d. Crisis, yaitu semakin panas dan para pelaku sudah diberi gamabaran nasib oleh
pengarangnya. e.
Climax, yaitu situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri.
f. Falling Action, yakni kadar konflik sudah menuntun sehingga ketegangan dalam
cerita sudah mulai mereda sampai menuju penyelesaian cerita.
Dalam novel “Samurai Kazegatana” tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita yang
tersusun dalam tahapan yang dinyatakan oleh Montage sebagai berikut: Dalam novel “Kazegatan tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita yang tersusun dalam tahapan yang
dinyatakan oleh Montage sebagai berikut :
a. Expositon
Ekposition dalam novel “Samurai Kazegatana” adalah dengan diperkenalkannya desa Shirozora, yang merupakan tempat saudagar Akazawa yang berdagang kain sutera dari desa
Shirozora dikirim ke ibu kota proivinsi Hineriyama dengan kereta barang menggunakan jasa para pengawal yang mengawal barang dagangan.
Dilanjutkan dengan pengenalan tokoh-tokoh utama, yakni tokoh Hanmaru, seorang pengawal yang sangat setia terhadap tuannya karena kelurga tuan telah mengangkatnya dari
seorang gelandangan yang kelaparan hingga nyaris merenggut nyawanya. Dan untuk membalas budi atas kebaikan yang telah diterimanya Ia rela mengorbankan jiwa dan raga
dengan pedangnya untuk sang majikan.. Tokoh Akazawa pemuda yang sangat cerdas dan seorang saudagar yang handal berusia 21 tahun. Sedangkan tokoh Gorou mempunyai sifat
samurai dan merupakan pengawal keluarga saudagar Akazawa. Salah satu yang penting
Universitas Sumatera Utara
adalah nona Tsubame yaitu merupakan adik Saudagar Akazawa yang mempunyai kecerdasan yang sama dengan tuan Akazawa berusia 15 tahun.
a. Inciting Force
Tahapan Inciting Force dalam novel “Samurai Kazegatana” menggambarkan kondisi Lembah Toraguchi tepatnya jalan Ryuujin yang sangat mencekam karena gerombolan
permapok Chigatana yang siap menyerang dan menghadang setiap kali pedagang mengirim barang dagangan menuju Hineriyama. Tuan Gorou tewas di Lembah Toraguchi saat
menagawal barang dagangan Tuan Akazawa, dan di waktu yang bersamaan Hanmaru untuk pertama kalinya ikut mengawal kereta barang dagangan. Pada saat terjadi pertempuran yang
sangat sengit antara pengawal barang dagangan dengan gerombolan perampok, Hanmaru hampir tewas kalau saja Satoru yaitu seorang ninja tidak segera menyelamatkan nyawa
Hanmaru.
Dengan kejadian ini Shouya mengirim pasukan untuk menumpas gerombolan perampok Chigatana. Namun pasukan yang dikirim gagal. Setelah kegagalan pasukan
Shouya yang mulia kemudian mengirim pasukan kembali untuk menumpas Chigatana yang dipimpin oleh pengikutnya yang bernama Hirokatsu Shinnosuke. Akan tetapi, karena sifat
Shinnosuke yang sombong karena Ia adalah seorang yang hebat di medan perang dalam melawan musuhnya, tapi tidak dibarengi penyusun strategi yang handal untuk memimpin
pasukan di medan perang. Sehingga pasukan pimpinan Hirokatsu ini juga gagal menumpas gerombolan perampok Chigatana.
b. Rasing Action