Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga T2 942015020 BAB IV

(1)

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

4.1.1 Profil Sekolah

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga adalah lembaga pendidikan Kristen yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 111b Salatiga, Jawa Tengah. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Eben Haezer yang berdiri sejak tahun 1954. SMP Kristen 2 Eben Haezer adalah sekolah swasta yang memiliki akreditasi A dan merupakan salah satu sekolah favorit di Kota Salatiga. Selain itu sekolah tersebut merupakan sekolah piloting yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai salah satu sekolah percontohan implementasi Kurikulum Pendidikan Tahun 2013 di Kota Salatiga.

Pada tahun 2016 SMP Kristen 2 Eben Haezer membuat sebuah program yang bernama Brilliant Class Program (BCP). Program ini dikhususkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan akademik di atas rata-rata yang ditempatkan dalam sebuah kelas untuk dipersiapkan dalam mengikuti lomba-lomba akademik seperti lomba olimpiade sains atau lomba cerdas cermat yang diselenggarakan di dalam


(2)

70 maupun di luar kota (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).

Selain program peningkatan akademik, sekolah juga menyediakan berbagai macam kegiatan sebagai wadah pengembangan diri dan kreativitas siswa di SMP Kristen 2 Eben Haezer berupa kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup kegiatan kerohanian (ibadah mingguan, retreat), keolahragaan (bola basket, bulutangkis, futsal, tarung derajat), kesenian (membatik, fotografi, paduan suara, band, drumband, menari), kepemimpinan (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa atau LDKS, pramuka) dan Kelompok Ilmiah Siswa (KIS).

Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk mengembangkan potensi, kemampuan, minat, bakat, kepribadian, kerjasama dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Segala aktivitas kegiatan ekstrakuriler di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga berada di bawah binaan dan pengawasan guru yang telah diberikan tugas oleh kepala sekolah.

Dalam meningkatkan pemantauan terhadap aktivitas yang dilakukan peserta didik di sekolah, SMP Kristen 2 Eben Haezer telah memasang CCTV di setiap ruangan dan halaman sekolah yang dapat


(3)

71 dipantau langsung dari ruang kepala sekolah. Selain itu sekolah juga telah dilengkapi dengan microphone yang terhubung di masing-masing ruangan di sekolah untuk memudahkan penyampaian informasi antar seluruh warga sekolah.

SMP Kristen 2 Eben Haezer juga telah banyak mengukir prestasi baik di tingkat Kota maupun Provinsi diantaranya adalah juara kedua OSN mata pelajaran IPS Tingkat Kota Salatiga tahun 2015, juara kedua OSN mata pelajaran Matematika Tingkat Kota Salatiga, Juara pertama Natural Science Olympiade (NSO UNES) se-Jawa Tengah dan juara ketiga POPDA Basket Tingkat Karisidenan Semarang.

Untuk terus mempertahankan eksistensi sekolah, SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga setiap tahunnya harus menghadapi persaingan dalam menjaring murid baru dengan 30 sekolah di Salatiga yang terdiri dari 11 SMP Negeri dan 19 SMP Swasta. Sedangkan untuk wilayah kecamatan tingkir, SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga harus bersaing dengan 3 sekolah yaitu SMP Anak Terang, SMPN 8 Salatiga dan SMP Sudirman 2 Tingkir Salatiga dan salah satu dari sekolah tersebut, yaitu SMP Anak Terang yang dikenal dengan nama Bethany School menjadi kompetitor bagi SMP Kristen 2 Eben Haezer


(4)

72 Salatiga. SMP Anak Terang merupakan sekolah swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Anak Terang Indonesia. Sekolah ini berdiri pada tahun 2013 namun telah menjadi salah satu sekolah swasta favorit di Salatiga. Pada tahun 2016, SMP Anak Terang berhasil meraih peringkat pertama SMP swasta se-Kota Salatiga dan peringkat kedua seluruh SMP di kota Salatiga dalam meraih hasil Ujian Nasional.

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga juga harus menghadapi persaingan dengan salah satu sekolah swasta favorit di kota Salatiga yaitu SMP Kristen Satya Wacana. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW) yang telah berdiri sejak tahun 1985. SMP Kristen Wacana juga telah memperoleh banyak prestasi baik dibidang akademik maupun non akademik diantaranya Juara I Siswa Berprestasi Putra tingkat Kota Salatiga tahun 2011 dan mewakili Salatiga ke tingkat Provinsi, Finalis Olimpiade Penelitian Siswa Tingkat Jawa Tengah tahun 2011, dan Juara I pada ajang Junior Basketball League (JRBL) Putri di Solo pada tahun 2015.


(5)

73 4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan SMP Kristen 2 Eben

Haezer Salatiga

1. Visi

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memiliki visi unggul dalam prestasi yang berwawasan iptek berdasarkan iman Kristen dan nilai moral yang berkembang dalam masyarakat.

2. Misi

Adapun misi dari SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga adalah:

a. Menumbuhkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama kristen dan memiliki budi pekerti luhur.

b. Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk mengoptimalkan potensi akademik yang dimiliki siswa.

c. Menumbuhkan semangat untuk berprestasi bagi semua warga sekolah.

d. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang berakhlak, kreatif, berprestasi, berwawasan iptek dan dan lingkungan.

e. Mengkondisikan warga sekolah untuk berdisiplin dan berbudi pekerti luhur lewat keteladanan sikap dan perilaku serta tindakan.


(6)

74 f. Menyelenggarakan bimbingan dan pelatihan untuk berprestasi dibidang akademik, seni dan olahraga

g. Mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya peningkatan keterampilan hidup h. Menciptakan lingkungan sekolah yang tertib,

bersih, indah dan nyaman 3. Tujuan

Dalam rangka menggenapi visi dan misi sekolah, SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga menetapkan tujuan sekolah yaitu:

a. Semua peserta didik mampu melakukan ibadah secara rutin dan khusus kepada Tuhan Yang MahaEsa

b. Memiliki kepedulian sosial yang tinggi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat c. Pada akhir tahun pelajaran 2016/2017, sekolah

dapat meningkatkan perolehan Nilai hasil Ujian Nasional GSA ( gain score achievement ) 0,02 (7,87 naik menjadi 7,89 )

d. Meraih kejuaraan baik dibidang akademik maupun non akdemik di tingkat Kota/Kab dan Provinsi

e. 100% siswa dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi


(7)

75 f. Mampu menjuarai berbagai lomba baik di

tingkat kota, propinsi, maupun nasional

g. Mampu menerapkan teknologi informasi dalam pembelajaran

h. Mampu menyelenggarakan suasana belajar yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan

4.1.3 Data Peserta Didik

Gambaran mengenai peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Table 4.1 Data Peserta Didik

No. Tahun

Jumlah Siswa

Total

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

1 2010/2011 84 71 62 217

2 2011/2012 82 81 66 229

3 2012/2013 94 80 78 252

4 2013/2014 99 91 78 252

5 2014/2015 76 97 93 266

6 2015/2016 92 75 100 267

7 2016/2017 85 93 76 254

Sumber: Data Kesiswaan SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, diolah

Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa penerimaan jumlah siswa baru setiap tahunnya bersifat fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa baru yang diterima oleh sekolah selalu berbeda


(8)

76 setiap tahunnya bahkan mengalami penurunan. Pada tahun 2010/2011 jumlah siswa baru yang diterima sebanyak 84 siswa lalu mengalami penurunan menjadi 82 siswa pada tahun 2011/2012. Selanjutnya penerimaan murid baru mengalami peningkatan pada tahun 2012/2013 dan pada tahun 2013/2014. Di tahun berikutnya sekolah mengalami penurunan penerimaan jumlah siswa baru yang cukup drastis yaitu hanya dapat menjaring 76 siswa meskipun di tahun 2015/2016 sekolah kembali dapat menjaring 92 siswa baru siswa. Harapan untuk menjaring 100 siswa baru pada tahun 2016/2017 ternyata tidak tercapai. Sekolah yang berhasil meluluskan 100 siswa hanya dapat menjaring 85 siswa untuk tahun ajaran baru dan ini merupakan suatu dilema bagi sekolah karena tidak dapat mempertahankan jumlah input agar sebanding dengan jumlah output lulusan. (Sumber: Wawancara Kepala Sekolah pada 11 Oktober 2016).


(9)

77 4.1.4 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Gambaran mengenai jumlah pendidik dan tenaga kependidikan beserta kualifikasinya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Data Kualifikasi Akademik Guru SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

Tabel 4.2 menginformasikan bahwa jumlah tenaga pendidik di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga berjumlah 21 orang yang terdiri dari 12 guru tetap yayasan, guru tidak tetap berjumlah 6 orang dan guru pegawai negeri sipil yang diperbantukan sebanyak 3 orang. Kualifikasi tenaga pengajar di sekolah tersebut juga sudah memenuhi standar kualifikasi dari pemerintah yaitu telah bergelar sarjana (S1) bahkan terdapat 3 guru yang telah bergelah master (S2).

No Jabatan Pendidikan Jumlah

S2 S1 D3 D2 D1 SMA/K

1 Kepala Sekolah 1 1

Tenaga Pendidik

2 a. Guru Yayasan 3 9 12

3 b. Guru DPK 3 3

4 c. GTT 6 6

5 Total 21

6 Tenaga


(10)

78 4.2 Analisis Hasil Penelitian

Sesuai dengan desain penelitian dan pengembangan yang telah dipaparkan dalam sub bab 3.2 Desain Penelitian, dalam penelitian ini terdapat enam tahapan yang dilakukan. Tahapan tersebut meliputi 1) Potensi dan Masalah, 2) Pengumpulan Data, 3) Desain Produk 4) Validasi Desain, 5) Revisi Desain, 6) Uji Coba Produk (Uji Kelayakan) dan 7) Revisi Produk. Hasil yang diperoleh pada masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

4.2.1 Potensi dan Masalah

Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisis potensi dan masalah yang ada di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga melalui wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan pada bulan September hingga pertengahan bulan Oktober 2016 terhadap kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan kesiswaan, bidang sarana dan prasarana, dan guru BK sekolah. Selanjutnya observasi dan studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan menunjang hasil wawancara.


(11)

79 Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, maka diperoleh hasil bahwa potensi yang dimiliki sekolah antara lain: potensi pertama yaitu kemampuan akademik yang baik. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan guru BK yang mengungkapkan bahwa:

Sekolah memang tidak menyaring murid baru tiap tahunnya dan tidak ada standar nilai yang ditetapkan seperti yang dilakukan kebanyakan sekolah. Namun, selalu ada murid yang memiki kecerdasan istimewa yang masuk ke sekolah tiap tahunnya dan saat ini ditempatkan ke dalam sebuah kelas yang disebut BCP (Brilliant Class Program) dengan tujuan untuk mempersiapkan mereka mengikuti lomba-lomba akademik seperti OSN, cerdas cermat, dan lain sebagainya. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).

Hal ini juga didukung dengan pernyataan bidang sarana dan prasarana bahwa:

Sekolah memiliki program yang di sebut kelas BCP yang bekerjasama dengan dosen UKSW untuk mempersiapkan siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademik yang bagus dalam mengikuti lomba-lomba seperti olimpiade, lomba mata pelajaran dan lain-lain. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).

Pernyataan senada juga disampaikan oleh bidang kesiswaan yang mengungkapkan bahwa:

Untuk peningkatan akademik siswa ada program BCP yang dilakukan oleh sekolah tahun ini dalam mempersiapkan para siswa mengikuti lomba-lomba akademik. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).


(12)

80 Wakil kepala sekolah bidang kurikulum juga mendukung hal tersebut dengan mengungkapkan bahwa:

Di sekolah ada kelas BCP yang bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak mengikuti lomba-lomba akademik. Anak-anak ini diseleksi dari kelas 7 – 9 dan diberikan tambahan khusus setelah pulang sekolah. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Kepala sekolah pun mempertegas hal tersebut dengan mengungkapkan:

Siswa di sini meskipun beragam dari sisi akademiknya karena saat masuk tidak ada tes untuk mereka, namun di antara mereka selalu ada anak yang berbakat yang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain baik dalam bidang akademik mau pun non akademik. Mereka ditempatkan ke dalam kelas BCP yang diadakan tiap minggu sekali tiap hari kamis setelah pulang sekolah selama 2 jam pada pukul 01.30

– 15.30. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).

Dari hasil wawancara tersebut yang kemudian didukung dari hasil observasi mengenai kegiatan BCP pada hari Kamis setelah pembelajaran sekolah dilaksanakan dan dari studi dokumen mengenai data prestasi akademik siswa disimpulkan bahwa SMP Kristen 2 Eben Haezer memiliki potensi yang baik dari sisi akademik siswa. Para siswa yang telah terseleksi dari kelas 7 hingga kelas 9 dikelompokkan ke dalam sebuah kelas yang disebut Briliant Class Program (BCP). Para siswa ini dipersiapkan untuk meningkatkan reputasi dan daya saing sekolah


(13)

81 melalui lomba-lomba akademik yang diikuti tiap tahunnya.

Potensi kedua yang dimiliki sekolah adalah kualitas tenaga pengajar yang handal. Hal ini terlihat dari wawancara dengan guru BK yang mengungkapkan bahwa:

Guru-guru memiliki kemampuan dan kinerja yang baik dimana ada beberapa guru sudah menjadi instruktur kurtilas bahkan ditingkat nasional untuk melatih guru-guru di sekolah lain. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).

Pernyataan di atas juga didukung oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan:

Sekolah saat ini menjadi sekolah pilotting untuk pelatihan kurikulum 2013 dari pemerintah. Terdapat dua sekolah imbas yaitu SMPN 8 dan SMP Lab sehingga dua sekolah ini sering ke sekolah untuk belajar. Beberapa guru juga sudah menjadi instruktur kurtilas dan telah mendapatkan pelatihan di luar kota. Selain itu ada satu guru yang menjadi instruktur nasional sebagai guru pembelajar. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016). Hal senada juga terlihat dari hasil wawancara kepala sekolah yang mengungkapkan:

SDM sekolah juga sudah sangat baik, kemarin ada satu guru menjadi instruktur nasional sebagai guru pembelajar, beberapa guru juga menjadi pendamping tim kurikulum 2013 mementori guru-guru di sekolah-sekolah lain. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).


(14)

82 Hasil wawancara di atas menginformasikan bahwa tenaga pengajar di SMP Kristen 2 Eben Haezer memiliki kualitas yang sangat baik. Sekolah yang ditunjuk dari pemerintah sebagai sekolah pilotting untuk menjalankan kurikulum pendidikan 2013 memiliki beberapa tenaga pengajar yang handal yang telah menjadi instruktur untuk melatih guru-guru di sekolah-sekolah lain terkait implementasi kurikulum pendidikan 2013. Hasil wawancara tersebut juga didukung dari studi dokumen terhadap Salinan Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 022/H/KR/2015 menetapkan SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga menjadi sekolah rintisan penerapan kurikulum 2013. Selanjutnya dari laporan hasil kegiatan pelatihan kurikulum 2013 oleh SMP Kristen 2 Salatiga pada tahun 2015/2016 ditemukan bahwa terdapat dua guru yang telah menjadi instruktur dalam pelatihan kurikulum 2013 di tingkat kabupaten/kota. Hal ini membuktikan bahwa sekolah memiliki potensi yang baik dari segi kualitas tenaga pengajar.


(15)

83 Potensi ketiga yang dimiliki oleh sekolah adalah daya juang karyawan yang tinggi. Potensi ini terlihat dari hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan bahwa:

Guru-guru saat ini memberikan tambahan pelajaran untuk siswa yang nilainya di bawah KKM di jam ke nol (06.15-07.00) selama 4 hari setiap minggunya. Selain itu, guru-guru juga selalu menawarkan dan membuka pintu rumah untuk anak-anak yang ingin belajar tambahan khususnya jika mendekati ujian nasional. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang mengungkapkan bahwa:

Siswa di sekolah ini mendapat tambahan mata pelajaran untuk anak-anak yang nilainya masih di bawah kkm pada jam ke nol (6.15-06.55) dan juga pengayaan atau tambahan pelajaran untuk kelas 9 diadakan pada jam ke nol untuk persiapan ujian nasional. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut terlihat bahwa daya juang guru-guru untuk melayani peserta didik tinggi. Guru-guru tanpa dibayar pun rela memberikan pelajaran tambahan di pagi hari bahkan merelakan diri tanpa dibayar untuk membimbing para siswa yang ingin belajar tambahan setelah proses pembelajaran di sekolah. Hal tersebut juga di dukung dari observasi yang dilakukan mengenai


(16)

84 pemberian jam tambahan pada pagi hari untuk siswa yang masih kesulitan dalam pelajaran dan juga studi dokumen mengenai jadwal pemberian pelajaran tambahan serta RKAS Tahun 2016/2017 yang menjelaskan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka dilakukan pemberian pelajaran tambahan untuk 8 mata pelajaran bagi siswa kelas VII dan VIII yang mengalami kesulitan dalam penguasaan materi dan juga bagi siswa kelas IX untuk persiapan ujian sekolah dan nasional selama 4 hari dalam seminggu.

Selanjutnya potensi keempat yang dimiliki oleh sekolah adalah komitmen dan loyalitas karyawan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan kepala sekolah yang mengungkapkan:

Terdapat beberapa kegiatan jika harus melibatkan guru-guru tidak menjadi masalah. Kemarin ada 3 kegiatan yang dilakukan bersamaan dalam minggu yang sama yaitu live ini, study tour dan perkemahan dan semua dapat dilakukan dengan baik. Sejauh ini juga saya melihat guru-guru tetap setia bekerja di tempat ini sampai pensiun. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Hal demikian juga disampaikan oleh bidang sarana dan prasarana yang mengungkapkan bahwa:

Tingkat komitmen dan loyalitas pegawai di tempat ini tinggi. Sejauh ini belum ada pewagai yang saya lihat mengundurkan diri. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 6 Oktober 2016).


(17)

85 Dari wawancara tersebut terlihat bahwa loyalitas dan komitmen guru-guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya baik. Guru-guru memiliki komitmen dalam menjalankan setiap kegiatan sekolah meskipun gaji yang diberikan masih minim dan juga tetap setia di ladang pekerjaan mereka hingga pensiun. Hal ini didukung dari studi dokumen yang dilakukan terhadap data tenaga pendidik dan kependidikan di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga dimana ditemukan 2 guru yang telah menyelesaikan masa kerja mereka karena telah mencapai usia pensiun pada tahun 2015/2016.

Potensi kelima yang dimiliki oleh sekolah adalah sarana pembelajaran berbasis IT dan internet. Hal ini terlihat dari wawancara dengan bidang sarana dan prasarana sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Sekolah ini sudah dilengkapi dengan cctv dan LCD di tiap kelas dan ada WIFI sekolah sehingga diharapkan guru-guru dapat lebih terbantu dalam mengajar. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh wakil bidang kesiswaan bahwa:

Fasilitas sekolah khususnya dalam pembelajaran sudah baik. Kelas-kelas sudah dilengkapi dengan LCD, CCTV bahkan WIFI sekolah. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).


(18)

86 Kepala sekolah juga menegaskan hal tersebut dengan mengungkapkan bahwa:

Sarana prasarana sekolah sudah mendukung khususnya dalam PBM sudah berbasis IT, kelas-kelas sudah diperlengkapi dengan LCD dan WIFI. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016). Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana sekolah untuk menunjang proses pembelajaran sudah baik. Dari observasi mengenai sarana dan prasaran sekolah dan juga studi dokumen terhadap data inventarisasi sarana dan prasarana sekolah ditemukan bahwa sekolah memang sudah memfasilitasi LCD, CCTV di masing- serta menyediakan Hot Spot area di sekolah untuk mendukung proses belajar mengajar agar dapat berjalan lebih optimal.

Potensi keenam yang dimiliki oleh sekolah adalah dukungan dan keterlibatan orangtua yang tinggi terhadap kegiatan sekolah. Hal ini terlihat dari wawancara dengan kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Relasi dan keterlibatan orang tua dengan sekolah sangat baik dan bisa dibilang menjadi potensi yang unggul. Jika sekolah memiliki kegiatan maka orang tua melalui wadah POSG (Paguyuban Orang Tua Siswa dan Guru) ini pasti akan membantu sekolah. Pada kegitan live ini sekolah, orang tua yang berprofesi sebagai dokter terlibat sukarela memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat sekitar. Selain itu POSG juga akan membuka stand untuk menggalang dana dalam acara


(19)

87 Bazaar sekolah sebagai bentuk partisipasi dalam membantu kegiatan sekolah. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh wakil bidang kesiswaan bahwa:

Sekolah memiliki paguyuban orang tua yang dinamakan POSG yang bertujuan untuk menjembatani program-program sekolah dengan orang tua sehingga memiliki pemahaman yang sama. Kegiatan-kegiatan yang akan diadakan sekolah tersebut biasanya selalu mendapat respon yang positif dari orang tua bahkan mereka selalu mau terlibat membantu dalam menfasilitasi kegiatan sekolah seperti halnya menyediakan mobil untuk membantu trasportasi anak. Tahun ini dalam program live ini sekolah, ada orang tua yang berprofesi sebagai dokter bersedia untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

Selanjutnya wakil kepala sekolah bidang kurikulum sekolah juga mendukung hal tersebut dengan mengungkapkan bahwa:

Sekolah memiliki POSG yang sudah berjalan sangat baik. Salah satu contohnya untuk live in bulan ini ada kerjasama dengan orang tua yang berprofesi sebagai dokter untk mengadakan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat sekitar tempat anak-anak live in. Orang tua juga sangat aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah seperti memberi pelatihan atau menjadi motivator sukarela di kegiatan LDKS. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016). Senada pernyataan tersebut bidang sarana dan prasarana sekolah mempertegas dengan mengungkapkan bahwa:


(20)

88 Sekolah memiliki wadah untuk berkomunikasi dengan orang tua mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang akan sekolah lakukan yang disebut POSG. Paguyuban orang tua ini selalu mendukung kegiatan-kegiatan sekolah dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).

Dari wawancara tersebut terlihat bahwa peran orang tua melalui wadah POSG (Paguyuban Orang Tua Siswa dan Guru) sangat berdampak bagi terlaksananya kegiatan-kegiatan sekolah. Dari observasi yang dilakukan pada kegiatan Bazaar sekolah pada bulan oktober 2016 serta studi dokumen mengenai kegiatan wacana warsa (graduation) siswa kelas sembilan tahun 2015/2016 ditemukan bahwa orang tua melalui wadah POSG memang membantu sekolah baik dalam bentuk dana maupun tenaga dan memiliki keterlibatan yang sangat baik dalam menunjang terlaksananya kegiatan sekolah. Hal ini menjadi potensi bagi sekolah untuk dapat terus dipertahankan sehingga apa yang menjadi tujuan sekolah yaitu agar tercipta kepedulian sosial yang tinggi baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat tercapai.

Potensi ketujuh yang dimiliki oleh sekolah adalah memiliki dua sekolah dasar yaitu SD Kristen 3 & 4 Eben Haezer Salatiga yang menjadi supplier


(21)

89 murid baru tiap tahunnya. Hal ini didukung dengan pernyataan kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

YPE memiliki 2 SD yaitu SD kristen 3 dan 4 dimana sekitar 70% - 80% persen muridnya masuk ke SMP

kristen 2.” (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3

Oktober 2016).

Pernyataan ini juga didukung oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan:

Sekolah juga puji Tuhan memiliki dua sekolah dasar yaitu SD Kristen 3 dan 4 yang sebagian besar

lulusannya masuk ke SMP Kristen 2 tiap tahunnya.”

(Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari observasi yang dilakukan terhadap keberadaan kedua SD tersebut serta dari studi dokumen yang dilakukan terhadap data peserta didik SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga ditemukan bahwa potensi yang penting yang dimiliki oleh SMP Kristen 2 Eben Haezer saat ini adalah dua sekolah dasar yaitu SD Kristen 3 dan SD Kristen 4 yang merupakan penyumbang murid terbesar bagi sekolah tiap tahunnya.

Selanjutnya dalam wawancara dengan kepala sekolah, bidang kurikulum, bidang sarana prasarana, guru BK dan bendahara sekolah


(22)

90 ditemukan permasalahan yang cukup signifikan yaitu belum adanya rencana strategis sekolah sebagai patokan dalam menyusun program tahunan sekolah untuk mencapai visi, misi serta tujuan sekolah. Hal ini menjadi sumber masalah belum berjalannya pengelolaan dan kegiatan sekolah dengan maksimal. Permasalahan mengenai belum adanya rencana strategis sekolah terlihat dari wawancara dengan kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Sekolah memang belum memiliki rencana strategis untuk saat ini dan masih dalam proses penggodokan karena butuh melibatkan banyak data pendukung. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).

Hal ini juga didukung oleh wakil bidang kurikulum bahwa:

Untuk rencana strategis sekolah yang empat tahunan itu setahu saya masih dalam proses penyusunan dan yang dijalankan selama ini masih berupa program tahunan sekolah yang mengacu pada program tahunan sebelumnya. Tetapi idealnya harus ada untuk menjadi acuan tiap tahunnya agar visi misi sekolah dapat tercapai. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Senada dengan itu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan juga mempertegas hal tersebut dengan mengungkapkan bahwa:

Selama ini saya belum melihat rencana strategis empat tahunan sekolah, namun kita lagi mencoba untuk


(23)

91 menggarap itu. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

Hal tersebut juga didukung oleh bendahara sekolah dengan mengunkapkan bahwa:

Sekolah saat ini memiliki acuan program yang disebut RKAS atau Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah yang merupakan turunan dari RKT atau Rencana Kerja Tahunan. Untuk acuan RKT tersebut sepengetahuan saya harusnya dari RKJMS atau Rencana Kerja Jangka Menengah Sekolah. Namun selama ini yang terlihat di sekolah adalah hanya rencana kerja tahunan saja sedangkan untuk rencana kerja menengah empat atau lima tahun itu belum ada. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa rencana strategis sekolah atau yang identik dengan rencana jangka menengah sekolah belum ada. Dari studi dokumen yang dilakukan terkait rencana kegiatan sekolah ditemukan bahwa selama ini sekolah masih berpatokan pada rencana kerja tahunan yang diperbaharui setiap tahunnya. Sekolah belum memiliki rencana strategis yang menjadi acuan dalam pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah untuk kurun waktu tertentu sehingga hal ini memberikan beberapa dampak permasalahan yang ditemukan dilapangan yaitu:

Pertama, jumlah tenaga pengajar di sekolah masih terbatas dan perlu adanya penambahan SDM.


(24)

92 Hal ini diungkapkan oleh wakil bidang kurikulum bahwa:

Tenaga SDM sekolah masih sangat kurang, guru-guru banyak merangkap mengajar seperti guru IPA merangkap mengahar prakarya, guru bahasa inggris mengajar bahasa jawa dan rata-rata jumlah jam perminggunya lebih dari 25 jam. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh wakil bidang kesiswaan yang mengungkapkan bahwa:

Permasalahan yang ada di sekolah saat ini adalah jumlah SDM kita masih sangat terbatas mengingat kegiatan-kegiatan sekolah sangat banyak. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016). Selanjutnya hal ini dipertegas oleh kepala sekolah dengan mengungkapkan bahwa:

Dari jumlah SDM juga kita memang terbatas. Terlihat saat pelajaran ekstrakurikuler dimana terdapat sangat banyak siswa yang berminat pada ekskul tertentu. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut yang didukung dengan studi dokumen yang dilakukan terhadap data jadwal mengajar guru-guru di sekolah, ditemukan bahwa sekitar tujuh guru diantaranya guru IPA dan guru bahasa Inggris merangkap mengajar di luar dari bidang pengajaran mereka. Selain itu, observasi yang dilakukan terhadap kegiatan ekstrakurikuler seperti basket memang memiliki satu tenaga pengajar dari luar yang menghandle kurang lebih 55 siswa (putra


(25)

93 dan putri). Ektrakurikuler band pun terkendala dalam keterbatasan alat dimana jumlah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler tersebut sekitar 22 siswa.

Kedua, belum adanya laboran sekolah. Hal ini disampaikan oleh wakil bidang kurikulum bahwa:

Sekolah saat ini tidak memiliki laboran yang mengurusi Lab sehingga guru seringkali kelabakan saat akan mengadakan eksperimen dengan siswa karena harus mempersiapkan alat dan bahan sendiri, mencuci alat, merapikan dsb. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari observasi dan studi dokumen terhadap data tenaga pendidik dan kependidikan ditemukan bahwa laboran sekolah memang belum ada dan selama ini kegiatan praktikum di handle oleh guru mata pelajaran masing-masing

Ketiga, upah karyawan masih minim. Hal ini disampaikan oleh guru BK dalam hasil wawancara yang mengungkapkan bahwa:

Hal lain yang sering menjadi perbincangan di sekolah adalah sangat minimnya gaji yang diberikan yayasan kepada pegawainya dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).

Hal serupa juga disampaikan oleh wakil bidang kurikulum yang mengungkapkan bahwa:

Di sekolah ini guru-gurunya kebanyakan double job dalam artian ada yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran sehingga butuh persiapan yang lebih


(26)

94 sedangkan gaji yang diberikan oleh yayasan masih sangat kurang. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Pernyataan ini juga dipertegas oleh bendahara sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Gaji karyawan di sekolah ini masih di bawah UMR Salatiga. Hal ini sudah sering dibicarakan dengan yayasan namun belum mendapat jawaban. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016). Hal senada juga didukung oleh bidang sarana dan prasarana sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Permasalahan lain yang memang masih sering diusulkan ke pihak yayasan adalah gaji yang diberikan masih sangat kurang sehingga kadang masih sering menjadi pembicaraan di dalam rapat sekolah. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016). Dari wawancara tersebut serta didukung dari studi dokumen terhadap slip gaji salah seorang guru di sekolah yang sudah mengajar lebih dari 10 tahun ditemukan bahwa gaji guru masih sangat minim dan belum mencapai standar UMR Salatiga.

Keempat, image sekolah mahal di mata masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh wakil bidang kesiswaan bahwa:

Uang SPP siswa di sekolah ini tergolong tinggi yaitu sekitar 400an ribu per bulannya sehingga membuat orang tua siswa khususnya yang memiliki anak yang bukan berasal dari sekolah YPE kurang antusias untuk menyekolahkan ke tempat ini. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).


(27)

95 Hal tersebut juga didukung oleh bendahara sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Image sekolah mahal di mata masyarakat dimana SPP sekolah tiap bulannya itu berkisar Rp. 385.000 s/d Rp. 420.000 (tergantung bulan masuknya) dan UPP sekolah Rp. 4.500.000. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari studi dokumen terhadap biaya sekolah dan RKAS tahun 2016/2017 ditemukan bahwa biaya sekolah di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memang berkisar antara Rp. 385.000 – Rp. 420.000 tergantung pada waktu kapan calon siswa baru mendaftar. Semakin cepat calon siswa tersebut mendaftar maka biaya SPP sekolah pun lebih ringan. Kelima, perpustakaan sekolah yang belum memadai. Hal ini diungkapakan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan:

Buku-buku di Library juga masih sangat kurang menunjang karena berisi kebanyakan buku paket, sedangkan buku fiksi, non fiksi dan buku referensi masih sangat minim. Kondisi ruangan di library juga masih pengap dan panas. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Senada dengan itu bendahara sekolah juga sependapat dengan mengungkapkan:

Yang masih kurang di sekolah ini adalah perpustakaannya. Dari segi buku, tata ruang dan akses masih kurang. Buku-buku kebanyakan buku paket sedangkan buku referensi masih sangat kurang.


(28)

96 Buku-bukunya banyak yang sudah tua sehingga perlu ada penambahan buku fiksi, non fiksi dan referensi. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Hal ini juga dipertegas oleh kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Saat ini sekolah masih menggarap perbaikan sarana dan prasarana perpustakaan dan elengkapan penyediaan referensi buku-bukunya. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016). Dari wawancara tersebut serta didukung dari observasi terhadap perpustakaan SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, ditemukan bahwa ruang perpustakaan memang masih belum kondusif, buku-buku yang tersedia pun kebanyakan buku-buku paket pelajaran dan juga masih terdapat buku-buku cerita yang sudah sangat lama.

Keenam, keterbatasan biaya anggaran sekolah yaitu kenaikan maksimal 10% dari total anggaran di tahun sebelumnya. Hal ini diungkapkan dari hasil wawancara dengan wakil bidang kesiswaan yang mengungkapkan bahwa:

Dana yang diperbolehkan untuk sekolah sangat terbatas tiap tahunnya yaitu hanya diperbolehkan naik 10% dari biaya tahun lalu sedangkan kadang kegiatan yang dirancang lebih dari dana yang diberikan. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).


(29)

97 Bendahara sekolah juga sependapat dengan hal ini dengan mengungkapkan:

Permasalahan yang terjadi sekarang adalah standar pengeluaran dana dari yayasan yang sangat rendah. Sekolah kurang bisa leluasa melakukan kegiatan-kegiatan tambahan karena dana yang diperbolehkan oleh yayasan hanya boleh 7% - 10% dari total anggaran di tahun sebelumnya. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari studi dokumen yang dilakukan terhadap RKAS sekolah pada tahun 2014/2015 dan 2016/2017 ditemukan bahwa adanya keterbatasan anggaran yang sudah menjadi kebijakan dari yayasan yaitu sekolah hanya diperbolehkan menaikkan anggaran setiap tahunnya berkisar antara 10% hingga15% dari total anggaran tahun lalu.

Ketujuh, penurunan pencapaian nilai UN tahun 2016. Permasalahan ini terlihat dari ungkapan wakil kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:

Rata-rata nilai Ujian Nasional yang diperoleh selama ini cukup memuaskan. Tetapi tahun ini sekolah mengalami penurunan pencapaian nilai rata-rata UN dimana sekolah turun posisi ke enam dari seluruh SMP di Salatiga. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016

Hal tersebut juga disampaikan oleh kepala sekolah yang mengungkapkan:

Pencapaian nilai UN tahun ini mengalami penurunan, sekolah berada di posisi ke enam untuk seluruh SMP di salatiga. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).


(30)

98 Dari wawancara tersebut serta didukung dari studi dokumen terhadap hasil Ujian Nasional siswa ditemukan bahwa SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memang mengalami penurunan pencapaian nilai UN dimana pada tahun 2015 sekolah mampu meraih peringkat ke dua sekota salatiga untuk SMP/MTS, kini turun ke peringkat ke enam pada tahun 2016.

Dari data yang telah dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang muncul terkait belum adanya rencana strategis sebagai acuan dalam merancang program sekolah tiap tahunnya menimbulkan beberapa permasalahan di lapangan yaitu: (1) jumlah tenaga pengajar di sekolah masih terbatas, (2) belum adanya laboran sekolah, (3) Gaji karyawan yang minim, (4) image sekolah yang mahal, (5) perpustakaan sekolah yang belum memadai, (6) keterbatasan biaya anggaran sekolah dan (7) penurunan pencapaian nilai UN tahun 2016.

Setelah identifikasi potensi dan masalah dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data.


(31)

99 4.2.2 Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi yang lebih dalam dan mendapatkan data yang lebih akurat terkait permasalahan yang ada. Permasalahan sekolah yang ditemukan pada tahapan pertama akan ditinjau ke dalam tujuh aspek sumber daya dan kapabilitas sekolah yang diharapkan beberapa permasalahan tersebut dapat dipecahkan melalui penyusunan rencana strategis berbasis modal sumber daya sekolah (RBV). Ke tujuh aspek sumber daya ini meliputi (1) sumber daya finansial, (2) sumber daya fisik, (3) sumber daya manusia, (4) sumber daya organisasional, (5) sumber daya teknologi, (6) sumber daya inovasi dan kreativitas dan (7) reputasi sekolah.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan kesiswaan, bidang sarana dan prasarana dan bendahara sekolah. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data-data mengenai tujuh aspek sumber daya dan kapabilitas sekolah. Selanjutnya dilakukan juga wawancara dengan


(32)

100 beberapa kepala sekolah kompetitor SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga yaitu SMP Kristen Laboratiorium Satya Wacana dan SMP Anak Terang (Bethany school). Wawancara terhadap kompetitor SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga ini dilakukan untuk mendapatkan data dalam menunjang analisis yang dilakukan terhadap sumber daya dan kapabilitas SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga. Selanjutnya observasi dan studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap untuk menunjang hasil wawancara.

Berikut dipaparkan mengenai sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.

a. Sumber Daya Finansial

Dari hasil wawancara mengenai sumber daya finansial sekolah diperoleh data bahwa dana operasional sekolah berasal dari dana BOS dan dana Yayasan. Dana BOS ini terdiri dari dua yaitu dari APBN dan APBD kota. Selain itu terdapat juga dana OSIS dan dana sumbangan kasih dari sekolah-sekolah yang datang promosi ke SMP Kristen 2. Dana ini merupakan dana kas sekolah yang khusus digunakan untuk membantu penyelenggaraan kegiatan operasional kegiatan siswa di sekolah.


(33)

101 Anggaran sekolah setiap tahunnya didasarkan pada RKAS yang disusun pada akhir semester dua untuk diajukan kepada Yayasan. Selama ini sekolah tidak pernah kekurangan dana atau melakukan peminjaman dana ke pihak ketiga karena seluruh kegiatan sekolah selama satu tahun selalu dapat terlaksana dengan adanya bantuan dana BOS dan dana Yayasan. Hal ini disampaikan oleh bendahara sekolah dalam hasil wawancara bahwa:

Sekolah tidak pernah melakukan peminjaman uang ke pihak ketiga. Selama ini event yang dilakukan sekolah mengacu ke RKAS sekolah. Dana operasional sekolah berasal dari dana BOS dari pemerintah dan dana Yayasan. Selain itu ada juga dana OSIS yang diperoleh dari uang persembahan ibadah mingguan siswa dan persembahan tali kasih dari sekolah-sekolah menengah atas yang datang promosi ke sekolah. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016). Pernyataan tersebut juga didukung oleh kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Selama saya di sini sejak tahun 2006, sekolah belum pernah meminjam dana ke pihak ketiga untuk melaksanakan operasional sekolah. Sumber dana sekolah berasal dari dana BOS pemerintah dan dan Yayasan dan selama ini dana BOS itu selalu lancar. Sekolah juga tidak pernah mengalami minus anggaran dan semua kegiatan sekolah berjalan sesuai dengan RKAS dalam satu tahun. (Sumber: wawancara kepala sekolah sekolah pada 17 Oktober 2016).

Selanjutnya dari studi dokumentasi yang dilakukan terhadap rencana kegiatan anggaran sekolah (RKAS) tahun 2016/217, ditemukan bahwa


(34)

102 besaran dana BOS APBN yang diterima oleh sekolah per tahunnya adalah Rp. 254.000.00 dan BOS APBD kota sebesar Rp. 10.835.000. Sedangkan dana yayasan yang diterima oleh sekolah sebesar Rp. 989.963.000 dimana dana ini termasuk dana operasional sekolah dan gaji karyawan selama satu tahun.

Peran orang tua juga sangat dirasakan oleh sekolah khususnya dalam membantu kegiatan sekolah. Tahun lalu orang tua melalui wadah POSG (Paguyuban orang tua siswa dan guru) berinisiatif membantu mengadakan kegiatan wacana warsa yaitu penamatan siswa kelas sembilan yang diselenggarakan di sebuah hotel di salatiga. Hal ini diungkapkan oleh bendahara sekolah bahwa:

Peran orang tua sangat besar bagi sekolah, tahun kemarin dana kegiatan wacana warsa sekolah yang diadakan di hotel sebagian besar dari POSG karena dana yayasan terbatas. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Hal senada juga didukung dari pernyataan kepala sekolah bahwa:

Kadang kegiatan sekolah itu dibantu oleh orang tua siswa lewat POSG. Contohnya tahun kemarin saat wacana warsa yaitu penamatan siswa kelas IX. Sekolah merencanakan kegiatan tersebut dilakukan di internal sekolah saja sesuai dengan dana yang sudah dianggarkan oleh yayasan. Namun orang tua berinisiatif untuk menanggung kekurangan dana yang ada agar acara terebut dapat diadakan di hotel.


(35)

103 (Sumber: wawancara kepala sekolah sekolah pada 17 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari studi dokumen mengenai laporan kegiatan wacana warsa sekolah tahun 2015/206 ditemukan bahwa memang peran orang tua dalam membantu sekolah khususnya dalam bentuk dana dan fasilitas untuk mendukung kegiatan sekolah agar menjadi lebih optimal sangat besar dan hal ini merupakan keuntungan bagi sekolah karena memiliki komunitas orang tua siswa yang sangat partisipatif.

Permasalahan yang cukup signifikan juga dirasakan oleh pihak sekolah terkait pendanaan sekolah tiap tahunnya yaitu adanya pembatasan anggaran oleh pihak Yayasan. Rencana anggaran yang disusun oleh sekolah tiap tahunnya hanya diperbolehkan mengalami kenaikan maksimal 10% dari total anggaran kegiatan sekolah di tahun sebelumnya sehingga hal ini membuat sekolah agak kesulitan dalam merancang program-program baru untuk sekolah. Hal ini terlihat dari wawancara dengan bendahara sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Anggaran sekolah tiap tahunnya itu dibatasi oleh yayasan yaitu hanya diperbolehkan naik 10% dari anggaran tahun sebelumnya sehingga sekolah kurang bisa leluasa melakukan kegiatan-kegiatan tambahan


(36)

104 karena dana yang diperbolehkan oleh yayasan hanya boleh 7% - 10% dari total anggaran di tahun sebelumnya. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Hal tersebut juga didukung dari wawancara dengan kepala sekolah yang mengungkapkan:

Semua dana baik SPP maupun UPP siswa itu semua terpusat ke Yayasan. Sekolah selama satu tahun akan membuat rencana kegiatan dan anggaran yang dituangkan ke dalam RKAS lalu anggaran yang telah selesai di rancang akan diajukan ke yayasan. Namun dana yang diajukan ini sudah di batasi oleh yayasan yaitu kenaikan 10% dari anggaran tahun lalu. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016). Dari wawancara tersebut serta didukung dari studi dokumen terhadap RKAS sekolah pada tahun 2015/2016 dan tahun 2016/2017 ditemukan bahwa sekolah memang mengalami keterbatasan dalam menaikkan anggaran sekolah tiap tahunnya yang disebabkan kebijakan dari Yayasan sehingga hal ini membuat sekolah kesulitan dalam membuat program-program baru ataupun kegiatan yang membutuhkan dana yang cukup besar untuk tahun berikutnya.

b. Sumber Daya Fisik

Data yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan terkait sumber daya fisik sekolah yaitu sekolah telah memiliki sarana dan prasarana yang telah memenuhi standar pelayanan


(37)

105 minimal sekolah. SMP Kristen 2 Eben Haezer telah memilki WIFI sekolah serta LCD di tiap ruang kelas untuk menunjang proses pembelajaran agar lebih optimal. Selain itu sekolah juga telah memasang CCTV di tiap ruang kelas dan halaman sekolah untuk memudahkan pemantauan kegiatan yang terjadi di sekolah dan microphone di tiap ruangan untuk memudahkan koordinasi.

Fasilitas lain berupa lapangan basket yang multifungsi, perpustakaan, laboratorium dan ruang multimedia juga telah disediakan oleh sekolah untuk memfasilitasi para siswa dalam belajar. Saat ini juga sekolah sedang membangun Gedung Olah Raga (GOR) yang diharapkan dapat beroperasi secepatnya. Namun perlu adanya perawatan secara berkala terkait sarana yang ada di sekolah untuk menjaga agar barang-barang tersebut tetap optimal untuk digunakan. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan bidang sarana dan prasarana yang mengungkapkan:

Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah saat ini ada lapangan yang dapat digunakan untuk bermain basket atau futsal, LCD ditiap kelas, mircophone di tiap ruangan, CCTV di 14 tempat termasuk di masing-masing kelas, ada juga laboratorium, ruang multimedia, dan perpustakaan. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 4 Oktober 2016).


(38)

106 Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Sarana dan prasaran sekolah sudah menunjang dan sudah memenuhi standar pelayanan minimal dari pemerintah. Guru-guru juga sudah difasilitasi dengan LCD ditiap ruangan, WIFI sekolah, Laboratorium dan sebagainya. GOR masih dalam proses penyelesaian sehingga diharapkan ketiga GOR ini selesai, kegiatan anak-anak khususnya dalam bidang olahraga dapat lebih optimal. Namun yang menjadi permasalahan adalah perlu adanya perbaikan untuk beberapa LCD di ruang kelas dan penambahan kuota WIFI karena cenderung lambat untuk mengakses internet. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016). Dari wawancara tersebut terlihat bahwa sekolah sudah memfasilitasi guru-guru dan peserta didik dengan baik. Sarana dan prasarana untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar sudah disediakan oleh sekolah. Hal ini juga didukung dari observasi yang dilakukan terhadap sarana dan prasarana sekolah serta studi dokumentasi terhadap inventarisasi sarana dan prasarana sekolah ditemukan bahwa sekolah memang sudah dilengkapi dengan fasilitas lapangan basket, lapangan volley, media pembelajaran (LCD projector di setiap kelas), laboratorium komputer berbasis internet (dilengkapi AC), laboratorium bahasa berbasis IT (dilengkapi AC), ruang multimedia (dilengkapi AC), perpustakaan, laboratorium IPA, ruang musik, kafetaria, ruang konseling, CCTV di setiap ruang kelas dan beberapa


(39)

107 titik area sekolah dan hot spot (WIFI) dalam mengoptimalkan proses kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Namun, diperlukan adanya perawatan dan pengecekan secara berkala terhadap sarana dan prasarana sekolah sehingga kualitas pengajaran di kelas yang berbasis IT dapat terus dipertahankan.

c. Sumber Daya Manusia

Dari hasil wawancara mengenai sumber daya sekolah diperoleh data bahwa tenaga pengajar di sekolah sudah bergelar sarjana bahkan ada tiga guru yang sudah bergelar master. Selain itu guru-guru juga telah mengajar sesuai dengan bidang yang diampuh namun rata-rata guru di sekolah masih merangkap mengajar mata pelajaran yang lain. Hal ini terlihat dari wawancara dengan kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Syarat minimal untuk tenaga pengajar sudah terpenuhi. Guru-guru sudah bergelar sarjana dan ada tiga guru yang sudah bergelar master. Guru-guru di sekolah 95% berasal dari lulusan UKSW dan sudah mengajar sesuai dengan bidangnya masing-masing. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum juga sependapat dengan pernyataan tersebut dengan mengungkapkan:


(40)

108 Guru-guru di sekolah sudah memenuhi kualifikasi semua bahkan sudah ada guru yang sudah S2. Guru-guru juga sudah mengajar sesuai bidangnya masing-masing namun tetap ada tambahan tanggungjawab yang diberikan di luar bidang yang diampuh. Salah satu contohnya guru bahasa inggris merangkap mengajar bahasa jawa. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Hal demikian juga disampaikan oleh bidang sarana dan prasarana sekolah bahwa:

Tingkat pendidikan guru-guru di sini sudah sarjana semua dan sudah ada guru yang S2. Guru-guru juga sudah mengajar sesuai bidangnya namun tetap memiliki tambahan mengajar mata pelajaran di luar bidangnya seperti contohnya guru IPA tetapi juga mengajar prakarya. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dengan studi dokumen yang dilakukan terhadap data tenaga pendidik dan kependidikan serta data mengenai beban mengajar guru SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga ditemukan bahwa terdapat 14 guru tetap YPE, 4 guru tidak tetap, 3 guru PNS diperbantukan. Dari data tersebut juga ditemukan bahwa terdapat 3 guru yang sudah bergelas S2 dan 18 guru lainnya telah bergelar S1. Selanjutnya ditemukan juga terdapat sekitar 7 guru yang mengajar dua mata pelajaran di luar dari bidang keahliannya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa guru-guru di SMP Kristen 2 Eben Haezer


(41)

109 Salatiga sudah berkualifikasi Sarjana dan Master. Namun yang menjadi permasalahan adalah guru-guru tersebut juga dituntut untuk dapat mengajar mata pelajaran yang lain di luar dari bidang keahlian mereka.

Hubungan antar SDM di sekolah pun baik dan harmonis, serta tingkat adaptasi, loyalitas dan komitmen pegawai cukup tinggi. Hal ini terlihat dari dari pernyataan kepala sekolah bahwa:

Hubungan antar karyawan di sekolah serta tingkat adaptasi guru-guru cukup baik. Minggu kemarin ini kita memiliki tiga kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu live in kelas IX, study tour kelas VIII dan perkemahan kelas VII dan semua dapat berjalan dengan baik. Selama ini sepengetahuan saya tidak ada guru yang mendundurkan diri bahkan rata-rata mereka pensiun di tempat ini. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Hal tersebut juga didukung oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan:

Loyalitas dan komitmen guru-guru sangat tinggi dan tidak pernah hitung-hitungan. Guru-guru di tempat ini tanpa dibayar pun rela memberikan tambahan mata pelajaran di rumah bagi siswa-siswa yang membutuhkan. (Sumber: wawancara wakasek kurikulum sekolah pada 3 Oktober 2016).

Hal demikian juga disampaikan oleh bidang sarana dan prasarana sekolah bahwa:

Tidak ada gap antar karyawan dan guru. Contohnya tiap ada kegiatan, karyawan juga selalu dilibatkan seperti diikutsertakan dalam kegiatan live in, perkemahan, study tour dan lain sebagainya. Sejauh ini


(42)

110 setiap kebijakan bisa dijalankan dengan baik di sekolah. Tingkat komitmen dan loyalitas pegawa juga di sekolah ini tinggi dan sejauh ini belum ada pegawai yang saya lihat mengundurkan diri. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari observasi pada kegiatan sekolah yaitu perayaan Dies Natalis Sekolah melalui kegiatan Bazaar dan observasi terhadap kegiatan pelajaran tambahan pada pukul 06.15 pagi ditemukan bahwa hubungan antar pegawai di sekolah terjalin dengan baik dalam menjalankan kegiatan tersebut, komitmen guru-guru juga tinggi dimana guru-guru datang tepat waktu ke sekolah. Selain itu, dari studi dokumen yang dilakukan terhadap data pendidik dan kependidikan, ditemukan bahwa loyalitas karyawan di SMP Kristen 2 Eben Haezer cukup tinggi mengingat tidak ada karyawan yang mengundurkan diri bahkan ditemukan 2 guru yang setia melayani di sekolah hingga pensiun.

Pengembangan SDM sekolah dilakukan melalui pelatihan in house training rutin yang diadakan tiap tahun pada akhir semester satu di bulan desember dengan mengundang para pakar pendidikan dari LPMP semarang, Universitas Negeri Semarang dan dari Dinas pendidikan kota Salatiga.


(43)

111 Guru-guru di sekolah juga mendapatkan pelatihan implementasi kurikulum pendidikan tahun 2013 dari pemerintah tiga kali dalam satu semester dan aktif dalam mengikuti MGMP tiap bulannya untuk pengembangan profesionalisme mereka. Hal ini terlihat dari wawancara dengan kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Pengembangan SDM sekolah rutin dilaksanakan setiap tahunnya pada bulan desember dalam bentuk in house training dengan mendatangkan motivator atau pakar di bidang pendidikan dari LPMP semarang dan dinas pendidikan kota salatiga terkait implementasi kurtilas atau peningkatan profesionalisme guru. Guru-guru juga difasilitasi untuk mengikuti MGMP tiap bulannya. Pemerintah rutin mengadakan pelatihan terkait implementasi kurtilas di sekolah karena sekolah kita adalah sekolah pilotting dan tahun ini dilakukan tiga kali dalam satu semester. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:

Workshop dari pemerintah diadakan tiga kali dalam satu semester mengenai kurtilas dengan mendatangkan instruktur dari provinsi di sekolah. Sedangkan dari internal sekolah sendiri pelatihan guru-guru diadakan tiap tahun di akhir semester satu dengan mendatangkan trainer dari UNES dan LPMP semarang. Untuk tahun kemarin pelatihan diadakan di luar kota selama tiga hari dan tahun ini disepakati untuk diadakan di sekolah saja. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).


(44)

112 Selanjutnya pernyataan tersebut juga disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bahwa:

Workshop atau pelatihan guru-guru untuk pengembangan diri dilakukan tiap tahunnya di bulan desember. Kegiatan ini biasa dilakukan di luar sekolah dengan mendatangkan nara sumber dari luar. Materi yang utama dikembangkan ada dua yaitu spiritual dan akademik/profesionalisme. (Sumber: wawancara wakasek bidang kesiswaan pada 3 Oktober 2016). Dari wawancara tersebut yang didukung dari studi dokumen terhadap laporan kegiatan workshop SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga pada tahun 2015/2016 dan dari surat yang dikeluarkan oleh sekolah, ditemukan bahwa bahwa sekolah memang rutin mengadakan pelatihan kepada guru guru tiap tahunnya mengenai peningkatan profesionalisme guru ataupun terkait implementasi kurikulum pendidikan tahun 2013 (kurtilas).

Kegiatan workshop sekolah pada tahun 2015/2016 dilaksanakan pada tanggal 14-16 Desember 2015 bertempat di Taman Eden 1 Kaliurang, Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk mereview, merevisi dan membuat RKS, RKAS, RKT, KKM, RPP dan memotivasi pendidik dalam sisi spiritualitas dan etos kerja. Selanjutnya, workshop tersebut juga melibatkan seluruh pendidik dan


(45)

113 tenaga kependidikan di sekolah dan juga mengundang Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Salatiga, KABID Dikdas-Disdikpora Kota Salatiga, Kepala Seksi Kurikulum SMP Kota Salatiga, Pendeta Listijabudi, Ph.D, Ketua Penguru YP Eben Haezer GKI Salatiga, Pengawas SMP Kota Salatiga, dan Ketua Komite SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.

Permasalahan mengenai SDM sekolah yang dirasakan oleh SMP Kristen 2 Eben Haezer selain dari upah pegawai yang sangat rendah adalah belum adanya pengembangan atau pelatihan PTK untuk guru-guru di sekolah. Hal ini dinyatakan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:

Untuk penghasilan rata-rata sekolah jika dibandingkan dengan UMR dan rata-rata gaji PNS masih sangat di bawah. Permasalahan lain adalah meskipun sekolah menjadi pilotting untuk kurtilas namun sekolah belum memfasilitasi guru-guru untuk pelatihan penulisan PTK. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut yang selanjutnya didukung dari studi dokumen terhadap kegiatan tahunan sekolah sekolah tahun 2015/2016 dan rencana kegiatan sekolah tahun 2016/217 ditemukan bahwa sekolah memang belum memfasilitasi guru untuk pelatihan penelitian


(46)

114 tindakan kelas (PTK). Padahal dari data yang telah terkumpul, guru-guru di sekolah memiliki kualitas yang baik dan juga sarana dan prasarana sekolah yang menunjang. Oleh karena itu diperlukan adanya optimalisasi kompetensi guru-guru di sekolah saat ini.

d. Sumber Daya Organisasional

Data yang diperoleh dari hasil wawancara terkait sumber daya organisasional sekolah yaitu pertama struktur pelaporan yang dilakukan oleh sekolah terbagi dalam dua bagian yaitu pelaporan ke dinas pendidikan dan ke pihak yayasan. Selain itu terdapat juga sistem pealporan internal yang diberikan ke kepala sekolah oleh masing-masing ketua panitia kegiatan sekolah. Hal ini terlihat dari wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan bahwa:

Pelaporan formal yang dilakukan oleh sekolah ada dua yaitu pelaporan ke Dinas pendidikan dan ke Yayasan. Untuk kurikulum sendiri kebanyakan sistem pelaporannya ke Dinas pendidikan sedangkan ke yayasan biasanya menyangkut nilai anak, prestasi siswa dan jumlah murid baru. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).


(47)

115 Pernyataan serupa juga disampaikan oleh bendahara sekolah bahwa:

Untuk pelaporan terkait finance sendiri ada pelaporan bulanan ke yayasan mengenai dana yang digunakan sekolah beserta rinciannya kemudian ditandatangani oleh kepala sekolah. Untuk pelaporan ke Diknas dilakukan setiap triwulan terkait penggunaan Dana BOS sesuai pentnjuk teknis yang ada. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016). Hal ini juga dipertegas oleh kepala sekolah yang mengungkapan bahwa:

Pelaporan yang dilakukan sekolah selama ini ada dua yaitu ke dinas pendidikan dan juga ke Yayasan. Untuk internal sekolah juga ada pelaporan yang diberikan dari masing-masing ketua kegiatan yang saya sudah tunjuk di awal tahun ajaran. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari studi dokumen yang dilakukan terhadap laporan sekolah memang ditemukan bahwa sekolah melaksanakan pelaporan rutin ke dinas tiap semesternya dan juga setiap kegiatan yang telah dilakukan oleh sekolah dituangkan ke dalam laporan pertanggungjawaban yang diserahkan ke Yayasan.

Kedua, sistem perencanaan yang dilakukan sekolah mengacu ke RKAS tahunan sekolah yang dirancang bersama guru-guru penanggung jawab tiap standar dari 8 standar nasional pendidikan di semester dua setelah evaluasi diri sekolah dilakukan.


(48)

116 Hal ini disampaikan oleh wakil bidang kurikulum bahwa:

Sistem perencanaan sekolah mengacu ke RKAS yang disusun dengan guru-guru. Jadi guru-guru ini sudah dibagi di awal tahun ajaran dan masing-masing sudah memiliki tanggung jawab terkait 8 SNP itu. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh bendahara sekolah bahwa:

Sistem perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah dilakukan setiap tahun di akhir semester dua dalam bentuk rapat dengan semua guru yang juga menjadi penanggungjawab tiap standar nasional pendidikan. Dalam rapat ini semua saran, kritik, dan masukan akan dicatat untuk menjadi pertimbangan dalam pembuatan RKAS tahun berikutnya. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016). Pernyataan tersebut juga didukung oleh kepala sekolah yang mengungkapkan:

Sistem perencanaan yang dilakukan sekolah mengacu ke penyusunan RKAS yang diadakan pada bulan juni sebelum tahun ajaran baru dimulai. Tiap tahun kita ada evaluasi diri sekolah (EDS) yang dijadikan acuan penyusunan kegiatan RKAS tersebut. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016). Dari wawancara tersebut dan didukung dari studi dokumen terhadap rencana kegiatan dan anggaran sekolah tahun 2016/2017 dan dari hasil laporan pelaksanaan kegiatan di sekolah, ditemukan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memang selalu


(49)

117 mengacu kepada anggaran dan rencana kegiatan sekolah dalam RKAS yang dibuat setiap tahunnya yang didasarkan kepada 8 standar nasional pendidikan.

Ketiga, sistem koordinasi yang dilakukan sekolah dalam bentuk rapat yaitu rapat di tingkat struktural yang melibatkan kepala sekolah bersama waka kurikulum dan kesiswaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan, rapat bersama pekarya yang juga tidak terjadwal dan disesuaikan dengan kebutuhan, rapat dengan seluruh guru-guru dilakukan rutin sebulan sekali dan rapat keseluruhan guru dan staf sekolah di akhir tahun. Selain itu sekolah juga memfasilitasi microphone yang terhubung di tiap ruangan di kelas untuk memudahkan koordinasi antar guru, staf dan siswa. Hal ini diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:

Sistem koordinasi di sekolah sendiri itu ada koordinasi tingkat struktural dalam bentuk rapat yang melibatkan bagian kurikulum, kesiswaan dan kepala sekolah. Koordinasi di tingkat struktural ataupun dengan guru-guru ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada jadwal rutin tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).


(50)

118 Hal senada juga disampaikan oleh bendahara sekolah bahwa:

Sistem koordinasi di sekolah biasanya menggunakan microphone yang dipasang disetiap ruangan sehingga memudahkan koordinasi. Selain itu ada juga rapat bulanan dengan guru-guru. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Kita memiliki rapat koordinasi yang rutin diadakan sebulan sekali dengan guru-guru. Selebihnya disesuaikan dengan kebutuhan. Jika saya perlu maka saya akan mengadakan rapat baik bersama waka, pekarya atau pun karyawan. Untuk guru sendiri kalau misalnya ada sesuatu yang perlu untuk saya sampaikan biasanya akan saya kumpulkan di pagi hari. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh bidang sarana dan prasarana sekolah yang mengungkapkan:

Guru-guru ada rapat rutin setiap bulannya dengan kepala sekolah sedangkan untuk staf atau pekarya ada juga rapat setiap bulan atau dua bulan sekali. Untuk rapat bersama keseluruhan itu ada di akhir tahun atau di pertengahan semester. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga hal yang dilakukan oleh sekolah terkait sumber daya organisasional yaitu (1) struktur pelaporan baik internal maupun external sekolah, (2) sistem perencanaan yang mengacu ke RKAS tahunan


(51)

119 sekolah, (3) sistem koordinasi yang terdiri dari rapat di tingkat struktural, rapat bulanan guru, rapat staf dan pekarya dan rapat keseluruhan guru dan staf yang belum terjadwal rutin serta koordinasi melalui microphone yang terhubung di tiap ruangan di sekolah.

e. Sumber Daya Teknologi

Sumber daya teknologi yang digunakan sekolah adalah komputer, wifi sekolah, CCTV, LCD dan ruang multimedia untuk menunjang pembelajaran. Guru-guru juga sudah dapat mengoperasikan teknologi yang ada mesikpun belum seluruh guru dapat memanfaatkannya. Hal ini disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:

Sekolah sudah memiliki komputer, ruang multimedia, WIFI, CCTV, dan microphone yang terhubung dengan ruangan di sekolah untuk memudahkan komunikasi. Menurut saya dDari segi kemampuan menjalankan teknologi sebagian besar guru-guru sudah mampu apalagi sudah menjadi guru sasaran. (Sumber: wawancara waka bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh bidang sarana prasarana sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Saat ini sekolah sudah memiliki WIFI, CCTV, ruang multimedia, dan LCD. Selain itu ada juga microphone di tiap kelas untuk memudahkan koordinasi. Untuk


(52)

120 tingkat pengetahuan pegawai sendiri dalam menjalankan teknologi seperti komputer itu sebagian besar sudah bisa dan sudah dimanfaatkan dalam pembelajaran di kelas. (Sumber: wawancara sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh bendahara sekolah bahwa:

Teknologi yang digunakan sekolah saat ini cukup lengkap. Sekolah sudah menyediakan WIFI, CCTV, LCD, ruang multimedia. Untuk pemanfaatan dan pengopreasian teknologi ini, saya kira belum semua karyawan dapat memanfaatkannya, terlihat dari beberapa guru yang sudah senior yang masih kesulitan dn juga masih ada karyawan yang belum memanfaatkan fasilitas WIFI dalam kelas tetapi sebagian besar sudah dapat memanfaatkan. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016). Kepala sekolah juga mempertegas hal ini dengan mengungkapkan:

Di sekolah sudah ada CCTV, WIFI sekolah, lab multimedia, LCD dan lain sebagainya. Tingkat pengetahuan guru-guru dalam memanfaatkan teknologi ini sudah baik meskipun belum 100%. Untuk operasional dasar seperti Ms. Word, Power point, memutar video sudah mampu tapi lebih dari itu masih ada yang beberapa yang belum mampu. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016). Selain itu sekolah juga belum memiliki operator khusus dalam mengoptimalkan teknologi yang ada di sekolah sehingga web sekolah belum berjalan dengan optimal dan juga belum tersedianya web guru-guru mata pelajaran yang dapat memudahkan berinterkasi dengan siswa dalam


(53)

121 pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Hal ini disampaikan oleh kepala sekolah bahwa:

Web sekolah sudah ada namun web untuk guru-guru mata pelajaran itu belum ada. Pengelolaan web sekolah juga belum optimal hingga saat ini. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016). Pernyataan tersebut juga didukung oleh wakil bidang kurikulum sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Untuk hak paten dalam menciptakan teknologi sendiri belum ada karena SDM juga menurut saya belum memadai. Website guru-guru juga sampai saat ini belum ada. (Sumber: wawancara waka bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari studi dokumen terhadap data inventaris alat dan barang dan pengecekan terhadap website sekolah, ditemukan bahwa sekolah saat ini sudah memiliki sumber daya teknologi yang cukup lengkap. Namun, masih diperlukan solusi strategi untuk peningkatan sumber daya teknologi ini seperti pengoptimalisasian web sekolah, pengadaan web guru-guru mata pelajaran dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam memanfaatkan teknologi tersebut.


(54)

122 f. Sumber Daya Inovasi dan Kreativitas

Berdasarkan hasil wawancara mengenai sumber daya inovasi dan kapabilitas sekolah, diperoleh data bahwa sekolah belum memiliki tim pengembangan inovasi dan kreativitas. Sekolah sesungguhnya sudah memiliki tim pengembang sekolah secara struktural namun belum optimal bekerja. Selama ini sekolah memberikan tanggungjawab kepada masing-masing guru untuk mengembangkan inovasi dalam pembelajaran masing-masing. Selain itu guru-guru juga difasilitasi dengan adanya pengajuan alat atau bahan yang diperlukan terkait pembelajaran yang akan dilakukan tiap bulannya. Jika budget yang dibutuhkan cukup besar maka usulan tersebut akan dimasukkan ke dalam rencana anggaran sekolah untuk tahun berikutnya.

Inovasi yang dilakukan sekolah sudah ada yaitu pembentukan KIS (Karya Ilmiah Siswa), program literacy dan tahun ini sekolah membuat program BCP (Brilliant Class Program). Hal ini diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:

Tim pengembang sekolah sendiri sudah ada namun masih secara struktural dan belum berjalan optimal. Selama ini inovasi dan kreativitas diserahkan ke guru


(55)

123 masing-masing. Inovasi yang sudah dilakukan sekolah sejauh ini adalah dibentuknya program literacy, kelas karya ilmiah siswa (KIS) dan program BCP. Untuk program literacy atau budaya membaca sendiri jujur belum optimal karena masih diselang-seling dengan kegiatan lain setiap minggunya seperti senam dan jumat bersih. (Sumber: wawancara waka bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Hal demikian juga disampaikan oleh bidang sarana dan prasarana sekolah bahwa:

Sekolah belum memiliki tim pengembangan inovasi dikarenakan jumlah SDM sangat terbatas. Kalau dari fasilitas sebenarnya sudah memenuhi untuk menunjang keberadaan tim inovasi dan kreativitas ini. Bahkan jika membutuhkan sesuatu pun terkait hal ini juga bisa langsung mengajukan ke yayasan. Namun tim inovasi dan kreativitas ini belum ada di sekolah. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Selanjutnya dari wawancara dengan kepala sekolah juga disampaikan hal serupa yaitu:

Sekolah belum memiliki tim khusus untuk pengembangan inovasi dan kreativitas sekolah. Yang kita punya sekarang itu tim pengembang sekolah tetapi juga belum optimal berjalan, masih cuma sebatas terbentuk saja. Selama ini yang berhubungan dengan inovasi atau kreativitas dalam pembelajaran itu diserahkan ke guru masing-masing. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016). Dari wawancara tersebut dan didukung dari studi dokumen yang dilakukan terhadap data struktural sekolah dan data mengenai job desc. tenaga pendidik dan kependidikan, ditemukan bahwa sekolah saat ini sudah memiliki tim


(56)

124 pengembang sekolah namun belum berjalan. Sekolah juga belum memiliki tim khusus untuk inovasi dan kreativitas sekolah padahal sarana dan prasarana sekolah sudah menunjang untuk diadakannya tim ini. Inovasi di sekolah selama ini sepenuhnya diserahkan kepada guru-guru mata pelajaran dan hal ini belum optimal berjalan.

g. Reputasi

Data yang diperoleh dari wawancara menunjukkan bahwa sekolah telah terus berupaya menciptakan reputasi sekolah yang baik di mata masyarakat. Hal-hal yang sudah dilakukan oleh sekolah tiap tahunnya adalah dengan mengadakan program live in yang disertai dengan bakti sosial masyarakat, study tour, Bazaar sekolah yang berisi kegiatan pentas seni, lomba dan sekaligus perkenalan sekolah ke masyarakat dengan mengundang SD, SMP dan SMA di Salatiga, ikut serta dalam kegiatan Chistmas parade bersama seluruh gereja-gereja di salatiga, Open house yang mengundang SD di salatiga sekaligus mengadakan lomba-lomba, aksi sosial ke masyarakat dalam menyambut Natal, kunjungan ke PPA di salatiga dan memberikan beasiswa bagi anak-anak yang


(57)

125 berprestasi. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa:

Sekolah selama ini mengadakan banyak kegiatan mulai dari Bazaar, program live in dan study tour. Try out juga diadakan sekolah dengan mengundang anak-anak SD di salatiga. Selain itu ada pawai dalam kegiatan Chistmas parade bersama seluruh gereja-gereja, Open house khusus mengundang anak-anak SD sekaligus mengadakan lomba. Sekolah juga memiliki tim paduan suara yang pelayanan ke gereja-gereja tiap bulannya. Selain itu sekolah juga berkunjung ke kelompok-kelompok PPA dan menjaring anak-anak yang memiliki prestasi yang bagus dan memberikan bantuan finansial berupa beasiswa bagi anak yang kesulitan. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11Oktober 2016). Pernyataan tersebut juga didukung oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan bahwa:

Menurut saya pribadi reputasi sekolah saat ini sudah baik. Tiap sekolah mengadakan aksi sosial ke masyarakat, melibatkan orang tua juga saat ada kegiatan sekolah, dan juga ada kunjungan ke PPA dan panti asuhan. Yayasan juga memiliki program untuk membantu anak yang kurang mampu yaitu GOTA (gerakan orang tua asuh). (Sumber: wawancara waka kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Selanjutnya bidang sarana dan prasarana sekolah juga menyampaikan hal serupa bahwa:

Sekolah setiap tahun mengadakan Bazaar yang mengundang sekolah-sekolah lain dari SD, SMP SMA untuk ikut berpartisipasi. Selain itu di akhir-akhir semester tim paduan suara anak berserta guru pendamping akan ke gereja-gereja untuk pelayanan sekaligus promosi sekolah. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).


(58)

126 Selain itu sekolah juga sering melibatkan orang tua dalam setiap kegiatan sekolah. Saat ini sekolah telah membentuk tim yang dinamakan POSG (Paguyuban Orang Tua Siswa dan Guru) sebagai wadah dalam berkomunikasi dengan orang tua. Hal tersebut disampaikan oleh guru BK yang mengungkapkan bahwa:

Orang tua sangat mendukung setiap kegiatan yang dilakukan oleh sekolah yang diwadahi melalui program POSG di sekolah. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).

Hal serupa juga disampaikan oleh bidang sarana dan prasarana sekolah bahwa:

Sekolah memiliki tim POSG (Paguyuban Orang Tua Siswa dan Guru) yang selalu dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh sekolah seperti kegiatan live in, bazaar, aksi sosial dan lain sebagainya. (Sumber: wawancara bidang sarpras pada 27 September 2016). Senada degan itu bendahara sekolah juga mendukung pernyataan dengan mengungkapkan:

Orang tua melalui POSG sangat koperatif dan terlibat membantu dalam setiap kegiatan sekolah baik dari segi dana maupun fasilitas. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 oktober 2016).

Selanjutnya kepala sekolah juga mempertegas pernyataan tersebut dengan mengungkapkan:

Keterlibatan POSG dalam sekolah sangat aktif. Jika sekolah memiliki kegiatan maka orang tua melalui wadah POSG ini pasti akan membantu sekolah. Hal ini merupakan kelebihan sekolah karena memiliki orang tua yang sangat peduli akan pendidikan anak di


(59)

127 sekolah dan sangat mendukung kegiatan-kegiatan di sekolah. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 oktober 2016).

Dari wawancara tersebut yang juga didukung dari observasi kegiatan sekolah serta studi dokumen mengenai laporan kegiatan sekolah ditemukan bahwa sekolah memang telah menjalankan kegiatan tahunan seperti live in di thekelan, study tour di pabrik gula Sondokoro, pabrik teh gunung Subur, dan museum Sangiran, kegiatan Natal yang didalamnya terdapat aksi sosial dengan memberikan bingkisan kepada Polisi yang bertugas tiap pagi di jalan-jalan sekitar sekolah serta bantuan bahan pokok ke panti asuhan, perayaan Dies Nataliz melalui kegiatan Bazaar dan Pentas Seni yang mengundang SD dan SMP di kota Salatiga.

Disamping itu, dari studi dokumen terhadap rencana kegiatan dan anggaran sekolah ditemukan bahwa memang terdapat anggaran bantuan beasiswa berupa subsidi SPP bagi siswa yang berprestasi baik akademik maupun non akademik dan siswa yang kurang mampu tiap tahunnya. Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat sembilan siswa yang mendapat bantuan subsidi SPP yang berjumlah Rp. 10.800.000 per tahun dan terdapat 88 siswa kurang


(1)

197 dan orang tua dalam meningkatkan kepercayaan mereka terhadap sekolah terkait pengelolaan anggaran yang tepat sasaran. Strategi ketiga adalah peningkatan jaringan internet untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah. Strategi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan jaringan wifi sekolah untuk mengoptimalkan pembelajaran berbasis IT. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan waktu pembelajaran di kelas yang menggunakan internet serta menjaga kenyamanan para siswa dalam belajar. Strategi keempat adalah peningkatan sistem ujian dan penilaian sekolah melalui sistem COBA (Computer Based Assingments) dan ORASI (Online Grading System). Strategi ini dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan UKSW Fakultas TI dengan membuat sistem COBA (Computer Based Assingments) dan ORASI (Online Grading System) yang bertujuan untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki sekolah sehingga memudahkan guru-guru khususnya wali kelas melakukan penilaian dan pembuatan raport, efisiensi biaya kertas dan fotocopy soal dan mengurangi penggunaan kertas tiap tahunnya (paper less).


(2)

198

f. Rencana Strategis pada Sumber Daya

Inovasi dan Kreativitas Sekolah

Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber daya inovasi dan kreativitas adalah pertama, pembentukan tim pengembang inovasi dan kreativitas sekolah. strategi ini dapat dilakukan dengan membentuk tim pengembang inovasi dan kreativitas yang terdiri dari kepala sekolah, bidang kurikulum, guru komputer dan sains yang bekerjasama/berkolaborasi dengan pihak UKSW fakultas FKIP, Elektro dan atau TI untuk menentukan perencanaan inovasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada para siswa di sekolah. Strategi kedua adalah peningkatan budaya membaca secara berkala melalui kegiatan Book Weeks. Strategi ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan program Book Weeks yang di rangkai dengan kegiatan Bulan Bahasa untuk meningkatkan minat baca dan wawasan akan budaya Indonesia. Program Book Weeks adalah program literacy yang dilakukan di semester satu dimana selama dua minggu di bulan tertentu seluruh warga sekolah (murid, guru, kepala sekolah, TU dan pekarya) akan menyediakan waktu selama 15 menit tiap harinya untuk membaca. Panita akan


(3)

199 menentukan masing-masing satu buku yang akan dibaca di tiap grade kemudian menyediakan form untuk menuliskan rangkuman bacaan di hari terakhir. Selanjutnya di hari terakhir akan ada gallery walk antar kelas mengenai pementasan isi buku yang dibaca. Kegiatan ini dapat berupa role play per kelas, pembuatan komik, panggung boneka, story telling dipadukan dengan kostum yang mendukung dan sebagainya. Strategi ketiga adalah peningkatan minat, motivasi serta sekolah yang menyenangkan melalui penyelenggaraan kegiatan Spirit Week secara berkala. Strategi ini dapat dicapai dengan menyelenggarakan program Spirit Week untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan, meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk bersekolah serta menciptakan hubungan yang lebih erat antar guru dan siswa. Program ini dapat diselenggarakan sebulan sekali ataupun tiga bulan sekali di minggu ke empat dimana sekolah akan menetapkan satu tema yang disepakati tiap harinya selama satu minggu seperti kartun, sport, dongeng, pantai, abad pertengahan, film, pahlawan super, mesir, luar angkasa, pekerjaan, pahlawan, dan sebagainya. Seluruh siswa dan guru akan mengenakan pakean tersebut ke sekolah dan


(4)

200 melangsungkan pembelajaran yang menyenangkan di kelas. Di akhir kegiatan panitia akan memilih dan mengumumkan kostum terbaik untuk guru dan siswa. Strategi ke empat adalah peningkatan wawasan siswa terhadap dunia kerja melalui penyelenggaraan ICP (Inspiration Class Program). Strategi ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan program ICP (Inspiration Class Program) yang berkolaborasi dengan orang tua siswa sebagai wadah menambah wawasan siswa tentang dunia kerja. Kegiatan ini dapat dilakukan tiap tiga bulan sekali di hari sabtu pada minggu ke dua dimana sekolah akan berkolaborasi dengan orang tua untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman akan pekerjaan tertentu. Orang tua yang berpofesi sebagai dosen, dokter ataupun pengusaha dapat berbagi ilmu di kelas ini sehingga sejak dini para siswa dapat memahami akan pekerjaan-pekerjaan yang ada dan dapat menentukan cita-cita mereka sejak dini serta lebih mendalami pelajaran tertentu yang berkaitan dengan cita-cita mereka ke depannya.

g. Rencana Strategis pada Aspek Reputasi

Sekolah

Strategi yang dirumuskan pada aspek reputasi sekolah adalah pertama, peningkatan hubungan


(5)

201 antar sekolah-sekolah di salatiga melalui penyelenggaraan kegiatan internal dan promosi sekolah. Strategi ini dapat dilakukan dengan program Bazaar sekolah yang dapat dirangkai dengan Expo Pendidikan dan Open House. Bazaar sekolah dijalankan dengan mengundang sekolah-sekolah lain untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan lomba baik SD maupun SMP. Sedangkan Expo Pendidikan adalah penyelenggaraan pameran hasil karya siswa dan inovasi-inovasi yang dilakukan oleh siswa maupun guru di sekolah. Selanjutnya Open house adalah kegiatan untuk mengundang sekolah-sekolah dasar di salatiga untuk berkunjung melihat proses pembelajaran ataupun kegiatan yang ada di SMP Kristen 2. Strategi kedua adalah peningkatan kegiatan kebersamaan antara tenaga pendidik dan kependidikan, siswa dan orang tua. Strategi ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan STPD (Students, Teachers, Parents Day) secara berkala setiap akhir semester untuk meningkatkan hubungan antar pihak sekolah, guru dan siswa. Kegiatan ini dapat berupa cerdas cermat keluarga, lomba antar keluarga, games dan lain sebagainya. Strategi ketiga adalah peningkatan hubungan dan komunikasi antar


(6)

202 pihak sekolah dengan orang tua. Strategi ini dapat dilakukan dengan program (a) memaksimalkan komunikasi antar pihak sekolah dan orang tua dengan menggunakan jejaring sosial seperti WA, Facebook, Instagram dan atau BBM, (b) membuat School News secara berkala tiap tiga bulan sekali di minggu pertama yang berisi tentang kegiatan siswa di sekolah baik akademik maupun non akademik, testimony siswa mengenai kehidupan di sekolah, testimony guru, prestasi siswa, kegiatan OSIS, kegiatan guru dan orang tua dan lain sebagainya. Strategi keempat adalah peningkatan kegiatan pembelajaran berbasis dunia luar. Strategi ini dapat dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran berbasis pengalaman dengan dunia luar seperti kegiatan live in dan study tour. Strategi kelima adalah peningkatan prestasi akademik dan non akademik siswa melalui brilliant class program dan kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Strategi keenam adalah peningkatan kegiatan aksi sosial ke masyarakat melalui program CCS (Christian Community Servants). Program CCS adalah program kegiatan pelayanan bagi OSIS dan guru dengan melakukan asksi sosial ke masyarakat seperti panti asuhan pada bulan Desember dan April tiap tahun.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan Berbasis TIK SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T2 942011020 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan Berbasis TIK SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T2 942011020 BAB II

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan Berbasis TIK SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T2 942011020 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga T2 942015020 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

0 1 180

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga T2 942015020 BAB II

1 2 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga T2 942015020 BAB I

0 0 12

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Kelas Bilingual Di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga T2 BAB IV

0 0 44

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Standar Perpustakaan di SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga T2 BAB IV

0 1 23