1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia akan mengalami perkembangan sejak masa bayi, periode kanak-kanak, masa pubertas atau masa remaja yang kemudian berkembang
menjadi dewasa. Kehidupan sebagai remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia menurut Jhon W Santrock 2003:26 bahwa “ remaja
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional
1
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada anak perempuan ataupun perubahan suara pada anak
laki-laki, secara biologis anak-anak tersebut mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk
bereproduksi. Pada masa pubertas hormon seseorang menjadi aktif. Pertumbuhan secara cepat pada hormon-hormon tersebut diatas merubah sistem biologis
seorang anak terutama pada anak perempuan. Anak perempuan dalam masa pubertas melewati tiga tahap yaitu, pembesaran pada buah dadanya kemudian
tumbuhnya bulu-bulu halus di daerah tertentu dan selanjutnya menstruasi sebagai ”.
Selama masa remaja seluruh tubuh mengalami perubahan baik dibagian luar maupun dibagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun fungsinya.
Remaja pada tingkat sekolah menengah pertama berada pada tingkat perkembangan yang disebut “masa remaja atau pubertas”.
1
Jhon W Santrock dalam buku “Masa Perkembangan Anak 1” hal: 26. 2003
2
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Bentuk fisik anak-anak akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawanya pada dunia
remaja. Disamping itu, perubahan fisik tersebut akan memperngaruhi pula keadaan psikis, kognitif dan sosial anak. Ketidaknyamanan pada tubuh yang
dirasakannya, dan ketidakpahaman anak dalam menghadapi perubahan tersebut akan menimbulkan perilaku-perilaku baru seperti mudah marah, melawan,
bingung, berprilaku yang beresiko, problem sekolah, terdapat banyak keluhan dan aktivitas seksual.
Menurut Garrison dalam Mappiare, 1982 individu memiliki kebutuhan- kebutuhan yang khas, seperti kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan
dihargai dan kebutuhan akan penerimaan orang lain. Salah satu hubungan interpersonal yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis-sosiologis
pada anak pubertas adalah pertemanan. Kehadiran teman pada anak perempuan khususnya pada masa pubertas akan sangat berarti bagi hidupnya. Mappiare
1982 mengatakan jika teman-teman sebayanya hanya sedikit yang mau menerima kehadiran dirinya maka anak tersebut akan merasa kekurangan teman
untuk bergaul
2
Membina pertemanan dengan sesama jenis atau dengan lawan jenis merupakan salah satu bentuk pengembangan hubungan interpersonal. Oleh sebab
itu anak pada masa pubertas memerlukan seseorang untuk dapat dijadikan kawan berbincang dan tempat curahan suka dukanya, kawan untuk berbagi rasa
kecemasan dan permusuhan serta kawan untuk memikul rahasia dan rasa sedih. .
2
Andi Mappiare dalam Buku Psikologi Remaja, 1982
3
Dengan membagi ataupun mencurahkan beban dalam hati serta pikiran itulah maka akan terasa oleh para anak pubertas bahwa penderitaan atau kecemasan akan
sedikit terungkit lepas. Seorang anak dapat mengenal dirinya sendiri atau mengetahui
kepribadianya melalui hubungan dengan teman-teman disekitarnya khususnya teman sebanyanya atau pada kelompok sosial. Karena standart kelompok sosial
dijadikan konsep dasar remaja mengenai kepribadian yang ’ideal’
3
Hurlock 1990 menegaskan bahwa teman memberikan pengaruh paling besar dalam kehidupan individu
.
4
Pengelompokkan-pengelompokkan pada bertemanan seorang anak pada umumnya didapat di sekolah formal, karena menurut Santrock 1998 anak usia
pubertas pada umumnya cendrung menghabiskan waktu di lingkungan sekolah dengan lingkungan teman sebanyanya dan cendrung berkurang waktu si anak di
lingkungan keluarga . Pertemanan mengandung unsur spesifik seperti
kepercayaan, keterbukaan, saling berbagi suka duka, dan belajar mengatasi konflik. Anak pada masa pubertas berusaha mempunyai teman untuk berbagi rasa
dengan yang lain. Oleh karena itu, pada masa pubertas timbul pengelompokkan- pengelompokkan, salah satunya adalah Chums yaitu kelompok dimana anak
berteman karib dengan ikatan pertemanan yang sangat kuat dan biasanya terdiri dari dua sampai tiga teman dekat Mappiare, 1982.
5
3
Kepribadian yang sehat
4
Elisabeth B.Hurlock dalam buku “Psikologi Perkembangan” 1990, hal:186
5
Jhon W. Santrock dalam buku “Masa Perkembangan Anak I” 2003,hal:98
. Tetapi, bagaimana jika seorang anak tersebut belajar di
4
sekolah rumah Homeschooling karena Pendidikan tidak hanya terbatas belajar di sekolah, demikian pula sistem pendidikan tidak hanya ada dalam bentuk formal
sebagaimana yang umumnya dikenal dan berkembang di masyarakat. Ada bentuk- bentuk pendidikan lain yang dikenal dan diakui dalam sistem pendidikan nasional,
salahsatunya sistem pendidikan jalur informal yang merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Rumah
homeschooling
6
Pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru, karena para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru privat untuk mengajar anak-
anaknya, itulah salah satu jejak homeschooling pada masa dahulu. Namun pada dasarnya filosofi berdirinya sekolah rumah adalah “manusia pada dasarnya
makhluk belajar dan senang belajar”Jhon Cadlwell Holt,1964 .
7
. Sedangkan menururt Dr. Seto Mulyadi dalam majalah Umi Edisi 1 Tahun 2004, mengatakan
bahwa belajar adalah proses mengubah, menambah, dan membentuk suatu perilaku. Perilaku yang dimaksud tentu saja berkaitan dengan semua aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik
8
.Selanjutnya dikatakan pula bahwa anak tidak mesti datang ke sekolah untuk belajar.“Jika belajar dikaitkan dengan proses
pendidikan maka pendidikan yang sebenarnya justru dalam keluarga tidak dilembagakan
9
6
legalitas pendidikan informal pasal 27 UU 2003
7
Jhon Cadlwell Holt dalam buku How Children Fail,1964 hal:13
8
Kognitif : ranah yang mencakup kegiatan mentalotak. Afektif : ranah yang mencakup watak dan perilaku. Psikomotorik : ranah yang mencakup keterampilanskill.
9
Seto Mulyadi dalam buku homeschooling keluarga kak Seto,2007
”.Maksudnya pendidikan itu harus individual bukan klasikal atau massal, karena setiap anak memiliki keunikan dan kecepatan berbeda dalam
5
belajar.Mendidik anak harus sampai bisa efektif, sementara sistem pembelajaran di sekolah berkejaran dengan waktu dan target-target efisien.
Homeschooling yang lebih dikenal dengan sekolah rumah merupakan fenomena yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat, golongan pendidik,
orangtua dan pemerhati pendidikan dalam 3-4 tahun terakhir. Terutama setelah liputan media massa banyak membahas mengenai homeschooling, munculnya
berbagai macam komunitas homeschooling. Ramainya fenomena ini dibicarakan diantaranya berkaitan dengan kepribadian remaja jika ia belajar dirumah, materi
yang disajikan dalam pendidikan dirumah, kesanggupan orangtua mengajari anak, proses evaluasi dan penilaian keberhasilan belajar anak, tingkat pendidikan anak
dari waktu ke waktu, izajah, danakhirnya berkaitan dengan lapangan pekerjaan yang kelak ditekuni anak. Pertanyaan-pertanyaan ini bermuara pada hasil akhir:
apakah pendidikan rumah sanggup menghasilkan individu dengan kompetensi spesifik, serta mampu berelasi dengan orang banyak.
Pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan pendidikan juga mempengarhi perubahan pada kebudayaan. Pendidikan
mempengaruhi perkembangan kepribadian maksudnya dalam hal ini pendidikan memiliki peran dalam perkembangan kepribadian individu, karena dalam dunia
pendidikan tidak hanya dijabarkan bagaimana cara individu memahami suatu materi tetapi juga membentuk karakter
10
10
Karakter atau watak ialah struktur batin manusia yang nampak dalam tindakan tertentu.
, melalui pembentukkan karakter kepribadian individu dapat di bangun. Selanjutnya pendidikan mempengaruhi
perubahan kebudayaan, di dalam antropologi pendidikan dijelaskan bahwa
6
pendidikan di sekolah sangat mempengaruhi perubahan kebudayaan adanya transmisi kebudayaan
11
Menurut Margareth Mead 1992 mengenai pendidikan dalam masyarakat sederhana, di mana ia membedakan antara Learning Cultures kebudayaan
belajar dan Teaching Cultures kebudayaan mengajar .
12
Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan homeschooling, dan perbedaan apa saja yang mendasar antara homeschooling dengan sekolah yang selama ini
kita kenal, yakni jenjang SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun? Salah seorang praktisi homeschooling, Sumardiono
. Dimana, dalam golongan pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara yang tidak resmi,
yaitu dengan berperan serta dalam rutin kehidupan sehari-hari untuk memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Dalam golongan kedua, warga
masyarakat mendapat pelajaran dari warga-warga lain yang dianggap lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam pranata-pranata pendidikan yang resmi, di mana
mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan.
13
11
Transmisi budaya adalah suatu upaya atau proses dalam menyampaikan sikap, keyakinan, nilai- nilai, pengetahuan dan juga keterampilan dari satu genearsi ke generasi selanjutnya.
12
Margareth Mead dalam buku “Sejarah Teori Antropologi II” hal:48. 2007
13
www.sumardiono.com. Diakses Sabtu, 29 maret 2014.
, mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada definisi tunggal dari homeschooling.Namun, prinsipnya adalah bahwa
sistem pendidikan homeschooling, sebuah keluarga bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis
7
pendidikannya. Di sini orangtua bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Bertanggung jawab secara aktif ini maksudnya adalah
orangtua terlibat penuh pada proses penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai yang ingin dikembangkan,
kecerdasan dan ketrampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak.
Perbedaan yang paling mendasar antara remaja di homeschooling dengan remaja sekolah pada umumnya tentu saja berkaitan dengan berangkat ke sekolah.
Remaja homeschooling tidak perlu berangkat ke sekolah 6 hari perminggu, mereka juga tidak mengenal beragam liburan berkaitan dengan kalender
pendidikan, mereka tidak mengenakan seragam dan mereka hanya menjalani ujian jika memang model homeschooling yang mereka tempuh bekerja sama dengan
sekolah,jika tidak ada kerja sama maka remaja homeschooling tidak akan menempuh ujian layaknya di sekolah biasa. Jumlah jam belajar mereka sehari
berbeda dari anak sekolah umum, dan materi yang diajarkan dapat saja berbeda dengan yang diajarkan di sekolah umum. Berkaitan dengan materi, sejak awal
homeschooling dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya, sehingga materi yang diajarkan di sesuaikan dengan minat dan kebutuhan belajar
anak pada saat itu
14
14
Homeschooling, Rumah Kelasku Dunia Sekolahku. Kumpulan Artikel. 2012
. Berbicara tentang materi yang diajarkan, dalam proses belajar-mengajar di
homeschooling ada delapan 8 metode pembelajaran, yaitu:
8
1. Metode homeschooling Charlotte Mason, dalam metode ini anak membaca
buku kemudian menceritakan kembali dengan bahsanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya.
2. Metode homeschooling Klasik, metode ini terdiri atas konsep grammar,
logic dan rhetoric atau dapat juga diartikan pengetahuan, pengertian dan kebijakan tahapan grammar sampai usia 12 adalah saat anak menerima
dan mengumpulkan informasi dan pengetahuan. Anak belajar menerima fakta walaupun belum memahaminya namun sejalan dengan
bertambahnya usia, mereka mulai mencerna fakta tersebut. Tahapan logic usia 13-15 adalah usia saat pemahaman anak mulai
matang. Mereka mulai mengerti sebab akibat dan pengetahuan tentang logika.
Tahapan rhetoric usia 16-18 adalah saat anak bisa menggunakan pengethauan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari dan berdiskusi serta berdebat. Setiap mata pelajaran mempunyai 3 tahapan yaitu peserta didik menerima fakta,
belajar mengerti, dan diuji dalam pemahaman mereka. 3.
Metode Eclectic, metode ini melakukan hal-hal yang disukai dari berbagai kurikulum yang ada dengan menggunakan sumber-sumber informasi dari
internet, perpustakaan atau menciptakan kurikulum sendiri. 4.
Metode homeschooling Montessori, Maria Montessori menyatakan bahwa anak mempunyai kemampuan untuk belajar. Orang dewasa hanya perlu
mengatur lingkungan anak agak mendukung proses anak belajar. Orang
9
dewasa tidak perlu mengatur anak, tetapi cukup dengan membantu anak belajar dari lingkungannya dalam situasi natural maupun kelompok yang
tidak dibatasi oleh umur. 5.
Metode Unschooling, anak belajar materi yang mereka sukai. Unschooling sangat tidak terstruktur tapi sering cocok untuk sebagian anak, terutama
anak kecil. 6.
Metode Unit Studies, semua mata pelajaran terpadu menjadi satu tema. Sebagai contoh dari sebuah buku anak dapat belajar sejarah, seni, ilmu
pengetahuan alam, matematika, semua melalui buku tersebut. 7.
Metode Belajar Jarak Jauh 8.
Metode homeschooling Waldorf, konsep pengajaran Waldrof bertumpu pada anak secara keseluruhan the whole child yang meliputi kepala, hati
dan tangan. Metode ini menekankan dongeng storytelling dan seni art. Metode ini tidak berusaha untuk menamamkan materi intelektual kepada
anak, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan menikmati proses belajar.
Munculya homeschooling didasari oleh berbagai hal yang berbeda-beda untuk setiap keluarga.Namun, kekhawatiran orangtua akan pendidikan sekolah
pada masa ini tuntutan perilaku yang seragam, pergaulan remaja yang penuh tekanan, jumlah jam yang terlalu banyak dan penuh menjadi penyebab utama
sejumlah orangtua menerapkan pendidikan model homeschooling ini, di samping itu karakteristik anak yang berbeda-beda dalam menangkap segala jenis pelajaran
10
yang disampaikan kepadanya, memicu munculnya homeschooling ditengah- tengah pendidikan formal
15
Disisi lain masih terdapat kekhawatiran terhadap kelemahan homeschooling, dimana anak-anak yang belajar di homeschooling kurang
berinteraksi dengan teman sebayanya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Padahal
interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang. Anak-anak yang mengikuti homeschooling homeschooler kurang
berinteraksi dengan teman sebaya dikarenakan lingkungan belajar mereka yang tertutup dengan lingkungan luar dan karena kebiasaan mereka yang lebih senang
bergaul dengan orang yang dikenal saja sehingga menyebabkan anak homeschooling sulit berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan teman sebaya
mereka yang mengikuti homeschooling .
16
. Langeveld mengatakan bahwa pegaulan adalah lapangan yang tersedia bagi pendidikan, jadi dari pergaulan yang baik
dapat diselenggarakan pendidikan yang sebaik-baiknya
17
Di pandang dari sisi positif dan negatifnya, homeschooling memiliki beberapa pertimbangan penting. Dilihat dari sisi positifnya yang pertama
homeschooling mengakomodasikan potensi kecerdasan anak secara maksimal karena setiap anak memiliki keberagaman dan kekhasan minat, bakat dan
keterampilan yang berbeda-beda. Potensi ini akan bisa dikembangkan secara .
15
Menurut data Asah PenaAsosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif pada tahun 2009.
16
Wina kartika Br.Ginting S.SOS, dalam skripsi “realitas keluarga pelajar yang mengikuti homeschooling”2011.
17
Langeveld dalam buku dinamika psikologi sosial – Drs.H.Koestoner Partowisastro, 1983 hal 52
11
maksimal bila keluarga memfasilitasi suasana belajar yang mendukung di rumahnya sehingga anak didik benar-benar merasa di rumah dalam proses
pembelajaran, hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang bersifat informal. Dengan metode homeschooling ini anak didik tidak lagi dibatasi oleh empat
tembok kelas yang sesak dan mereka bisa memilih tema pembelajaran yang diinginkan mereka. Yang kedua, metode ini mampu menghindari pengaruh buruk
lingkungan negatif yang mungkin dihadapi oleh anak disekolah umum. Pergaulan bebas, tawuran, rokok dan obat-obat terlarang yang terus menghantui para orang
tua, sementara mereka tidak dapat mengawasi putra-putrinya sepanjang waktu
18
Persoalan legalitas secara prinsip tidak ada masalah, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dalam pasal 27 ayat1 dikatakan kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri. Lalu pada ayat2 dikatakan bahwa hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat1 diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi secara hukum kegiatan persekolahan di rumah dilindungi oleh Undang-Undang
.
19
Saat ini, jumlah yang melaksanakan homeschooling terus mengalami peningkatan, tetapi data pasti jumlah homeschooling sulit untuk didapat karena
model pendidikan ini bersifat informal. Di Indonesia sendiri menurut perkiraan Ella Yulaelawati, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas ada sekitar 1.000-
.
18
Wina kartika Br.Ginting S.Sos, dalam skripsi “realitas keluarga pelajar yang mengikuti homeschooling”.
19
UU RI No.23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
12
1.500 siswa homeschooling. Di Jakarta ada sekitar 600 siswa, sebagian besar diantaranya sekitar 500 orang adalah siswa homeschooling majemuk. Jumlah yang
sebenarnya tidak diketahui pasti, tapi diperkirakan masih lebih besar lagi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya jumlah sekolah formal yang ada di
Indonesia bahkan di Medan sudah cukup banyak. Namun semakin banyaknya sekolah formal, sekolah informal seperti homeschooling pun semakin marak dan
semakin banyak diminati. Tingkat pendidikan formal di Kota Medan cukup baik tentunya tidak terlepas dari tersedianya prasarana dan sarana pendidikan, mulai
dari taman kanak-kanak, taman bermain, taman bacaan, playgroup
20
20
Data dinas pendidikan 2013
. Walaupun diketahui bahwa sekolah formal cukup banyak namun masih
saja ada beberapa keluarga memilih pendidikan informal untuk anak-anak mereka, hal ini terlihat dengan munculnya sekolah-sekolah informal seperti
homeschooling. Homeschooling di Medan tidak segencar homeschooling di Jakarta namun tetap saja pendidikan informal seperti homeschooling ini mulai
sangat diminati oleh banyak keluarga. Perkembangan homeschooling yang pesat di berbagai wilayah sebagian besar karena orangtua berpendapat bahwa
homeschooling berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang mereka rencanakan. Kebutuhan orangtua itu beragam dan homeschooling berusaha
memenuhi kebutuhan pendidikan yang spesifik dari keluarga karena homeschooling memang memiliki sifat customized sehingga dapat disesuaikan
dengan kondisi setiap keluarga.
13
Beragam pendapat negatif berkaitan dengan kepribadian remaja di homeschooling.Pendapat yang umum diutarakan adalah bahwa dengan
homeschooling, remaja kehilangan jati diri dan kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya
21
Manusia sejak lahir ke dunia akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena harus saling melengkapi
dan saling membutuhkan untuk bertahan hidup. Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, orang yang paling utama yang harus dekat dengannya
adalah orangtua. Tanpa orangtua perkembangan seorang anak mungkin tidak bisa . Dikhawatirkan pula bahwa remaja kehilangan
kesempatan bergaul dengan lingkungan yang sangat heterogen, dimana dalam lingkungan tersebut ia akan mempelajari banyak hal terutama perbedaan
tingkahlaku di setiap individu, perbedaan status, perbedaan kebiasaan serta perbedaan latar belakang.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui tentang perkembangan kepribadian pada
remajapubertas di homeschooling. Hal ini untuk melihat dan menggambarkan bagaimana sebenarnya jalur pendidikan informal, dan perbedaan apa saja yang
mendasari antara homeschooling dengan sekolah yang selama ini kita kenal jalur formal.
1.2 Tinjauan Pustaka