Alasan dipilihnya Bapak Aziz Mandri Chaniago Sistem pelarasan bunyi

40 si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik terjemahan Ary 2007 pada www.Infoplease.comhomeworkwsbiography.html.

2.3.1 Alasan dipilihnya Bapak Aziz Mandri Chaniago

Dalam tulisan ini, penulis memilih Aziz Mandri Chaniago sebagai objek penelitian dikarenakan, beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Minangkabau di antaranya adalah: a Beliau adalah salah satu orang yang dapat membuat Saluang Darek yang merupakan alat musik tradisional Minangkabau; b Beliau dapat memainkan alat musik Saluang Darek Minangkabau; c Saluang Darek Minangkabau hasil buatan Aziz Mandri Chaniago banyak dipakai oleh masyarakat baik di desa tempat Aziz Mandri Chaniago tinggal ataupun di luar desa tersebut; d Pengalaman beliau yang merupakan anak dari seniman Minangkabau membuat Aziz Mandri Chaniago paham mengenai alat musik tradisional Minangkabau. Hal-hal tersebut penulis ketahui dari hasil percakapanwawancara dengan Aziz Mandri Chaniago dan juga dari Istri beliau, dan rekan-rekan beliau. Peranan dan pengalaman beliau menjadi alasan ketertarikan penulis menemukan fakta- fakta mengenai kehidupan beliau, dalam hal ini penulis lebih fokus kepada kehidupan beliau sebagai pembuat alat musik dan pemain musik Minangkabau. Melalui wawancara penulis akan mencatat kehidupannya berdasarkan dimensi waktu, ide-ide kreatif beliau dalam pembuatan instrumen musik tradisional Minangkabau, dalam hal ini Saluang Darek adalah salah satu instrumen musik tradisional Minangkabau dan juga akan membahas bagaimana Universitas Sumatera Utara 41 pengalaman hidup beliau, tanggapan masyarakat khususnya masyarakat di desa Pajak Sore Mabar, Kecamatan Medan Deli, mengenai bentuk instrumen musik tradisional Minangkabau yang dibuat oleh beliau yang sama sekali tidak ada perbedaan dengan yang terdahulu, khususnya pada instrumen Saluang Darek Minangkabau, bagaimana pendapat orang mengenai dirinya, dan hal-hal lain.

2.3.2 Biografi Aziz Mandri Chaniago

Biografi Aziz Mandri Chaniago akan dideskripsikan dalam tulisan ini mencakup aspek-aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik, kehidupan sebagai pembuat alat musik dan tanggapan masyarakat khususnya para seniman musik di Jalan Rumah Pemotongan Hewan, Kelurahan Pajak Sore Mabar, Kecamatan Medan Deli, Medan mengenai keberadaan Bapak Aziz Mandri Chaniago khususnya mengenai Saluang Darek buatan beliau.

2.3.2.1 Latar belakang keluarga

Bapak Aziz Mandri Chaniago lahir di Padang, kecamatan Tanjung Emas pada tanggal 10 Juli 1970, anak dari Bapak M.Nur dan Ibu Len. Bapak Aziz Mandri Chaniago lahir dari keluarga yang berlatar belakang petani dan tidak dekat dengan musik. Hal itu tidak menjadi penghalang Bapak Aziz Mandri Chaniago untuk mempelajari musik. Beliau mempelajari alat musik dengan cara mendengar orang-orang bermain musik dan mencobanya sendiri. Bapak Aziz Mandri Chaniago mempunyai seorang adik perempuan bernama Ibu Yuni. Universitas Sumatera Utara 42

2.3.2.2 Latar belakang pendidikan

Bapak Aziz Mandri Chaniago menginjak pendidikan dasar SD pada tahun 1976 di Kecamatan Tanjung Emas, Padang. Beliau juga melanjutkan pendidikan pertama SMP di tempat sekolah yang sama pada tahun 1982. Lalu beliau merantau ke kota Bukit Tinggi untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas SMA pada tahun 1985. Kemudian Beliau merantau lagi ke pulau Jawa untuk melanjutkan sekolahnya pada tahun 1990. Bapak Aziz Mandri Chaniago adalah seorang sarjana Hukum yang lulus pada tahun 1995 di Universitas Trisakti, Jakarta. Dan pada tahun 1996 beliau kembali ke pulau Sumatera dan menetap di kota Medan sampai dengan sekarang.

2.3.2.3 Berumah tangga

Bapak Aziz Mandri Chaniago menikah pada tahun 1997 dengan istrinya Afriyeti. Dari pernikahan mereka lahirlah 3 orang putra, yaitu: 1. Muhammad Supri 2. Muhammad Toufiq 3. Muhammad Raehan Setelah menikah Bapak Aziz Mandri Chaniago memilih untuk berprofesi sebagai wiraswasta dan sekaligus pemusik tradisional Minangkabau dan pembuat alat musik tradisional Minangkabau di rumah beliau yang beralamat di Jalan Rumah Pemotongan Hewan, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Medan. Universitas Sumatera Utara 43

2.3.2.4 Proses dan latar belakang belajar musik

Kemampuan bermusik tradisional Minangkabau sudah dimiliki Bapak Aziz Mandri Chaniago sejak masa kanak-kanaknya. Di masa kanak-kanak Bapak Aziz Mandri Chaniago sudah sering belajar memainkannya dari melihat pemusik - pemusik tradisional Minangkabau. Beliau juga sering mengikuti ayahnya ketika ayah beliau sedang menari pencak silat di sebuah acara adat Minangkabau. Ayah beliau seorang seniman penari terkenal pada saat itu, walaupun ayah beliau seniman penari, tetapi ayah beliau tidak paham memainkan dan membuat alat musik Saluang Darek Minangkabau. Beliau suka sekali duduk di panggung pemain musik dari pada panggung penari, sehingga beliau tertarik untuk belajar musik terutama musik tiup Saluang Darek Minangkabau. Pada saat kelas 4 SD beliau sudah masuk pada sebuah grup kesenian yang dinamakan Kinantan. Dari grup ini beliau banyak mempelajari seni musik Saluang Darek Minangkabau. Beliau juga termasuk orang yang paling muda mahir bermain Saluang Darek di grup pada kelas 3 SMP.

2.3.2.5 Kegiatan Aziz Mandri Chaniago sebagai pemusik tradisional Minangkabau

Sejak kecil Bapak Aziz Mandri Chaniago sudah mencintai alat musik Minangkabau. Kecintaannya itu diwujudkan dengan berlatih alat musik Minangkabau dan cara membuat alat musik tersebut. Di masa mudanya, beliau sudah menjadi pemusik tradisi Minangkabau, mengikuti berbagai kegiatan untuk mengenalkan alat musik dan budaya Minangkabau kepada masyarakat. Beliau Universitas Sumatera Utara 44 bukan hanya bisa memainkan alat musik Saluang Darek saja tetapi alat musik tiup lainnya seperti Bansi dan Sarunai Minangkabau. Beliau juga pandai menari pencak silat Minangkabau. Setelah menikah dan mempunyai anak beliau mengurangi kegiatannya dalam bermusik dan beralih menjadi seorang pekerja wiraswasta. Tetapi, beliau masih tetap juga menjadi pemusik dan pembuat alat musik Minangkabau jika ada orang yang memintanya. Saat ini beliau lebih fokus kepada alat musik tiup yaitu Saluang, Bansi, serta Sarunai Minangkabau. Beliau juga mempunyai sebuah grup yang dinamakan Pitunang Rantau yang bertempat di BM3 Badan Musyawarah Masyarakat Minangkabau Medan. Universitas Sumatera Utara 45

BAB III STRUKTUR ORGANOLOGIS DAN PROSES PEMBUATAN SALUANG

DAREK MINANGKABAU

3.1 Klasifikasi Alat Musik Saluang Darek Minangkabau

Sesuai dengan tinjauan penelitian mengenai organologis alat musik Saluang Darek, penulis mengklasifikasikan alat musik ini ke dalam kelompok aerophone sebagaimana sistem klasifikasi alat musik yang dikemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel. Dalam klasifikasi tersebut, aerophone dibagi atas beberapa jenis berdasarkan karakteristik masing-masing yaitu, free aerophone alat musik tiup dimana udara yang bergetar tidak tertutup pada alat musik itu sendiri, edgeblownflute alat musik tiup yang aliran udaranya berbentuk seperti pita dengan bibirnya, panpipes semacam alat musik tiup dari bambu yang memiliki tiup-ujung dengan titik nada berbeda dikombinasikan menjadi satu instrumen, endblownflute alat musik tiup yang penghasil bunyinya berasal dari lubang ujung tiupan, sideblownflute alat musik tiup yang penghasil bunyinya berasal dari lubang tepi samping tiupan, recorders alat musik tiup yang penghasil bunyinya berasal dari lubang tiup dan memakai lidahrit, dan lain sebagainya. Dengan mengacu pada klasifikasi di atas, jika dilihat dari sumber dan cara memainkannya yaitu alat musik yang memiliki prinsip kerja hembusan udara, alat musik Saluang Darek ini di golongkan ke pada klasifikasi aerophone yaitu sumber utama bunyi yang dihasilkan oleh getaran udara. Sedangkan dalam pembagian jenis klasifikasi aerophone, Saluang Darek tergolong kedalam end Universitas Sumatera Utara 46 blown flute karena prinsip penghasil bunyi berasal dari tiupan udara pada pangkal atas ujung instrumen. Lebih khusus lagi, bunyi yang dihasilkan oleh Saluang Darek berasal dari tiupan udara yang terbelah oleh lingkaran sisi lobang hembusan.

3.2 Konstruksi Bagian –Bagian Saluang Darek

Konstruksi bagian Saluang Darek adalah gambaran tentang nama yang terdapat pada bagian alat musik Saluang Darek yang mana alat musik ini memiliki 6 lobang, diantaranya adalah 4 lobang nada, 1 lobang hembusan, dan 1 lobang keluaran udara. Gambar.3.1. Empat lubang nada Universitas Sumatera Utara 47 Gambar.3.2. Lubang hembusan udara Gambar.3.3. Lubang keluaran udara

3.3 Tehnik Pembuatan Saluang Darek Minangkabau

Dalam pembuatan Saluang Darek ini penulis lebih spesifik kepada teknik pembuatan oleh informan kunci penulis yaitu buatan Bapak Aziz Mandri Universitas Sumatera Utara 48 Chaniago yang pembuatannya relatif sederhana tanpa bantuan mesin dan tanpa adanya ritual tertentu. Berikut ini penulis akan memaparkan bahan-bahan maupun alat-alat berserta fungsi masing-masing yang digunakan informan kunci penulis dalam pembuatan Saluang Darek Minangkabau.

3.3.1 Bahan baku yang digunakan

Pembuatan Saluang Darek tidak sesulit pembuatan alat musik Minangkabau yang lain seperti Talempong ataupun Rabab yang membutuhkan bahan baku yang kompleks dengan proses yang sulit dan butuh waktu yang sangat lama. Saluang Darek adalah salah satu alat musik Minangkabau yang sederhana dalam proses pembuatannya. Sebab bahan utama yang digunakan dalam pembuatan Saluang Darek hanya seruas bambu dengan ukuran tertentu.

3.3.1.1 Bambu talang

Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah talang dalam bahasa Minangkabau. Disebut talang karena bambu dibuat menjadi alat musik tiup. Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai iklim kering Menurut Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999:78. Bambu merupakan bahan dasar dari alat musik Saluang Darek ini. Pada umumnya bambu yang dipakai sebagai bahan alat musik ini adalah bambu yang tumbuh dekat dengan sungai yang memiliki air terjun atau hanyut di sungai, Universitas Sumatera Utara 49 dengan memperhatikan bentuk dan struktur bambu tertentu pula agar dapat membuat alat musik Saluang Darek yang bermutu. Bambu yang dipakai dalam pembuatan Saluang Darek adalah jenis bambu Talang Schizostachyum brachycladum Kurz bahasa latin yang mempunyai ruas yang panjang dan tipis. Gambar 3.4. Bambu untuk membuat Saluang Darek Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 3.5. Bambu yang telah di potong

3.3.2 Peralatan yang digunakan

Merupakan benda-benda atau alat yang dipakai untuk proses pembuatan Saluang Darek. Selain bahan baku yang sederhana, peralatan yang digunakan untuk pembuatan Saluang Darek juga tidak begitu banyak dan sederhana, yaitu hanya membutuhkan parang, pisau kecil, meteran pakaian, gergaji besi, kertas pasir penghalus dan pensil. Universitas Sumatera Utara 51 Gambar 3.6. Benda atau alat untuk membuat Saluang Darek

3.3.2.1 Meteran pakaian

Meteran pakaian ini dipakai untuk mengukur panjang bambu dan menentukan jarak lobang nada karena strukturnya yang lentur dapat menyesuaikan untuk mengukur bambu. Jika sulit menemukan meteran pakaian dapat digantikan dengan penggaris panjang. Gambar 3.7. Meteran pakaian untuk mengukur Saluang Darek Universitas Sumatera Utara 52

3.3.2.2 Gergaji besi

Gergaji besi digunakan untuk mengambil bambu, membersihkan bambu dari dahan-dahan, memotong kedua batas ruas bambu batas ujung dan batas pangkal bambu. Gambar 3.8. Gergaji besi untuk memotong bambu Saluang Darek

3.3.2.3 Pisau kecil

Pisau kecil digunakan untuk membuat lubang hembusan, serta lubang keluaran udara. Pisau jenis ini juga digunakan untuk mengkikis lubang hembusan dan merapikan lubang keluaran nada. Universitas Sumatera Utara 53 Gambar 3.9. Pisau kecil untuk membuat lubang Saluang Darek

3.3.2.4 Kertas Pasir penghalus

Kertas pasir digunakan untuk menghaluskan bulu-bulu kasar yang terdapat pada badan bambu di luar maupun di dalam. Pada badan bambu di luar maupun di dalam terdapat serbuk tajam seperti bulu yang memperlihatkan badan bambu di dalam maupun di luar tampak kasar. Kertas pasir ini bermerk Taiyo dengan memiliki ketebalan 320 yang tidak terlalu kasar. Universitas Sumatera Utara 54 Gambar 3.10. Kertas pasir untuk menghaluskan badan di dalam dan di luar bambu

3.3.2.5 Pensil

Pensil digunakan untuk menandai setiap lubang nada yang telah diukur, untuk memudahkan dalam pelobangan agar posisi lubang tidak bergeser atau salah. Gambar 3.11. Pensil untuk menandai setiap lubang nada yang telah diukur Universitas Sumatera Utara 55

3.3.2.6 Solder alat ukir

Solder merupakan alat untuk melelehkan timah sebagai penyambung kabel elektronik, tetapi Bapak Aziz Mandri Chaniago menggunakan Solder untuk mengukir dan menghiasi di badan bambu Saluang Darek. Biasanya alat ini digunakan pada saat tahap terakhir untuk memperindah alat musik Saluang Darek. Gambar 3.12. Solder digunakan untuk menghiasi badan Saluang Darek

3.3.3 Proses pembuatan

Proses pembuatan merupakan tahap awal dalam membuat Saluang Darek, dimana pada tahap ini semua cara dalam membentuk badan Saluang Darek dan pengukuran Saluang Darek terdapat dalam proses ini. Universitas Sumatera Utara 56 Dalam proses pembuatan Saluang Darek yang pertama sekali dilakukan adalah dengan mempersiapkan bahan baku yaitu Talang bambu.

3.3.3.1 Memilih dan menebang bambu

Dalam proses pemilihan bambu memiliki teknik sendiri untuk menghasilkan Saluang Darek yang berkualitas yang akan sangat berpengaruh terhadap daya tahan atau kekuatan bambu tersebut. Jenis bambu yang baik untuk dijadikan alat musik Saluang Darek adalah bambu yang memiliki ruas panjang, sudah tua kurang lebih 3 tahun dan menguning. Bambu tersebut juga tumbuh berdekatan dengan sungai yang memiliki air terjun atau hanyut di sungai. Hal tersebut dimaksudkan agar bambu tidak mengalami perubahan fisik dan kisutkusut. Dalam satu bambu memiliki beberapa ruas yang dapat digunakan dalam pembuatan Saluang Darek. Kemudian dipilih salah satu ruas bambu yang paling bagus yang tingkat kebengkokannya lebih rendah dan panjang dari seluruh ruas bambu. Gambar 3.13. Bambu yang sudah dipilih untuk membuat Saluang Darek Universitas Sumatera Utara 57

3.3.3.2 Memotong bambu

Bambu dipotong melalui ruas bambu dengan memperhatikan sebelumnya posisi ruas dan diameter bambu pada bagian ujung yang akan dijadikan lubang tiup lubang hembusan. Bambu tersebut dipotong pada bagian bawah ruas ujung bambu dan begitu juga pada bagian ruas pangkal bambu sehingga dapat diperhatikan bahwa bambu yang akan digunakan tidak memiliki buku-buku pada bagian kedua ujungnya. Sehingga kondisi dari bambu berbentuk corong dengan kedua lubang yaitu lubang kedua sisi bambu, tanpa buku pembatas. Ruas bambu tersebut dipotong dengan menggunakan gergaji besi, sehingga menghasilkan bentuk potongan yang lebih teratur. Karena lubang tersebut juga yang akan menjadi lubang tiup dan keluaran nada sehingga posisi bambu yang dipotong haruslah merata. Gambar 3.14. pemotongan bambu bagian pangkal untuk lubang keluaran udara Universitas Sumatera Utara 58 Gambar 3.15. Pemotongan bambu bagian ujung untuk lubang hembusan udara Gambar 3.16. Bambu yang sudah dipotong bakal Saluang Darek Universitas Sumatera Utara 59

3.3.3.3 Membentuk lubang tiup Saluang Darek

Setelah ujung dan pangkal bambu berbentuk corong, maka selanjutnya dilakukan pembentukan lubang tiup lubang hembusan Saluang Darek dengan mengkikis pada bagian ujung bambu yang akan digunakan sebagai lubang tiupan. Sisi lubang bambu tersebut dibentuk dengan cara dikikis sisi-sisinya pada bagian luar lubang dengan posisi agak miring. Tujuan dari pengikisan ini agar suara yang dihasilkan Saluang Darek lebih merdu dan untuk memberikan kenyamanan pada saat meniup Saluang Darek. Pengkikisan dilakukan dengan menggunakan pisau kecil. Sebaliknya, pada sisi lubang pangkal bambu tidak perlu dilakukan pengkikisan untuk membentuk miring seperti pada bagian lubang tiup Saluang Darek. Karena pada bagian lubang tersebut hanya dijadikan sebagai saluran udara keluar pada saat meniup Saluang Darek. Pada bagian pangkal bambu cukup dipotong rata saja. Gambar 3.17. PemiringanPengikisan pada ujung Bambu Universitas Sumatera Utara 60 Gambar 3.18. Perataan pada pangkal bambu

3.3.3.4 Pengukuran panjang bambu

Saluang Darek memiliki empat lubang nada, dalam mengukur lubang nada Bapak Aziz Mandri Chaniago menggunakan meteran pakaian sebagai alat ukur. Cara mengukurnya yaitu menentukan dahulu berapa panjang dari pangkal sampai ujung bambu dan lingkaran pada pangkal bambu, hasil dari 1 satu lingkaran ditambah 1 cm tersebut untuk membuat lubang pertama. Lubang pertama merupakan batas yang digunakan untuk mengukur dan menentukan lubang nada lainnya. Dari panjang 1 satu lingkaran seluruhnya yang ditambah 1 cm tadi maka ditentukan letak lubang nada pertama. Kemudian setengah atau dibagi dua dari hasil 1 satu lingkaran ditambah 1 cm untuk mendapatkan lubang nada kedua, yang diukur dari ujung lubang pertama. Kemudian hasil dari 1 satu lingkaran dibagi dua juga ditambah 1cm dan dikurangi 5 mm untuk mengukur jarak lubang nada ketiga yang diukur dari ujung lubang nada kedua. Kemudian Universitas Sumatera Utara 61 hasil dari 1 satu lingkaran dibagi dua juga ditambah 1 cm dandikurangi 7 mm untuk mengukur jarak lubang nada keempat yang diukur dari ujung lubang nada ketiga. Untuk menghasilkan lubang nada, terlebih dahulu ditentukan lubang pertama, karena lubang ini menjadi lubang acuan untuk menentukan lubang nada lainnya. Untuk mendapatkan lubang pertama, dilakukan dengan cara melilitkan meteran pakaian sekali lilitan pada pangkal bambu dan hasil lilitan ditambah 1 cm. Gambar 3.19. Meteran pakaian dililitkan pada pangkal bambu 9 cm Universitas Sumatera Utara 62 Kemudian hasil 1 satu lilitan ditambah 1 cm meteran pakaian dipanjangkan dan diberi garis yang kemudian garis itu akan menjadi lubang pertama. Gambar 3.20. Hasil dari satu lilitan meteran pakaian di tambah 1 cm adalah 10 cm Gambar dibawah ini adalah membuat lubang pertama hasil dari lililitan pangkal bambu meteran pakaian di tambah 1 cm. Gambar 3.21. Pembuatan lubang pertama 10 cm dari pangkal bambu Universitas Sumatera Utara 63 Untuk mendapatkan lubang nada kedua dihitung setangah dari panjang 1 satu lilitan lingkaran + 1 cmdi pangkal bambu, yang kemudian diukur dari ujung lubang nada pertama. Gambar 3.22. Pembuatan lubang kedua 5 cm dari ujung lubang pertama Untuk mendapatkan lubang selanjutnya yaitu lubang ketiga dihitung setengah dari panjang 1 satu lilitan lingkaran pangkal bambu + 1 cm dan dikurangi 5 mm, yang kemudian diukur dari ujung lubang nada kedua. Gambar 3.23. Pembuatan lubang ketiga 4,5 cm dari ujung lubang kedua Universitas Sumatera Utara 64 Selanjutnya untuk mendapatkan lubang nada terakhir yaitu lubang nada keempat dihitung setengah dari panjang 1 satu lilitan lingkaran pangkal bambu + 1 cm dan dikurangi 7 mm, yang kemudian diukur dari ujung lubang nada ketiga. Gambar 3.24. Pembuatan lubang nada keempat 4,3 cm dari ujung lubang ketiga

3.4 Tahap Penyempurnaan

Tahap penyempurnaan merupakan proses finishing dari pembuatan Saluang Darek, dimana pada tahap sebelumnya merupakan tahap pembentukan badan Saluang Darek seperti memotong bambu, pembuatan lubang tiupan, lubang keluaran udara, dan mengukur juga membuat lubang-lubang nada pada badan Saluang Darek. Pada tahap proses penyempurnaan adalah pembersihan dan penghalusan bagian dalam dan luar badan bambu serta lubang-lubang nada Saluang Darek Universitas Sumatera Utara 65 dengan kertas pasir, dan mengukirmenghiasi badan Saluang Darek dengan alat solder yang bertujuan untuk memperindah tampilan Saluang Darek dan memberikan kenyamanan jari-jari pada saat memainkan Saluang Darek. Gambar 3.25. Menghaluskan bagian luar Saluang Darek dengan kertas pasir Universitas Sumatera Utara 66 Gambar 3.26. Menghaluskan bagian dalam Saluang Darek dengan kertas pasir Gambar 3.27 Menghaluskan lubang-lubang nada dengan kertas pasir Universitas Sumatera Utara 67 Gambar 3.28. Membuat ornamen atau hiasan Saluang Darek

3.5 Ukuran Bagian –Bagian Saluang Darek

Pengukuran Saluang Darek oleh Bapak Aziz Mandri Chaniago dilakukan dengan cara sederhana dengan menggunakan meteran pakaian. Pada tulisan ini penulis menggambar menuliskan ukuran-ukuran yang terdapat pada alat musik Saluang Darek tentang panjang dan diameter badan bambu, dan ukuran jarak nada Saluang Darek dengan menggunakan alat pengukur meteran pakaian. Untuk mengetahui berapa ukuran bagian-bagian Saluang Darek penulis menggunakan meteran pakaian, maka di bawah ini adalah gambar dari ukuran yang terdapat pada Saluang Darek. Ukuran bagian Saluang Darek dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Universitas Sumatera Utara 68 Gambar 3.29. Ukuran bagian-bagian Saluang Darek a Panjang Saluang Darek 58 cm b Keliling lingkaran Saluang Darek 9 cm c Keliling bagian dalam Saluang Darek 2,5 cm d Jarak ukuran dari pangkal bambu ke lubang nada pertama 10 cm Universitas Sumatera Utara 69 e Jarak ukuran dari lubang nada pertama ke lubang nada kedua 5 cm f Jarak ukuran dari lubang nada kedua ke lubang nada ketiga 4,5 cm g Jarak ukuran dari lubang nada ketiga ke lubang nada keempat 4,3 cm Gambar 3.30. Ukuran panjang Saluang Darek Universitas Sumatera Utara 70 Gambar 3.31. keliling lingkaran Saluang Darek Gambar 3.32. Ukuran jarak lubang pangkalkeluaran udara ke lubang pertama Universitas Sumatera Utara 71

BAB IV SEJARAH DAN TEKNIK PERMAINAN SALUANG DAREK

MINANGKABAU

4.1 Sejarah Saluang Darek

Kehadiran Saluang Darek di tengah-tengah masyarakat Minangkabau, masih terjadinya kesimpang siuran pendapat, karena belum adanya suatu data yang secara pasti bisa dipedomani. Menurut pendapat M. Kadir yang sudah pernah meneliti Saluang Darek di daerah Agam, menyebutkan bahwa: di Vietnam dijumpai sebutan kata ‘salwang’. Sal artinya rahasia, wang artinya kejadian. Kemudian di Burma juga ditemui juga ‘salwang’ yang berarti bunyi yang besar. M.Kadir, 1985 : 12 Musik Saluang pada awalnya muncul dan berkembang di Nagari Singgalang Kecamatan Sepuluh Kuto, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Keterangan ini didasarkan oleh pernyataan Boestanoel Arifin 1980 : 8, bahwa sekitar tahun 1901 kehidupan dan perkembangan kesenian Saluang serta Dendang telah membudaya di lingkungan masyarakat Singgalang. Kemudian dengan adanya kegiatan bagurau, perkembangan kesenian Saluang serta Dendang bukan saja menyebar ke nagari-nagari yang ada di kecamatan Sepuluh Kuto Kabupaten Tanah Datar, tetapi juga ke Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Lebih jauh lagi Boestanul Arifin 1980 : 8, menyebutkan bahwa daerah pertama kali munculnya Saluang Darek adalah di nagari Singgalang Kabupaten Universitas Sumatera Utara 72 Tanah Datar oleh salah seorang penduduk nagari Sanggalang yang bernama ‘si Kalam’. ‘Si Kalam’ memiliki suatu ide membuat alat bunyi-bunyian seperti Saluang Darek ini sebagai alat pengungkapan isi perasaan untuk mengisi waktu- waktu senggang. Akhirnya ide ‘si Kalam’ ini berkembang terus menjadi sebuah alat kesenian yang mempunyai nilai tersendiri dan menjadi kegemaran masyarakat di sekitarnya, dan kemudian para peminatnya semakin banyak. Para penggemar kesenian Saluang juga menganggap bahwa memang kesenian Saluang itu berasal dari daerah Singgalang. Selain itu lagu-lagu Singgalang sangat dominan dalam dunia persaluangan dan sangat dihormati pemain dan penggemarnya.

4.2 Kajian Fungsional

Studi Fungsional memperhatikan fungsi dari alat dan komponen yang menghasilkan suara, antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara bunyi, nada, warna nada dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut Suzumu, 1978:174. Dalam tulisan ini penulis akan mengkaji tentang kajian fungsional terhadap proses belajar, sistem pelarasan, cara memainkan Saluang Darek, nada yang dihasilkan, dan teknik memainkanya.

4.3 Proses Belajar

Secara garis besar definisi mengajar dapat dibedakan antara pandangan tradisional dan modern. Secara tradisional mangajar diartikan sebagai upaya Universitas Sumatera Utara 73 penyampaianpenanaman pengetahuan pada anak. Dalam pengertian itu anak dipandang sebagai obyek yang sifatnya pasif. Pengajaran berpusat pada guru. Gurulah yang memegang peranan utama dalam proses belajar-mengajar. Mengajar modern berpandangan bahwa mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengaur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar Nasution,1977:7. Dalam kaitannya bahasan strategi pengertian mengajar modern inilah yang dianutnya, sehingga mengajar diartikan sebagai penciptan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadi proses belajar Raka Joni,1984:2. Pengajaran itu terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Kesimpulannya adalah proses pembelajaran yaitu suatu proses interaksi antara murid dengan pengajar dan sumber belajar dalam suatu keadaan. Pembelajaran merupakan bentuk bantuan yang diberikan pengajar supaya bisa terjadi proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran serta tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada murid. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu murid supaya bisa belajar secara baik. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Aziz Mandri Chaniago, proses belajar agar dapat memainkan Saluang Darek ini yang pertama kali harus didasari keinginan yang kuat dan memiliki kesabaran. Dalam masyarakat Minangkabau belajar alat musik tradisional itu dilakukan secara lisan yaitu si murid akan Universitas Sumatera Utara 74 disuruh mendengarkan dengan baik ketika gurunya memainkan Saluang Darek ini. Kemudian si murid belajar memainkan alat musik sambil mengingat nada- nada yang dimainkan oleh gurunya tadi. Begitulah prosesnya sampai si murid dapat memainkan Saluang Darek dengan baik dan benar. Setelah guru merasa muridnya telah menguasai cara memainkan alat musik tersebut maka sang guru akan mengajak muridnya untuk memainkan alat musik tersebut secara bersamaan.

4.3.1 Sistem pelarasan bunyi

Jarak antara lubang-lubang yang ada pada bambu Saluang Darek sangatlah berpengaruh dengan nada yang dikeluarkan. Namun, ini juga belum bisa menjamin akan keharmonisan bunyi yang dihasilkan oleh Saluang Darek tersebut. Itu disebabkan karena pengaruh dari ruang resonator dan ukuran lubang-lubang nada pada bambu Saluang Darek. Untuk melaraskan nada Saluang Darek, Bapak Aziz Mandri Chaniago sedikit pun tidak dibantu dengan alat yang bisa mengetahui atau mendeteksi setiap nada yang dikeluarkan oleh Saluang Darek yang telah di buat beliau. Bapak Aziz Mandri Chaniago hanya menggunakan kepekaan dari telinganya untuk mengetahui apakah nada-nada dari Saluang Darek buatannya tersebut telah sejalan sikron, cocok dan harmonis untuk didengar. Cara pertama yang dilakukan beliau yaitu dengan memainkan Saluang Darek tersebut dan merasakan keharmonisan bunyi nada yang di hasilkan. Apa bila bunyi Saluang Darek tersebut kurang harmonis atau ada nada yang baling sumbang, maka pada bagian lobang nada akan di perbaiki, untuk memperbaikinya beliau menggunakan cara Universitas Sumatera Utara 75 yaitu memperlebar lubang tersebut, hingga nada bunyi yang dihasilkan benar- benar Sinkron dan harmonis untuk didengar. Cara kedua yang dilakukan beliau adalah dengan mengkikis lubang hembusan Saluang Darek. Jadi, beliau dalam melaraskan bunyi Saluang Darek hanya menggunakan perasaan dan kepekaanya terhadap bunyi yang di hasilkan Saluang Darek tersebut. Jika ingin mendapatkan Saluang Darek bernada tinggi dicarilah bambu dengan diameter kecil, dan sebaliknya untuk mendapatkan nada yang rendah diameternya bambu diambil yang besar.

4.3.2 Cara memainkan Saluang Darek