EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD PALBAPANG BARU.

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD PALBAPANG BARU

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Anida Mikantri NIM 13108244025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD PALBAPANG BARU

Oleh: Anida Mikantri NIM 13108244025

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui efektivitas penggunaan media grafis terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V SD Palbapang Baru.

Pendekatan penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian eksperimen dalam desain eksperimen semu (quasi-experimental design). Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group, sehingga ada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini. Populasi penelitian ini ialah seluruh siswa kelas V yang semua berjumlah 42 siswa yang terdiri dari 21 siswa kelas VA dan 21 siswa kelas VB. Kelas VA sebagai kelompok eksperimen, dan kelas VB sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes kinerja berupa observasi, angket, dan dokumentasi. Instrumen penelitan diuji melalui uji validasi product moment, uji reliabilitas cronbach alpha. Teknik analisis data menggunakan uji t dengan melalui uji prasyarat analisis terlebih dahulu yaitu uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan uji Lavene.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media grafis efektif terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V SD Palbapang Baru. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan uji t dimana diperoleh thitung > ttabel yaitu 6.532 > 2.093 dan Asymptotic Sig < taraf signifikansi 5% yaitu 0,000 < 0,05. Maka dapat diartikan bahwa keaktifan belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Dengan demikian menunjukkan bahwa penggunaan media grafis efektif terhadap keaktifan belajar siswa.


(3)

THE EFFECTIVENESS OF THE USE OF GRAPHIC MEDIA TOWARD THE LIVELINESS OF STUDENT LEARNING ON CIVIC EDUCATION

SUBJECT IN V GRADE PALBAPANG BARU STATE ELEMENTARY SCHOOL

By: Anida Mikantri NIM 13108244025

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the effectiveness of the use of graphic media toward the liveliness of student learning in civics subjects V grade of Palbapang Baru state elementary school.

This research using quantitative approach which is experimental research in experimental design challenges. This research uses Nonequivalent Control Group, so there is a control group and experimental group used in this research. The population of this research is all students of V grade with total number 42 students, consisting 21 students from VA class and 21 students from VB class.VA Class as a group of experiments, and class VB as a control group. Data collection techniques in this research are using performance tests in the form of observation, question form, and documentation. The research instruments are tested through validation test product moment, and reliability test cronbach alpha. Data analysis techniques using t-test with the prerequisite analysis in advance i.e. normality test with the Kolmogorov-Smirnov test and homogeneity test with Lavene test

The results of this research shows that the use of graphic media effective toward the liveliness of student learning in civics subjects V grade of Palbapang Baru state elementary school. It is proved by the results of the calculation of t test which obtained tcount> ttable i.e. 6,532 > 2.093 and Asymptotic Sig significance level 5% < i.e. 0.000 < 0.05. Then it can be concluded that the liveliness of students learning in experimental group is higher than the control group. Thus suggest that the use of graphic media effective against the liveliness of student learning.

Keywords: Media graphics, Liveliness learning.


(4)

(5)

(6)

(7)

MOTTO

Pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan, tapi harus dicari pula dengan semangat dan disertai ketekunan.


(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Orang tua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Akripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Grafis Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas V SD Palbapang Barudapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd. selaku Dosen Pemimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd. selaku Validator Instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd., Drs. Sigit Dwi Kusrahmadi, M.Si., dan Estu Miyarso, M.Pd. selaku Ketua Penguji, Sekretaris Penguji, dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

4. Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku ketua Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

5. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelakasanaan Tugas Akhir Skripsi.

6. Rahayu Condro Murti, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan. 7. Suwarni, S.Pd. selaku Kepala SD Palbapang Baru yang telah memberi ijin dan


(10)

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

ABSTRAK ...ii

SURAT PERNYATAAN...iv

LEMBAR PERSETUJUAN...v

LEMBAR PENGESAHAN ...vi

MOTTO ...vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C.Batasan Masalah ...5

D.Rumusan Masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN TEORI A.Keaktifan Belajar ...8

1. Pengertian Keaktifan Belajar ...8

2. Kriteria Keaktifan Belajar ...12

3. Klasifikasi Keaktifan Belajar ...18

4. Prinsip Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa ...22

B. Media Pembelajaran ...25

1. Pengertian Media Pembelajaran ...25

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran ...26

3. Manfaat Media Pembelajaran ...29

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ...31

C.Media Grafis ...35

1. Pengertian Media Grafis ...35

2. Jenis-jenis Media Grafis ...36

3. Kelebihan Media Grafis ...42

4. Kekurangan Media Grafis ...42

D.Pendidikan Kewarganegaraan ...43

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ...43

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...44

E. Pemanfaatan Media Grafis dalam Pembelajaran PKn ...45


(12)

2. Materi ...47

F. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ...48

G.Kerangka Pikir ...51

H.Penelitian yang Relevan ...54

I. Hipotesis Penelitian ...55

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ...56

B. Setting Penelitian ...57

C.Populasi Penelitian ...58

D.Variabel Penelitian ...58

E. Definisi Operasional Variabel ...59

F. Teknik Pengumpulan Data ...60

G.Instrumen Penelitian ...62

H.Uji Validasi dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...66

I. Teknik Analisis Data ...68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Populasi Penelitian ...72

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...73

C. Uji Prasyarat Analisis ...83

D. Uji Hipotesis ...84

E. Pembahasan ...86

F. Keterbatasan Penelitian ...92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...94

B. Implikasi ...94

C. Saran ...95

DAFTAR PUSTAKA ...96


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Materi ... 48

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 63

Tabel 3. Interpelasi Data ... 68

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 68

Tabel 5. Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif Penelitian ... 71

Tabel 6. Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Palbapang Baru ... 72

Tabel 7. Kriteria Keaktifan Belajar ... 75

Tabel 8. Hasil Statistik Nilai Awal (Pretest) Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 76

Tabel 9. Hasil Statistik Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 77

Tabel 10. Harga Statistik Nilai Akhir (Posttest) Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 78

Tabel 11. Harga Statistik Nilai Akhir Angket Keaktifan Belajar Ssiswa Kelompok Eksperimen ... 79

Tabel 12. Harga Statistik Nilai Awal (Pretest) Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 80

Tabel 13. Harga Statistik Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 81

Tabel 14. Harga Statistik Nilai Akhir (Posttest) Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 82

Tabel 15. Harga Statistik Nilai Akhir Angket Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 83

Tabel 16. Hasil Analisis Data Posttest Keaktifan Belajar Siswa pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol dengan Uji t ... 85


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ... 53 Gambar 2. Nonequivalent Control Group Design ... 56 Gambar 3. Grafik Histogram Nilai Awal (Pretest) Hasil Observasi

Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 76 Gambar 4. Grafik Histogram Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen ... 77 Gambar 5. Grafik Histogram Nilai Akhir (Posttest) Hasil Observasi

Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 78 Gambar 6. Grafik Histogram Nilai Akhir Hasil Angket Keaktifan Belajar

Siswa Kelompok Eksperimen ... 79 Gambar 7. Grafik Histogram Nilai Awal (Pretest) Hasil Observasi

Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 80 Gambar 8. Grafik Histogram Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa

Kelompok Kontrol ... 81 Gambar 9. Grafik Histograam Nilai Akhir (Posttest) Hasil Observasi

Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 82 Gambar 10. Grafik Histograam Nilai Akhir Hasil Angket Keaktifan Belajar

Siswa Kelompok Kontrol ... 83 Gambar 11. Grafik Rata-Rata Nilai Pretest-Posttest Hasil Observasi


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Subjek Penelitian ... 100

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen dan Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 102

Lampiran 3. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 106

Lmapiran 4. Hasil Uji Validitas Realibilitas ... 107

Lampiran 5. Nilai Pretest-Posttest Siswa ... 114

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Statistik ... 115

Lampiran 7. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 125

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 128

Lampiran 9. Dokumentasi ... 176

Lampiran 10. Surat Keterangan Validasi ... 179

Lampiran 11. Rubrik Tes Kinerja ... 181


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya untuk mendapatkan informasi baru, sikap, maupun keterampilan yang belum dimiliki. Adanya interaksi dengan lingkungan menandakan adanya aktivitas di dalam sebuah proses belajar. Aktivitas tersebut dilakukan secara sengaja dan terencana untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Proses belajar akan berjalan baik ketika prinsip-prinsip belajar dapat terpenuhi dengan baik pula. Salah satu prinsip yang mempengaruhi proses belajar ialah keaktifan belajar.

Keaktifan berasal dari kata dasar aktif yang menurut Sadulloh, dkk (2010: 147) berarti giat, baik itu giat secara lahiriah atau giat dalam arti batinnya atau rohaniahnya. Keaktifan jasmaniah meliputi kegiatan anggota badan saat proses pembelajaran berlangsung seperti mempraktikkan, mencoba, membaca, mendengar, mengamati, menulis, dan sebagainya. Keaktifan mental meliputi kegiatan psikis siswa seperti fokus terhadap proses pembelajaran berlangsung, menyimpulkan kegiatan pembelajaran, memahami konsep-konsep, memecahkan masalah yang ditemukan, dan kegiatan psikis lainnya. Suatu proses belajar dikatakan baik jika adanya keaktifan siswa baik secara fisik maupun psikis.

Peran guru sangat dibutuhkan untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif. Hal ini sejalan dengan pendapat Yamin (2007: 78) yang menyatakan bahwa guru tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa akan tetapi guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar. Adanya keaktifan belajar siswa proses belajar


(17)

tidak akan berjalan satu arah. Dengan demikian akan tercipta sebuah interaksi baik antara guru dan siswa, antar siswa, maupun siswa dengan lingkungannya.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 63) menyatakan salah satu cara untuk menimbulkan keaktifan belajar siswa ialah dengan menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran. Media pendidikan merupakan alat perantara penyampaian pesan yang akan disampaikan pendidik kepada siswa. Media pendidikan menjadi salah satu hal terpenting dalam upaya memudahkan dan memperjelas penyampaian informasi. Penggunaan media yang tepat dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang disampaikan. Siswa akan lebih tertarik untuk mengamati media dan mencari tahu dengan sendiri melalui media yang disediakan guru sehingga menumbuhkan keaktifan belajar siswa.

Media pembelajaran terkait manfaatnya yaitu akan lebih banyak memberi peluang kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Maka untuk mengantisipasi siswa pasif dalam proses pembelajaran, penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat mengaktifkan siswa selama proses belajar. Oleh karena itu, guru juga berperan penting dalam penggunaan media pembelajaran selama proses belajar.

Kenyataannya banyak kegiatan belajar tidak sepenuhnya menumbuhkan keaktifan belajar siswa. Sehingga proses pembelajaran tidak berjalan secara optimal. Begitu halnya yang dialami di salah satu Sekolah Dasar (SD) di wilayah Bantul. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 November 2016 di SD Palbapang Baru yang beralamat di Kadirojo, Palbapang, Bantul terdapat beberapa masalah khususnya pada kelas V.


(18)

Pada SD Palbapang Baru kelas 5 terdiri dari kelas paralel yaitu V A, dan V B. Saat observasi dilakukan di kelas VA dan VB pada proses pembelajaran PKn ditemukan siswa-siswi kelas tersebut masih pasif dalam pembelajaran yang berakibat pada tidak kondusifnya proses pembelajaran. Beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan sibuk sendiri. Hanya siswa tertentu yang aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah proses pembelajaran masih didominasi dengan ceramah, kurang maksimalnya pemanfaatan papan tulis, serta masih belum optimalnya pemanfaatan media pembelajaran. Pembelajaran menjadi membosankan, hal ini terlihat ketika siswa kurang antusias dan kurang tertarik pada pembelajaran, sehingga berdampak pada kurang aktifnya siswa saat proses pembelajaran. Saat proses tanya jawab berlangsung kebanyakan dari siswa hanya diam dan hanya beberapa siswa tertentu yang berani untuk mengungkapkan pendapatnya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan wali kelas VA dan VB, guru mengungkapkan bahwa saat proses pembelajaran pada mata pelajaran lainnya seperti matematika, bahasa Indonesia serta Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), para siswa sudah cukup aktif. Hal tersebut dikatakan sebab, mata pelajaran tersebut memuat materi yang dapat mengaktifkan siswa seperti halnya praktik, membuat karangan-karangan atau karya. Jadi, selama proses pembelajaran tersebut siswa sudah ikut terlibat dalam proses belajar. Guru juga menambahkan bahwasanya untuk mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diketahui banyak materi yang abstrak membuat siswa kurang tertarik. Berdampak pada siswa yang cenderung pasif selama proses


(19)

pembelajaran. Ditambah lagi siswa dituntut untuk banyak menghafalkan. Penggunaan media pembelajaran juga masih kurang maksimal, hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran guru jika harus menggunakan media materi tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Guru lebih memilih untuk menyampaikan semua materi dengan menggunakan metode ceramah saja.

Berdasarkan pemaparan masalah yang ditemukan di SD Palbapang Baru berkaitan dengan kurangnya keaktifan belajar, maka peneliti akan menguji efektivitas penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran terhadap keaktifan belajar siswa. Hal ini berdasarkan terori manfaat dari media pendidikan yaitu dapat mendorong partisipasi aktif siswa (Arsyad, 2011: 25). Salah satu media pendidikan yang dapat digunakan yaitu media grafis.

Sadiman, dkk. (2009: 28) berpendapat bahwa media grafis merupakan alat bantu penyampaian pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta/globe, papan flanel/flannel board. Media grafis ini tergolong media yang sederhana dan mudah untuk dibuat, namun masih banyak guru yang belum menggunakannya.

Berdasar pemaparan identifikasi masalah di atas maka peneliti akan melakukan penelitian dengan jenis penelitian eksperimen di SD Palbapang Baru dengan judul penelitian “Efektivitas Penggunaan Media Grafis Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas V SD Palbapang Baru”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


(20)

efektivitas penggunaan media grafis terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang sudah dituliskan di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran

2. Pemanfaatan media grafis dalam pembelajaran kurang maksimal 3. Proses pembelajaran masih konvensional

4. Proses pembelajaran berpusat pada guru

5. Pendidikan Kewargenagaraan (PKn) berisikan materi abstrak kurang bisa dipahami siswa

C.Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti membatasi penelitian ini agar lebih terfokus yaitu pertama kurangnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran, kedua pemanfaatan media grafis kurang efektif, dan kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut “Apakah penggunaan media grafis efektif terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD Palbapang Baru? “.


(21)

E.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penggunaan media grafis terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD Palbapang Baru.

F. Manfaat

Hasil dilakukannya penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan motivasi dan menciptakan daya tarik serta rasa senang belajar pendidikan kewarganegaraan

b. Meningkatkan keaktifan siswa

c. Menumbuhkan sikap saling menghargai satu sama lain

d. Melatih dan memberikan kemudahan siswa dalam mengemukakan pendapat 2. Bagi Guru

a. Penelitian ini dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

b. Media grafis sebagai alternatif lain bagi guru dalam memilih media pembelajaran yang tepat dalam menumbuhkan keaktifan belajar siswa khususnya pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

c. Sebagai salah satu cara guru dalam mengatasi kendala pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

d. Dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan dalam pengelolaan kelas e. Sebagai sumbangan wawasan atau masukan pemikiran


(22)

3. Bagi Sekolah

a. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi media pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

b. Kualitas hasil pembelajaran meningkat, terutama keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

4. Bagi Peneliti

a. Menambah keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penggunaan media pembelajaran.

b. Memperoleh fakta data lapangan untuk menyusun tugas akhir dalam rangka meraih gelar S.Pd.

c. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Dasar

d. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori penelitian yang relevan ataupun sejenis.


(23)

BAB II KAJIAN TEORI A.Keaktifan Belajar

1. Pengertian Keaktifan Belajar

Belajar dapat dikatakan suatu aktifitas, sebab merupakan suatu usaha untuk mendapat pengetahuan. Belajar efektif jika siswa aktif dari fisik, intelektual, dan emosional. Seperti pernyataan Sardiman (2007: 21) yang menyatakan belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kegiatan belajar berarti seluruh anggota badan baik fisik maupun rohani melakukan aktivitas belajar. Belajar tidak terbatas pada pengetahuan saja, tetapi suatu bentuk kegitan yang juga berpengaruh terhadap perilaku, dan perasaan. Jadi, dampak dari adanya kegiatan belajar ialah adanya perubahan terhadap tingkah laku. Belajar menuntut adanya kegiatan seluruh anggota badan dan jiwa, tanpa keduanya proses belajar tidak akan maksimal. Oleh karena itu, diperlukan latihan-latihan selama proses belajar tersebut. Latihan-latihan yang dimaksudkan dalam belajar tidak hanya mendengar atau memperhatikan saja, tetapi seluruh kegiatan fisik maupun mental. Kegiatan fisik, misalnya membaca, menulis, mencoba, mendengar, menemukan fakta atau konsep, dan sebagainya. Kegiatan mental berupa seluruh jiwanya difokuskan untuk belajar seperti, menganalisis, mencari solusi pemecahan suatu masalah, memprediksi, menyimpulkan, dan sebagainya.

Belajar diartikan oleh Djamarah (2002: 13) ialah sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil


(24)

dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Jika seseorang ingin mendapatkan berbagai kecakapan tersebut tentunya diperlukan suatu usaha-usaha dalam bentuk kegiatan atau disebut dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar tentunya seperti halnya mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan. Seseorang dikatakan belajar dapat dilihat dari perubahan yang terjadi setelah memperoleh pengetahuan tentunya perubahan dalam hal pengetahuan atau pemikiran, sikap, dan perilaku. Bagaimana seseorang tersebut dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat terhadap suatu situasi baru.

Pernyataan lain tentang belajar dinyatakan oleh Purwanto (2010: 38) yaitu sebuah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Proses tersebut berupa suatu kegiatan yang mengharuskan adanya proses interaksi antara individu dan lingkungannya. Proses interaksi tersebut diharapkan adanya perubahan terhadap individu tersebut. Berarti belajar perlu adanya sautu usaha yang dilakukan untuk adanya suatu perubahan.

Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas dalam bentuk kegiatan, baik fisik maupun mental untuk memperoleh berbagai kecakapan seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Belajar dapat dilihat dari dampaknya seseorang yang melakukan aktivitas belajar tersebut yaitu adanya perubahan. Jadi seseorang dikatakan belajar jika ada perubahan terhadap diri individu tersebut, dari sebelumnya belum mengetahui menjadi mengetahui.


(25)

Penjelasan sebelumnya mengartikan bahwa belajar merupakan sebuah aktivitas untuk menemukan pengetahuan baru. Dikatakan belajar jika adanya keaktifan dari si pembelajar. Keaktifan terdiri dari kata dasar aktif yang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha), sedangakan keaktifan berarti kegiatan; kesibukan. Dapat diketahui berdasarkan penjelasan tersebut keaktifan merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam bentuk kegiatan.

Hal yang sama ditambahkan oleh Sadulloh, dkk (2010: 147) tentang aktif yang berarti giat, baik itu giat secara lahiriah atau giat dalam arti batinnya atau rohaniahnya. Kegiatan yang dilakukan tidak terbatas pada kegiatan fisik saja tetapi rohaninya juga ikut aktif. Ketika melakukan suatu kegiatan apapun itu rohaninya juga ikut aktif yang berarti ikut berfokus pada kegaitan yang dilakukan. Merujuk dari beberapa pendapat tentang keaktifan dapat diperoleh kesimpulan bahwa keaktifan merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam bentuk kegiatan baik fisik maupun lahiriyah. Bertujuan untuk melakukan sesuatu hal yang diingikan, atau untuk memperoleh sesuatu. Kegiatan fisik berarti melakukan suatu perbuatan, dan kegiatan lahiriyah ialah baik jiwa dan pikirannya berfokus terhadap sesuatu yang sedang dilakukan.

Lebih lanjut mengenai pengertian keaktifan dalam belajar dipaparkan oleh Hasibuan dan Moedjiono (2006: 7) dimana bentuknya beraneka ragam seperti mendengarkan (ceramah), mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis, memecahkan suatu masalah, menyatakan gagasan dengan bahasa sendiri, dan sebagainya. Siswa dituntut untuk melakukan kegiatan secara langsung, serta


(26)

mental dan emosinya turut berpusat pada proses belajar. Belajar tidak hanya mengembangkan pengetahuan saja, melainkan sikap dan keterampilan juga harus ada perubahan. Perubahan yang mengarah kepada hal baik setelah memperoleh pengalaman belajar tersebut. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran seperti halnya aktivitas mental seperti memperhatikan penjelasan guru, bersikap terhadap antar siswa maupun guru seperti halnya menghargai ketika siswa lainnya berpendapat.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 45) menjelaskan lagi bahwa keaktifan belajar berarti anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Siswa tidak hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru. Jadi sebagai pendidik harus merencanakan sebaik mungkin proses pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan sendiri belajarnya.

Aunurrahman (2010: 119) menambahkan keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan. Ketika seluruh jiwa dan raga siswa terfokus pada proses pembelajaran, pengetahuan yang akan disampaikan mudah diterima. Dengan demikian pembelajaran akan berjalan lancar, serta kualitas belajar akan baik.

Penjelasan lain mengenai keaktifan belajar siswa dinyatakan oleh Slameto (2003: 36) bahwa keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran yaitu seperti siswa menemukan sendiri pengetahuan yang akan dipelajari, mengolah dan menyampaikan pengetahuan yang didapat dengan bahasa sendiri, serta bertanya, mengajukan pendapat, berdiskusi, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram,


(27)

dll. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa dituntut lebih aktif dalam menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan. Siswa melakukan kegiatan fisik dan mental selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan keaktifan merupakan segala bentuk kegiatan fisik dan mental seperti mencari, menemukan, dan mengolah informasi yang telah diperoleh. Dalam pembelajaran maka keaktifan belajar merupakan segala kegiatan fisik, mental, dan emosional siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran. Dengan mengalami sendiri untuk menemukan masalah dan memecahkannya akan memberikan pesan yang bermakna. Pesan yang bermakna tersebut seterusnya akan melekat pada diri siswa. Siswa tidak akan mudah lupa ketika mengalami sendiri proses belajar tersebut.

2. Kriteria Keaktifan Belajar

Sudjana (2009: 61) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dari: a. keikutsertaan siswa dalam proses belajar.

b. ikut terlibat dalam pemecahan suatu masalah.

c. bertanya kepada guru maupun teman terkait materi yang tidak dipahami maupun permasalahan yang dihadapi.

d. berusaha dalam menemukan dan mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah.

e. melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan instruksi guru. f. menilai kemampuan diri maupun hasil yang diperoleh.


(28)

h. menggunakan dan menerapkan pengalaman yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas maupun persoalan baru.

Jadi, berdasarkan kriteria di atas dapat dikelompokkan ke dalam keaktifan fisik dan mental. Keaktifan fisik yang dapat diamti meliputi, (1) ikut terlibat dalam melakukan kegiatan belajar, (2) bertanya kepada siswa lain maupun guru terkait materi maupun hal yang belum dipahami, (3) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan arahan guru, (4) menilai kemampuan diri dan hasil-hasil yang diperoleh selama pembelajaran. Kemudian keaktifan mental siswa yang dapat diamati yaitu (1) siswa turut terlibat dalam pemecahan masalah, (2) mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, (3) melatih diri untuk memecahkan soal maupun masalah yang sejenis, (4) menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas dan persoalan yang dihadapi. Kriteria keaktifan belajar tersebut sudah meliputi kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Hal ini tergambar jelas bahwa seluruh pikiran, dan fisik peserta didik tertuju pada proses pembelajaran.

Uno dan Mohamad (2014: 33) memaparkan ciri pembelajaran yang mengaktifkan siswa adalah sebagai berikut.

a. Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya, dan membuat kesimpulan.

b. Adanya interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa.

c. Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karya sendiri. d. Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal.


(29)

Dapat diketahui berdasarkan pendapat di atas keaktifan siswa ditandai dengan siswa mengkontruksi pengetahuan sendiri tetapi dengan bimbingan guru. Berani mengutarakan pendapat dan dapat ikut menyimpulkan pengetahuan yang didapat. Terjadi interaksi aktif antar siswa maupun dengan guru. Siswa juga diberikan kesempatan untuk dapat menilai diri dan hasil, serta siswa memanfaatkan sumber belajar secara optimal yang ada di lingkungan. Uraian tersebut sudah mencirikan keaktifan fisik maupun mental dalam kegiatan belajar.

Keachie dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 119) mengemukakan 7 (tujuh) terjadinya suatu pembelajaran yang aktif, berikut penjelasannya.

a. Siswa berpartisipasi dalam menetapkan tujuan pembelajaran.

b. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran terutama interaksi antarsiswa.

c. Kekompakan kelas sebagai suatu kelompok.

d. Memberi kesempatan sebebasnya terhadap siswa untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan sekolah.

e. Jumlah waktu yang digunakan dalam menanggulangi masalah pribadi siswa. Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat diketahui jika siswa tidak hanya aktif dalam menemukan dan mencari informasi tetapi siswa juga ikut serta dalam menetapkan tujuan pembelajaran. Sehingga siswa tahu arah yang harus dicapai selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan interaksi yang terjalin antar siswa maupun guru, kekompakan kelas selama proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran juga harus terjaga. Guru juga hendaknya mengikutsertakan siswa dalam mengambil segala keputusan yang akan diambil dan diterapkan


(30)

dalam proses pembelajaran. Tidak dipungkiri selama pelaksanaan pembelajaran terdapat masalah-masalah yang ditemukan baik berkaitan dengan pelajaran maupun pribadi siswa, untuk itu guru juga harus menyediakan waktu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.

Keaktifan dalam proses belajar merupakan suatu bentuk usaha kegiatan yang dilakukan untuk menemukan pengetahuan. Adapun Sagala (2009: 169) menjelaskan kriteria belajar yang dapat mengaktifkan siswa ialah sebagai berikut. a. Belajar dengan melakukan perbuatan, maka akan dapat pengalaman.

b. Banyak indera yang terlibat, sehingga makna semakin kuat. c. Interaksi dapat terjadi melalui belajar kelompok, dan diskusi.

d. Bangunan makna terjadi, dengan demikian makna yang salah segera terkoreksi. e. Terjadi komunikasi, presentasi, dan laporan.

f. Adanya tanggapan.

g. Adanya refleksi, umpan balik dari guru. h. Makna akan terbangun.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui kriteria yang dapat menumbuhkan keaktifan belajar siswa diantarannya adalah siswa banyak melakukan kegiatan sendiri untuk menemukan dan mencari pengetahun, sehingga siswa mengalami sendiri. Siswa yang mengalami sendiri untuk menemukan maka pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah dipahami siswa. Lebih banyak indera yang terlibat selama proses pembelajaran maka makna yang diperoleh akan semakin kuat. Interaksi antar siswa dan guru dapat terjalin melalui diskusi maupun belajar kelompok dengan arahan guru dengan demikian makna yang


(31)

salah akan mudah terkoreksi. Selain itu juga menumbuhkan komunikasi, berupa tanggapan, penyampaian pengetahuan yang didapat, refleksi, dan umpan balik dari guru.

Peran aktif siswa akan menimbulkan partisipasi didalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan pengetahuan. Joni dan Yamin dalam Yamin (2007: 80) menjelaskan karakteristik keaktifan yang dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

a. Pembelajaran dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa cenderung sebagai pemegang peran dalam proses pembelajaran. Seperti ikut berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, mengembangkan cara belajar sendiri, dan lebih mengutamakan siswa mengalami sendiri proses belajar.

b. Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga memberikan peluang sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk menemukan, mengolah, dan menyelesaikan masalah dengan tetap ada arahan dari guru.

c. Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai mencakup kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar). Selain itu kegiatan pembelajaran juga mengembangkan kemampuan siswa secara utuh.

d. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan, mencintapkan siswa kreatif dan menguasai konsep.

e. Adanya penilaian secara kontinu terhadap kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan.


(32)

Jadi, kriteria keaktifan siswa yang telah disebutkan yaitu berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator, kompetensi dasar minimum harus tercapai. Pengembangan kemampuan siswa secara optimal baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, serta adanya penilaian secera berkelanjutan baik kognitif, afektif, dan keterampilan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa meliputi, keikutsertaan siswa dalam mencari dan menemukan pengetahun dengan mengalami sendiri tetapi tetap dalam bimbingan guru. Ikut terlibat dalam menyelesaikan masalah, adanya interaksi antar siswa dan guru melalui diskusi, belajar kelompok, refleksi, tanggapan, dan umpan balik dari guru. Siswa ikut terlibat dalam menetapkan tujuan pembelajaran dan mengambil setiap keputusan yang akan diberlakukan selama proses pembelajaran.

Kriteria dari keaktifan belajar lainnya ialah memaksimalkan penggunaan seluruh panca indera, memberi waktu dalam penyelesaian masalah yang ditemukan, adanya penilaian yang kontinu dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, serta siswa mampu menilai kemampuan dan hasil karya sendiri. Selain itu guru hanya berperan sebagai fasilitator yang bertugas memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga siswa dituntut untuk banyak aktif selama proses pembelajaran. Dengan demikian siswa akan memperoleh pengetahuan secara langsung, maka pembelajaran akan lebih bermakna.


(33)

3. Klasifikasi Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar menurut Diedrich dalam Sardiman (2007: 101) diklasifikasikan menjadi, visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities, berikut pemaparan lebih jelasnya.

a. Visual activities, merupakan kegiatan yang melibatkan penggunaan panca indera penglihatan seperti membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan percobaan, memperhatikan pekerjaan, dll.

b. Oral activities, merupakan kegiatan lisan seperti menyatakan pendapat, bertanya, memberikan saran, diskusi, merumuskan, mengadakan wawancara. c. Listening activities, merupakan kegiatan yang mengoptimalkan penggunaan

indera pendengaran seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, penjelasan.

d. Writting activities, seperti menulis rangkuman, cerita, laporan, menyalin, karangan.

e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat sebuah grafik, peta konsep, diagram.

f. Motor activities, yang termasuk dalam kegiatan tersebuat antara lain: melakukan percobaan, bermain, berkebun, praktek, dan beternak.

g. Mental activities, beberapa contohnya ialah: menanggapi, mengingat

pengalaman-pengalaman sebelumnya, memecahkan soal, menganalisis, menghubungkan, mengambil keputusan.


(34)

h. Emotional activities, suatu kegiatan yang melibatkan perasaan seperti misalnya: menaruh minat, bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan pemaparan klasifikasi keaktifan belajar dapat disimpulkan bahwa terdapat beraneka ragam bentuk keaktifan belajar. Meliputi keaktifan yang melibatkan indera penglihatan, lisan, pendengaran, menulis, menggambar, motor, mental, dan emosional siswa. Jika berbagai jenis keaktifan belajar tersebut dapat diterapkan maksimal di lingkungan sekolah maka proses belajar siswa akan optimal. Tentunya dengan diterapkan secara maksimal maka kondisi belajar di sekolah akan menjadi lebih dinamis, menyenangkan dan menarik perhatian siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Dengan hal itu diharapkan berpengaruh terhadap pemahaman materi siswa.

Djamarah (2002: 38) menyebutkan aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam keaktifan belajar ialah mendengar, memandang, meraba, membau, mencicipi/mengecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat ihtisar atau ringkasan, menggaris bawahi, mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, maupun bagan-bagan, menyusun papaer atau kertas kerja, mengingat, berpikir, dan latihan atau praktek. Penjelasan mengenai aktivitas-aktivitas belajar adalah sebagai berikut.

a. Mendengarkan, suatu bentuk aktivitas dengan menggunakan indera pendengaran untuk mengamati penjelasan guru.

b. Memandang, aktivitas memandang dalam belajar ini bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif.


(35)

Memandang berarti menggunakan indera penglihatan untuk diarahkan ke suatu objek.

c. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap, aktivitas tersebut termasuk dalam keaktifan belajar dengan didasari tujuan untuk memperoleh perubahan tingkah laku dengan situasi tertentu.

d. Menulis atau mencatat, merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas belajar. Menulis atau mencatat dikatakan sebagai aktivitas belajar jika dalam mencatat individu itu menyadari akan kebutuhan dan tujuannya. Dan menggunakan seperangkat tertentu agar catatan yang dibuat berguna untuk mencapai tujuan.

e. Membaca, aktivitas ini yang paling banyak dilakukan namun tidak terbatas pada membaca buku saja namun dapat juga majalah, tabloid, jurnal, catatan, maupun sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan materi.

f. Membuat ihtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi, menuliskan hal-hal pokok untuk dijadikan sebuah pokok materi yang harus dipelajari. Serta menggaris bawahi hal-hal penting.

g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan, dalam buku maupun media yang digunakan pada saat penjelasan dari guru sering dijumpai pemanfaatan tabel, diagram, maupun bagan. Hal tersebut bertujuan unutk memperjelas uraian yang dijelaskan guru maupun dalam buku. Adanya tabel, diagram, atau bagan untuk menumbuhkan pengertian dalam waktu singkat. h. Menyusun paper atau kertas kerja, suatu kegiatan tulis menulis, maupun


(36)

i. Mengingat, merupakan sebuah aktivitas memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam bawah sadar. Dalam belajar mengingat seperti sedang menghafal bahan pelajaran, berupa dalil, kaidah, pengertian, rumus, dan sebagainya.

j. Berpikir, merupakan sebuah aktivitas untuk memperoleh penemuan baru, atau menjadi tahu akan hubungan antara sesuatu. Selain itu berpikir juga dapat dilakukan untuk pemecahan suatu masalah.

k. Latihan atau praktik, setelah mendapatkan penjelasan materi perlu adanya latihan atau praktiek. Hal ini berguna agar kesan-kesan yang diterima fungsional. Serta dengan mengalami sendiri siswa akan lebih memahami materi. Selain itu dapat melatih siswa dalam menemukan pengetahuan, pemecahan masalah secara mandiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan klasifikasi keaktifan belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi delapan aspek yaitu; 1) visual activities yaitu kegiatan yang melibatkan penggunaan panca indera penglihatan saja seperti, membaca, memandang, mengamati tabel, diagram, bagan; 2) oral activities yaitu kegiatan lisan seperti bertanya, berpendapat, diskusi, merumuskan; 3) listening activities yaitu kegiatan yang menggunakan indera pendengaran seperti, mendengarkan penjelasan, uraian, percakapan, diskusi; 4) writting activities yaitu kegitan menulis seperti, mencatat rangkuman, cerita, laporan, paper atau kertas kerja, menyalin, menggaris bawahi, membuat ihtisar; 5) drawing activities kegiatan membuat gambar atau sketsa seperti membuat grafik, peta konsep, diagram, bagan, dll; 6) motor activities yaitu


(37)

kegiatan yang membuat siswa bergerak seperti, melakukan percobaan, mencicipi, meraba, membau, praktik atau latihan; 7) mental activities seperti menanggapi, berpikir, menganalisis, memecahkan soal, menghubungkan, mengingat, menyimpulkan, merumuskan; 8) emotional activities yaitu kegiatan yang melibatkan perasaan seperti adanya minat, senang, bosan, bersemangat, berani, tanggung jawab maupun perasaan lainnya.

4. Prinsip Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa

Ada beberapa hal harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Uno dan Mohamad (2014: 33) menyebutkan beberapa prinsip yang harus diperhatikan lebih jelasnya sebagai berikut.

a. Merencanakan pembelajaran yang dapat melibatkan keaktifan siswa secara optimal dalam proses belajar. Keaktifan tersebut baik fisik, mental, dan emosional diupayakan melibatkan sebanyak mungkin indera siswa. semakin banyak indera yang terlibat maka semakin maksimal keaktifan siswa.

b. Menghindarkan siswa ketergantungan belajar terhadap guru seperti cara belajar DDCH (Duduk, Dengar, Catat, Hafal) yang mengakibatkan siswa belajar masih dalam pengaruh arahan guru.

c. Penilaian hasil belajar yaitu prestasi belajar siswa tergambar dalam berbagai bentuk kegiatan belajar siswa maka penilaian tersebut diadakan dalam bentuk ujian lisan, tertulis, tes buku terbuka, tes yang dikerjakan di rumah, dll.

Berdasarkan uraian di atas, prinsip-prinsip keaktifan belajar siswa yaitu perencanaan pembelajaran dirancang untuk dapat memaksimalkan keaktifan siswa, menghilangkan ketergatungan siswa terhadap guru, serta penialian hasil


(38)

belajar diambil dari berbagai kegiatan siswa yang berlangsung selama proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk banyak melakukan kegiatan dibanding guru. Guru bertugas untuk mengarahkan dan membimbing siswa selama proses pembelajaran.

Semiawan, dkk. (1992: 9-13) mengemukakan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan agar aktifitas siswa optimal dalam proses pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip tersebut lebih jelasnya ialah:

a. prinsip motivasi, guru harus berperan merangsang dan menumbuhkan motif positif siswa dalam proses belajar.

b. prinsip latar atau konteks, adanya keterhubungan antara pengalaman yang telah diperoleh dengan yang baru.

c. prinsip keterarahan, pola pengajaran yang dihubungkan dengan seluruh aspek pengajaran.

d. prinsip belajar sambil bekerja, penggabungan antara pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual.

e. prinsip perbedaan perorangan, guru memperhatikan cara belajar siswa yang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga tidak diberlakukan secara klasikal.

f. prinsip menemukan, memberi peluang siswa untuk menemukan informasi yang dibutuhkan dengan arahan guru.

g. prinsip pemecahan masalah, siswa diarahkan untuk peka terhadap masalah dan mempunyai keterampilan untuk menyelesaikan.


(39)

Adapun penjelasan di atas tentang prinsip–prinsip yang harus diperhatikan agar kegiatan pembelajaran dapat mengaktifkan siswa ialah guru memegang peranan penting untuk memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa agar lebih aktif selama proses belajar dengan melibatkan peserta didik dalam seluruh kegiatan proses pembelajaran. Guru harus memberikan motivasi kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai agar menumbuhkan minat siswa serta akan tertarik untuk mengikuti proses belajar. Guru harus memperhatikan keterhubungan antara pengalaman yang akan diperoleh dengan yang sudah dialami. Pembelajaran hendaknya terarah bagi siswa agar banyak melakukan kegiatan fisik maupun mental. Guru juga harus memperhatikan perbedaan karakteristik siswa, siswa lebih banyak menemukan sendiri pengetahuan yang akan disampaikan guru. Selain itu siswa dibiasakan untuk tanggap terhadap masalah dan mampu menyelesaikannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui prinsip-prinsip yang harus diperhatikan agar pembelajaran dapat mengaktifkan siswa secara optimal. Prinsip tersebut meliputi siswa ikut terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan suatu proses pembelajaran, siswa diajarkan mandiri dalam menemukan informasi, penilaian dilakukan dari seluruh kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajarah, menumbuhkan motivasi siswa, keterhubungan materi, pembelajaran terarah, pembelajaran menggabungkan kegiatan fisik maupun mental siswa, memperhatikan perbedaan karakteristik setiap siswa, menumbuhkan kepekaan terhadap pemecahan masalah dan cara menyelesaikannya. Jika pendidik


(40)

memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diharapkan pembelajaran menjadi lebih aktif. Selain itu pembelajaran menjadi lebih efektif.

B.Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu perantara penyampaian informasi kepada penerima. Yamin (2007: 197) mendefinisikan media sebagai suatu perangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi. Pengertian media memiliki batasan pengertian seperti yang dinyatakan Sadiman, dkk (2009: 6) adalah sebagai berikut.

a. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of

Education and Communication Technologi/AECT) di Amerika,

membatasi media sebagai segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.

b. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

c. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

d. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) mengartikan media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa media merupakan suatu perangkat yang berupa audio maupun cetak yang dapat menyalurkan informasi atau pesan. Melalui perantara ini akan merangsang siswa untuk belajar, selain itu sebagai alat bantu untuk mempermudah penyampaian pesan kepada penerima.

Media dalam pembelajaran menurut Daryanto (2010: 7) adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Menjadi sangat penting dalam sistem pembelajaran, sebab sebuah komunikasi antara pendidik dengan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung tanpa melalui perantara akan menjadi


(41)

tidak optimal. Perantara yang digunakan dapat memanfaatkan berbagai sumber yang ada di lingkungan sekitar. Tentunya dengan memperhatikan karakteristik siswa serta kekonkretan media tersebut.

Pendapat lain tentang media pembelajaran dinyatakan oleh Briggs dalam Yamin (2007: 199) yaitu sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran. Jadi, sarana fisik tersebut berupa segala bentuk alat yang dapat digunakan untuk penyampaian materi kepada peserta didik. Alat ini sebagai alat bantu guru dalam penyampaian.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan media pembelajaran merupakan segala alat yang dapat dijadikan perantara penyampaian pesan kepada peserta didik, dengan tujuan dapat merangsang pikiran, perasaan, minat siswa untuk belajar. Tumbuhnya minat siswa untuk belajar, melalui media pembelajaran dapat memancing keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Media pembelajaran tidak terbatas pada alat yang dibuat mandiri oleh pendidik, namun dapat memanfaatkan segala benda atau alat yang ditemui dan ada disekitar lingkungan belajar siswa.

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu proses pengajaran mempunyai beberapa jenis. Suwarno, dkk. (2006: 118) menyatakan media pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu media auditif, media visual, dan media audiovisual, penjelasnnya adalah sebagai berikut.


(42)

a. Media auditif, media yang dapat diamati menggunakan indera pendengaran saja. Dapat diaktakan sebagai media yang menggunakan kemampuan suara saja. Misalnya radio, video-cassette, piringan audio.

b. Media visual, yaitu media yang memaksimalkan penggunaan alat indera penglihatan untuk mengamatinya. Seperti gambar diam film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan, peta konsep, kartun.

c. Media audivisual, media ini mengandalkan indera penglihatan dan pendengaran. Mempunyai unsur suara dan gambar, media ini juga dibagi lagi jenisnya yaitu (1) audiovisual diam yang menampilkan suara dan gambar diam contohnya bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, (2) audiovisual gerak, yaitu media yang menampilkan unsur suara dan gambar bergerak seperti film suara dan video cassette.

Media pembelajaran menurut pendapat di atas dibagi menjadi tiga yang pertama ialah media audio, yaitu media yang menggunakan unsur suara saja. Jadi media tersebut hanya dapat diamati dengan menggunakan indera pendengaran. Kedua, adalah media visual yaitu media yang memaksimalkan penggunaan indera penglihatan saja untuk mengamatinya. Ketiga ialah media audiovisual yaitu media yang dapat diamati dengan lebih satu indera yaitu indera penglihatan dan pendengaran. Media audiovisual ini dapat dilihat sekaligus didengarkan sebab menggunakan unsur suara dan gambar. Dengan kata lain media dapat lebih luas menggambarkan suatu materi yang ingin disampaikan.


(43)

Klasifikasi media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2010: 3) ada empat berikut pemaparannya.

a. Media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang memiliki ukuran panjang dan lebar. Contoh dari media ini adalah gamabr, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, dan lain-lain.

b. Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk model padat (solid model), model susun, diorama, model kerja, mock up, dan lain-lain.

c. Media proyeksi seperti film, flm strips, slides, penggunaan OHP, dan lain-lain. d. Penggunaan lingkungan, yaitu memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media

dalam pembelajaran.

Pendapat di atas membagi media pembelajaran menjadi empat yaitu media grafis dimana penggunaan media tersebut memaksimalkan pada pengamatan indera penglihatan. Kedua yaitu media tiga dimensi atau memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Ketiga, ialah media proyeksi yaitu lebih memanfaatkan kecanggihan teknologi, dan yang keempat ialah media lingkungan sekitar.

Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat ahli dapat diketahui bahwa media pembelajaran diklasifikasikan menjadi media grafis atau media visual yaitu media yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar serta hanya menggunakan indera penglihatan saja untuk mengamatinya. Media audio yaitu media yang hanya memiliki unsur suara sehingga hanya dapat diamati menggunakan indera pendengaran saja tanpa penggunaan indera yang lainnya. Media audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan penglihatan. Dapat diketahui media ini dapat diamati dengan indera penglihatan maupun pendengaran. Beberapa dari


(44)

contoh media proyeksi seperti yang ditulisan sebelumnya dapat diklasifikasikan kedalam media audiovisual seperti film. Beberapa klasifikasi tersebut jika dilihat dari unsur dasar penggunaan indera maka dapat diklasifikasikan menjadi media visual atau grafis, media audio, dan media audiovisual.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran menjadi salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran, bertujuan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran berlangsung. Hal ini tentunya memiliki beberapa manfaat sehingga dapat dikatakan integral dalam sistem pendidikan, adapun manfaat media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2010: 2) penjelasannya adalah sebagai berikut.

a. Menarik perhatian siswa, perhatian, dan motivasi untuk belajar

b. Memperjelas makna materi, meningkatkan pemahaman siswa, dan mencapai tujuan pembelajaran dengan baik

c. Metode pembelajaran yang digunakan akan lebih bervariasi d. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

Banyaknya manfaat media pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Pembelajaran semakin menarik dan dapat merangsang keaktifan siswa, selain itu dapat mempertinggi kualitas dari pembelajaran. Sesuai dengan taraf perkembangan berpikir siswa dari konkret menuju abstrak melalui media ini materi yang sangat abstrak dapat dikonkretkan melalui media. Berkaitan dengan manfaat media pembelajaran dimana dapat mengaktifkan siswa, maka media pembelajaran menjadi salah satu alternatif guru untuk menggunakan media


(45)

pembelajaran yang bertujuan membuat siswa aktif selama proses pembelajaran tersebut.

Kemp dan Dayton dalam Yamin (2007: 200) menyebutkan delapan manfaat media dalam kegiatan pembelajaran. Berikut kedelapan manfaat media dalam kegiatan pembelajaran.

a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik

c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

f. Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja

g. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif Berdasarkan pernyataan di atas, media dalam kegiatan pembelajaran mempunyai manfaat tidak lain untuk memperlancar proses belajar siswa, serta memperlancar interaksi antar siswa maupun guru. Materi yang disampaikan guru dengan media akan membuat setiap siswa memperoleh informasi yang sama seperti siswa-siswa lainnya. Penggunaan media bervariasi, akan memancing ketertarikan siswa untuk mengikuti proses belajar. Proses belajar akan menjadi lebih interaktif baik antar siswa, dengan guru, maupun lingkungannya. Dapat disimpulkan lagi manfaat media pembelajaran lebih spesifik lagi berpengaruh pada keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran.

Waktu yang digunakan untuk penyampaian materi akan lebih efisien. Melalui media tersebut dapat meningkatkan kualitas belajar siswa, pembelajaran pun menjadi lebih fleksibel dari segi tempat maupun waktu. Meningkatnya ketertarikan siswa untuk mengikuti proses belajar juga dapat meningkatkan sikap


(46)

positif siswa terhadap bahan pelajaran dan prosesnya. Peran guru pun menjadi lebih positif dan produktif.

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Setiap proses pembelajaran pasti dirancang dan direncanakan dengan baik. Sama halnya dengan media pembelajaran, harus dirancang dengan disesuaikan terhadap minat dan karakteristik siswa. Pemilihan media yang tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Adapun kriteria dalam pemilihan media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2010: 4) beserta penjelasannya adalah sebagai berikut.

a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran; pemilihan media yang akan digunakan hendaknya sesuai dengan tujuan pengajaran yang instruksional dimana sudah ditetapkan. Tujuan instruksioanl tersebut seperti unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; media yang digunakan hendaknya mendukung bahan dari pelajaran yang bersifat fakta, prinsip, konsep dan generalisasi.

c. Kemudahan memperoleh media, media yang ingin digunakan lebih baik jika mudah diperoleh, serta mudah dibuatnya. Media grafis ini biasanya dapat dibuat tanpa biaya mahal, sederhana serta praktis.

d. Keterampilan guru menggunakannya, syarat utama dari penggunaan media ialah guru harus dapat menggunakan media tersebut. Serta yang paling penting ialah dampak dari penggunakaan media tersebut terhadap terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya.


(47)

e. Tersedianya waktu untuk menggunakannya, apabila waktu cukup dalam penggunaan media maka daapt bermanfaat bagi siswa selama proses belajar berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, hendaknya pemilihan media yang akan digunakan memperhatikan kesesuaian dengan karakteristik siswa. sehingga materi yang tersampaikan dapat dipahami siswa dengan mudah.

Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan hendaknya memperhatikan beberapa kriteria yang sudah dipaparkan di atas. Diharapkannya penggunaan media sebagaimana mesti fungsinya yaitu perantara penyampaian pesan. Apabila memperhatikan kriteria tersebut media akan menjadi tepat dan mencapai tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Dick dan Carey dalam Sadiman, dkk. (2009: 86) menambahkan kriteria pemilihan media pembelajaran di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

a. Ketersediaan sumber setempat, apabila media yang akan digunakan tidak ada pada sumber yang ada atau dekat dengan lingkungan siswa maka harus mencari ke sumber lain atau dengan membeli.

b. Ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas untuk membeli maupun memproduksi media tersebut.

c. Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media dalam jangka waktu lama. d. Efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang. Artinya apabila media


(48)

digunakan berulang-ulang maka akan menjadi lebih murah, dibandingkan dengan produksi murah tetapi tidap dapat digunakan berulang dalam jangka waktu lama.

Berdasarkan empat faktor tambahan kriteria pemilihan media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa dalam memilih media pembelajaran selain harus memperhatikan dengan tujuan pelajaran juga harus memperhatikan faktor pertama ialah ketersediaan sumber media di lingkungan sekitar siswa. Faktor kedua, adnya ketersediaan dana, tenaga, serta fasilitas yang memadai untuk memproduksi media tersebut. Faktor ketiga keluwesan, ketahanan, dan kepraktisan media. Terakhir ialah efektivitas biaya yang digunakan dalam jangka panjang. Dengan beberapa pertimbangan dalam memilih media pembelajaran maka media yang digunakan selain dapat memperlancar pembelajaran juga efektif jika digunakan.

Arsyad (2011: 75-76) menambahkan kriteria pemilihan media pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Pemilihan media pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penentuan tujuan pembelajaran hendaknya mencakaup tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pencapaian tujuan ini dapat dilakukan dengan melibatkan kegiatan fisik siswa.

2. Media pembelajaran harus tepat mendukung isi pelajaran yang bersifat fakta, konsep, dan prinsip. Media yang digunakan hendaknya senada dengan kebutuhan tugas belajar dan kemampuan mental siswa.


(49)

3. Media pembelajaran hendaknya yang praktis, dan luwes digunakan serta dapat bertahan lama.

4. Guru harus terampil dalam penggunaan media pembelajaran.

5. Pengelompokan media berdasarkan sasaran dari peserta didik yaitu, kelompok besar, sedang, kecil, dan perorangan.

6. Mutu teknis dari media pembelajaran yang digunakan.

Peneliti menyimpulkan pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan pertama harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Itu menjadi point penting, sebab tujuan pembelajaran menjadi arah utama proses belajar. Kedua, media harus mendukung isi pelajaran, jika tidak mendukung bahkan tidak memberi dampak bagi materi yang akan diajarkan maka media pembelajaran tersebut tidak efektif. Ketiga, media pembelajaran dapat digunakan dimana saja, dan kapan saja, maka media tersebut harus praktis, luwes, dan berthan lama. Keempat, guru harus bisa menggunakannya, jika media sudah bagus, dan dapat mendukung materi pelajaran tetapi guru tidak bisa menggunkaan itu akan sama saja tidak membantu proses belajar mengajar. Kelima, media dibuat harus disesuaikan dengan seberapa banyak siswa yang akan mengamati. Jika siswa banyak maka media tersebut haruslah dapat diamati oleh seluruh peserta didik di dalam kelas. Keenam, ialah mutu teknis dari media pembelajaran tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa kriteria dalam pemilihan media pembelajaran yaitu tepat dengan tujuan pembelajaran, tersedianya sumber media, mudah dicari, mudah diproduksi, mudah


(50)

digunakan, ketersediaan dana, tenaga, fasilitas, dan waktu penggunaan. Selain itu adanya materi pelajaran yang mendukung untuk pemanfaatan media, luwes, praktis, awet, sesuai dengan taraf berpikir siswa, guru juga harus terampil menggunakannya, serta efektivitas media dalam jangka waktu panjang. Dengan memperhatikan kriteria tersebut diharapkan penggunaan media pembelajaran benar-benar dapat membantu penjelasan materi. Tanpa memberatkan guru maupun peserta didik, sehingga media pembelajaran yang digunakan sebagaimana fungsinya. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai akan menjadi lebih mudah tercapai melalui bantuan media pembelajaran tersebut. Guru harus memperhatikan sekali kriteria pemilihan media dalam penggunaan media pembelajaran.

C.Media Grafis

1. Pengertian Media Grafis

Pendapat dari Sudjana dan Rivai (2010: 27) tentang media grafis adalah, sebuah media yang dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar. Pengetahuan yang akan disampaikan oleh guru dituangkan ke dalam bahasa visual. Untuk memperjelas konsep yang abstrak dimana sulit dimengerti oleh siswa diolah ke dalam bentuk visual.

Daryanto (2010: 19) mengungkapkan media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud mengihtisarkan, menggambarkan, dan merangkum ide, data atau kejadian. Media grafis tidak


(51)

terbatas pada gambar saja, tetapi lebih luas. Yaitu berupa titik-titik, maupu garis yang digambarkan sebagai simbol dari pesan yang akan disampaikan.

Pendapat yang sama ditambahkan oleh Sadiman, dkk. (2009: 28) media grafis merupakan saluran yang dipakai untuk penyampaian pesan menyangkut indera penglihatan sehingga dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Jadi, media ini terbatas pada penggunaan indera penglihatan saja untuk mengamatinya. Simbol-simbol visual yang dimaksudkan tidak terbatas pada gambar saja melainkan pada simbol-simbol garis, titik, dan sebagainya.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media grafis merupakan segala sesuatu yang dijadikan alat untuk penyampaian pesan/informasi kepada penerima dengan cara dituangkan ke dalam simbol-simbol visual, yaitu ditekankan pada pengamatan yang mengoptimalkan indera penglihatan saja. Seperti gambar, grafik, titik-titik, tulisan, dan simbol visual lainnya yang dapat memperjelas suatu ide atau gagasan yang akan disampaikan.

2. Jenis-Jenis Media Grafis

Media grafis merupakan media pembelajaran yang sederhana dan praktis juga memiliki banyak jenisnya yang dapat disesuaikan dengan kriteria pemilihan media yang tepat. Apabila media grafis ini digunakan secara tepat maka manfaat dari penggunaan media grafis ini akan berdampak positif pula terhadap siswa maupun guru. Adanya pengetahuan mengenai berbagai jenis media grafis ini diharapkan dapat memberikan variasi dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat. Dengan demikian guru diharapkan dapat lebih kreatif dalam menggunakan media


(52)

grafis ini. Adapun jenis-jenis media grafis menurut beberapa pendapat ahli adalah sebagai berikut.

a. Gambar atau Foto

Berdasarkan beberapa jenis media pendidikan, media gambar/foto merupakan media yang paling umum dipakai. Media tersebut merupakan bahasa yang umum, dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana (Sadiman, dkk. 2009: 29). Media tersebut ialah visualisasi dari sebuah hasil fotografi. Jadi melalui media tersebut akan menggambarkan objek yang divisualkan secara detail. Selain itu media berupa gambar/foto ini sangat mudah untuk ditemukan, digunakan, dan sudah tidak asing tentang cara penggunaan maupun digunakan di dalam proses pembelajaran.

Adapun kelebihan media gambar menurut Sadiman, dkk. (2009: 29) berikut penjelasannya.

1) Bersifat konkret, lebih realistis dalam menunjukkan pokok masalah.

2) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Sebab tidak semua objek bisa didapat dan dibawa di kelas. Misalkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau, gejala alam, dan sebagainya.

3) Dapat mengatasi keterbatasan dalam pengamatan. Seperti objek yang terlalu kecil untuk diamati.

4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja, untuk tingkat usia berapa saja, dengan demikian dapat mencegah atau membenarkan kesalah pahaman yang terjadi.


(53)

5) Harga relatif murah, mudah didapat dan digunakan, serta tanpa membutuhkan peralatan khusus.

Sadiman, dkk. (2009: 31) juga menyebutkan beberapa kelemahan media gambar/foto, penjelasannya adalah sebagai berikut.

1) Terbatas pada penekanan indera penglihatan saja

2) Gambar/foto yang terlalu kompleks kurang efektif digunakan dalam kegiatan pembelajaran

3) Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar b. Sketsa

Sadiman dkk (2009: 33) mengartikan sketsa adalah sebagai gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Sketsa dapat dibuat secara sederhana oleh guru dengan melukiskan pokok-pokok masalah yang ingin disampaikan saja. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Indriana (2011: 62) bahwa sketsa merupakan gambar sederhana atau draf kasar yang melukiskan berbagai bagian pokok tanpa detail-detail khusus. Jadi media ini juga dapat dibuat secara cepat tanpa memerlukan biaya, dan dapat dilakukan sembari guru menerangkan pembelajaran. Sehingga dapat mengatasi keterbatasan waktu yang dimiliki.

c. Diagram

Sadiman, dkk. (2009: 33) diagram merupakan suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar. Objek yang akan dijelaskan digambarkan melalui simbol maupun garis-garis yang mewakili,


(54)

sehingga objek tersebut dapat diperjelas dan memudahkan seseorang untuk mengamatinya. Arsyad (2011: 91) menjelaskan bahwa diagram merupakan pelukisan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi. Antar konsep-konsep yang memiliki hubungan dapat dilukiskan dengan diagram untuk mempermudah penjelasan. Diagram ini menunjukkan keterhubungan komponen, atau sifat suatu proses tertentu. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diketahui diagram merupakan gambaran sederhana dari sebuah objek yang akan dijelaskan dalam bentuk garis-garis dan simbol-simbol, digambarkan suatu hubungan timbal balik antar sebuah struktur objek secara garis besar.

d. Bagan/ Chart

Sadiman, dkk. (2009: 35) memaparkan pengertian bagan/chart yaitu sebagai sebuah ringkasan visual suatu proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting. Konsep-konsep yang sulit dijelaskan secara verbal, diringkas kemudian disajikan dalam bentuk butir-butir penting yang divisualisasikan. Indriana (2011: 62) menyatakan hal lain mengenai bagan atau chart yaitu merupakan gambar sederhana dengan menggunakan garis dan simbol. Jadi, objek yang akan disampaikan digambarkan melalui simbol-simbol tertentu maupun garis yang dapat juga mendefinisikan keterhubungan antar objek tersebut.

Konsep yang abstrak dan memiliki keterhubungan dapat divisualkan melalui bagan ini. Dengan cara materi diringkas dan dituliskan point-point pentingnya. Sehingga materi lebih jeas dan mudah untuk dipahami oleh siswa. Dengan demikian materi yang akan disampaikan dapat diperjelas. Selain itu dengan kegiatan meringkas, dan pembuatan simbol-simbol tersebut secara tidak langsung


(55)

dapat mengaktifkan siswa tetapi dengan catatan siswa dilibatkan dalam pembuatan media tersebut.

e. Grafik (graphs)

Sadiman dkk (2009: 40) mendefinisikan grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Grafik ini biasa digunakan untuk menggambarkan data, menerangkan perkembangan, atau perbandingan sesuai objek serta peristiwa yang saling berhubungan. Jadi, data-data yang berkaitan dengan hal tersebut digambarkan melalui titik-titik, garis, maupun gmabar yang mewakilinya. Sehingga data yang sangat banyak dapat dijelaskan dengan mudah.

Hal lain ditambahkan oleh Indriana (2009: 62) yang menyatakan bahwa grafik yaitu penyajian data yang berangkat melalui perpaduan angka, garis, dan simbol. Jadi dengan objek yang dilambangkan melalui titik-titik, garis, dan simbol juga dijelaskan dengan angka sebagai presentasi objek tersebut. Sehingga dengan demikian objek yang diterangkan lebih jelas. Selain itu untuk memperjelas lagi grafik dapat disajikan dengan warna yang berbeda untuk mewakili setiap simbol tersebut.

f. Kartun

Sadiman, dkk. (2009: 45) menyatakan kartun adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Media ini berisikan gambar yang dibuat semenarik mungkin dengan memadukan warna, maupun konsep dan ditambahkan tulisan ringkas


(56)

untuk menyampaikan pesan. Kartun ini sesuai dengan karakteristik siswa dimana menyukai gambar-gambar lucu.

Sudjana dan Rivai (2010: 58) menambahkan pengertian kartun sebagai penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat. Jadi media kartun ini media yang berisikan gambar karikatur yang dibuat menarik untuk penyampaian pesan yang ditulis secara ringkas dengan tujuan mempengaruhi pendapat dari masyarakat. Agar melakukan sesuatu yang diinginkan sesuai dengan pesan yang hendak disampaikan.

g. Poster

Indriana (2009: 62) menjelaskan bahwa poster merupakan sajian kombinasi visual yang jelas, mencolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik perhatian. Media poster berisikan gambar dengan hiasan warna yang mencolok, serta dibuat menarik dan biasanya berisikan pesan yang persuasif, dan perintah larangan. Sadiman, dkk. (2009: 46) menyatakan jika poster merupakan wadah dalam penyampaian kesan-kesan terentu utnuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku yang melihatnya. Poster ada yang berisikan gambar, simbol, dan tulisan. Dibuat semenarik mungkin agar mudah mempengaruhi pembaca.

h. Peta dan globe

Sadiman, dkk. (2009: 48) menjelaskan fungsi peta dan globe yaitu untuk menyajikan data-data lokasi. Melalui peta atau globe ini letak suatu wilayah yang sangat luas digambarkan dengan cara diperkecil. Siswa akan dipermudah dalam mengamati wilayah-wilayah permukaan bumi.


(57)

3. Kelebihan Media Grafis

Menurut Indriana (2011: 63) kelebihan dari media grafis yaitu: a. mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa

b. menarik perhatian siswa c. proses pembuatan lebih cepat d. relatif murah

Pendapat di atas dapat diketahui jika kelebihan dari media grafis berguna untuk memperlancar penyampaian materi sehingga siswa mudah memahaminya. Selain itu dengan media grafis ini dapat menarik perhatian siswa. Menarik perhatian siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar. Dierich (Yamin, 2007: 85) menjelaskan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan agar kegiatan pembelajaran menjadi aktif dan menumbuhkan partisipasi siswa ialah adanya visual activities (kegiatan visual). Media grafis merupakan media visual, yang memaksimalkan penggunaan indera penglihatan untuk mengamatinya. Dapat disimpulkan jika media grafis memiliki kelebihan yaitu dapat mengaktifkan siswa.

4. Kekurangan Media Grafis

Indriana (2009: 63) menyebutkan beberapa kekurangan dari media grafis yaitu:

a. membutuhkan keterampilan khusus dari seorang guru untuk membuat dan menggunakan terutama untuk yang rumit


(58)

Berdasarkan pendapat tersebut media grafis memiliki kekurangan dalam segi keterampilan guru dalam pembuatan dan penggunaannya. Meskipun mudah untuk dibuat dan digunakan membutuhkan keterampilan khusus dari seorang guru tersebut. Guru harus mengetahui secara benar bagaimana penggunaan dari media tersebut. Agar tujuan dari penggunaan media tersebut tercapai. Selain itu media grafis ini terbatas pada unsur visual saja sehingga hanya memaksimalkan penggunaan indera penglihatan.

D.Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Sebagai upaya untuk menanamkan jiwa nasionalisme, pendidikan kewarganegaraan menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib untuk dipelajari. Tugas PKn menurut Wuryandani dan Fathurrohman (2012: 12) adalah mengembangkan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intellegence), membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility), dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation).

Mata pelajaran ini mencakup tiga unsur yang penting untuk ditanamkan pada siswa Sekolah Dasar (SD). Agar menjadi warga negara yang baik, sedari dini harus diajarkan niali-nilai sebagai warga negar yang baik. Tentunya harus memiliki segala aspek seperti pengetahuan yang cukup sebagai warga negar yang baik, memiliki jiwa nasionalisme dengan mengajarkan peran serta peserta didik dalam segala kepentingan negara. Juga menanamkan nilai tanggung jawab sebagai


(59)

warga negara Indonesia. Dengan demikian PKn menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan sedari dini.

Susanto (2015: 227) menjelaskan pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan ternecana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dapat diketahui bahwa mata pelajaran PKn menjadi sangat penting untuk diajarkan kepada peserta didik sebab segala potensi yang dimilikinya digali dan dikembangkan. Tentunya potensi yang dikembangkan dapat menjadikan warga negara yang baik. Sesuai dengan nilai dan moral bangsa Indonesia.

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Wuryandani dan Fathurrohman (2012: 9) menjelaskan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu mengembnagkan kemampuan peserta didik agar dapat tumbuh menjadi warga negara yang baik (good citizen). Adapun rincian dari kompetensi-kompetensi yang harus diberikan kepada siswa sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah sebagai berikut.

a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa PKn memiliki tujuan untuk menjadikan warga negara yang baik dari aspek kognitif, afektif, dan


(60)

psikomotor. Aspek tersebut membekali warga negara Indonesia untuk selain mempunyai wawasan hak dan kewajiban sebagai warga negara, juga memiliki kesadaran, dan mau untuk melakukan hak dan kewajibannya. Dengan harapan kelak akan menjadi warga negara yang cerdas dan terampil dalam mengikuti perkembangan jaman, juga dapat berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain diseluruh dunia.

E.Pemanfaatan Media Grafis dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1. Media Grafis yang Dapat Digunakan dalam PKn

Jenis-jenis media grafis tidak semua dapat digunakan dalam mata pelajaran PKn. Untuk itu perlu diketahui pemanfaatan media pembelajaran yang dapat digunakan pada mata pelajaran PKn di Sekolah Dasar (SD). Adapun penggunaan media grafis yang dapat digunakan pada mata pelajaran PKn menurut Wuryandani dan Fathurrohman (2011: 50-53) adalah gambar, bagan/chart, kartun, dan peta/globe. Berikut ini penjelasannya.

a. Gambar atau foto

Gambar atau foto merupakan media yang sering digunakan dalam pembelajaran PKn sebagai bentuk gambaran konkret kepada peserta didik mengenai konsep yang akan diajarkan. Gambar atau foto ini melukiskan objek yang digambarkan apa adanya. Sehingga tidak merekayasa dari sebuah objek yang akan digambarkan melainkan gambaran nyata dari sebuah objek tersebut. Atau juga dapat disebut sebagai tiruan objek dalam bentuk gambar.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membuat media gambar yaitu sebagai berikut.


(61)

1) Konkret atau nyata, materi yang disajikan hendaknya digambarkan dengan nyata

2) Gambar adalah miniatur dari sebuah objek yang nyata. Gambar yang disajikan haruslah nyata dalam mewakili objek yang akan disampaikan.

3) Gambar yang disajikan harus jelas b. Bagan/Chart

Media bagan atau chart dapat digunakan pda mata pelajaran PKn, dilihat dari fungsi utamanya yaitu mempermudah pemahaman siswa. Bagan atau chart yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran PKn contohnya bagan struktur organisasi pemerintahan, bagan struktur lembaga. Dalam pembuatan media ini tentunya harus mudah dimengerti siswa, sederhana namun tetap jelas. Selain itu penggunaan bagan atau chart ini dapat diganti disesuaikan dengan bahan materi yang dimana terus mengikuti perkembangan pengetahuan. Sebab jika tidak ada pembaharuan maka media tersebut tidak konkret, dimana tidak sesuai dengan kenyataan.

c. Kartun

Kartun menjadi salah satu media yang menarik untuk digunakan pada pembelajaran PKn SD. Dilihat dari karakteristik anak SD, yang menyukai kartun. Kartun ini merupakan media dalam bentuk simbol gambar dengan tujuan menyampaikan pesan. Jika ingin lebih menarik perhatian siswa lagi, pembuatan media kartun disesuaikan dengan perkembangan siswa. Dapat dibuat semenarik mungkin dengan gambar yang lucu-lucu, warna yang mencolok. Dengan demikian


(1)

2. Lembar Angket Pernyataan Positif No. Aspek yang Diamat i

Indikator Keaktifan Siswa yang Diamati

Keterangan Selalu Sering Kadang

-Kadang

Tidak

Pern-ah Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 1 Keaktif

-an visual

a. Siswa memperhatikan penjelasan guru Jika siswa mence ntang kolom SL Jika siswa mence ntang kolom SR Jika siswa mencen tang kolom KK Jika siswa mence ntang kolom TP b. Siswa membaca buku

c. Siswa mengamati media yang ditunjukkan guru 2 Keaktif

an Lisan a. Mengemukakan pendapat b. Menanggapi pertanyaan c. Mengajukan

pertanyaan pada guru d. Bertanya pada siswa

lain 3 Keaktif

an Mende ngarka n

a. Mendengarkan setiap penjelasan guru b. Mendengar pendapat

dan masukan dari siswa lain

4 Keaktif an Menuli s

a. Mencatat pelajaran b. Mengerjakan tugas

secara tertulis c. Mencatat hal-hal

penting 5 Keaktif

an Mengg ambar

a. Menggambar bagan atau tabel yang ditunjukkan guru 6 Keaktif

an Gerak

a. Mencari referensi lain b. Terlibat dalam

penggunaan media c. Mengamati media

lebih dekat 7 Keaktif

an Mental

a. Menyelesaikan tugas b. Belajar mandiri c. Tanya jawab tentang

materi yang akan dipelajari


(2)

d. Ikut menyimpulkan pembelajaran

e. Diskusi dengan teman atau kelompok

8 Keaktif an Emosio nal a. Semangat b. Berani c. Senang d. Tenang

3. Lembar Angket Pernyataan Negatif

No.

Aspek yang Diamat

i

Indikator Keaktifan Siswa yang Diamati

Keterangan Selalu Sering Kadang

-Kadang

Tidak

Pern-ah Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 1 Keaktif

-an visual

d. Siswa memperhatikan penjelasan guru Jika siswa mence ntang kolom SL Jika siswa mence ntang kolom SR Jika siswa mencen tang kolom KK Jika siswa mence ntang kolom TP e. Siswa membaca buku

f. Siswa mengamati media yang ditunjukkan guru 2 Keaktif

an Lisan e. Mengemukakan pendapat f. Menanggapi pertanyaan g. Mengajukan

pertanyaan pada guru h. Bertanya pada siswa

lain 3 Keaktif

an Mende ngarka n

c. Mendengarkan setiap penjelasan guru d. Mendengar pendapat

dan masukan dari siswa lain

4 Keaktif an Menuli s

d. Mencatat pelajaran e. Mengerjakan tugas

secara tertulis f. Mencatat hal-hal

penting 5 Keaktif

an Mengg ambar

b. Menggambar bagan atau tabel yang ditunjukkan guru 6 Keaktif d. Mencari referensi lain


(3)

an Gerak

e. Terlibat dalam penggunaan media f. Mengamati media

lebih dekat 7 Keaktif

an Mental

f. Menyelesaikan tugas g. Belajar mandiri h. Tanya jawab tentang

materi yang akan dipelajari

i. Ikut menyimpulkan pembelajaran

j. Diskusi dengan teman atau kelompok

8 Keaktif an Emosio nal

e. Semangat f. Berani g. Senang h. Tenang


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Media Grafis (Gambar) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan agama islam (Quasi eksperimen di SMP PGRI 1 Ciputat)

2 43 140

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD NEGERI 101768 TEMBUNG T.A 2013 / 2014.

0 1 24

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS 5 Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas 5 Sd Negeri 1 Kayen Tahun Pelajaran 2013-2014.

0 2 16

PENDAHULUAN Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas 5 Sd Negeri 1 Kayen Tahun Pelajaran 2013-2014.

0 1 8

EFEKTIVBEL Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas 5 Sd Negeri 1 Kayen Tahun Pelajaran 2013-2014.

0 1 11

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BAHOROK.

0 5 22

MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE GIVING QUESTIONS AND GETTING ANSWER KELAS IV SD NEGERI DAWUNG 2 KECAMATA

0 0 14

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FILM PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SOSIOLOGI.

0 0 43

PENGGUNAAN MEDIA MONOPOLI UNTUK MENIGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS KELAS V SD NEGERI GUNUNGSARI

0 0 25

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH AFEKTIF MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAGI SISWA SLOW LEARNER KELAS V DI SD NEGERI WIROPATEN SURAKARTA.

0 0 18