PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X MIA PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW IV DAN JIGSAW I DI SMA NEGERI 1 MERTOYUDAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

(1)

i

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X MIA PADA PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW IV DAN JIGSAW I DI SMA NEGERI 1 MERTOYUDAN

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Lisarawati 13303241063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X MIA PADA PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW IV DAN JIGSAW I DI SMA NEGERI 1 MERTOYUDAN

TAHUN AJARAN 2016/2017 Oleh:

Lisarawati 13303241063

Dosen Pembimbing : Regina Tutik Padmaningrum ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) ada atau tidaknya perbedaan aktivitas belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I, (2) ada atau tidaknya perbedaan antara aktivitas belajar peserta didik yang sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV, (3) ada atau tidaknya perbedaan antara aktivitas belajar peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I, serta (4) ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar kimia peserta didik mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I, jika kemampuan awal peserta didik dikendalikan secara statistik.

Penelitian di SMA Negeri 1 Mertoyudan dengan sampel kelas X MIA 3 dan X MIA 4. Instrumen yang digunakan adalah RPP, angket, lembar observasi dan soal ujian. Metode analisis yang digunakan yaitu uji-t beda subjek, uji-t sama subjek dan uji anakova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan aktivitas belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I, (2) ada perbedaan antara aktivitas belajar peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV, (3) ada perbedaan antara aktivitas belajar peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I, serta (4) ada perbedaan hasil belajar kimia peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I, jika kemampuan awal peserta didik dikendalikan secara statistik. Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, Jigsaw I dan Jigsaw IV


(3)

iii

THE DIFFERENCE OF LEARNING ACHIEVEMENT AND ACTIVITY OF CLASS X MIA LEARNERS ON ON THE MODEL OF

COOPERATIVE LEARNING JIGSAW I AND IV TYPE IN SMA N 1 MERTOYUDAN IN

ACADEMIC YEAR 2016/2017 By:

Lisarawati 13303241063

Supervisior: Regina Tutik Padmaningrum ABSTRACT

The aims of this research were to know: (1) whereabouts the difference on students learning activity who follow the chemistry learning activity use the model of cooperative learning Jigsaw IV and I type, (2) whereabouts the difference between students learning activity before and after follow chemistry learning use the model of cooperative learning Jigsaw IV type, (3) whereabouts the difference between students learning activity before and after follow chemistry learning use the model of cooperative learning Jigsaw I type, (4) whereabouts the difference of learning achievement of the students chemistry learning follow the chemistry learning use the model of cooperative learning Jigsaw IV and I type, if prior knowlegde controlled on statistic.

This research was conducted in SMA N 1 Mertoyudan with the samples are the class X MIA 3 and 4. The instruments that used were lesson plans, questionaire, observation sheets and test.The data analysed methods used are paired samples t-test, independent sample t-test and anacova test.

The research result showed that: (1) there was no difference in students learning activity who follow chemistry learning use the model of cooperative learning Jigsaw IV and I type, (2) there was a difference between in students learning activity before and after follow the chemistry learning use the model of cooperative learning Jigsaw IV type, (3) there was a difference between in students learning activity before and after follow the chemistry learning use the model of cooperative learning Jigsaw I type, (4) there was a difference in the students’ learning chemistry results who follow the chemistry learning use the model of cooperative learning Jigsaw Iv and I type, if prior knowlegde controlled statistically.


(4)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Lisarawati

NIM : 13303241063

Program Studi : Pendidikan Kimia

Fakultas : MIPA UNY

Judul Penelitian : Perbedaan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X MIA pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I di SMANegeri 1 Mertoyudan Tahun Ajaran 2016/2017

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di perguruan tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan, dan dinyatakan dalam teks. Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 3 Juli 2017 Yang menyatakan,

Lisarawati


(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

Sebaik-baik hamba ialah yang berguna bagi hamba yang lain

Sebaik-baik manusia ialah yang mau menerima pendapat, kritik dan saran dari orang lain.

Rendah hati tidak akan membuat manusia menjadi rendah diri

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya tujukan kepada mereka yang telah memberikan semangat, motivasi dan dorongan untuk tetap semangat dan yakin dengan kemampuan yang saya miliki antara lain:


(8)

viii

 Bapak dan Ibuku tersayang, terimakasih atas dorongan, dukungan, pengorbanan, doa dan kasih sayang yang Ayah dan Ibu berikan selama ini.  Keluargaku yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

 Keluarga Pendidikan Kimia C 2013 yang telah memberikan warna selama saya kuliah di UNY.

 Teman-teman yang membantu saya mengambil data, Fina, Silmi, Susanti, Ayuk, dan Auliya yang jauh-jauh dari semarang.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur berkah dan rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik

Kelas X MIA pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I di

SMA Negeri 1 Mertoyudan Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi ini merupakan

laporan penelitian sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia yang akan menyelesaikan studi. Penelitian dan penulisan laporan yang telah diselesaikan tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan RahmatNya sehingga tugas akhir skripsi dapat terlaksana dengan baik.

2. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas MIPA UNY yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam penyelesaian laporan penelitian. 3. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia yang telah

memberikan kelancaran bagi penulis dalam penelitian dan penyelesaian laporan.

4. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam penelitian dan penyelesaian laporan.

5. Ibu Regina Tutik Padmaningrum,M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah sabar membimbing dan memotivasi penulis selama penelitian dan penyelesaian laporan.

6. Ibu Dr. Eli Rohaeti, selaku penguji utama yang telah memberikan saran sehingga laporan penelitian yang telah disusun menjadi lebih baik

7. Bapak Edy Yunanto, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Mertoyudan yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Pak Sigit selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Mertoyudan yang telah membimbing dan membantu penulis selama proses penelitian di sekolah.


(10)

x

9. Peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Mertoyudan Tahun Ajaran 2016/2017 terutama kelas X IPA 4 yang telah meluangkan waktu belajar kimia bersama selama penelitian.

10.Semua rekan-rekan yang telah meluangkan waktu untuk membantu menjadi observer penelitian yang telah meluangkan waktu menjadi observer penelitian. 11.Pihak lain yang telah membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Sesuatu yang dilakukan dengan sungguh akan menghasilkan karya yang tidak mengecewakan, semoga karya ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Sebuah karya akan semakin sempurna karena kritik dan saran yang membangun, begitu juga dengan laporan ini.

Yogyakarta, 3 Juli 2017 Yang menyatakan,

Lisarawati NIM 13303241063


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xxivv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Deskripsi Teori ... 8

B. Penelitian yang Relevan ...28


(12)

xii

D. Hipotesis Penelitian ...31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Desain Penelitian ...33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...33

C. Definisi Operasional Variabel ...33

D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling ...34

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ...34

F. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ...49

B. Pembahasan ...56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ...73

B. Saran ...73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 78

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbandingan Model Jigsaw I, Jigsaw II, Jigsaw III dan Jigsaw IV ...16


(13)

xiii

Tabel 3. Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik ...36

Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Peserta Didik ...37

Tabel 5. Pengkategorian Skor Aktivitas Belajar Kimia ... 47

Tabel 6. Data Pengetahuan Awal dan Hasil Belajar Kimia Peserta Didik... 49

Tabel 7. Data Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik ... 50

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Terhadap Hasil Belajar Kimia Peserta Didik ... 51

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Terhadap Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik 51 Tabel 10. Ringkasan Uji Homogenitas ... 52

Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji-T Sama Subjek ... 54

Tabel 12. Interval Skor Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik ... 55


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian... 48

Gambar 2. Kegiatan Diskusi di Kelas Jigsaw I... 59

Gambar 3. Peserta Didik di Kelas Jigsaw I Mengerjakan Kuis ... 59

Gambar 4. Kegiatan Diskusi di Kelas Jigsaw IV ... 61

Gambar 5. Peserta Didik di Kelas Jigsaw IV Mengerjakan Kuis ... 62


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Jigsaw I ... 79

Lampiran 2. RPP Jigsaw IV ... 100

Lampiran 3. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik ... 120

Lampiran 4. Angket Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik... 132

Lampiran 5. Soal Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Sebelum Divalidasi ... 135

Lampiran 6. Soal Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Sesudah Divalidasi ... 149

Lampiran 7. Lembar Kerja Peserta Didik ... 159

Lampiran 8. Data Hasil Belajar Kimia Peserta Didik ... 188

Lampiran 9. Data Aktivitas Belajar Peserta Didik berdasarkan Angket ... 189

Lampiran10. Data Aktivitas Belajar Peserta Didik berdasarkan Lembar Observasi ... 190

Lampiran 11. Uji Validitas Soal Hasil Belajar Kimia... 191

Lampiran 12. Data Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 193

Lampiran 13. Data Hasil Uji Korelasi ... 194

Lampiran 14. Data Hasil Uji Interaksi ... 195

Lampiran 15. Data Hasil Uji-t Beda Subjek Aktivitas Belajar Kimia ... 196

Lampiran 16. Data Hasil Uji-t Sama Subjek Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik di Kelas Jigsaw I ... 197

Lampiran 17. Data Hasil Uji-t Sama Subjek Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik di Kelas Jigsaw IV... 198

Lampiran 18. Data Hasil Uji Anakova ... 198


(16)

xvi

Lampiran 20. Kelompok Diskusi Kelas Jigsaw I... 204 Lampiran 21. Kelompok Diskusi Kelas Jigsaw IV ... 205


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses Pembelajaran merupakan hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika terdapat kerjasama yang baik antara peserta didik dengan pendidik, dan peserta didik dengan peserta didik. Kerja sama dalam kelompok akan berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya komunikasi yang baik melalui kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia selalu dikembangkan dan diperbaharui berbagai aspek pendidikan. Pembaharuan dalam bidang pendidikan dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sarana prasarana, metode pembelajaran, bahan ajar yang digunakan dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga peserta didik merasa nyaman dan senang mengikuti kegiatan pembelajaran.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan dibeberapa sekolah masih bersifat teacher centered, sehingga peserta didik hanya berperan sebagai objek belajar. Proses pembelajaran berjalan hanya satu arah, pendidik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan peserta didk kurang aktif dalam pembelajaran. Suasana kelas yang kurang menyenangkan juga membuat peserta didik menjadi pasif dan terkadang merasa tertekan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini, menyebabkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta menjadi kurang muncul. Peserta didik hanya mendengarkan dan menerima materi pelajaran tanpa ikut berperan dalam berbagi dan mengumpulkan informasi, hal ini menyebabkan hasil belajar dan beberapa indikator aktivitas belajar peserta didik kurang muncul.


(18)

2

Indikator aktivitas belajar peserta didik seperti kegiatan visual, lisan, menulis, emosi, mental, dan mendengarkan kurang muncul dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran akan berjalan efektif dan efisien jika menggunakan model pembelajaran yang tepat, salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran kimia adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative learning). Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yanng berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan bantuan orang lain. Belajar berkelompok secara kooperatif akan melatih peserta didik untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggunng jawab. Selain itu, setiap peserta didik akan menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing (Shoimin, 2014: 45). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar, sehingga peserta didik dituntut untuk bekerjasama dalam struktur tugas dan tujuan (Suprijono, 2011: 61). Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif akan meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah, peserta didik menjadi lebih aktif dalam memecahkan masalah dan bertangung jawab mempelajari materi yang diperolehnya (Hidayahtun, 2011).


(19)

3

Kurikulum yang berlaku di pendidikan dasar dan menengah atas adalah kurikulum 2013, peserta didik diharapkan mampu berkomunikasi yang luas dan mampu menyampaikan informasi yang baru dan informasi yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dengan penerapan ilmu kimia yang dipelajari. Selain itu, pada kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk mandiri dalam mencari konsep dan informasi yang luas tentang peranan ilmu yang dipelajari tidak hanya terpaku pada buku pelajaran tetapi sumber-sumber lain yang mendukung kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus dibuat agar peserta didik aktif dalam menanggapi informasi yang diperoleh maupun yang diberikan oleh pendidik. Salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw melalui model pembelajaran ini peserta didik akan belajar secara mandiri sehingga aktivitas belajar peserta didik dan hasil belajar peserta didik akan meningkat.

Model pembelajaran Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 peserta didik secara heterogen. Kegiatan dengan menggunakan model pembelajaran ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat pula meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan harus bisa menyampaikan kepada kelompoknya. Model kooperatif tipe Jigsaw pendidik hanya bertindak sebagai fasilitator kegiatan. Kegiatan pembelajaran untuk merangsang minat peserta didik, pendidik menyampaikan pelajaran dengan cara ceramah, presentasi, memberi pertanyaan, menyampaikan masalah, atau


(20)

4

menampilkan film. Peserta didik kemudian dibagi menjadi kelompok yang heterogen. Peserta didik akan mengumpulkan informasi serta mengolah informasi secara berkelompok dan mengomunikasi informasi ke peserta didik lain secara indidvidu. Diharapkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik (Jansoon, 2008).

Kelebihan model pembelajaran kooperatif Jigsaw yaitu: 1) memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas kemampuan dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri. 2) terjalin hubungan yang seimbang antara peserta didik dan pendidik sehingga suasana belajar menjadi sangat akrab. 3) memotivasi pendidik untuk lebih aktif dan kreatif mampu memadukan berbagai pendekatan belajar yaitu pendekatan kelas, kelompok dan individu (Shoimin, 2014: 93).

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw, memiliki beberapa tipe antara lain: Jigsaw I, Jigsaw II, Jigsaw II dan Jigsaw IV. Penelitian ini menggunakan model kooperatif Jigsaw I dan Jigsaw IV. Perbedaan dari kedua model terdapat pada langkah-langkah pembelajarannya. Model kooperatif Jigsaw I tidak terdapat perkenalan, kuis kelompok ahli, kuis bersama, evaluasi pembelajaran, dan re-teaching. Model kooperatif Jigsaw IV memiliki langkah pembelajaran yang lebih lama yakni pendahuluan, kuis pada materi dalam kelompok ahli, kuis pada semua materi, mengevaluasi kegiatan pembelajaran, penilaian individu dan kelas, re-teaching (Holliday, 2002).

Berdasarkan observasi di SMA Negeri 1 Mertoyudan, kegiatan pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi seperti masih menggunakan metode ceramah dan diskusi biasa. Peserta didik kurang aktif dalam kegiatan belajar, sehingga


(21)

5

kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered belum student centered. Berdasarkan data kemampuan awal peserta didik, hasil ulangan harian materi elektrolit dan nonelektrolit menunjukkan bahwa kamampuan awal peserta didik masih kurang. Terdapat peserta didik yang memperoleh nilai ulangan harian yang dibawah batas ketuntasan minimal. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I dan Jigsaw IV diharapkan indikator aktivitas belajar seperti kegiatan visual, lisan, menulis, emosi, mental, dan mendengarkan peserta didik akan meningkat dengan baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan pembelajaran di SMA Negeri 1 Mertoyudan, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 1 Mertoyudan telah menerapkan kurikulum 2013, namun Metode ceramah masih diterapkan pada kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik cenderung pasif.

2. Kegiatan pembelajaran masih teacher centered belum student centered. 3. Pada pembelajaran dengan metode ceramah aktivitas belajar peserta didik

kurang muncul sehingga beberapa aspek aktivitas belajar seperti tanggungjawab, percaya diri dan kemampuan untuk berpendapat yang dimiliki peserta didik kurang muncul.

4. Metode pembelajaran yang diterapkan kurang bervariasi. C. Pembatasan Masalah

Terdapat banyaknya permasalahan dalam kegiatan pembelajaran, maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa masalah berikut :


(22)

6

2. Materi pembelajaran dibatasi hanya pada materi kelas X semester 2 yakni materi redoks.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan, latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ;

1. Adakah perbedaan aktivitas belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Mertoyudan yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I?

2. Adakah perbedaan antara aktivitas belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Mertoyudan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV?

3. Adakah perbedaan antara aktivitas belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Mertoyudan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I?

4. Adakah perbedaan hasil belajar kimia peserta didik di SMA Negeri 1 Mertoyudan yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I, jika kemampuan awal peserta didik dikendalikan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Ada atau tidaknya perbedaan aktivitas belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I.


(23)

7

2. Ada atau tidaknya perbedaan aktivitas belajar antara peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV.

3. Ada atau tidaknya perbedaan aktivitas belajar antara peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I.

4. Ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar kimia peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I, jika kemampuan awal peserta didik dikendalikan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi peserta didik: meningkatkan pemahaman terhadap pelajaran kimia melalui metode pembelajaran kooperatif Jigsaw IV selain itu juga meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.

2. Bagi pendidik: memberikan pilihan alternatif model pembelajaran agar peserta didik mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial yang dimiliki oleh peserta didik.

3. Bagi mahasiswa: memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dan penelitiannya.


(24)

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan pendidikan. Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan pendidik dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi peserta didik (Muhith, 2007: 1).

Pembelajaran yang efektif tidak hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas pendidik, tetapi juga ditentukan oleh berbagai elemen atau faktor secara stimulan. Efisiensi dan efektivitas mengajar ditentukan oleh kemampuan pendidik dalam melakukan inovasi atau improvisasi dalam pembelajaran untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi mengajar diperlukan kemampuan pendidik dalam mengembangkan berbagai komponen yang ada dalam pembelajaran (Muhith, 2007: 32-33)

Pembelajaran kimia dapat menggunakan pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan nilai dan hasil belajar peserta didik. Belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari perspektif sosial dan perspetif kognitf. Perspektif sosial artinya setiap peserta didik akan saling membantu dalam belajar agar semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Perspektif kognitif artinya adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi untuk mengolah informasi. Pembelajaran kimia pendidik diiharapkan tidak berperan sebagai


(25)

satu-9

satunnya sumber belajar, akan tetapi harus dapat menfasilitasi agar peserta didik belajar secara aktif dalam tim (Suyanti, 2010: 99-100).

Pembelajaran kimia dapat menggunakan berbagai model yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik dalam kelas. Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia adalah model kooperatif. Kegiatan berlangsung lebih efektif dan meningkatkan kemampuan peserta didik dari berbagai perspektif melalui penerapan model tersebut. Peserta didik dalam kegiatan pembelajaran akan lebih aktif dan proses pembelajaran bersifat student centered bukan teacher centered.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Payri, 2015). Model pembelajaran merupakan landasan dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya dalam kelas. Model pembelajaran digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan pembelajaran di kelas dan aktivitas belajar mengajar. Melalui model pembelajaran peserta didik dibantu oleh pendidik untuk mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide (Suprijono, 2009: 45-46).

Pembelajaran kooperatif disebut juga kelompok belajar, merupakan istilah generik bagi bermacam prosedur inruksional yang melibatkan kelompok kecil yang interaktif. Peserta didik bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka serta dengan kelompok yag lain. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif, para peserta didik saling berbagi, bertukar pikiran


(26)

10

tentang berbagai hal (Warsono dan Hariyanto, 2012: 161). Tujuan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman peserta didik (Slavin, 2005: 33).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima perbedaan, dan pengembangan keterampilan sosial. Model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdepensi peserta didik dalam struktur tugas agar hasil belajar dapat tercapai. Aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi kelompok. Interaksi kelompok dalam kegiatan pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan keterampilan sosial. Komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunkasi, kecakapan bekerja kooperatif dan solidaritas (Suprijono, 2009: 61-62).

Pelaksanaann pembelajaran kooperatif harus diperhatikan beberapa langkah agar implementasi pembelajaran kooperatif dapat berlangsung, antara lain:

a. Pengaturan tempat yang mendukung terbentuknya kelompok yang heterogen, selain itu juga memperhatikan gender, ras/suku, dan yang paling penting adalah heterogen dalam kecakapan peserta didik harus beragam dalam setiap kelompok.

b. Setiap peserta didik mengetahui manfaat dari pembelajaran kooperatif. c. Setiap peserta didik memiliki tugas masing-masing dalam kelompok dan

bertanggungjawab secara mandiri terhadap tugasnya.

d. Tugas dalam kelompok dibagi secara adil oleh semua anggota kelompok (Warsono dan Hariyanto, 2012: 162).


(27)

11

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang terdiri dari beberapa peserta didik dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Anggota kelompok dalam model ini harus heterogen, memiliki kecerdasan yang berbeda, memilik tanggung jawab yang berbeda antar anggota kelompok, namun setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk membantu peserta didik yang lain agar memahami materi pelajaran yang sedang didiskusikan.

Pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini, peserta didik dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok asal dan kelompok ahli. Anggota kelompok pada setiap pertemuan berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa toleransi dan menerima perbedaan. Model pembelajaran kooperatif juga mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. dalam kegiatan pembelajaran peserta didik memiliki memiliki tanggungjawab untuk bertukar informasi dan berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan, sehingga semua anggota kelompok memahami pemecahan permasalahan yang sedang didiskusikan.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menerapkan model diskusi dalam dua tahap. Diskusi tahap pertama, peserta didik dikelompokkan sesuai dengan karakterisitik materi, kelompok ini disebut dengan kelompok asal. Peserta didik dalam kelompok ini mendapat submateri yang berbeda pada setiap anggota kelompok sehingga peserta didik bekerja secara individual. Diskusi tahap kedua dibentuk kelompok ahli yang sesuai dengan materi yang dibahas, kelompok ahli bertugas membahas materi secara mendalam. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk berbagi materi yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli,


(28)

12

sehingga setiap anggota kelompok asal memahami semua materi yang telah didiskusikan (Saefuddin dan Berdiati, 2014: 116).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dirancang untuk meningkatkan akuntabilitas peserta didik. Peserta didik tidak hanya belajar tentang materi pelajaran, tetapi peserta didik juga belajar untuk berbagi dan menjelaskan informasi kepada peserta didik yang lain. Kegiatan pembelajaran peserta didik akan saling bergantung dengan peserta didik yang lain dan bekerja sama dalam mempelajari materi tertentu (Maonde, dkk, 2015)

Pembelajaran sains dapat menggunakan model pembelajaran ini atau dengan mengkolaborasikan dengan model atau metode pembelajaran yang lain. Hal ini dikarenakan, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membuat peserta didik fokus pada topik tertentu (Jansoon, 2008).

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Pendidik menjelaskan topik yang akan dipelajari.

b. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakkan 4-5 peserta didik (kelompok asal).

c. Setiap peserta didik dalam kelompok asal diberi materi dan tugas yang berbeda.

d. Anggota kelompok asal yang mendapat materi yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan materi yang sama. e. Peserta didik kembali ke kelompok asal untuk berbagi hasil diskusi dalam


(29)

13

f. Peserta didik dan pendidik menyimpulkan hasil diskusi (Saefuddin dan Berdiati, 2014: 118-119).

Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang digunakan adalah Jigsaw I dan Jigsaw IV. Model kooperatif tipe Jigsaw I merupakan Model kooperatif Jigsaw yang pada umumnya yakni, peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan dua tahap diskusi. Diskusi pertama peserta didik dalam kelompok asal yang beranggotakan empat peserta didik dan diskusi kedua peserta didik dalam kelompok ahli yang beranggotakan sembilan peserta didik. Peserta didik dalam kelompok asal mendapatkan materi pelajaran yang berbeda-beda yang terdapat pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Peserta didik dalam kelompok ahli merupakan peserta didik yang memiliki LKPD yang sama, peserta didik dalam kelompok ahli memiliki tanggungjawab untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi dan memahami materi yang terdapat di LKPD. Setelah kegiatan diskusi pada kelompok ahli, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk berbagi informasi.

4. Model Pembelajaran Jigsaw IV

Jigsaw IV yang dikembangkan oleh Holliday, mencakup tiga fitur baru yang penting, yaitu pendahuluan, kuis, dan re-teaching setelah penilaian individu (Holliday dalam Jansoon, 2008). Aktivitas belajar model pembelajaran Jigsaw IV dapat diurutkan menjadi sembilan proses, yaitu :

a. Pendahuluan. Pendidik membentuk kelompok asal. Para anggota dari setiap kelompok asal dibagi dalam kelompok-kelompok ahli.


(30)

14

c. Kelompok ahli menjawab pertanyaan dari lembar kerja (LKPD) sebelum kembali ke kelompok asal.

d. Kuis pada materi dalam kelompok ahli digunakan untuk memeriksa akurasi kelompok ahli.

e. Masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk berbagi informasi dengan kelompok asal mereka.

f. Kuis pada semua materi, pada kegiatan ini kelompok paling banyak menjawab soal akan menjadi kelompok yang menang.

g. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

h. Penilaian individu dan kelas. Setiap peserta didik dinilai kembali menggunakan post-test.

i. Re-teaching. Pendidik mengajarkan topik sulit yang ditemukan berdasarkan penilaian post-test (Holliday, 2002).

Kegiatan pembelajaran untuk merangsang minat peserta didik, pendidik menyampaikan pelajaran dengan cara ceramah, presentasi, memberi pertanyaan, menyampaikan masalah, atau menampilkan film. Peserta didik kemudian dibagi menjadi kelompok yang heterogen. Setiap peserta didik diberi lembar kerja peserta didik dengan tema atau topik yang berbeda-beda pada setiap anggota kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV, kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk mengajar semua anggota kelompok asal dan mengerjakan kuis kelompok yang berdasarkan lembar kerja peserta didik (LKPD). Pendidik menelaah dan menjelaskan setiap konsep yang tidak dimengerti oleh peserta didik. peserta didik kemudian mengerjakan kuis individu, dan skor dikombinasikan untuk menghasilkan skor tim keseluruhan. Akhirnya, pendidik


(31)

15

melakukan re-teaching tentang materi yang dianggap masih sulit oleh peserta didik setelah proses penilaian indvidu (Jansoon, 2008). Perbandingan antara model Jigsaw I ,Jigsaw II, Jigsaw III dan Jigsaw IV dapat dilihat pada Tabel 1.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV pada penelitian ini adalah:

a. Pendahulan, pendidik memberikan apersepsi sebelum kegiatatan pembelajaran. b. Pendidik membagi peserta didik menjadi sembilan kelompok, satu kelompok

berisi empat peserta didik.

c. Pendidik memmbagikan LKPD dengan materi yang berbeda-beda.

d. Peserta didik bergabung dengan temannya yang mempunyai LKPD dengan materi yang sama untuk membentuk kelompok ahli.

e. Peserta didik dalam kelompok ahli mencari informasi tentang materi yang dibahasa dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di LKPD. f. Anggota kelompok ahli menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidik.

Pertanyaan diberikan secara lisan dan dijawab secara lisan oleh peserta didik. Tujuan memberikan pertanyaan pada kelompok ahli adalah untuk mengecek pemahaman kelompok ahli tentang materi yang didiskusikan.

g. Peserta didik kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan informasi yang diperoleh dari kelompok ahli.

h. Peserta didik mengikuti kuis kelompok. Kuis kelompok diberikan secara lisan oleh pendidik dan dijawab secara lisan oleh pesert didik. Kuis kelompok dijawab secara kelompok, kelompok yang memiliki nilai paling tinggi merupakan kelompok yang menang.


(32)

16

j. Pendidik melakukan re-teaching. Pendidik menanyakan permasalahan atau kesulitan pada materi yang didiskusikan dan kuis individu. Pendidik akan menjelaskan kembali materi pelajaran dan kuis yang dianggap sulit oleh peserta didik.

Tabel 1. Perbandingan Model Jigsaw I, Jigsaw II, Jigsaw III dan Jigsaw IV

No. Langkah

Pembelajaran

Model Pembelajaran Jigsaw I (Jansoon, 2008) II (Holliday, 2002 ) III (Holliday, 2002 ) IV (Holliday, 2002)

1. Perkenalan - - - √

2. Pembagian kelompok

ke kelompok ahli √ √ √ √

3. Anggota kelompok ahli menjawab soal untuk kelompok ahli

√ √ √ √

4. Kuis - - - √

5. Anggota kelompok kembali ke kelompok asal

√ √ √ √

6. Kuis - - - √

7. Mengevaluasi proses

pembelajaran - - √ √

8. Tes kemampuan individu dan perangkingan

- √ √ √

9. Re-teaching - - - √

5. Aktivitas belajar

Aktivitas belajar adalah kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar dapat bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas belajar akan optimal jika adanya keterkaitan antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental (Sadirman, 2011: 100).


(33)

17

Kegiatan pembelajaran tidak hanya menghafal fakta atau informasi. Belajar merupakan berbuat dan mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik. Proses belajar melibatkan aktivitas fisik dan psikis pada peserta didik, sedangkan pendidik sebagai pendamping/fasilitator yang menfasilitasi agar peserta didik dapat belajar secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan (Arifin dan Setiyawan, 2012: 60).

Peserta didik merupakan makhluk hidup yang didalam dirinya terdapat potensi yang sedang berkembang. Pengajaran efektif menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pengajaran modern menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Peserta didik belajar agar memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan mengembangkan keterampilannya (Hamalik, 2009: 171-172).

Nilai-nilai yang dapat diperoleh dari pengajaran yang menggunakan asas aktivitas yaitu:

a. Peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri b. Peserta didik mampu mengembangkan seluruh kemampuan pribadi secara

integral

c. Memupuk kerjasama antar peserta didik

d. Peserta didik bekerja sesuai minat dan kemampuan sendiri

e. Menciptakan kondisi kelas yang disiplin dan suasana belajar menjadi demokratis


(34)

18

Macam-macam aktivitas belajar berdasarkan kegiatan belajar adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual terdiri dari membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati pekerjaan orang lain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan terdiri dari mengemukakan suatu fakta, menghubungkan dengan kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan terdiri dari mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu suara atau pendapat orang lain.

d. Kegiatan-kegiatan menulis terdiri dari membuat rangkuman, megerjakan tes, mengisi angket dan memeriksa karangan (Hamalik, 2009:172-173).

Jenis- jenis aktivitas belajar yang lain, seperti :

a. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta dan diagram. b. Motor activities seperti melakukan percobaan, bermain dan membuat

konstruksi.

c. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, mengabalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

d. Emotional activities seperti minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, gugup dan tenang (Sadirman, 2011: 101).

Aktivitas belajar adalah kegiatan atau perilaku peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan berupa kegiatan fisik maupun psikis. Aktivitas belajar tidak hanya kegiatan menulis, mendengarkan dan mengahafal materi yang


(35)

19

diberikan oleh pendidik. Aktivitas belajar memiliki banyak jenis, seperti kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional, dan menggambar.

Aspek aktivitas belajar peserta didik dalam penelitian ini, antara lain: a. Kegiatan visual yakni kemampuan membaca materi pelajaran.

b. Kegiatan lisan terdiri dari keaktifan dalam berpendapat, kemampuan bertukar pendapat, kepercayaan diri dalam memberikan penjelasan kepada anggota kelompok, keaktifan mengajukan pertanyaan, kemampuan menanggapi pendapat orang lain dan menjelaskan materi kepada anggota kelompok.

c. Kegiatan menulis terdiri dari kemampuan mengerjakan LKPD, kemampuan mengerjakan soal tes individu, dan menuliskan materi yang akan dijelaskan. d. Kegiatan emosi terdiri dari minat peserta didik dalam diskusi, merasa senang

saat melakukan kegiatan diskusi, dan toleransi antar anggota kelompok.

e. Kegiatan mental terdiri dari kemampuan memecahkan masalah dan bertanggung jawab dengan tugas yang telah diberikan.

f. Kegiatan mendengarkan terdiri dari mendengarkan penyajian materi dari pendidik atau teman yang lain dan mendengarkan pendapat orang lain.

6. Hasil belajar

Hasil belajar dapat berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2009: 5-7). Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor peserta didik dan faktor lingkungan. Faktor yang berasal dari peserta didik berupa kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kemampuan peserta didik berpengaruh sangat besar terhadap hasil belajar peserta didik. Faktor lain yang mempengaruhi


(36)

20

hasil belajar adalah motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis (Sudjana, 2010: 39).

Hasil belajar peserta didik dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi, karena kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui materi pembelajaran yang telah dikuasi oleh peserta didik atau belum dikuasai, dan apakah kegiatan pembelajaran sesuai dengan recana (Djamarah, 2010: 208).

Menurut Oselumese, dkk (2016) hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Lokasi sekolah, lokasi sekolah berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Lokasi sekolah yang tenang dan jauh dari keramaian mampu meningkatkan daya konsentrasi peserta didik.

b. Fasilitas sekolah, fasilitas berupa buku pegangan dan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

c. Teknologi, teknologi sangat berpengaruh untuk peningkatan hasil belajar peserta didik. teknologi yang disediakan oleh pihak berupa LCD, proyektor dan akses internet. Hasil belajar peserta didik akan meningkatkan jika teknologi yang disediakan oleh pihak sekolah dapat digunkan dengan baik, dan teknologi yang disediakan lebih variatif.

Hasil belajar merupakan pencapian peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar pada penelitian ini berupa hasil tes dan hasil kuis indvidu yang dilakukan pada setiap pertemuan. Tes hasil belajar peserta didik menggunakan soal objektif yang berjumlah 50 butir soal dengan lima alternatif jawaban, tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran yakni pada pertemuan


(37)

21

keempat. Kuis individu berupa soal urain yang diberikan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.

7. Reaksi Redoks

Menurut kurikulum 2013 konsep redoks dan tata nama senyawa terdapat di kelas X semester 2 yang terdiri dari dua Kompetensi Dasar (KD), yaitu:

KD 3.9 Menentukan bilangan oksidasi untuk mengindentifikasi reaksi reduksi dan oksidasi serta penamaan senyawa.

KD 4.9 Membedakan reaksi yang melibatkan dan tidak melibatkan perubahan bilangan oksidasi melalui percobaan.

Berdasarkan kedua Kompetensi Dasar tersebut maka materi pembelajaran dijabarkan menjadi tiga materi pembelajaran yaitu:

a. Konsep redoks

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi ada tiga yaitu, konsep reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan oksigen, konsep reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan elektron dan konsep reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan bilangan oksidasi (Mulyanti, 2015: 85-87)

1) Konsep reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan oksigen

Reaksi yang berlangsung tanpa adanya perpindahan elektron biasanya meliputi penggabungan atau pemisahan ion-ion atau molekul-molekul. Reaksi-reaksi yang disertai terjadinya perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain dikenal sebagai reaksi oksidasi-reduksi atau disebut dengan reaski redoks. Sebagai contoh penggabungan satu atom natrium dengan satu atom klor yang dapat dipandang sebagai hasil perpindahan satu elektron dari atom natrium ke atom klor (Sastrohamidjojo, 2010: 107).


(38)

22

Contoh reaksi oksidasi reduksi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan besi logam dari hematit dalam tungku sembur, reaksi kimianya dapat dituliskan sebagai berikut:

Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g)

Pada reaksi di atas CO(g) mengambil atom O dari Fe2O3(s) menghasilkan

3CO2(g) dan unsur bebas besi. Istilah oksidasi berdasarkan reaksi di atas adalah

reaksi zatnya yang memperoleh atom O, sedangkan reduksi adalah reaksi zatnya yang kehilangan atom O. CO(g) adalah zat yang teroksidasi dan Fe2O3(s) adalah

zat yang tereduksi. Pengertian oksidasi dan reduksi berdasarkan pada transfer atom O sangat terbatas, maka muncul konsep reaksi oksidasi reduksi yang lain (Petrucci dkk, 2008: 150).

2) Konsep reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan elektron

Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh suatu zat, sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat. Contoh reaksi oksidasi reduksi adalah besi bereaksi dengan oksigen seperti reaksi berikut:

4Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(g)

Besi yang semula sebagai atom netral yang bermuatan listrik melepaskan elektron membentuk ion Fe3+. Jika oksida besi direduksi menjadi logam besi, maka ionFe3+ mengambil elektron untuk membentuk atom Fe. Reaksi pelepasan dan pengambilan elektron diasosiakan dengan istilah oksidasi dan reduksi (Brady, 1999: 146).

3) Konsep reaksi oksidasi reduksi melibatkan bilangan oksidasi (BO)

Oksidasi menyatakan setiap perubahan kimia yang memberikan arti adanya kenaikan dalam bilangan oksidasi. Reduksi menyatakan setiap penurunan


(39)

23

dalam bilangan oksidasi. Dalam oksidasi dan reduksi yatu kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi dihasilkan dari perpindahan elektron-elektron (Sastrohamidjojo, 2010: 111).

Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g)

Berdasarkan persamaan reaksi di atas, BO oksigen adalah -2 dan BO besi mengalami perubahan. BO besi turun dari +3 pada Fe2O3(s) menjadi 0 pada unsur

bebas besi. BO karbon naik dari +2 pada CO(g) menjadi +4 pada CO2(g). Pada

reaksi di atas, BO beberapa unsur meningkat pada proses oksidasi dan BO beberapa unsur menurun dalam proses reduksi (Petrucci dkk, 2008: 151).

Zat pengoksidasi didefinisikan zat yang di dalam reaksi redoks menyebabkan zat lain mengalami oksidasi. Zat pereduksi adalah zat yang di dalam reaksi redoks menyebabkan zat lain mengalami reduksi (Sudarmo, 2013: 153).

Pada beberapa reaksi oksidasi reduksi terdapat reaksi yang disebut reaksi disproporsionasi yang artinya zat yang sama mengalami oksidasi dan reduksi. Contohnya adalah dekomposisi hidrogen peroksida menghasilkan oksigen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2H2O2(aq) 2H2O(l) + O2(g)

Pada persamaan reaksi di atas bilangan oksidasi oksigen berubah dari -1 pada H2O2 menjadi -2 pada H2O (reduksi) dan menjadi 0 pada O2 (oksidasi). H2O2

pada reaksi di atas mengalami reduksi dan oksidasi sekaligus (Petrucci dkk, 2008: 157).


(40)

24

Bilangan positif maupun negatif yang diberi tanda pada atom dalam sutau senyawa, agar dapat diketahui perubahnnya dalam reaksi redoks disebut bilangan oksidasi (Brady, 1999: 148). Semua atom yang berada dalam unsur, senyawa ataupun ion mempunyai bilangan oksidasi masing-masing. Bilangan oksidasi berfungsi untuk menyatakan muatan yang dimiliki oleh atom (Mulyanti, 2015: 89).

Aturan-aturan untuk menentukan bilangan oksidasi, sebagai berikut:

1) Pada unsur-unsur yang bebas, setiap zat mempunyai bilangan oksidasi 0. Contohnya adalah H2, Na, S8, P4 dan O (Sastrohamidjojo, 2010 : 108).

2) Bilangan oksidasi dari suatu ion yang mengandung satu atom sama dengan muatan yang ada dalam ion. Bilangan oksidasi atom-atom pada ion Na+, Al3+ dan S2- mempunyai bilangan oksidasi +1, +3 dan -2.

3) Jumlah semua bilangan oksidasi dari semua atom dalam senyawa adalah nol. Bilangan oksidasi dari ion yang mengandung banyak atom, jumlah bilangan oksidasinya sama dengan jumlah muatan yang ada pada ion (Brady, 1999: 149).

4) Bilangan oksidasi senyawa kovalen netral ditentukan oleh nilai keelektronegatifan unsur-unsur dalam senyawa. Unsur yang mempunyai keelektronegatifan lebih besar memiliki bilangan oksidasi bernilai negatif, sedangkan unsur yang memiliki keelektronegatifan lebih kecil mempunyai bilangan oksidasi bernilai positif (Mulyanti, 2015: 90).

5) Beberapa unsur mempunyai bilangan oksidasi yang disesuaikan dengan elektron valensi atau nomor golongan (Mulyanti, 2015: 90).


(41)

25

dapat dinyatakan dalam keadaan-keadaan berikut:

a) Molekul-molekul netral, bilangan oksidasi dari semua atom jka dijumlahkan menjadi nol.

b) Ion kompleks (partikel-partikel bermuatan yang mengandung lebih dari satu atom), bilangan oksidasi dari semua atom harus dijumlahkan menjadi sama dengan muatan pada ion (Sastrohamidjojo, 2010: 108-110).

c. Tata nama senyawa

1) Tata nama senyawa anorganik

a) Senyawa biner dari logam dan nonlogam

Senyawa yang terbentuk dari dua unsur, jika unsur penyusunnya dari unsur logam dan nonlogam disebut dengan senyawa biner dari logam dan nonlogam. Aturan penamaan senyawa biner dari logam dan nonlogam adalah tulis nama logam tanpa modifikasi, kemudian tulis nama nonlogam yang dimodifikasi dengan akhiran –ida. Contohnya adalah MgI3 nama senyawanya

adalah magnesium iodida (Petrucci dkk, 2008: 84). b) Senyawa biner dari dua unsur nonlogam

Senyawa biner ini bukan tersusun dari unsur logam dengan unsur nonlogam, tetapi tersusun dari senyawa molekul. Aturan penamaan senyawa ini adalah tulis nama unsur dengan bilangan oksidasi positif kemudian tulis nama unsur dengan bilangan oksidasi negatif dengan akhiran –ida. Contohnya senyawa HCl nama senyawanya adalah hidrogen klorida (Petrucci dkk, 2008: 86).

Penamaan senyawa biner dari dua unsur nonlogam dapat menggunakan sistem awalan dalam bahasa Yunani untuk menunjukkan jumlah atom setiap macam unsur dalam satu molekul zat. Awalan beserta artinya adalah sebagai berikut:


(42)

26

mono- : satu heksa- : enam di- : dua hepta- : tujuh tri- : tiga okta- : delapan tetra- : empat nona- : sembilan penta- : lima deka- : sepuluh

Contohnya adalah NO2 nama senyawanya adalah nitrogen dioksida

(Brady, 1999: 156). c) Ion poliatomik

Ion poliatomik merupakan ion yang tersusun dari dua atau lebih atom. beberapa aturan penamaan ion poliatomik adalah sebagai berikut:

Beberapa anion poliatomik penamaannya diakhiri –ida. Contohnya adalah OH- nama ionnya adalah ion hidrosida. Akhiran yang lazim adalah –it dan –at, dan beberapa berawalan hipo- atau per-.

Nonlogam seperti Cl, N, P dan S membentuk deret anion okso yang mengandung jumlah oksigen berbeda. Penamaanya terkait dengan bilangan oksidasi atom nonlogam yang mengikat atom O, dimulai dari hipo- hingga per-, berdasarkan meningkatnya bilangan oksidasi nonlogam atau meningkatnya jumlah atom oksigen, berikut adalah urutannya:

Hipo----it ---it ---at per---at

Semua anion oksi dari Cl, Br, dan I membawa muatan -1 (Petrucci dkk, 2008: 87). d) Asam dan basa

Asam adalah zat jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion hidrogen. Penamaan senyawa asam diawali dengan kata asam kemudian diikuti nama anion


(43)

27

dengan akhiran –ida. Contonhya, HF nama senyawanya adalah asam fluorida (Sri Mulyanti, 2015: 29).

Basa adalah zat jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion hidroksida. Ion hidroksida berikatan dengan kation logam terutama golongan alkali, alkali tanah dan logam alumunium. Penamaan senyawa basa adalah nama logam diikuti dengan nama hidroksida. Contohnya, NaOH nama senyawanya adalah natrium hidroksida (Mulyanti, 2015: 30).

2) Tata nama senyawa organik

Semua senyawa organik mengandung atom karbon, hampir semua mengandung hidrogen, oksigen, nitrogen atau sulfur. Terdapat banyak senyawa organik di alam dan molekulnya juga rumit, nama senyawa organik juga rumit. Penamaan senyawa organik dapat menggunakan nama umum dan nama sitematik (Petrucci dkk, 2008: 90).

a) Hidrokarbon

Hidrokarbon merupakan senyawa hanya yang mengandung atom karbon dan hidrogen. Hidrokarbon dikelompokkan menjadi tiga yaitu: alkana, alkena dan alkuna. Alkana adalah hidrokarbon yang hanya mengandung ikatan tunggal. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6) dan propana (C3H8). Alkena adalah

hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua. Contohnya adalah etuna (C2H4) dan propena (C3H6) (Petrucci dkk, 2008: 91).

b) Alkohol

Senyawa hidrokarbon yang mengandung gugus hidroksil (Petrucci dkk, 2008: 97). Contohnya adalah CH3OH (metanol) dan C5H5OH (etanol) (Unggul


(44)

28 c) Asam karboksilat

Senyawa hidrokarbon yang mengandung gugus karboksilat (Petrucci dkk, 2008: 97). Contohnya adalah CH3COOH (asam etanoat atau asam asetat) dan

HCOOH (asam metanoat) (Sudarmo, 2013: 186). B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Maritya Dyah Minyaningrum (2011)

tentang “Perbandingan Keefektifan antara Metode Pembelajaran Jigsaw dan

Syndicate Group Terhadap Motivasi, Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia Siswa

Kelas X SMA Negeri 2 Cilacap Tahun Ajaran 2010/2011” menyimpulkan bahwa

ada perbedaan pada aktivitas belajar peserta didik kelas X semester 2 SMA Negeri Cilacap tahun ajaran 2010/2011 dengan menggunakan model Jigsaw dan model syindicate group. Penelitian ini relevan pada aspek aktivitas belajar kimia peserta didik dan model pembelajaran tipe Jigsaw dan analisis data yang digunakan menggunakan uji-t sama subjek dan uji-t beda subjek. Berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukkan ada peningkatan aktivitas belajar peserta didik yang menggunakan model Jigsaw. Penelitian ini berbeda pada lokasi penelitian dan sampel penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah (2015) tentang “Perbedaan Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Scientific Approach dan Model Direct Intruction Pada Materi Laju Reaksi Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Tahun Ajaran 2014/2015” menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw berbasis scientific approach


(45)

29

dengan model direct intruction pada materi laju reaksi jika kemampuan awal dikendalikan. Penelitian ini relevan pada model pembelajaran tipe Jigsaw, analisis data menggunakan analisis anakova dan variabel terikat. Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan ada peningkatan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model Jigsaw. Penelitian ini berbeda pada lokasi penelitian dan sampel penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Turkmen dan Buyukaltay (2015) tentang “which one is better? Jigsaw II versus Jigsaw IV on the Subject of the Building Blocks of Matter and Atom” menyimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw IV. Penelitian ini relevan pada aspek hasil belajar kimia peserta didik, model pembelajaran tipe Jigsaw IV dan analisis data menggunkana uji-t melalui program SPSS. Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan ada peningkatan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model Jigsaw IV. Penelitian ini berbeda pada lokasi penelitian, sampel penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Timayi, dkk (2015) tentang “Effects of Jigsaw IV Cooperative Learning Strategy (J4CLS) on Academic Performance of Secondary School Students in Geometry” menyimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar peserta didik yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan lecture method. Kegiatan pembelajaran pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV memusatkan kegiatan pembelajaran yang memusatkan pada peserta didik (student centered). Penelitian ini relevan pada aspek hasil belajar kimia peserta didik dan model pembelajaran tipe Jigsaw IV dibandingkan dengan Jigsaw II. Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan ada


(46)

30

peningkatan aktivitas belajar peserta didik yang menggunakan model Jigsaw IV. Penelitian ini berbeda pada lokasi penelitian, sampel penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berupa uji anova.

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah baik sekolah formal ataupun nonformal berjalan hanya satu arah, pendidik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan peserta didk kurang aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berpusat pada pendidik bukan peserta didik. Suasana kelas yang kurang menyenangkan juga membuat peserta didik menjadi pasif dan merasa tertekan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini, menyebabkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta menjadi kurang muncul. Peserta didik hanya mendengarkan dan menerima materi pelajaran tanpa ikut berperan dalam berbagi dan mengumpulkan informasi, hal ini menyebabkan hasil belajar dan beberapa indikator aktivitas belajar peserta didik kurang muncul. Kegiatan pembelajaran perlu dilakukan inovasi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan menyenangkan, agar proses pembelajaran tidak bersifat teacher centered melainkan student centered. Salah satu kegiatan pembelajaran yang inovatif adalah dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pelaksanaan kurikulum 2013, pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran, maka pendidik hendaknya menyiapkan model pembelajaran yang variatif, inovatif, dan kreatif. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pendidik hanya berperan sebagai fasilator kegiatan pembelajaran.


(47)

31

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, merupakan model pembelajaran yang menyenangkan dan bersifat student centered. Peserta didik tidak menjadi objek dalam kegiatan pembelajaran, teapi berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pendidik hanya berperan sebagai failitator, pendidik akan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Peserta didik dalam kegiatan pembelajaran akan bertanggung jawab dengan semua tugas yang diberikan dan bertanggung jawab dengan anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan materi yang dipelajari kepada peserta didik yang lain.

Penelitian ini menerapkan model pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw IV. Penggunaan dua model pembelajaran ini diikuti dengan membandingkan aktivitas belajar kimia dan hasil belajar kimia peserta didik. Perbedaan model pembelajaran ini diharapkan mampu membedakan aktivitas belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan dua model pembelajaran memungkikan hasil belajar peserta didik juga berbeda, sehingga dapat diketahui model pembelajaran yang baik untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah:

1. Ada perbedaan signifikan antara aktivitas belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Mertoyudan yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dengan Jigsaw I.

2. Ada perbedaan signifikan antara aktivitas belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Mertoyudan yang sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV.


(48)

32

3. Ada perbedaan signifikan antara aktivitas belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Mertoyudan yang sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I.

4. Ada perbedaan signifikan hasil belajar kimia peserta didik di SMA Negeri 1 Mertoyudan yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw IV dan Jigsaw I, jika kemampuan awal


(49)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian termasuk penelitian quasi experimental posttest only design dan pretest posttest design dengan pendekatan kuantitatif. Posttest only design digunakan untuk variabel hasil belajar dan variabel aktivitas belajar peserta didik menggunakan pretest posttest design. Perlakuan yang diberikan untuk kelas X MIA 3 dengan menerapkan model kooperatif tipe Jigsaw I dan kelas X MIA 4 menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw IV.

B. Waktu dan Tempat Penelitan

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Januari-28 Februari 2017 di SMA Negeri 1 Mertoyudan, Magelang.

C.Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian meliputi tiga jenis variabel, yaitu : 1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian meliputi pembelajaran kimia dengan model pembelajaran Jigsaw tipe I dan Jigsaw tipe IV.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat meliputi hasil belajar peserta didik dan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran kimia.

3. Variabel Kontrol

Variabel yang dikendalikan adalah kemampuan awal peserta didik yaitu nilai hasil ulangan pada materi elektrolit dan nonelektrolit.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi penelitian


(50)

34

Populasi penelitian adalah peserta didik kelas X semester II SMA Negeri I Mertoyudan tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 141 peserta didik yang terbagi dalam 4 kelas.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X MIA 3 sebanyak 36 peserta didik dan kelas X MIA 4 sebanyak 36 peserta didik. Kelas X MIA 3 menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw I dan kelas X MIA 4 menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw IV.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian adalah purposive sampling yang artinya teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015: 99). Sampel dipilih kelas yang kondusif, jumlah peserta didik yang sama, kesamaan pendidik yang mengampu mata pelajaran kimia dan mempertimbangkan nilai ulangan pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ada dua, yaitu RPP untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw I dan RPP untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw IV. RPP model pembelajaran Jigsaw I dapat dilihat pada Lampiran 1. RPP model pembelajaran Jigsaw IV dapat dilihat pada Lampiran 2.


(51)

35 b. Lembar Observasi Aktivitas Belajar

Lembar observasi aktivitas belajar berisi pertanyaan yang akan diisi oleh observer. Lembar observasi aktivitas belajar peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 3. Peneliti menggunakan lembar obervasi aktivitas belajar peserta didik yang diadaptasi dari Maritya Dyah Nindyaningrum dalam skripsi yang berjudul

“Perbandingan Keefektifan antara Metode Pembelajaran Jigsaw dan Syndicate

Group Terhadap Motivasi, Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia Peserta didik

Kelas X SMA Negeri 2 Cilacap Tahun Ajaran 2010/2011”.

Tabel 2. Kisi – Kisi Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Belajar

No. Indikator Nomor Pernyataan Jumlah Butir

1. Kegiatan visual 1 1

2. Kegiatan lisan 2, 3, 4, 5, 6, 7 6

3. Kegiatan Menulis 8, 9, 10 3

4. Kegiatan emosi 11, 12, 13 3

5. Kegiatan mental 14, 15 3

6. Kegiatan mendengarkan 16, 17 2

Jumlah total 17

c. Angket Aktivitas Belajar

Angket aktivitas belajar berisi pertanyaan yang akan diisi peserta didik. Angket aktivitas belajar kimia peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 4. Peneliti menggunakan angket aktivitas belajar peserta didik yang diadaptasi dari Maritya Dyah Nindyaningrum yang berjudul “Perbandingan Keefektifan antara Metode Pembelajaran Jigsaw dan Syndicate Group Terhadap Motivasi, Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia Peserta didik Kelas X SMA Negeri 2 Cilacap Tahun

Ajaran 2010/2011”. Angket aktivitas belajar kimia peserta didik divalidasi secara

logis oleh dosen pembimbing dan ibu Dr. Eli Rohaeti, namun tidak divalidasi secara empiris.


(52)

36

Tabel 3. Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik No. Aspek

Indikator

Bentuk

Pernyataan Σ Positif Negatif 1. Kegiatan

Visual

Kemampuan membaca materi pelajaran

1 8 2

2. Kegiatan Lisan

Keaktifan dalam berpendapat 3,4 0 10 3

Kemampuan bertukar pendapat 5 13 2

Kepercayaan diri dalam

memberikan penjelasan kepada anggota kelompok

7, 29 2

Keaktifan mengajukan pertanyaan 6, 9 36 3 Kemampuan menanggapi pendapat

orang lain

11 16 2

Menjelaskan materi kepada anggota kelompok

12 26, 31 3 3. Kegiatan

Menulis

Kemampuan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

14 22, 33 3 Kemampuan mengerjakan soal tes

individu

15,25 18 3

Menuliskan materi yang akan dijelaskan

17 2 2

4. Kegiatan Emosi

Minat Siswa dalam berdiskusi 19 4 2 Merasa senang saat melakukan

kegiatan diskusi

21 37 2

Toleransi antar anggota kelompok 23 38 2 5. Kegiatan

Mental

Kemampuan memecahkan masalah 24 28 2 Bertanggung jawab dengan tugas

yang telah diberikan

26 39 2

6. Kegiatan Mendeng arkan

Mendengarkan penyajian materi dari pendidik atau teman yang lain

27, 32 34 3 Mendengarkan pendapat orang lain 35, 20 2

JUMLAH 40

d. Soal Hasil Belajar

Soal hasil belajar terdiri dari 50 butir soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Soal hasil belajar kimia peserta didik divalidasi secara logis dan empiris. Penyusunan soal didahului dengan penyusunan kisi-kisi soal hasil belajar kimia peserta didik untuk memenuhi validitas logis. Validasi soal hasil belajar kimia peserta didik dilakukan oleh dosen pembimbing. Validasi empiris soal hasil belajar kimia peserta didik dilakukan dengan menguji soal-soal hasil


(53)

37

belajar kimia peserta didik selain kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I dan Jigsaw IV. Soal hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah divalidasi dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Kisi-kisi soal hasil belajar kimia peserta didik pada materi redoks sebelum dan sesudah validasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Peserta Didik

Materi pelajaran Aspek Kognitif

Σ

C1 C2 C3 C4

Perkembangan reaksi reaksi redoks

1, 2*, 3*, 4*, 8*, 12*, 16*, 39*, 30*, 22*

38* 11

Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa dan ion 9*, 40*, 43*, 44*, 45, 46,

5*, 6*, 7*, 10, 11*, 14*, 15*, 18*, 19*, 21*, 23*, 26*, 27*, 29*, 31*, 32*, 33*, 34*, 35*,36, 37*, 41*, 43*, 47, 48*, 50*

32 Tata nama senyawa 13, 17, 20*, 24*, 25, 28*, 49* 7 Jumlah butir soal total

10 13 26 1 50

Jumlah butir soal valid

9 8 23 1 40

Keterangan: * adalah butir soal yang valid e. Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) digunakan peserta didik untuk berdiskusi dalam kelompok asal dan kelompok ahli. LKPD pada setiap pertemuan mempunyai empat jenis dengan submateri pelajaran yang berbeda-beda. LKPD berisi materi pelajaran dan pertanyaan yang harus dijawab peserta didik dalam kelompok asal. LKPD yang digunakan di kelas Jigsaw I maupun Jigsaw IV adalah sama, LKPD dapat dilihat pada lampiran 7.


(54)

38

Instrumen soal hasil belajar kimia harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.

1) Validitas Butir Soal

Validitas merupakan syarat terpenting dalam instrumen penilaian. Instrumen penilaian yang valid adalah instrumen yang dapat mengukur apa sebenarnya yang akan diukur (Purwanto, 2013: 138). Validitas butir soal objektif dengan menggunakan rumus korelasi point biserial :

rpbis =� −����

Keterangan :

rpbis : korelasi point biserial

Mp : rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya

Mt : rerata skor total SB : simpangan baku

p : proporsi peserta didik yang menjawab benar

q : proporsi peserta didik yang menjawab salah (Arikunto, 2012: 93)

Harga rpbis dikonsultasikan dengan harga rTabel pada taraf signifikan 5 %. Bila

harga rpbis > rTabel , maka butir soal valid dan dapat diujikan.

2) Reliabilitas Butir Soal

Butir soal yang reliabel jika butir soal tersebut digunakan oleh orang atau kelompok yang sama dalam waktu yang berbeda atau butir soal digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau waktu yang berbeda hasilnya tetap atau konsisten (Suryabrata, 2012: 58). Penentuan reliabilitas soal pilihan ganda yang valid dicari dengan menggunakan rumus KR-20, yaitu :


(55)

39 r11 = k−� [� −Ó

�� ] Keterangan :

r11 : koefisien reliabilitas soal

k : jumlah butir soal

Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q SB : simpangan baku (Arikunto, 2012: 115)

Kriteria koefisien reliabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut : < 0,200 : tidak reliabel

0,200-0,399 : reliabilitas rendah 0,400-0,599 : reliabilitas sedang 0,600-0,799 : reliabilitas tinggi

0,800-1,000 : reliabilitas sangat tinggi (Arikunto, 2012: 75). 2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan 4 teknik, yaitu ujian, angket, observasi dan dokumentasi.

a. Teknik Ujian

Teknik ujian dilakukan untuk mengumpulkan data hasil belajar kimia peserta didik. Data hasil belajar kimia peserta didik diperoleh dari tes hasil belajar setelah kegiatan pembelajaran selesai.

b. Teknik Angket

Teknik angket dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar kimia peserta didik. Data aktivitas belajar peserta didik diperoleh dari skor angket aktivitas belajar kimia peserta didik yang diisi sebelum dan setelah proses pembelajaran.


(56)

40

Teknik observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi aktivitas belajar peserta didik pada setiap pertemuan. Observasi dilakukan oleh observer yaitu mahasiswa Jurusan Kimia UNY dan UNNES yang bernama Herfina Prasetyaning Dewi, Zamuruda Silmi, Rahayu Septiana dan Aulia Parahita.

d. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan peserta didik yang berupa nilai ujian materi elektrolit dan nonelektrolit. Data yang diperoleh berupa data nilai mentah dalam bentuk Ms. Ecxel.

F. Teknik analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis yaitu anakova, uji t sama subjek dan uji t beda subjek. Sebelum dilakukan analisis data, dilakukan uji persyaratan hipotesis.

1. Uji persyaratan a. Uji Homonegitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang sama atau tidak (Arikunto, 2012: 414). Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan terhadapap data kemampuan awal, hasil belajar, aktivitas belajar awal dan aktivitas belajar akhir. Langkah-langkah uji homogenitas melalui SPSS Edisi 21 yaitu :

1) Membuka program SPSS edisi 21.

2) Klik Variabel View, selanjutnya pada bagian Name tulis X dan Y, pada Decimals ubah semua menjadi angka 0, pada label tulis data yang ingin dianalisis (kemampuan awal peserta didik/hasil belajar peserta didik/aktivitas awal peserta didik/aktivitas akhir peserta didik) dan tulis nama kelas berupa kode 1 untuk kelas X MI3 dan 2 untuk kelas X MIA 4.


(57)

41

3) Klik Data View dan memasukkan data yang ingin dianalisis (kemampuan awal peserta didik/hasil belajar peserta didik/aktivitas awal peserta didik/aktivitas akhir peserta didik) pada kolom X dan nama kelas pada kolom Y.

4) Klik Analyze Descriptives Statistics Explore. 5) Memilih X sebagai Dependent List dan Y sebagai Factor List. 6) Klik tombol Plots.

7) Pilih Levene Test untuk Unstransormed.

8) Klik Continue Ok (Nisfiannoor, 2009: 88).

Data berasal dari populasi yang homogen jika nilai signifikan (p)> 0,05 (Nisfianoor, : 103) Pada program SPSS Edisi 21 dapat dilihat pada Tabel Based on Mean jika diperoleh lebih besar dari 0,05 maka data yang dianalisis homogen. b. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dari data penelitian terdistribusi normal atau tidak (Hasibuan, Syah, dan Supardi, 2009: 67). Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan terhadapap data kemampuan awal, hasil belajar, aktivitas belajar awal dan aktivitas belajar akhir. Langkah-langkah uji normalitas melalui SPSS Edisi 21 yaitu :

1) Membuka program SPSS edisi 21.

2) Klik Variabel View, selanjutnya pada bagian Name tulis X dan Y, pada Decimals ubah semua menjadi angka 0, pada label tulis data yang ingin dianalisis (kemampuan awal peserta didik/hasil belajar peserta didik/aktivitas awal peserta didik/aktivitas akhir peserta didik) dan tulis nama kelas berupa kode 1 untuk kelas X MIA 3 dan 2 untuk kelas X MIA 4.


(58)

42

3) Klik Data View dan memasukkan data yang ingin dianalisis (kemampuan awal peserta didik/hasil belajar peserta didik/aktivitas awal peserta didik/aktivitas akhir peserta didik) pada kolom X dan nama kelas pada kolom Y.

4) Klik Analyze Descriptives Statistics Explore.

5) Memilih X sebagai Dependent List dan Y sebagai Factor List. 6) Klik tombol Plots.

7) Pilih Normality Test With Plots. 8) Klik Continue Ok.

Data berasal dari populasi yang homogen jika nilai signifikan (p)> 0,05 (Nisfiannoor, 2009: 103) Pada program SPSS Edisi 21 dapat dilihat pada Tabel Test of Normality pada kolom Shapiro-Wilk jika nilai signifikan diperoleh lebih besar dari 0,05 maka data yang dianalisis normal.

c. Uji Korelasi Pearson

Uji korelasi digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel. Koefisein korelasi positif jika tinggi rendahnya setiap skor pada suatu variabel akan diikuti secara konsisten oleh variabel yang lain. Koefisien korelasi rendah negatif jika tinggi rendahnya setiapa skor tidak diikuti oleh variabel yang lain.

Pada penelitian ini uji korelasi dilakukan terhadap data kemampuan awal yang dikorelasikan dengan hasil belajar dan aktivitas belajar menggunakan program SPSS 21. Menurut Nissfianoor (2009) langkah-langkah uji korelasi Pearson adalah sebagai berikut:

1) Masukkan data kemampuan awal dan hasil belajar peserta didik pada Data View.


(1)

200

Lampiran 19. Analisis Deskriptif Skor Aktivitas Belajar Kimia

Analisis Deskriptif Skor Aktivitas Belajar Kimia Skor tertinggi ideal = Σ butir kriteria x skor tertinggi

= 17 x 5 = 85

Skor terendah ideal = Σ butir kriteria x skor terendah = 17 x 1

= 17

�̅i = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) = (85 + 17)

= 51

Sbi = ( ) ( ) (skor maksimal ideal – skor minimal ideal) = ( ) ( ) (85-17)

= 11.33

No. Rumus Kategori

1. X > �̅i + 1,8 Sbi SB (Sangat Baik) 2. �̅i + 0,6 Sbi < X ≤ �̅i + 1,8 Sbi B (Baik)

3. �̅i - 0,6 Sbi < X ≤ �̅i + 0,6 Sbi C (Cukup) 4. �̅i - 1,8 Sbi < X ≤ �̅i - 0,6 Sbi K (Kurang)


(2)

201

Lampiran 19. Analisis Deskriptif Skor Aktivitas Belajar Kimia

Hasil Analisis Deskriptif Skor Aktivitas Belajar Kimia

No. Jigsaw I

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

1 61,17647 B 61,17647 B 72,94118 SB

2 90,58824 SB 89,41176 SB 92,94118 SB

3 88,23529 SB 90,58824 SB 90,58824 SB

4 87,05882 SB 92,94118 SB 92,94118 SB

5 57,64706 C 72,94118 SB 74,11765 SB

6 71,76471 SB 80 SB 83,52941 SB

7 74,11765 SB 88,23529 SB 90,58824 SB

8 83,52941 SB 87,05882 SB 87,05882 SB

9 74,11765 SB 78,82353 SB 81,17647 SB

10 71,76471 SB 76,47059 SB 77,64706 SB

11 67,05882 B 69,41176 B 71,76471 SB

12 74,11765 SB 83,52941 SB 87,05882 SB

13 71,76471 SB 80 SB 80 SB

14 71,76471 SB 78,82353 SB 80 SB

15 71,76471 SB 78,82353 SB 80 SB

16 88,23529 SB 89,41176 SB 92,94118 SB

17 84,70588 SB 87,05882 SB 89,41176 SB

18 82,35294 SB 84,70588 SB 88,23529 SB

19 76,47059 SB 77,64706 SB 81,17647 SB

20 76,47059 SB 77,64706 SB 81,17647 SB

21 57,64706 C 74,11765 SB 78,82353 SB

22 85,88235 SB 85,88235 SB 88,23529 SB

23 82,35294 SB 85,88235 SB 88,23529 SB

24 48,23529 C 41,17647 K 43,52941 K

25 72,94118 SB 70,58824 B 71,76471 SB

26 81,17647 SB 81,17647 SB 87,05882 SB

27 80 SB 82,35294 SB 87,05882 SB

28 84,70588 SB 87,05882 SB 89,41176 SB

29 89,41176 SB 90,58824 SB 90,58824 SB

30 87,05882 SB 83,52941 SB 84,70588 SB

31 67,05882 BB 63,52941 B 63,52941 B

32 72,94118 SB 74,11765 SB 81,17647 SB

33 57,64706 C 58,82353 B 62,35294 B

34 84,70588 SB 84,70588 SB 87,05882 SB

35 65,88235 B 65,88235 B 67,05882 B


(3)

202

Lampiran 19. Analisis Deskriptif Skor Aktivitas Belajar Kimia

Hasil Analisis Deskriptif Skor Aktivitas Belajar Kimia

Data observasi aktivitas belajar kimia peserta didik kelas X MIA 4

No. Jigsaw IV

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

1 83,52941 SB 81,17647 SB 83,52941 SB

2 83,52941 SB 81,17647 SB 81,17647 SB

3 69,41176 B 78,82353 SB 71,76471 SB

4 77,64706 SB 80 SB 78,82353 SB

5 67,05882 B 75,29412 SB 69,41176 B

6 85,88235 SB 87,05882 SB 84,70588 SB

7 75,29412 SB 78,82353 SB 77,64706 SB

8 78,82353 SB 84,70588 SB 81,17647 SB

9 88,23529 SB 92,94118 SB 84,70588 SB

10 81,17647 SB 83,52941 SB 82,35294 SB

11 75,29412 SB 77,64706 SB 77,64706 SB

12 84,70588 SB 85,88235 SB 87,05882 SB

13 82,35294 SB 85,88235 SB 78,82353 SB

14 84,70588 SB 91,76471 SB 85,88235 SB

15 82,35294 SB 85,88235 SB 82,35294 SB

16 75,29412 SB 78,82353 SB 74,11765 SB

17 87,05882 SB 87,05882 SB 88,23529 SB

18 83,52941 SB 88,23529 SB 82,35294 SB

19 78,82353 SB 85,88235 SB 80 SB

20 80 SB 80 SB 78,82353 SB

21 78,82353 SB 82,35294 SB 80 SB

22 77,64706 SB 82,35294 SB 78,82353 SB

23 82,35294 SB 81,17647 SB 82,35294 SB

24 68,23529 B 71,76471 SB 70,58824 B

25 72,94118 SB 78,82353 SB 75,29412 SB

26 88,23529 SB 92,94118 SB 89,41176 SB

27 65,88235 B 71,76471 SB 67,05882 B

28 85,88235 SB 91,76471 SB 87,05882 SB

29 75,29412 SB 71,76471 SB 78,82353 SB

30 72,94118 SB 72,94118 SB 74,11765 SB

31 75,29412 SB 70,58824 SB 75,29412 SB

32 82,35294 SB 88,23529 SB 83,52941 SB

33 64,70588 B 65,88235 B 64,70588 SB

34 75,29412 SB 74,11765 SB 75,29412 SB

35 84,70588 SB 89,41176 SB 83,52941 SB


(4)

203

Lampiran 19. Analisis Deskriptif Skor Aktivitas Belajar Kimia

Kategori Aktivitas Belajar Kimia Peserta Didik Kategori

Aktivitas Belajar

Kelas Jigsaw I

Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3 Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3

Σ % Σ % Σ % Σ % Σ % Σ %

SB 29 81% 29 81% 32 89% 30 84% 35 97% 33 92%

B 3 8% 6 16% 3 8% 6 16% 1 3% 3 8%

C 4 11% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

K 0 0% 1 3% 1 3% 0 0% 0 0% 0 0%


(5)

204 Lampiran 20. Kelompok Diskusi Kelas Jigsaw I

Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7 Kel. 8 Kel. 9 Prawira Ratna Iqbal Dian Zayyan Sultan Anjeli Hafiz Hendra Pradipta Afdal Ananda Diffana Abigail Syahrul Dinda Daffa Michael Febrina Aziza Anis Rini Sovia Orisa Nuri Yunita Wisnu Nia Yoga alfiyah Reza Avina Della Dhea Anaya Yunnisa Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7 Kel. 8 Kel. 9 Nia Della Iqbal Yoga Anjeli Michael Anaya Zayyan Aziza Febrina Orisa Anis Yunnisa Yunnisa Hendra Daffa Dinda Dian Ratna Syahrul Afdal Reza Sultan Avina Yunita Dhea Diffan Prawira Pradipta Ananda Alfiyah Wisnu Sovia Hafiz Nuri Rini

Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7 Kel. 8 Kel. 9 Della Dian Yunnisa Diffana Orisa Sultan Anjeli Prawira Sovia Wisnu Nuri Yunita Michael Afdal Iqbal Reza Ratna Nuri Pradipta Anis Hafiz Anaya Ananda Dhea Aziza Nia Dinda Yoga Hendra Daffa Alfiyah Syahrul Zayyan Abigail Febrina Avina


(6)

205 Lampiran 21. Kelompok Diskusi Kelas Jigsaw IV

Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7 Kel. 8 Kel. 9 safira Heni Anisa Mirnala Shella Kharisma Fajar Alfinda Anandha Meika Cheryl Dina Sherin Syarifatul Naufal Fikri akbar Kurnia Hajid Happy Dita Farah Utami Daffa Bintang Robby Devina Pandu Nur Diwang Rizma Veronica Bagas Hafiludin Fahdan Joti

Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7 Kel. 8 Kel. 9 Fikri Akbar Utami Nur Kharisma Pandu Anandha Meika Farah Fahdan Fajar Syarifatul Sherin Bagas Robby Kurnia Safira Anisa Diwang Hajid Shella Risma Daffa Cheryl Joti Alfinda Dina Dita Bintang Veronica Heni Naufal Happy Devina Hafiludin Mirnala

Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7 Kel. 8 Kel. 9 Shella Bagas Fahdan Meika Bintang Hajid Anandha Dita Fajar Utami Naufal Farah Safira Daffa Nur Alfinda Joti Cheryl Syarifatul Kharisma Happy Risma Anisa Heni Devina Kurnia Akbar Veronica Pandu Robby Sherin Dina Fikri Diwang Hafiludin Mirnala