BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Jarak Tempuh
Dalam penentuan Rute Distribusi yang optimal jarak tempuh sangat berpengaruh karena semakin jauh jarak tempuh maka semakin jauh pula waktu
tempuh mobil angkut yang digunakan. Perbandingan jarak tempuh sub rute 1 sampai sub rute 6 yang terbentuk
sebelum dan sesudah menggunakan Algoritma Heuristik dengan Software Quant SystemQS versi 3.0 dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Perbandingan Jarak Tempuh Sub
Rute Jarak awal
km Jarak dengan software Quant SystemQS
versi 3.0 km
I 48.34
45.48 II
52.36 40.3
III 145.56
118.28 IV
180.90 152.72
V 163.52
156.46 VI
201.64 182.66
Total
792.32 659.9
Jarak awal adalah jarak yang diperoleh dari pembentukan sub rute awal yang diperoleh melalui prosedur pembentukan sub rute yang dibahas pada bab V.
Sesudah menggunakan algoritma heuristik dengan software Quant SystemQS versi 3.0 maka jarak lebih singkat melalui penukaran jalur tempuh. Dari tabel di
atas dapat dilihat bahwa sub rute yang terbentuk mengalami pengurangan jarak
tempuh dari jarak tempuh awal. Selisih jarak tempuh yang berkurang adalah 132.42 km.
Dengan jarak tempuh yang lebih singkat maka akan berdampak pada berkurangnya waktu tempuh mobil angkut. Estimasi Feasibilitas setiap sub rute
dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Estimasi Feasibilitas
Sub Rute
Hari Waktu tersedia
menit Waktu distribusi usulan menit
Estimasi Feasibilitas
Tanpa allowance Dengan allowance
I Senin
480 295.750
311.700 Feasible
II Selasa
480 231.810
278.172 Feasible
III Rabu
480 404.030
484.836 Tidak Feasible
IV Kamis
480 444.333
533.199 Tidak Feasible
V Jumat
450 450.750
540.900 Tidak Feasible
VI Sabtu
480 495.961
595.153 Tidak Feasible
Total 2850
2322.634 2743.960
Penjadwalan mingguan keenam sub rute tersebut disesuaikan dengan waktu distribusi yang tersedia di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan.
Berdasarkan Tabel 6.2. dapat dilihat bahwa penjadwalan mingguan sub rute I - II feasible dikarenakan waktu trip lebih kecil dari waktu yang tersedia
sehingga rute tersebut dapat dijalani sesuai dengan jumlah mobil angkut yang telah diperhitungkan. Sedangkan sub rute III – VI tidak feasible dikarenakan
waktu trip lebih besar dari waktu yang tersedia sehingga rute tersebut tidak dapat dijalani sesuai dengan jumlah mobil angkut yang telah diperhitungkan dan jumlah
mobil angkut harus ditambahi atau kapasitas mobil angkut ditambahi. Pendistribusian yang direncanakan juga akan dapat mengantisipasi
berbagai hambatan dan kendala yang terjadi dalam pendistribusian sehingga
waktu siklus pendistribusian tidak akan terganggu. Ini dikarenakan dalam perhitungan rute yang direncanakan sudah menggunakan allowance kelonggaran
sebesar 20 dan pertimbangan terhadap faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi waktu siklus pendistribusian. Sehingga waktu siklus
pendistribusian rute yang direncanakan akan dapat dipenuhi untuk dilaksanakan. Waktu luangwaktu sisa dari setiap sub rute usulan dapat dilihat pada
Tabel 6.3.
Tabel 6.3. Waktu LuangWaktu Sisa Setiap Sub Rute
Sub Rute
Waktu tersedia menit
Waktu distribusi usulan menit
waktu luang sisa waktu menit
I 480
311.700 168.83
II 480
278.172 201.828
III 480
484.836 - 4.836
IV 480
533.199 - 53.199
V 450
540.900 - 90.9
VI 480
595.153 - 115.153
Total 2850
2743.960 106.57
Dari tabel 6.3. dapat dilihat bahwa setiap sub rute usulan mempunyai
waktu distribusi yang lebih singkat dari waktu yang tersedia. Dari keseluruhan sub rute waktu tempuh menjadi lebih singkat selama 1.7761 menit
≈ 2jam. Waktu luang yang tersisa hingga jam pulang setelah tiba di Kantor
Penjualan PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan digunakan salesman untuk menyusun botol-botol kosong di gudang dan membuat laporan penjualan harian.
6.2. Perhitungan utilisasi