. Mengidentifikasi nilai produk barang danatau jasa berdasarkan perspektif pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk barang danatau jasa berkualitas superior, dengan harga yang kompetitif dan penyerahan yang tepat waktu. 2. Mengidentifikasi value stream process mapping pemetaan proses pada value stream untuk setiap produk barang danatau jasa. 3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas sepanjang proses value stream itu. 4. Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk itu mengalir secara lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik pull system. 8 Vincent Gaspersz, The Executive Guide to Implementing Lean Six Sigma, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2008. Universitas Sumatera Utara 5. Terus menerus mencari berbagai teknik dan alat peningkatan improvement tools and techniques untuk mencapai keunggulan excellence dan peningkatan terus menerus continuous improvement. Pada dasarnya terdapat dua jenis pemborosan, yaitu Type One Waste dan Type Two Waste. Type One Waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream, akan tetapi aktivitas tersebut tidak dapat dihindarkan pada saat ini dikarenakan oleh berbagai alasan. Type Two Waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan dapat dihilangkan dengan segera. Pemborosan merupakan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah non-value added activities dan dikenal dalam kalangan praktisi Lean Manufacturing sebagai “delapan pemborosan”. Delapan pemborosan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1. 9 No. Tabel 3.1. Jenis-Jenis Pemborosan Waste Waste Akar Penyebab 1. Over Production: emproduksi lebih daripada kebutuhan pelanggan internal dan eksternal, atau memproduksi lebih cepat atau lebih awal daripada waktu kebutuhan pelanggan internal dan eksternal. - Ketiadaan komunikasi. - Sistem balas dan penghargaan yang tidak tepat. - Hanya berfokus pada kesibukan kerja bukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal dan eksternal. 9 Vincent Gaspersz. Ibid. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Jenis-Jenis Pemborosan Waste Lanjutan No. Waste Akar Penyebab 2. Delays waiting time: eterlambatan yang tampak melalui orang-orang yang sedang menunggu mesin, peralatan, bahan baku, suppliers, perawatanpemeliharaan maintenance, atau mesin-mesin yang sedang menunggu perawatan, orang-orang, bahan baku, peralatan, dan lain-lain. - Inkonsistensi metode kerja. - Waktu penggantian produk yang panjang long changover times. 3. Transportation: emindahkan material atau orang dalam jarak yang sangat jauh dari satu proses ke proses berikut yang dapat mengakibatkan waktu penanganan material bertambah. - Tata letak yang jelek poor layout. - Ketiadaan koordinasi dalam proses - Poor housekeeping. - Organisasi tempat kerja yang jelek poor work place organization. - Lokasi penyimpanan material yang banyak dan saling berjauhan. 4. Process: encakup proses-proses tambahan atau aktivitas kerja yang tidak perlu atau tidak efisien. - Ketidaktepatan penggunaan peralatan. - Pemeliharaan peralatan yang jelek poor tooling maintenance. - Gagal mengkombinasi operasi- operasi kerja. - Proses kerja dibuat serial padahal proses-proses itu tidak saling tergantung satu sama lain yang seyogianya dapat dibuat parallel. 5. Inventories: da dasarnya menyembunyikan masalah dan menimbulkan aktivitas penanganan tambahan yang seharusnya tidak diperlukan. Inventories juga mengakibatkan extra paperwork, extra space, dan extra cost. - Peralatan yang tidak handal unrealible equipment. - Aliran kerja yang tidak seimbang. - Pemasok yang tidak kapabel. - Peramalan kebutuhan yang tidak akurat. - Ukuran batch yang besar. - Long change-overtimewaktu pergantian yang panjang. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Jenis-Jenis Pemborosan Waste Lanjutan No. Waste Akar Penyebab 6. Motion Movement: tiap gerakan karyawan yang mubajir saat melakukan pekerjaannya seperti mencari, meraih atau menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya. Berjalan juga merupakan pemborosan. - Organisasi tempat kerja yang jelek poor work place organization. - Tata letak yang jelek poorlayout. - Metode kerja yang tidak konsisten. - Poormachinedesign. 7. Defective Products: emproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi berarti tambahan penanganan, biaya, waktu dan upaya yang sia-sia. - Incapable processes. - Insufficient planning. - Ketiadaan prosedur-prosedur operasi standar SOP. 8. Defective Design: esain yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan, penambahan features yang tidak perlu. - Lack of customer input indesign - Overdesign Sumber: Lean Six Sigma, Vincent Gaspersz dan Avanti Fontana 2011

3.5.2. Pendekatan

Six Sigma Sigma merupakan unit pengukuran statistikal yang mendeskripsikan distribusi tentang nilai rata-rata mean dari setiap proses atau prosedur. Suatu proses atau prosedur dapat mencapai lebih atau kurang dari kapabilitas Six Sigma dapat diharapkan memiliki tingkat cacat yang tidak lebih dari beberapa ppm part per million. Six Sigma adalah upaya terus menerus continuous improvement efforts untuk menurunkan variasi dari proses, agar mengingatkan kapabilitas proses dalam menghasilkan produk barang dan jasa yang bebas kesalahan zero defects- target minimum Defects Per Million Opportunities atau DPMO dan untuk Universitas Sumatera Utara memberikan nilai kepada pelanggan customer value. Tiga bilang utama yang menjadi target usaha Six Sigma, yaitu : 1. Meningkatkan kepuasan pelangga 2. Mengurangi waktu siklus 3. Mengurangi defect cacat. Tujuan Six Sigma adalah meningkatkan kinerja bisnis dengan mengurangi berbagai variasi proses yang merugikan, mereduksi kegagalan- kegagalan produkproses, menekan cacat-cacat produk, meningkatkan keuntungan, mendongkrak moral personilkaryawan, dan meningkatkan kualitas produk pada tingkat yang maksimal.

3.6. Lean Six Sigma

Lean Six Sigma merupakan salah satu aplikasi ilmu teknik untuk meningkatkan laju perusahaan, di mana kombinasinya dengan Six Sigma ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan di fokuskan pada persoalan pelanggan selain itu dapat meminimalisasi waktu menunggu proses. Lean Six Sigma merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma dapat didefenisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan waste atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah non value added activities melalui peningkatan terus menerus secara radikal radical continuous improvement untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma. 10 10 Vicent Gaspersz, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries, PT. Gramedia Universitas Sumatera Utara Lean Six Sigma merupakan penggabungan antara Lean dan Six Sigma dalam upaya peningkatan kualitas di perusahaan. Adapun alasan yang mendasari adalah: 1. Lean berfokus pada minimasi pemborosan yang terjadi pada value stream, namun tidak mampu memberi analisa dan kontrol secara statistik. 2. Six Sigma berfokus pada peningkatan kualitas namun kurang dalam upaya meningkatkan kecepatan proses secara dramatis ataupun mngurangi investasi. Dalam mengerjakan suatu proyek yang berkaitan dengan Six Sigma atau berkaitan dengan perbaikan kualitas dikenal kerangka berpikir yang dinamakan DMAIC Define-Measure-Analyze-Improve-Control. Kerangka berpikir ini sangat penting agar permasalahan yang akan diselesaikan benar-benar akan memberikan perbaikan yang menyeluruh kepada proses dan keuntungan perusahaan. Lima tahap metodologi DMAIC tersebut yaitu : 1. Define adalah fase pertama dalam siklus DMAIC yang menentukan masalah peluang, proses dan persyaratan pelanggan, karena siklus DMAIC iteratif, maka masalah proses, aliran dan persyaratan harus diverifikasi dan diperbarui di sepanjang fase-fase yang lain guna mendapatkan kejelasan. 2. Measure adalah fase kedua dalam siklus DMAIC , di mana ukuran-ukuran kunci diidentifikasi dan data dikumpulkan, disusun, dan disajikan. 3. Analyze adalah fase ketiga dalam siklus DMAIC, di mana detail proses diperiksa dengan cermat. Hal-hal yang diperhatikan dalam fase ini yaitu : Pustaka Utama, Jakarta, 2007, hlm.92. Universitas Sumatera Utara a. Data diinvestigasi dan diverifikasi untuk membuktikan akar masalah yang diperkirakan dan memperkuat pernyataan masalah. b. Analisis proses meliputi meninjau peta proses untuk aktivitas bernilai tambahtidak bernilai tambah. 4. Improve adalah fase keempat dalam siklus DMAIC, di mana solusi-solusi dan ide-ide secara kreatif dibuat dan diputuskan. Sekali sebuah masalah telah diidentifikasi, diukur, dan dianalisis, maka dapat ditentukan solusi-solusi potensial untuk memecahkan masalah. 5. Control adalah tahap terakhir dalam metode DMAIC, di mana setelah solusi- solusi diestimasi, maka ukuran-ukuran tidak berhenti untuk mengikuti dan memverifikasi stabilitas perbaikan dan prediktabilitas dari proses. Beberapa perbedaan yang terdapat Lean dan Six Sigma, yaitu : Tabel 3.2. Perbedaan Lean dan Six Sigma Perbedaan Lean Six Sigma Target emenuhi nilai-nilai yang dapat menghadirkan kepuasan pelanggan melalui value. menuhan kebutuhan pelanggan secara tepat dan akurat. Kepuasan pelanggan dengan menghadirkan kualitas. Fokus isiensi aliran proses untuk mengeleminasi wate pemborosan. eminimalisir cacat defect dan meminimalisir variasi proses. Metodologi lue stream mapping, process mapping, Kaizen dan lain-lain. etode DMAIC dan DMADV. Tools statistik dan analisis

3.7. Metode DMAIC dalam