Analisis pengendalian intern terhadap sistem akuntansi penggajian studi kasus pada PT Telkom divisi regional II Jakarta

(1)

i

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN

TERHADAP SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN

STUDI KASUS PADA PT TELKOM

DIVISI REGIONAL II JAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Menempuh Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

CHRISTINA BUDI ASTUTI NIM : 94 2114 039 NIRM : 940051121303120038

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2002


(2)

ii

S K R I P S I

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN

TERHADAP SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN

STUDI KASUS PADA PT TELKOM

DIVISI REGIONAL II JAKARTA

Oleh:

CHRISTINA BUDI ASTUTI

NIM : 94 2114 039

NIRM : 940051121303120038

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Dra. YFM. Gien Agustinawansari,M.M.,Ak Tanggal: 5 Maret 2002

Pembimbing II


(3)

iii

S K R I P S I

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN TERHADAP

SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN

STUDI KASUS PADA PT TELKOM DIVISI REGIONAL II JAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh: CHRISTINA BUDI ASTUTI

NIM : 942114039 NIRM : 940051121303120038

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 23 April 2002

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Dra. YFM. Gien Agustinawansari,M.M,Ak ………... Sekretaris : Ir. Drs. Hansiadi YH.,M.Si.Ak ………. Anggota : Dra. YFM. Gien Agustinawansari,M.M,Ak ………. Anggota : Drs. YP. Supardiyono, M.Si.,Ak ………. Anggota : Drs. Joko Siswanto ,M.M.,Ak ………

Yogyakarta, April 2002 Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(4)

iv

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Siapapun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik bukanlah hal yang mudah.

( Aristotales, The Nichomachean Ethics) 2. Dengan mata hatilah kebenaran terlihat; hal-hal yang penting tak tampak di

depan mata.

( Antonie de Saint – Axupery, The Little Prince) 3. Sebab kebijaksanaan dan pengajaran adalah ketakukan akan Tuhan, dan Allah

berkenan pada kesetiaan dan hati lembut.

(Sirakh, 1 : 27)

4. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong,. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

( 1 Korintus 13 : 4 – 7)

Skripsi ini kupersembahkan untuk : Suamiku Mas Nitis Kita masih akan terus berjuang kan……


(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, April 2002

Penulis


(6)

vi ABSTRAK

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN TERHADAP SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN

STUDI KASUS PADA PT TELKOM DIVISI REGIONAL II JAKARTA

CHRISTINA BUDI ASTUTI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Y O G Y A K A R T A

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur penggajian dalam system akuntansi penggajian di PT Telkom Divisi Regional II Jakarta sudah baik, juga untuk mengetahui apakah system pengendalian intern terhadap system akuntansi penggajian sudah efektif.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada PT Telkom Divisi Regional II Jakarta. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi.

Teknik analisis data dilakukan dengan membandingkan antara teori dan praktik sistem akuntansi penggajian di PT Telkom. Untuk menganalisis efektivitas pengendalian intern sistem Akuntansi Penggajian digunakan metode stop-or-go-sampling.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pengendalian intern sistem akuntansi penggajian PT Telkom sudah baik. Hasil pengujian kepatuhan terhadap sample tidak ditemukan adanya penyimpangan atau jumlah kesalahan sama dengan 0 (nol), sehingga acceptable = desired yaitu sebesar 5%.Dengan demikian pengendalian intern dalam sistem akuntansi penggajian pada PT Telkom sudah efektif.


(7)

vii ABSTRACT

ANALYSIS THE INTERNAL CONTROL FOR THE ACCOUNTING SYSTEM OF SALARIES

A CASE STUDY AT PT TELKOM DIVISI REGIONAL II JAKARTA

CHRISTINA BUDI ASTUTI SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2002

This research aimed to find out whether salary procedure in accounting system of salaries at PT Telkom Divisi Regional II Jakarta had been good, and whether the internal control of the salary system had been effective.

This case study performed at PT Telkom Divisi Rergional II Jakarta. The techniques of data gathering are observation, interviews, questionnaires and documentation.

The analysis was conducted by comparing the current theory with the practise of PT Telkom. The analysis of the internal control system on the accounting system of salaries was performed using the stop-or-go sampling method.

The result of the examination of the sample found no deviation or a total error of zero, so that Achieved Upper Precision Limit same as with Desire Upper Precision Limit which equals 5%. Therefore the research concluded that the internal control system in the accounting system of salaries at PT Telkom had been effective.


(8)

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan yang Maha Esa atas segala karunia dan limpahan kasih-Nya sehingga skripsi dengan judul Analisis Pengendalian Intern Terhadap Sistem Akuntansi Penggajian ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan akuntansi di Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini tersusun berkat bimbingan, saran, nasehat dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami memgucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Fr. Reni Retno A.,S.E.,M.Si.,Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

2. Ibu Dra. YMF.Gien Agustinawansari ,M.M., Ak ., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bpk. YP. Supardiyono ,M.Si., Ak , selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesian skripsi ini.

4. Bapak Chr. Y. Wahyu Ari A, S.E.,M.M, Bpk Drs.Ign. Kuntoro M,S.E.,Ak., yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs.G. Anto Listianto MSA.,Ak selaku Dosen Penguji.

6. Bapak Marihot Sibarani, selaku Senior Manager Keuangan yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di PT Telkom.

7. Bapak Hanafiah, selaku Kepala Bagian Akuntansi yang telah banyak membantu dalam penelitian di PT Telkom.

8. Ibu Kristin, selaku Kepala Bagian Layanan SDM yang telah banyak membantu dalam penelitian di PT Telkom.


(10)

x

9. Bapak dan Ibu di Yogyakarta yang selalu memberi doa dan dukungannya juga bantuan materi yang telah diberikan.

10.Bapak dan Ibu di Banyuwangi yang selalu memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Mas-mas dan mbak-mbak di Yogyakarta dan mbak Ani di Jakarta yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Kakak-kakak iparku semua dan semua keponakan-keponakanku, terima kasih dukungannya.

13.Indra dan Ira, Stef dan Deni, Kelik dan Reni, Lina dan Ony, Iyon dan Ade, Cimenk dan teman-temanku semua; terima kasih dukungannya !!!

14.Mbak Yuli sekeluarga dan Ayu di Jakarta, yang telah banyak membantu penulisan selama melakukan penelitian.

15.Mbak Atun, Mas Hasto, Mas Frans, Mbak Heni dan Mas Yuli di Sekretariat Fakultas Ekonomi.

16.Mas Nitis, yang selalu sabar dan selalu memberi dukungan kepada penulis. 17.Semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian dan penyusunan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik maupun saran demi perbaikan tulisan ini sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, April 2002

Penulis


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Batasan Masalah ... 3

3. Perumusan Masalah ... 3

4. Tujuan Penelitian ... 3

5. Manfaat Penelitian ... 4

6. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II : LANDASAN TEORI 1. Pengendalian Intern 1). Pengertian Pengendalian Intern ... 6

2). Pentingnya Pengendalian Intern ... 6

3). Tujuan Pengendalian Intern ... 7

4). Elemen-elemen pengendalian Intern ... 8 2. Sistem Akuntansi


(12)

xii

1). Pengertian Sistem dan Sistem Akuntansi ... 13

2). Elemen Sistem Akuntansi Pokok ... 15

3). Peranan Elemen Sistem Akuntansi ... 16

4). Perbedaan Pengertian Sistem dan Prosedur ... 17

5). Tujuan Umum Penyusunan Sistem Akuntansi ... 18

3. Sistem Akuntansi Penggajian 1). Fungsi Yang Terkait ... 20

2). Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen ... 22

3). Dokumen yang Digunakan ... 23

4). Catatan Akuntansi yang Digunakan ... 28

5). Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem ... 31

6). Unsur-unsur Pengendalian Intern Penggajian ... 32

7). Bagan Alir Dokumen Sistem Penggajian ... 34

4. Pengujian Pengendalian 1). Jenis Pengujian Pengendalian ... 41

2). Tipe Pengujian Pengendalian ... 43

3). Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian . 43 4). Penentuan Resiko Pengendalian ... 45

5. Sampling Audit 1). Definisi Sampel ... 48

2). Pendekatan Sampling Audit ... 48

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian ... 54

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

3. Subyek Penelitian ... 54

4. Obyek Penelitian ... 55

5. Data Yang Dicari ... 55

6. Populasi dan Sampel ... 55

7. Teknik Pengumpulan Data ... 56


(13)

xiii

BAB IV : SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 63

2. Kegaitan Usaha ... 68

3. Struktur Organisasi Perusahaan ... 69

4. Sumber Daya Manusia ... 81

1). Rekrutasi ... 81

2). Mutasi Pegawai ... 82

3). Promosi Pegawai ... 83

4). Demosi Pegawai ... 83

5). Pendidikan dan Pelatihan ... 84

6). Jam Kerja ... 84

7). Komponen Gaji Pegawai ... 85

8). Cuti ... 86

9). Pemberhentian Pegawai ... 88

10).Formulasi Penghasilan Pegawai ... 88

BAB V : HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA 1. Analisis Data Sistem Akuntansi Penggajian 1). Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Secara Tegas ... 89

2). Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan ... 91

3). Praktik yang Sehat ... 94

4). Karyawan yang Kompoten ... 96

2. Efektivitas Pengendalian Intern Sitem Akuntansi Penggajian PT Telkom ... 98

BAB VI : KESIMPULAN, KETERBATASAN PENULISAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 104

2. Keterbatasan Penulisan ... 107


(14)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ……… 108 DAFTAR PERTANYAAN ………... 109 LAMPIRAN ………... 110


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel 3.1. Tabel Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian

Kepatuhan (Zero Expected Occurences) ... 58 2. Tabel 3.2. Penentuan Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian

Kepatuhan ... 59 3. Tabel 3.3. Stop-or-go Decision ... 60 4. Tabel 3.4. Tabel Angka Acak ... 62 5. Tabel 5.1. Tabel Perbandingan Teori dan Praktik Struktur Organisasi

yang Memisahkan Tanggung Jawab secara Tegas ... 90 6. Tabel 5.2. Tabel Perbandingan Teori dan Praktik Sistem Otorisasi dan

Prosedur Pencatatan ... 94 7. Tabel 5.3. Tabel Perbandingan Teori dan Praktik, Praktik yang

Sehat ... 96 8. Tabel 5.4. Tabel Pengujian Kepatuhan Pengendalian Intern Sistem

Akuntansi Penggajian ... 100 9. Tabel 5.5. Tabel Attribute Sampling for Determining storp-or-goSample


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1. Daftar Hadir Karyawan ... 23

2. Gambar 2.2. Kartu Jam Hadir ... 24

3. Gambar 2.3. Kartu Jam Kerja ... 25

4. Gambar 2.4. Daftar Gaji ... 25

5. Gambar 2.5. Rekapitulasi Daftar Gaji ... 26

6. Gambar 2.6. Surat Pernyataan Gaji ... 27

7. Gambar 2.7. Bukti Kas Keluar ... 28

8. Gambar 2.8. Jurnal Umum ... 28

9. Gambar 2.9. Kartu Harga Pokok Produk ... 29


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dunia perekonomian saat ini sudah semakin kompleks dengan berbagai persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan di tingkat lokal, nasional dan internasional. Persaingan tersebut semakin terasa dengan akan dimulainya era ekonomi global dan hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan besar, menengah dan kecil di negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia. Berbagai aspek yang ikut berpengaruh terhadap kesiapan dunia usaha dalam menghadapi persaingan tersebut adalah faktor manusia dan sistem yang digunakan dalam menjalankan operasi perusahaan.

Manajemen pada perusahaan-perusahaan besar terutama yang sudah go public memiliki tanggung jawab berat, karena harus mempertanggungjawabkan semua kegiatan perusahaan kepada masyarakat umum, disatu sisi harus siap berhadapan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang sudah siap dalam segala hal, baik sumber daya manusia maupun sistem yang digunakan. Hal tersebut terbukti dengan semakin banyaknya sektor-sektor yang dikuasai oleh perusahaan multinasional. Berbagai fungsi bisa terkontrol dengan baik sehingga keputusan-keputusan di tingkat manajemen menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pengembangan usaha.

Ada banyak tawaran sistem atau metode yang bisa diaplikasikan oleh perusahaan, namun metode atau sistem yang dipilih oleh manajemen dari


(18)

berbagai tawaran tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Semakin kompleks operasi perusahaan, maka manajemen semakin membutuhkan sistem yang baik dalam penyajian berbagai informasi termasuk informasi keuangan. Karena penting bagi manajemen untuk memperoleh informasi yang akurat apabila pihak manajemen akan menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.

Salah satu hal penting bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan di tingkat manajemen adalah memberikan perhatian terhadap sumber daya manusia. Karena manusia menjadi motor utama dalam setiap kegiatan perusahaan. Perhatian tersebut dapat berupa peningkatan skill atau kemampuan dengan cara pelatihan, training-training, studi lanjut maupun pemberian balas jasa yang layak.

Apabila pekerja atau karyawan perusahaan memperoleh imbalan jasa yang layak, maka kemungkinan untuk terjadi penyelewengan maupun perlawanan-perlawanan terhadap perusahaan akan semakin kecil. Sebagai contoh ketika terjadi demo karyawan pabrik, apa yang terjadi; aktifitas produksi terganggu, perusahaan menjadi rugi dan disatu sisi kredibilitas perusahaan di mata publik menjadi turun, hal tersebut banyak terjadi karena dilatarbelakangi oleh penghargaan atau balas jasa perusahaan terhadap karyawan dinilai masih kurang.

Untuk menghindari kejadian tersebut, maka manajemen membutuhkan suatu sistem yang efektif dalam penentuan balas jasa yang bisa di terima oleh semua pihak, disatu sisi perusahaan tidak dirugikan.


(19)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mencoba untuk meneliti penerapan pengendalian intern pada sistem akuntansi penggajian.

2. Batasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi masalah pada pengendalian intern sistem akuntansi penggajian pada PT. Telkom Divisi Regional II Jakarta.

3. Perumusan Masalah

1). Apakah penerapan prosedur penggajian pada PT. Telkom Divisi Regional II Jakarta sudah sesuai dengan sistem akuntansi penggajian?

2). Apakah pengendalian intern yang diterapkan oleh PT. Telkom Divisi Regional II Jakarta sudah efektif?

4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah:

1). Untuk mengetahui apakah prosedur penggajian pada PT. Telkom Divisi Regional II Jakarta sudah sesuai dengan sistem akuntansi penggajian.

2). Untuk mengetahui apakah pengendalian intern yang diterapkan oleh PT. Telkom Divisi Regional II Jakarta sudah efektif.


(20)

5. Manfaat Penelitian 1). Bagi Perusahaan

Dapat dijadikan sumber informasi dan pembandingan bagi perusahaan untuk membantu manajemen dalam mengawasi sistem penggajian agar tujuan perusahaan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang dapat tercapai.

2). Bagi Universitas Sanata Dharma

Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lebih lanjut dan juga dapat dipakai sebagai bacaan ilmiah.

3). Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penalaran dalam mengamati dunia praktek kerja yang nyata dengan teori yang telah didapat.

6. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Berisi teori-teori yang mendukung untuk menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan. Adapun isinya adalah pengendalian intern, sistem akuntansi penggajian, pengujian pengendalian dan sampling audit.


(21)

BAB III : METODOLOGI PENELLITIAN

Berisi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, data yang dicari, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan serta tanggung jawab dan fungsi masing-masing bagian serta berbagai hal yang berkaitan dengan sumber daya manusia di PT Telkom Divisi Regional II.

BAB V : HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA Bab ini berisi temuan penelitian yang dilakukan yaitu tentang

prosedur penggajian dan pengendalian intern yang diterapkan dan hasil pengujian terhadap efektivitas pengendalian intern. BAB VI : KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN

SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari analisis data yang dilakukan terhadap prosedur penggajian dan efektivitas pengendalian intern yang sudah diterapkan, serta keterbatasan penelitian, dan saran yang diberikan oleh penulis untuk perbaikan sistem yang belum diterapkan.


(22)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

1. PENGENDALIAN INTERN

1). Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian Intern adalah suatu hal yang memegang peran penting dalam auditing. Untuk itu perlu diketahui difinisi tentang pengendalian intern tersebut.

Pengendalian Intern adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. (Abdul Halim, 1995:161)

Salah satu latar belakang timbulnya kebutuhan pengendalian intern karena masuknya orang lain yang bukan sebagai pemilik di dalam aktivitas usaha. Pemilik berkepentingan mengamankan harta kekayaannya. Alasan lain mengapa perusahaan perlu memiliki suatu pengendalian intern adalah untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah dicanangkan oleh pemilik atau manajemen secara efektif dan efisien.

2). Pentingnya Pengendalian Intern

Pengendalian intern sangat penting karena: (Abdul Halim, 1995:162)

(1). Lingkup dan ukuran entitas bisnis semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan manajemen harus mengandalkan laporan dan analisis yang banyak jumlahnya agar peranan pengendalian dapat berjalan efektif.


(23)

(2). Pemeriksanaan dan penelaahan dalam sistem yang baik memberikan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi.

(3). Pengendalian intern yang baik akan mengurangi beban pelaksanaan audit sehingga dapat mengurangi biaya ataupun fee audit.

Bagi perusahaan, pengendalian dapat digunakan secara efektif untuk mencegah penggelapan maupun penyimpangan. Dengan kata lain, pengendalian intern memberikan kepastian bahwa penggelapan laporan keuangan dapat dicegah atau dideteksi lebih dini.

3). Tujuan Pengendalian Intern

Menurut tujuannya pengendalaian intern dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pengendalian akuntansi dan pengendalian administratif. (Mulyadi, 1992:68)

(1). Pengendalian Akuntansi (Accounting Control)

Pengendalian akuntansi merupakan bagian dari pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk:

(1.1). Menjaga kekayaan dan catatan akuntansi

Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalahgunakan atau hancur karena kecelakaan kecuali jika kekayaan tersebut dilindungi dengan pengendalian yang memadai.


(24)

(1.2). Mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansi

Pengendalian intern untuk memberikan jaminan proses pengolahan data akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan handal. Manajemen memerlukan informasi keuangan yang teliti dan handal untuk menjalankan kegiatan usahanya dan digunakan untuk dasar pengambilan keputusan.

(2). Pengendalian Administratif (Administrative Control)

Pengendalian administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk:

(2.1). Mendorong efisiensi

Pengendalian intern ditujukan untuk mencegah pemborosan dalam segala bisnis perusahaan dan untuk mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efisien.

(2.2). Dipatuhinya kebijakan manajemen

Pengendalian intern ditujukan untuk memberikan jaminan yang memadai agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan perusahaan.

4). Elemen-elemen Pengendalian Intern

Pengendalian intern memiliki tiga unsur pokok yaitu lingkungan pengendalian, sistem akuntansi dan prosedur pengendalian intern.


(25)

(1). Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian memiliki empat unsur yaitu filosofi dan gaya operasi, berfungsinya dewan komisaris dan komite pemeriksa, metode pengendalian manajemen, dan kesadaran pengendalian. (Mulyadi, 1993:174).

(1.1). Filosofi dan gaya operasi

Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic believe)

yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawan. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan oleh perusahaan, sedangkan gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu kesatuan usaha harus dilaksanakan. Ada manajer yang memilih gaya operasi yang sangat menekankan pentingnya pelaporan keuangan, penyusunan dan penggabungan anggaran sebagai alat pengukur kinerja manajer dan pencapaian tujuan yang telah dicanangkan dalam anggaran. (1.2). Berfungsinya dewan komisaris dan komite pemeriksa

Untuk menciptakan independensi akuntan publik, perusahaan-perusahaan yang go public sebaiknya mengalihkan wewenang penunjukkan akuntan publik dari tangan manajemen puncak ke tangan dewan komisaris atau komite pemeriksa (audit comitte).

Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang


(26)

dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dengan demikian dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi pengendalian yang terlalu banyak ditangan manajemen (direksi).

(1.3). Metode pengendalian manajemen

Pengendalian manajemen merupakan metode perencanaan dan pengendalian alokasi sumber daya perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan dan pengendalian manajemen dilakukan melalui empat tahap yaitu penyusunan anggaran (rencana jangka panjang dan jangka pendek), pelaksanaan dan pengukuran, pelaporan dan analisis.

(1.4). Kesadaran pengendalian

Kesadaran pengendalian dapat tercermin dari reaksi yang ditunjukkan oleh manajemen dari berbagai jenjang organisasi atas kelemahan pengendalian yang ditujukan oleh akuntan intern atau akuntan publik.

(2). Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi meliputi metode-metode dan catatan-catatan yang diterapkan manajemen untuk mencatat, melaporakan transaksi, kejadian dan untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan tansaksi dan kejadian tersebut.


(27)

Sistem akuntansi yang efektif harus meliputi metode-metode dan catatan-catatan yang dapat : (Munawir, 1995:230)

(2.1). Mengindentifikasi semua yang sah

(2.2). Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci sehingga memungkinkan adanya klasifikasi transaksi secara tepat untuk pelaporan keuangan.

(2.3). Mengukur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan nilai keuangan dalam laporan keuangan.

(2.4). Menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan transaksi pada periode akuntansi yang tepat.

(2.5). Menyajikan transaksi dan pengungkapannya dalam laporan keuangan dengan semestinya.

(3). Prosedur Pengendalian Intern

Prosedur pengendalian intern berupa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen untuk memperoleh jaminan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha akan dapat dicapai. Prosedur pengendalian dapat dikelompokkan sebagai berikut: (Munawir, 1995:231)

(3.1). Otorisasi yang tepat atas transaksi

Tujuan utamanya adalah untuk menjamin bahwa semua transaksi telah diotorisasi oleh manajemen yang berwenang, baik otorisasi yang bersifat umum maupun khusus. Otorisasi umum berhubungan dengan transaksi yang pada umumnya


(28)

bersifat rutin, seperti pemberian kredit, pembelian dan penjualan, sedangkan otorisasi khusus berhubungan dengan transaksi yang tidak rutin misalnya pengeluaran yang besar (capital expenditures), emisi saham, penerbitan utang obligasi, otorisasi kredit yang melebihi batas tertentu.

(3.2). Pemisahan tugas

Berkaitan dengan pemberian tanggung jawab dalam suatu transaksi sebagai pekerjaan orang atau badan tertentu secara otomatis dapat dicek oleh orang atau bagian lain. Tujuan utama dari pemisahan tugas adalah untuk mencegah dan menemukan sedini mungkin adanya kekeliruan/ketidakberesan dalam pelaksanaan tanggung jawab yang dibebankan.

(3.3). Dokumen dan catatan

Dokumen memberikan bukti terjadinya transaksi berikut harga, sifat dan syarat transaksi. Dokumen juga merupakan dasar untuk penetapan tanggung jawab pelaksana dan pencatat transaksi. Catatan meliputi juga catatan pendapatan pegawai yang menunjukkan jumlah pembayaran gaji kumulatif tiap-tiap pegawai, catatan persediaan secara perpetual dan ringkasan dokumen yang dikeluarkan (misalnya faktur penjualan dan cek).


(29)

(3.4). Pengendalian kewengan

Pengendalian kewenangan diperhatikan dalam kaitannya dengan pembatasan dua tipe akses terhadap aktiva dan perhitungan catatan yaitu kewenangan langsung terhadap fisik dan kewenangan tidak langsung melalui pemeriksaan dokumen, dengan demikian pengendalian kewenangan terutama berkaitan dengan alat pengaman dan cara penyimpanan terhadap aktiva, catatan program-program komputer serta arisp-arsip. Tindakan pengamanan dapat pula berupa ketentuan bahwa yang berwenang menyimpan, memindahkan atau menggunakan hanya orang yang telah diotorisasi untuk itu.

(3.5). Pengecekan independen

Mencakup verifikasi terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh individu atau bagian lain atau kebenaran penilaian jumlah yang dicatat.

2. SISTEM AKUNTANSI

1). Pengertian Sistem dan Sistem Akuntansi

(1). Pengertian sistem adalah:

Sekelompok elemen yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. (Mulyadi, 1993:5)

Dari pengertian tersebut dapat dirinci lebih lanjut mengenai sistem sebagai berikut:


(30)

(1.1). Setiap sistem terdiri dari elemen-elemen.

Elemen-elemen suatu sistem terdiri dari sub sistem yang lebih kecil yang terdiri pula dari kelompok elemen yang membentuk sub sistem tersebut.

(1.2). Elemen-elemen tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang bersangkutan.

Elemen-elemen sistem yang berhubungan erat satu dengan lainnya dan sifat serta kerja sama antar elemen sistem tersebut mempunyai bentuk tertentu.

(1.3). Elemen sistem tersebut bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem.

Setiap sistem mempunyai tujuan tertentu.

(1.4). Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.

(2). Pengertian sistem akuntansi adalah:

Organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. (Mulyadi, 1993:6)


(31)

2). Elemen Sitem Akuntansi Pokok

Elemen sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan keuangan. Berikut uraian lebih lanjut mengenai elemen sistem akuntansi pokok: (Mulyadi, 1993:4)

(2.1). Formulir

Formulir merupakan dokumen pertama yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering juga disebut dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam/didokumentasikan di atas secarik kertas. Formulir sering pula disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan akuntansi. Contoh formulir adalah faktur penjualan, bukti kas keluar dan cek.

(2.2). Jurnal

Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data keungan dan data lainnya. Sumber informasi pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir. Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal penjualan dan jurnal umum.

(2.3). Buku besar

Buku besar (general ledger) tediri dari akun-akun yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam


(32)

jurnal. Akun-akun dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan elemen-elemen informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Contoh buku besar adalah kas, piutang, utang, dan modal.

(2.4). Buku pembantu

Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rinciannya lebih lanjut dapat dibentuk buku pembantu (subsidiary ledger). Buku pembantu ini terdiri dari akun-akun pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam akun tertentu dalam buku besar. Contoh buku pembantu adalah buku pembantu piutang, buku pembantu utang. Buku besar dan buku pembantu ini merupakan catatan akhir (books of final entry) yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam akun buku besar dan buku pembantu.

(2.5). Laporan

Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang berupa neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahan laba yang ditahan.

3). Peranan Elemen Sistem Akuntansi

Suatu hal yang perlu diingat bahwa formulir dan dokumen-dokumen ini mempunyai peranan yang penting dala suatu sistem akuntansi. Peranan atau kegunaan formulir dan dokumen-dokumen dalam sistem akuntansi menurut Cecil Gillespie (Baridwan, 1990:8) adalah sebagai berikut:


(33)

(1). Untuk menentukan hasil kegiatan perusahaan

Peranan ini dapat dilihat dari pekerjaan membuat distribusi dan pembuatan laporan-laporan untuk pimpinan.

(2). Untuk menjaga aktiva-aktiva dan utang-utang perusahaan

Peranan ini dapat dilihat dari penggunaan akun-kaun sehingga dapat diketahui saldo masing-masing rekening.

(3). Untuk memerintahkan mengerjakan suatu pekerjaan

Peranan ini dapat dilihat antara lain dari penggunaan surat perintah pengiriman untuk mengirim barng-barang dan penggunaan surat permintaan pembelian agar dibelikan barang-barang yang dibutuhkan. (4). Untuk memudahkan penyusunan rencana-rencana kegiatan, penilaian

hasil-hasilnya dan penyesuaian rencana-rencana.

Peranan ini dapat dilihat dari penggunaan rencana produksi yang akan digunakan untuk menilai kegiatan produksi kemudian kalau diperlukan mengadakan perubahan terhadap rencana tadi.

4). Perbedaan Pengertian Sistem dan Prosedur

Dalam membahas sistem akuntansi perlu diadakan pengertian sistem dan prosedur agar dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai berbagai sistem yang menghasilkan berbagai macam formulir yang diolah dalam sistem akuntansi.


(34)

(1). Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. (2). Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya

melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. (Mulyadi, 1993:8)

Kegiatan klerikal (clerical operation) terdiri dari kegiatan-kegiatan menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih (menyortasi), memindahkan dan membandingkan.

5). Tujuan Umum Penyusunan Sistem Akuntansi

Penyusunan sistem akuntansi untuk suatu perusahaan mempunyai beberapa tujuan yaitu:

(1). Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru. Kebutuhan penyusunan sistem akuntansi terjadi jika perusahaan baru didirikan atau suatu perusahaan menciptakan usaha baru yang berbeda dengan usaha yang telah dijalankan selama ini.

(2). Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasinya.

(3). Untuk memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengecekan intern, yaitu memperbaiki tingkat keandalan (realiability) informasi akuntansi dan menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.


(35)

(4). Untuk mengurangi biaya klerikel dan penyelenggaraan catatan akuntansi.

3. SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN

Dalam perusahaan manufaktur, pembayaran kepada karyawan biasanya dibagi menjadi dua golongan yaitu gaji dan upah. Gaji umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer, sedangkan upah pada umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana (buruh). Umumnya gaji dibayarkan secara tetap perbulan sedangkan upah dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam kerja, atau jumlah satuan produk yang dihasilkan oleh karyawan.

Sistem akuntansi penggajian dalam perusahaan manufaktur melibatkan fungsi kepegawaian, fungsi keuangan dan fungsi akuntansi. Fungsi kepegawaian bertanggungjawab dalam pengangkatan karyawan, penetapan jabatan, penetapan tarif gaji dan upah, promosi dan penurunan pangkat, mutasi karyawan, penghentian dari pekerjaannya, dan penetapan berbagai tunjangan kesejahteraan karyawan serta penghitungan gaji dan upah karyawan. Fungsi keuangan bertanggung jawab atas pelaksanaan pembayaran gaji dan upah serta berbagai tunjangan kesejahteraan karyawan. Fungsi akuntansi bertanggung jawab atas pencatatan biaya tenaga kerja dan distribusi biaya tenaga kerja untuk kepentingan perhitungan harga pokok produk dan penyediaan informasi guna pengawasan biaya tenaga kerja .


(36)

Berikut diuraikan lebih lanjut tentang berbagai fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penggajian.(Mulyadi, 1993:377)

1). Fungsi yang Terkait

Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penggajian adalah: (Mulyadi, 1993:386)

(1). Fungsi Kepegawaian

Kegiatan yang dilakukan fungsi kepegawaian atau personalia meliputi: memelihara arsip lamaran pekerjaan, memelihara hubungan dengan lembaga-lembaga penghasil calon pegawai seperti sekolah tinggi, akademi, universitas, dan balai latihan kerja, mengadakan seleksi calon pegawai yang pada umumnya meliputi seleksi kemampuan teknis (technical test), seleksi sikap, minat (psyco test),

dan seleksi kesehatan, melakukan processing data pegawai baru meliputi penyiapan surat keputusan pengangkatan dan penempatan dalam golongan gaji bagi pegawai baru dan penyiapan laporan penarikan tenaga kerja ke departemen tenaga kerja, melakukan pengembangan pegawai dan pemberhentian pegawai.

(2). Fungsi Pencatatan Waktu

(2.1). Mengawasi pegawai dalam memasukkan kartu hadir ke dalam mesin absensi untuk memastikan bahwa hanya kartu pegawai


(37)

yang bersangkutan sajalah yang dimasukkan ke dalam mesin absensi.

(2.2). Membuat rekapitulasi waktu hadir/kerja dan menyerahkan kepada pembuat daftar gaji.

(3). Fungsi Pembuat daftar gaji

(3.1). Membuat daftar gaji yang berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi beban setiap karyawan selama jangka waktu pembayaran gaji.

(3.2). Daftar gaji diserahkan oleh fungsi pembuat daftar gaji kepada fungsi akuntansi guna pembuatan bukti kas keluar yang dipakai sebagai daftar untuk pembayaran gaji dan upah kepada karyawan.

(4). Fungsi Utang

Fungsi utang bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam hubungannya dengan pembayaran gaji. Fungsi utang yang menangani sistem akuntansi:

(4.1). Bagian Utang

Bertanggung jawab untuk memproses pembayaran gaji seperti yang tercantum dalam daftar gaji. Bagian ini juga menerbitkan bukti kas keluar yang memberi otorisasi kepada fungsi pembayaran gaji untuk membayar gaji kepada karyawan seperti yang tercantum dalam daftar gaji.itu.


(38)

(4.2). Bagian Kartu Gaji

Bertanggungjawab untuk mencatat distribusi biaya kedalam kartu harga pokok produk dan kartu biaya berdasarkan rekap daftar gaji dan kartu jam kerja (untuk tenaga kerja langsung pabrik).

(4.3). Bagian Jurnal

Bertangung jawab untuk mencatat biaya gaji dalam jurnal umum.

(5). Fungsi Keuangan

Bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji setiap karyawan untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.

2). Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen

Informasi yang dibutuhkan oleh manajemen dari kegiatan penggajian adalah:(Mulyadi, 1993:378)

(1). Jumlah biaya gaji yang menjadi beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu.

(2). Jumlah biaya gaji yang menjadi beban setiap pusat pertanggungjawaban selama periode tertentu.


(39)

(4). Rincian unsur biaya gaji yang menjadi beban perusahaan dan setiap pusat pertanggungjawaban selama periode akuntansi tertentu.

3). Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penggajian adalah: (1). Kartu Jam Hadir

Dokumen ini digunakan oleh fungsi pencatat waktu untuk mencatat jam hadir setiap karyawan di perusahaan. Contoh daftar hadir karyawan pada Gambar 2.1 dan kartu jam hadir pada Gambar 2.2 berikut ini

DAFTAR HADIR KARYAWAN Minggu Yang Berakhir Tanggal:….. Nama

Karyawan

Senin Selasa Rabu

Masuk Keluar Jam

Total

Masuk Keluar Jam Total

Masuk Keluar Jam Total 1 2 3 4 5 6 7

Kamis Sabtu Total Jam

Seminggu Masuk Keluar Jam

Total

Masuk Keluar Jam Total Jam Biasa Jam Lembur Tanda Tangan Karyawan 1 2 3 4 5 6 7


(40)

KARTU JAM HADIR

No:

Nama : Periode

Jam Biasa : Tarif : Jumlah: Jam Lembur : Tarif : Jumlah:

Jumlah Penghasilan

Potongan :

Pph pasal 21 :

Utang :

Lain-lain :

Jumlah Potongan: Jumlah yang Harus Dibayar

M K M K M K M K

Gambar 2.2 Kartu Jam Hadir

(2). Dokumen Pendukung Perubahan Gaji

Dokumen ini umumnya dikeluarkan oleh fungsi kepergawaian berupa surat keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.

(3). Kartu Jam Kerja

Kartu kerja digunakan untuk mencatat waktu yang dikonsumsi oleh tenaga kerja langsung pabrik guna menegrjakan pesanan tertentu. Contoh kartu jam kerja pada Gambar 2.3


(41)

KARTU JAM KERJA

Box Potong Box Potong Nama Jam

Kerja

Waktu Tanggal No. Kartu

Jam Kerja Nama

Brg

No. Order

Jumlah Potongan Barang

Mandor Kepala Bagian Total Jam Kerja

Gambar 2.3 Kartu Jam Kerja (4). Daftar Gaji

Berisi jumah gaji dan upah setiap karyawan dikurangi dengan potongan-potongan berupa Pph pasal 21, utang dan iuran karyawan. Contoh daftar gaji pada Gambar 2.4

DAFTAR GAJI BULAN :…… Tarif gaji Nama Karyawan Nomor

Induk

Jumlah Jam

Lembur Jumlah Per bulan Gaji Biasa Gaji Lembur Total gaji 1 2 3 4 5 6 7

POTONGAN GAJI KARYAWAN

Pph psl 21 Iuran Organisasi Karyawan

Dana Pensiun

Koperasi Yayasan Lain-lain Jml Potongan Gaji Bersih 1 2 3 4 5 6 7


(42)

(5). Rekap Daftar Gaji

Berisi ringkasan gaji per depertemen yang dibuat berdasarkan daftar gaji. Contoh rekap daftar gaji dapat dilihat pada Gambar 2.5

REKAPITULASI GAJI BULANAN:…….. Departeme

n /Bagian

Gaji Biasa

Gaji Lembur

Potongan Gaji Karyawan Gaji

Bersih

Pph ps

21

Iuran Org. Kary.

Dana Pensiun

Lain-lain

1 2 3 4 5 6 7

Gambar 2.5 Rekap Daftar Gaji

(6). Surat Pernyataan Gaji dan Upah

Dokumen dibuat sebagai catatan bagi karyawan mengenai rincian gaji dan upah yang diterima setiap karyawan. Contoh pernyataan gaji dan upah pada Gambar 2.6


(43)

SURAT PERNYATAAN GAJI Bulan:

Nama:

No. Induk Karyawan:

Departemen:

Bagian:

Gaji/Upah Biasa

Gaji/Upah Lembur

Jumlah Gaji/Upah Bruto: Rp.

Pph psl 21 :

Iuran Org. Karyawan:

Dana Pensiun:

Lain-lain:

Jumlah Potongan:

Gaji/Upah Bersih Rp.

Gambar 2.6 Surat pernyataan Gaji

(7). Amplop Gaji dan Upah

Uang gaji dan upah karyawan diserahkan kepada setiap karyawan dalam amplop gaji dan upah.

(8). Bukti Kas Keluar

Dokumen ini merupakan perintah pengeluaran uang yang dibuat oleh petugas fungsi akuntansi kepada petugas fungsi keuangan. Contoh bukti kas keluar pada Gambar 2.7


(44)

No. BKK No. Cek : BUKTI KAS KELUAR

Dibayarkan: Jumlah Uang: Rp

Untuk Keperluan:

Tanda Tangan

Tanggal No. Rek Jumlah

Direktur Keuangan Kep.Dep Keuangan Kepala Bagian

Kasa

Gambar 2.7 Bukti Kas Keluar

4). Catatan Akuntansi Yang Digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan dalam siklus penggajian adalah: (Mulyadi, 1993:386)

(1). Jurnal umum

Jurnal umum digunakan untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja kedalam setiap departemen dalam perusahaan. Contoh jurnal umum pada Gambar 2.8

Halaman: JURNAL UMUM

Tanggal Keterangan No. Bukti No. Rekening Debit Kredit


(45)

(2). Kartu harga pokok produk

Digunakan untuk mencatat upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu. Contoh kartu harga pokok produk pada Gambar 2.9

KARTU HARGA POKOK PRODUK

Nama Pemesan Nomor Pemesan Tanggal Mulai

Spesifikasi Kuantitas Tanggal Selesai Biaya Bahan Baku Biaya TKL Biaya Overhead

Pabrik

Anggaran Biaya Biaya Bhn Baku ….

Biaya TKL …. BOP …. .Jumlah …. Harga Pokok/sat …. Tgl No.

BPPBG Jml

Rp

Tgl Jam Kerja

Jml Rp

Tgl Tarif Jml Rp

Realisasi Biaya

Biaya Bhn Baku …. Biaya TKL ….

BOP …. .Jumlah …. Harga Pokok/sat ….

Otorisasi Kepala Bagian Akuntansi Kepala Bagian Akuntansi Biaya


(46)

(3). Kartu Biaya

Digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja non produk setiap departemen dalam perusahaan.

(4). Kartu Penghasilan Karyawan

Digunakan untuk mencatat penghasilan yang diterima oleh setiap karyawan. Contoh kartu penghasilan karyawan pada Gambar 2.10

KARTU PENGHASILAN KARYAWAN

Nama: No. Induk Departemen Bagian

Penghasilan dan Potongan

Januari Februari Maret April Desember Jumlah Total Gaji/Upah

biasa Gaji/Upah Lembur

Jumlah Upah/Gaji Potongan: Pph psl 21 Iuran Org. Karyawan Dana Pensiun Lain-lain

Jumlah Potongan Gaji/Upah Bersih Tanda tangan Penerimaan


(47)

5). Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem

Sistem penggajian terdiri dari jaringan prosedur berikut ini: (Mulyadi, 1993:399)

(1). Prosedur Pencatatan waktu Hadir

Prosedur ini bertujuan untuk mencatat waktu hadir karyawan. Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan oleh fungsi pencatat waktu dengan menggunakan daftar hadir pada pintu masuk kantor administrasi atau pabrik. Pencatatan waktu hadir dapat menggunakan daftar hadir, dimana karyawan harus menandatanganinya setiap hadir dan pulang dari perusahaan atau dapat menggunakan kartu hadir berupa clock card yang dicap secara otomatis dengan menggunakan mesin pencatat waktu time recorder. Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan untuk menentukan gaji karyawan.

(2). Prosedur pembuatan daftar gaji

Dalam prosedur ini fungsi pembuat daftar gaji membuat daftar gaji karyawan. Data yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar gaji adalah surat-surat keputusan mengenai pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, pemberhentian karyawan, penurunan pangkat, daftar gaji bulan sebelumnya dan daftar hadir.

(3). Prosedur distribusi biaya gaji

Dalam prosedur distribusi biaya gaji, biaya tenaga kerja didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaat tenaga kerja.


(48)

(4). Prosedur pembuatan bukti kas keluar

Bukti kas keluar merupakan perintah kepada fungsi keuangan untuk mengeluarkan sejumlah uang, pada tanggal dan untuk keperluan seperti yang tercantum dalam dokumen tersebut.

(5). Prosedur pembayaran gaji

Prosedur pembayaran gaji melibatkan fungsi pencatatan utang dan fungsi pembayaran gaji. Fungsi pencatat utang memberi perintah untuk pengeluaran kas kepada fungsi pembayar gaji untuk menulis cek guna pembayaran gaji. Fungsi pembayaran gaji kemudian menguangkan cek tersebut ke bank dan memasukkan uang ke amplop gaji.

6). Unsur Pengendalian Intern Sistem Akuntansi Penggajian

Unsur sistem pengendalian intern dalam sistem akuntansi penggajian adalah sebagai berikut: (Mulyadi, 1993:390)

(1). Organisasi

(1.1). Fungsi pembuatan daftar gaji harus terpisah dari fungsi pembayaran gaji.

(1.2). Fungsi pencatatan waktu hadir harus terpisah dari fungsi operasi.


(49)

(2). Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

(2.1). Setiap orang yang namanya tercantum dalam daftar gaji harus memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai karyawan perusahaan yang ditandatangani oleh direktur utama.

(2.2). Setiap perubahan gaji karyawan karena perubahan pangkat, perubahan tarif gaji, tambahan keluarga harus didasarkan pada surat keputusan direktur utama.

(2.3). Setiap potongan atas gaji karyawan selain dari pajak penghasilan karyawan harus didasarkan atas surat potongan gaji yang diotorisasi oleh bagian personalia.

(2.4). Kartu jam hadir harus diotorisasi oleh fungsi pencatat waktu. (2.5). Perintah lembur harus diotorisasi oleh kepala departemen

karyawan yang bersangkutan.

(2.6). Daftar gaji harus diotorisasi oleh fungsi personalia.

(2.7). Perubahan dalam kartu penghasilan karyawamn direkonsiliasi dengan daftar gaji karyawan.

(3). Praktik yang Sehat

(3.1). Pemasukan kartu jam hadir ke dalam mesin pencatat waktu harus diawasi oleh fungsi pencatat waktu.

(3.2). Pembuatan daftar gaji harus diverifikasi kebenaran dan ketelitian perhitungannya oleh fungsi akuntansi sebelum dilakukan pembayaran.


(50)

(3.3). Perhitungan pajak penghasilan karyawan direkonsiliasi dengan catatan penghasilan karyawan.

(3.4). Kartu penghasilan karyawan disimpan oleh fungsi pembuat daftar gaji.

(4). Karyawan yang Kompeten

(4.1). Dalam perekrutan karyawan dilaksanakan dengan penyeleksian secara ketat melalui beberapa tahap antara lain tes tertulis, tes wawancara dan tes kesehatan.

(4.2). Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaan.

7). Bagan Alir Dokumen Sistem Akuntansi Penggajian

Berikut ini diuraikan sistem penggajian yang merupakan sistem pembayaran atas jasa yang diserahkan oleh karyawan yang bekerja sebagai manajer atau kepada karyawan yang gajinya dibayarkan bulanan, tidak tergantung dari jumlah jam atau hari kerja atau jumlah produk yang dihasilkan. Bagan alir dokumen sistem penggajian dapat dilihat pada Gambar 2.12 sampai dengan 2.15 halaman 37dan seterusnya.

Jurnal untuk mencatat biya gaji dibuat dalam empat tahap berikut ini: (Mulyadi, 1993:396)


(51)

(1). Tahap pertama. Berdasarkan dokumen buku kas keluar lembar ke-1, dicatat oleh bagian utang kewajiban gaji ke dalam register bukti kas keluar sebagai berikut:

Gaji dan Upah xxx

Bukti kas keluar yang akan dibayar xxx Dalam jurnal tersebut digunakan rekening gaji dan upah sebagai

clearing account.

(2). Tahap kedua. Berdasarkan bukti memorial, bagian jurnal mencatat distribusi biaya gaji kedalam jurnal umum sebagai berikut:

Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx Biaya administrasi dan umum xxx

Biaya pemasaran xxx

Gaji dan upah xxx Karena gaji karyawan di pabrik tidak berhubungan langsung dengan pesanan tertentu, maka biaya gaji diperlakukan sebagai unsur biaya

overhead pabrik, sehingga biaya gaji karyawan pabrik dibebankan kedalam rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Gaji karyawan fungsi-fungsi non produksi dibebankan kedalam rekening biaya administrasi dan umum dan rekening biaya pemasaran.

(3). Tahap ketiga. Bagian jurnal mencatat pembayaran gaji kedalam register cek sebagai berikut:

Bukti kas keluar yang akan dibayar xxx


(52)

(4). Tahap keempat. Berdasarkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekap daftar gaji, bagian kartu biaya mencatat biaya tenaga kerja kedalam buku pembantu (kartu biaya). Kartu biaya ini berisi rekerning pembantu yang merinci rekening-rekening kontrol: biaya

overhead pabrik sesungguhnya, biaya administrasi dan umum, dan biaya pemasaran.


(53)

Daftar 1 hadir kary.

Daftar 1 Hadir

Bukti 3 Kas Keluar

Bagian Pencatat Waktu Bagian Gaji dan Upah

Keterangan:

KJH : Kartu Jam Hadir

SPG : Surat Pembayaran Gaji RDG : Rekap Daftar Gaji DG : Daftar Gaji

Gambar 2.12 Sistem Akuntansi Penggajian

Mulai Mencatat jam hadir kary. Kartu Jam hadir

KJH 2

1

1

Membuat daftar hadir

KJH 2

Membuat daftar gaji Membuat rekap gaji T SPG RDG 2

RDG 1

Daftar 1 gaji 2 Kartu penghasil an Kary 2 8 Kartu penghasil an Kary T DG 1


(54)

Bagian Utang

Keterangan:

KPK : Kartu Penghasilan Karyawan SPG : Surat Pernyataan Gaji

RDG : Rekap Daftar Gaji DG : Daftar Gaji

Gambar 2.13 Sistem Akuntansi Penggajian (lanjutan)

2 KPK SPG 2 1 2 Daftar 1 gaji

Membuat bukti kas keluar

7

RDG 2

DG 1 Bukti kas 1 keluar

9

Mencatat no. cek Pada register Bukti kas keluar KPK

SPG 2 RDG 1

2 DG 1

3 2 Bukti kas 1 keluar

2 4

Register bukti kas keluar


(55)

Bagian Kasa

Keterangan:

KPK : Kartu Penghasilan Karyawan SPG : Surat Pernyataan Gaji

RDG : Rekap Daftar Gaji DG : Daftar Gaji

Gambar 2.14 Sistem Akuntansi Penggajian (lanjutan)

4

KPK

SPG

RDG 2

2 Daftar Gaji 1

3 Bukti kas 1 keluar

Membayarkan gaji kpd kar. Dan memintakan tandatanganatas kertu penghasilan

Mengisi cek dan memintakan tandatangan atas

cek

Menguangkan cek ke bank d an

memasukkan uang ke amplop

gaji

Membubuhkan cap pada bukti dan

dokumen pendukungnya

6

7 8

6

KPK

SPG

RDG 2

2 Daftar gaji 1

3 Bukti kas 1 keluar

Dimasukkan kedalam Amplop gaji bersama Dengan pemasukan Uang gaji


(56)

Bagian Jurnal Bagian Kartu Biaya

Keterangan:

RDG : Rekap Daftar Gaji BKK : Bukti Kas Keluar

Gambar 2.15 Sistem Akuntansi Penggajian (lanjutan)

3 9

RPG 1

BKK 2

Membuat bukti

memorial N

RDG

Daftar gaji 1

Bukti kas 1 keluar

Register cek

BKK 2

RDK 1

Bukti 1 memorial

Kartu

biaya N

BKK 2

RDG 1

Bukti 1 memorial

Jurnal umum

5

Selesai


(57)

4. PENGUJIAN PENGENDALIAN

Pengujian pengendalian (test of control) atau pengujian kepatuhan

(compliance tests) merupakan pengujian yang dilakukan terhadap efektivitas pengendalian intern dalam mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian intern, dilakukan dua macam pengujian yaitu:

1). Penggujian adanya kepatuhan terhadap pengendalian intern. 2). Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern.

Berikut diuraikan lebih lanjut tentang pengujian kepatuhan dan pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern.

1). Jenis Pengujian Pengendalian

Ada dua jenis pengendalian intern seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu:

(1). Pengujian Adanya Kepatuhan

Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian intern yang diumpulkan benar-benar ada, dilakukan dua macam pengujian, yaitu:

(1.1). Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu.

Dalam membuktikan adanya kepatuhan pengendalian intern, dapat dipilih transaksi tertentu kemudian dilakukan pengamatan adanya unsur-unsur pengendalian intern dalam pelaksanaan


(58)

transaksi tersebut, sejak transaksi tersebut dimulai sampai dengan selesai.

(1.2). Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat.

Dalam hal ini harus dipilih transaksi tertentu kemudian mengikuti pelaksanaannya (reperforming) sejak awal sampai selesai, melalui dokumen-dokumen yang dibuat dalam transaksi tersebut dan pencatatannya dalam catatan akuntansi.

(2). Pengujian Tingkat Kepatuhan

Dalam pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern dapat ditempuh beberapa prosedur audit berikut ini:

(2.1). Memeriksa kelengkapan dokumen pendukung suatu transaksi yang diambil sampelnya. Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan kepastian suatu transaksi telah diotorisasi oleh pejabat-pejabat yang berwenang.

(2.2). Melaksanakan pengujian bertujuan ganda (dual-purpose test),

yang merupakan kombinasi antara pengujian yang tujuannya untuk menilai efektivitas pengendalian intern (pengujian pengendalian) dan pengujian yang tujuannya menilai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (pengujian substanstif).


(59)

2). Tipe Pengujian Pengendalian

Ada dua tipe pengujian pengendalian, yaitu: (Abdul Halim, 1995:199)

(1). Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern.

(2). Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan (additional or planned test of control) yaitu pengujian yang dilaksanakan selama pekerjaan lapangan.

3). Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian

Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian, yaitu: (Abdul Halim 1995:200)

(1). Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan

Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan dilakukan berkaitan dengan evaluasi atas kinerja tugas mereka. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan pada umumnya tidak akan menghasilkan bukti yang kuat mengenai efektivitas operasi pengendalian. Meskipun demikian, prosedur ini kadang lebih tepat digunakan untuk suatu pemeriksaan daripada prosedur lainnya. Dari pengajuan pertanyaan terhadap karyawan ini dapat ditentukan pengendalian aksses atas aktiva, dokumen, dan catatan akuntansi.


(60)

(2). Pengamatan terhadap karyawan dalam pelaksanaan tugasnya

Observasi terutama dilakukan terhadap pengendalian yang tidak menghasilkan jejak bukti. Beberapa jenis kegiatan pengendalian tidak meninggalkan jejak bukti. Prosedur selain obeservasi tidak akan efektif digunakan untuk menilai kegiatan pengendalian tersebut. Contoh kegiatan pengendalian yang tidak meninggalkan jejak bukti adalah pemisahan tugas yang mengandalkan beberapa orang tertentu untuk melaksanakan tugas khusus.

(3). Melakukan inspeksi terhadap dokumen, catatan dan laporan

Inspeksi dapat dilakukan terhadap dokumen, catatan dan laporan yang mengindikasikan kinerja pengendalian. Banyak kegiatan pengendalian yang meninggal jejak bukti. Prosedur yang paling efektif untuk menilai kegiatan pengendalian tersebut adalah inspeksi dokumen, catatan dan laporan. Inspeksi terhadap dokumen, catatan dan laporan tersebut untuk memastikan bahwa dokumen, catatan dan laporan telah: lengkap, dibandingkan dengan dokumen lain, dan ditandatangani sebagaimana mestinya.

(4). Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian

Ada beberapa kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti yang berupa dokumen, catatan dan laporan, tetapi isinya kurang mencukupi untuk menilai efektivitas operasi pengendalian. Prosedur yang paling efektif digunakan untuk menilai kegiatan pengendalian tersebut adalah referformance. Prosedur ini cenderung merupakan


(61)

pengujian untuk menilai akurasi mekanis kegiatan pengendalian. Sebagai contoh adalah penilaian ketepatan pemakai daftar harga standar dalam menentukan harga jual barang dagangan.

Tiga prosedur pertama menghasilkan jenis bukti yang sama dengan bukti yang dihimpun melalui pelaksanaan prosedur untuk memperoleh pemahaman pengendalian intern. Perbedaan utamanya terletak pada spesifikasi tujuan dan luas penggujian. Pada pengujian pengendalian, tujuan yang ditetapkan lebih spesifik. Disamping itu, luas pengujian pengendalian juga lebih ekstensif.

4). Penentuan Risiko Pengendalian

Dalam menentukan risiko pengendalian untuk setiap asersi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu: (Abdul Halim, 1995:202)

(1). Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut.

(2). Mengindentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji.

(3). Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi pengendalian relevan adalah efektif.

(4). Mengevaluasi bukti yang diperoleh. (5). Menetukan risiko pengendalian.

Indentifikasi salah saji potensial dapat dilakukan atas kelompok-kelompok transaksi di atas saldo-saldo akun, walaupun pada dasarnya


(62)

keduanya dapat saling terkait. Misalnya identifikasi salah saji potensial atas transaksi pembelian kredit, dan atas akun yang terkait seperti akun hutang dagang dan persediaan atau pembelian.

Setelah identifikasi salah saji potensi, maka perlu diidentifikasi pengendalian yang diperlukan dan relevan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji potensial tersebut. Hal ini dapat dicocokkan dengan pengendalian yang diidentifikasi pada saat memahami dan mengevaluasi kebijakan pengendalian intern.

Hal yang perlu diingat dalam mengindetifikasi pengendalian yang relevan adalah bahwa pengendalian-pengendalian tentang lingkungan pengendalian, dan sistem akuntansi mungkin dapat diterapkan pada lebih dari satu asersi. Misalnya, bila manajemen secara efektif menggunakan anggaran dalam mengendalian pengeluaran atau biaya, pengaruhnya dapat pada tiga asersi yaitu asersi tentang keberadaan, kelengkapan, dan penilaian. Demikian sebaliknya, prosedur pengendalian hanya dapat diterapkan pada satu asersi. Misalnya, penggunaan formulir faktur penjualan yang berurut nomor tercetak hanya relevan untuk asersi kelengkapan terhadap kelompok transaksi penjualan.

Langkah selanjutnya setelah mengindentifikasi pengendalian yang relevan untuk mencegah salah saji potensial adalah menghimpun bukti melalui pengujian pengendalian. Kemungkinan pengujian pengendalian yang akan ditempuh didasarkan pada hasil kedua indentifikasi yang telah


(63)

dilakukan. Pengujian yang dilakukan tentunya setelah mempertimbangkan jenis bukti yang diinginkan, dan biaya pengujian tersebut.

Dari hasil pengujian tersebut akan dievaluasi bukti-bukti yang diperoleh. Setelah bukti-bukti diperoleh kemudian ditentukan tingkat risiko pengendaliannya.

5. SAMPLING AUDIT

Setelah diputuskan prosedur pengujian yang dipilih, perlu ditentukan jumlah item yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi untuk pengujian tersebut. Di samping itu, harus ditentukan pula bagian populasi mana yang dipilih sebagai sampel.

Pemilihan sampel dilakukan dengan maksud untuk memperoleh sampel yang representatif. Sampel yang representatif adalah sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi.

Di samping itu, sampel harus mengandung stabilitas, yaitu apabila jumlah sampel ditambah, maka hasilnya harus sama, dan tidak berubah. Pada kenyataannya, tidak akan dapat diketahui apakah sampel yang diambil merupakan sampael representatif, meskipun pengujian telah selesai dilakukan seluruhnya. Maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representatif. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan cara merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti. (Abdul Halim, 1995:217)


(64)

1). Definisi Sampling

Ikatan Akuntan Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik seksi 350 mendefinisikan sampling audit sebagai:

Penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karekteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.

Sampilng audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun pengujian substanstif, dan jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup. (Abdul Halim, 1995:218)

2). Pendekatan Sampling Audit

Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa:

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor.

Ada dua pendekatan sampling audit yang dapat dipilih untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah: (1). Sampling statistik

Pengambilan anggota sampel dalam sampling statistik dipilih secara acak dari seluruh anggota populasi dan menganalisis hasil pemeriksanaan terhadap anggota sampel secara sistematis. Sampling statistik dibagi dua yaitu attribute sampling dan variable sampling. (Mulyadi, 1988:241)


(65)

(1.1). Attribute sampling (proportional sampling)

Digunakan terutama untuk menguji efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian kepatuhan). Ada tiga model attribute sampling yaitu fixed-sample-size attribute sampling, stop-or-go–sampling, dan discovery sampling.

(1.1.1). Fixed-sample-size attribute samplig

Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Model ini terutama digunakan jika melakukan pengujian kepatuhan terhadap unsur pengendalian intern dan memperkirakan akan dijumpai beberapa penyimpangan atau kesalahan. Adapun prosedur penggunaan metode dengan fixed-sample-size attribute sampling adalah sebagai berikut: penentuan

attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian intern, penentuan populasi yang akan diambil sampelnya, penentuan besarnya sampel, untuk itu harus dipertimbangkan faktor-faktor berikut ini: penentuan tingkat keandalan (realiability level/confidence level) atau disingkat dengan R%. Dalam pengujian kepatuhan, pada umumnya digunakan R% sebesar 90%, 95% dan 99%, penaksiran persentase terjadinya attribute dalam populasi.


(66)

Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desire upper precision limit atau DUPL), penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk menentukan besarnya sampel. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Pemeriksaan terhadap

attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian intern. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel.

(1.1.2). Stop-or-go sampling/decision attribute sampling

Model ini mencegah pengambilan sampel yang terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan jika yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat kecil. Adapun prosedur menggunakan metode stop-or-go-sampling adalah sebagai berikut: Menentukan

desired upper precision limit dan tingkat keandalan. Tingkat keandalan yang disarankan dalam stop-or-go sampling adalah 90%, 95%, atau 97,5%. Menggunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil. Membuat tabel stop-or-go decision. Setelah besarnya sampel minimum ditentukan,


(67)

selanjutnya adalah membuat tabel keputusan stop-or-go. Jika dalam pemeriksaan pertama terhadap besarnya sampel yang telah ditentukan tidak ditemukan kesalahan maka akan dihentikan pengambilan sampel, dan diambil kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksa adalah efektif. Pengambilan sampel dihentikan jika DUPL = AUPL (desired upper precision limit sama dengan achieved upper precision limit). Pada tingkat kesalahan sama dengan 0, AUPL dapat dihitung dengan rumus: (Mulyadi, 1998:256)

e Sample siz observed occurrence bility for ired relia

tor at des level fac

Confidence =

AUPL

Jika AUPL > DUPL maka perlu mengambil sampel tambahan. Sampel tambahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus: (Mulyadi, 1998:259)

) (

limit DUPL precision upper Desired observed occurence for y reliabilit desired at factor level Confidence Samplesize=

Pengambilan sampel ini dihentikan jika AUPL = DUPL, tetapi jika dari empat kali tambahan sampel dan tetap ditemukan AUPL > DUPL, maka dapat


(68)

ditarik kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksa tidak dapat dipercaya.

(1.1.3). Discovery Sampling

Digunakan jika tingkat kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendah. Discovery sampling

dipakai untuk menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian intern dan ketidakberesan yang lain. Prosedur yang digunakan dalam metode discovery sampling adalah: Menentukan

attribute yang akan diperiksa. Menentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya, menentukan tingkat keandalan, menentukan desire upper precision limit, menentukan besarnya sampel, memeriksa attribute sampel, mengevaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel. (Mulyadi, 1998:260)

(1.2). Variable sampling

Variable sampling adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain.


(69)

Jika variable sampling digunakan untuk memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rerata sampel dikalikan dengan besarnya populasi) ditambah atau dikurangi dengan suatu interval jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan.

Variable sampling dapat juga digunakan untuk menilai kewajaran saldo suatu unsur yang dicantumkan di dalam laporan keuangan. (Mulyadi, 1998:274)

(2). Sampling Non Statistik

Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria subyektif. Dalam penentuan besarnya sampel yang diambil dan dalam pelaksanaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasarkan kriteria subyektif.


(70)

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah studi kasus, yaitu suatu penelitian terhadap obyek tertentu yang populasinya terbatas sehinga kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian ini hanya berlaku terbatas bagi obyek yang diteliti dan berlaku waktu tertentu.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

1). Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Telkom Divisi Regional II Jakarta, Jl. Gatot Subroto Kav. 352 Jakarta Selatan.

2). Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tangal 24 September sampai dengan 24 Oktober 2001.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah: 1). Bagian Layanan SDM 2). Bagian Pengembangan SDM 3). Bagian Keuangan


(71)

4. Obyek Penelitian

Obyek penhelitian dalam penelitian ini adalah: 1). Sistem Akuntansi Penggajian

2). Pengendalian intern

5. Data yang Dicari

1). Sejarah, gambaran umum dan perkembangan perusahaan 2). Struktur organisasi

3). Sistem wewenang dan prosedur pencatatan

4). Deskripsi jabatan yang berkaitan dengan sistem penggajian 5). Dokumen utama:

(1). Lembar kerja pegawai (2). Ikhtisar catatan penghasilan (3). Catatan penghasilan

(4). Slip-slip gaji 6). Dokumen pendukung:

(1). Buku pedoman akun (2). Buku pedoman prosedur (3). Laporan penilaian pegawai

6. Populasi dan Sampel

Populasi yang akan diambil sampelnya adalah daftar gaji. Adapun atribute yang akan diperiksa adalah adanya kelengkapan dokumen pendukung yang


(72)

menyangkut pembuatan daftar gaji. Selain itu adanya kelengkapan otorisasi pada setiap dokumen, adanya kesesuaian informasi antara dokumen yang satu dengan dokumen yang lain dalam penggajian dan adanya bukti pengecekan kebenaran dan ketelitian penghitungan gaji.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan guna memperoleh data pelaksanaan sistem akuntansi penggajian untuk karyawan tetap. Data ini diperoleh dengan cara:

1). Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung terhadap sistem penggajian. Adapun data-data yang bisa diperoleh dari pengamatan ini adalah catatan jurnal umum, rekening buku besar, absensi, daftar gaji, rekap daftar gaji dan bukti kas keluar.

2). Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pimpinan perusahaan, kepala bagian pengembangan sumber daya manusia, kepala bagian layanan sumber daya manusia, kepala bagian pengembangan sistem sumber daya manusia, kepala bidang keuangan. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan.


(73)

3). Kuesioner

Memberikan daftar pertanyaan untuk mengumpulkan informasi mengenai elemen-elemen pengendalian intern atas sistem dan prosedur penggajian. 4). Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan meminta data-data yang ada dalam perusahaan yang berhubungan dengan penggajian guna melengkapi data.

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang timbul dalam perusahaan, dengan cara menggunakan data-data yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti.

1). Untuk menjawab apakah prosedur penggajian yang ditetapkan pada PT Telkom Divisi Regional II Jakarta sudah sesuai dengan sistem akuntansi penggajian dengan cara sebagai berikut: Membandingkan sistem pengendalian intern penggajian yang digunakan oleh perusahaan dengan teori yang ada melalui kuesioner pengendalian intern yang meliputi:

(1.1). Struktur organisasi

(1.2). Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan (1.3). Praktik yang sehat


(74)

Dari hasil kuesioner tersebut dapat disimpulkan apakah pengendalian intern yang diterapkan oleh perusahaan sudah baik atau belum.

2). Untuk menjawab permasalahan kedua apakah sistem pengendalian intern penggajian yang diterapkan oleh perusahaan sudah efektif penulis menggunakan metode stop-or-go-sampling dengan alasan pengambilan sampel dengan model ini tidak terlalu banyak. Sedangkan langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut :

(1). Menentukan tingkat keandalan dan desired upper precision limit (DUPL). Pada tahap ini peneliti menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih yaitu 95% dan tingkat kesalahan maksimum yang masih dapat diterima yaitu 5%, dengan alasan bahwa kepercayaan terhadap pengendalian intern cukup besar.

Tabel 3.1 Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Kepatuhan (Zero Expected Occurrances)

Sample Size Based on Confidence Levels Acceptable Upper

Precision Limit 90% 95% 97,5%

10% 9 8 7 6 5 4 3 2 1 24 27 30 35 40 48 60 80 120 240 30 34 38 43 50 60 75 100 150 300 37 42 47 53 62 74 93 124 185 370


(75)

(2). Menentukan besarnya sampel minimum denan menggunakan tabel besaran sampel minimum untuk pengujian kepatuhan. Maka dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan DUPL sebesar 5% sampel yang dapat diambil adalah sebesar 60 anggota sampel. Cara yang digunakan sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 60 dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2 Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Kepatuhan

Besarnya sampel atas dasar Kendalan Level Desired Upper

Precision Limit 90% 95% 97,5%

10% 9 8 7 6

5

4 3

60

Besarnya sampel minimum seperti yang tampak pada tabel 3.2 di atas ditentukan dengan cara menentukan titik potong baris desired upper precision limit (acceptable upper precision limit) dengan kolom reliability level yang telah dipilih. (Mulyadi, 1998: 255).

Pemilihan sampel dari keseluruhan populasi dilakukan secara acak dengan menggunakan tabel acak pada tabel 3.4 halaman 62.

(3). Membuat tabel keputusan stop-or-go-sampling

Setelah besarnya sampel minimum ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat tabel keputusan stop-or-go yang disajikan dalam tabel 3.3. Dalam tabel stop-or-go decision tersebut akan diambil


(76)

sampel sampai empat kali, karena pada umumnya dalam merancang tabel stop-or-go decision pengambilan sampel lebih dari tiga kali.

Tabel 3.3 Stop-or-go Decision Langkah Besarnya sampel kumulatif yang Digunakan Berhenti Jika Kesalahan Kumulatif yang Terjadi Sama Dengan Lanjutkan ke Langkah Berikutnya

Jika Kesalahan yang Terjadi Sama Dengan

Lanjutkan ke Langkah 5 jika Kesalahan Paling

Tidak Sebesar

1 60 0 1 4

2 96 1 2 4

3 126 2 3 4

4 156 3 4 4

5 Pertimbangan untuk tidak meletakkan kepercayaan terhadap sistem pengawasan intern ini atau digunakan fixed-size-attribute sampling

(4).Mengevaluasi hasil pemeriksaan terhadap anggota sampel

Jika dari pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel tersebut tidak ditemukan kesalahan, maka pengambilan sampel dapat dihentikan dan mengambil kesimpulan bahwa unsur sistem pengendalian intern yang diperiksa adalah efektif. Pengambilan sampel dihentikan jika DUPL=AUPL (desired upper precision limit sama dengan achieved upper precision limit). Pada tingkat kesalahan sama dengan 0 (nol), AUPL dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

AUPL = size Sample observed e occurrenc for y reliabilit desired at factor level Confidence

Jika terdapat kesalahan dalam pemeriksaan terhadap anggota sampel berarti AUPL>DUPL maka perlu diambil sampel tambahan. Sampel tambahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(77)

Sample size =

) (

lim

DUPL it

precision upper

Disired

observed occurrence

for y reliabilit desired

at factor level

Confidence

Kemudian dilakukan lagi pengujian dengan langkah-langkah yang sama sampai AUPL=DUPL. Bila sampai empat kali AUPL yang didapat tetap lebih besar daripada DUPL maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern yang diterapkan tidak efektif. Apabila hal ini terjadi pengujian kepatuhan dapat beralih menggunakan metode fixed-sample-size attribute sampling, karena dengan metode ini diperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan.


(78)

Tabel 3.4 Tabel Angka Acak Tabel Angka Acak

(01) (2) (3) (4) (05) (06) (07) (08) (09) (10) (0001) 9492 4562 4180 5525 7255 1297 9296 1283 6011 0350 (0002) 1557 0392 8989 6898 1072 6013 0020 8582 5059 9324 (0003) 0714 5947 2420 6210 3824 2743 4217 3707 5894 0040 (0004) 0058 8266 4990 8954 7455 6309 9543 1148 0835 0808 (0005) 1458 8725 3750 3138 2499 6017 7744 0485 3010 9606 (0006) 5469 6981 4319 3369 9424 4117 7632 5457 0608 4741 (0007) 0328 5213 1017 5248 8622 6454 8120 4585 3295 0840 (0008) 2462 2055 9782 4213 3452 9940 8859 1000 6260 2851 (0009) 8408 8697 3982 8228 7668 8139 3736 4889 7283 7706 (0010) 1818 5041 9706 4646 3992 4110 4091 7619 1053 4020 (0011) 1771 8614 8593 0930 2095 5005 6387 4002 7498 0066 (0012) 7050 1437 6847 4679 9059 4139 6602 6817 9972 5360 (0013) 5875 2094 0495 3213 5694 5513 3547 9035 7588 5994 (0014) 2473 2087 4618 1507 4471 9542 7565 2371 3981 0812 (0015) 1976 1639 4956 9011 8221 4840 4513 5263 8837 5868 (0016) 4006 4029 7270 8027 7476 7690 6362 1251 9277 5833 (0017) 2149 8162 0667 0825 7353 4645 3273 1181 8526 1176 (0018) 1669 7011 6548 5851 8278 9006 8176 1268 7113 7206 (0019) 7436 5041 4087 1647 7205 3977 4257 9008 3067 7206 (0020) 2178 3632 5745 2228 1780 6043 9296 4469 8108 5005 (0021) 1964 3043 3134 8923 1019 8560 5871 7971 2233 7960 (0022) 5859 7120 9682 0173 2413 8490 6162 1220 3710 5270 (0023) 2352 1929 5985 3303 9590 6974 5811 4264 0248 4295 (0024) 9267 0156 9112 2783 2026 0493 9544 8065 4916 3835 (0025) 4787 0119 1261 5197 0156 2385 9957 0990 6681 2323 (0026) 5550 0699 8080 1152 6002 2532 3075 2777 8671 4068 (0027) 7281 9442 4941 1041 0569 4354 8000 3158 9142 5498 (0028) 1322 7212 3286 2886 9739 5012 0360 5800 9745 8640 (0029) 5176 2259 2774 3641 3553 2475 1974 4578 3388 6656 (0030) 2292 1664 1237 2518 0081 8788 8170 5519 0467 4646 (0031) 6935 8265 3393 4268 4429 1443 4670 4177 7872 9298 (0032) 8538 5393 8093 7835 0484 2550 0827 3112 1065 0246 (0033) 4351 0691 0592 2256 4881 4776 4992 2919 3046 3246 (0034) 6337 8219 9134 9611 8961 4277 6288 2818 1603 4084 (0035) 2257 1980 5269 9615 8628 4715 6366 1524 7267 8917


(79)

63 BAB IV

SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1.SEJARAH BERDIRINYA PERUSAHAAN

Cikal bakal Telkom pada mulanya bernama

“POST-ENTELEGRAAFIDIENST” yang didirikan pada tahun 1884 dengan Staatsblad

No. 52. Dinas ini pada tahun 1906 dirubah menjadi “POST. TELEGRAAF EN

TELEFOONDIENST” dengan Staatblad No. 395. Sejak tahun 1906 dinas

telepon masuk dan disatukan dalam jawatan PTT. Pada tahun 1925 berlaku

Indonesische Comptabiliteits Wet (ICW, Staatsblad 1925 no. 448), yang

berlaku juga bagi PTT.

Di dalam perkembangan selanjutnya, dengan ordonasi tahun 1931

(Staatsblad 1931 No. 524) Jawatan PTT ditetapkan sebagai Perusahaan

Negara berdasarkan Indonesische Bedrijivenwet (Staatsblad 1927 No.419) yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1932

Dengan ditetapkannya Perpu No. 19 tahun 1960, ternyata jawatan PTT yang telah ditetapkan sebagai Perusahaan Negara IBW telah memenuhi syarat-syarat untuk dijadikan Perusahaan Negara. Oleh karenanya, sebagai tindak lanjut dari Perpu tersebut jawatan PTT diubah menjadi PN Pos dan Telekomunikasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 240 tahun 1961.


(80)

Lapangan usaha PN Pos dan Telekomunikasi dari waktu ke waktu berkembang sedemikian pesatnya, sehingga organisasi perusahaan perlu ditinjau kembali untuk mempercepat daya gerak masing-masing bidang Pos dan Telekomunikasi. Berdasarkan pemikiran tersebut maka pada tahun 1965 diadakan pemecahan PN Pos dan Telekomunikasi menjadi dua perusahaan negara yaitu PN Pos dan Giro (dibentuk dengan peraturan pemerintah No. 29 tahun 1965) dan PN Telekomunikasi (dibentuk dengan peraturan pemerintah No. 30 tahun 1965).

Sebagai perusahan negara yang bergerak di bidang telekomunikasi dan memiliki sifat strategis, PN Telekomunikasi tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ekonomi dan dunia usaha pada umumnya serta kemajuan teknologi pada khususnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dengan berlandaskan kepada Instruksi Presiden No. 17 tahun 1967 PN Telekomunikasi diubah menjadi Perumtel yang dikukuhkan dengan peraturan pemerintah No. 36 tahun 1974. Dalam peraturan tersebut dinyatakan pula Perusahaan Umum Telekomunikasi sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi untuk umum, baik hubungan telekomunikasi dalam negeri maupun luar negeri. Tentang hubungan telekomunikasi luar negeri pada saat itu juga diselenggarakan oleh PT

Indonesian Satellite Corporation (Indosat), yang masih berstatus perusahaan

asing, yakni dari American Cable & Radio Corporation, suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan peraturan perundangan negara bagian Delaware, Amerika Serikat.


(81)

Seluruh saham PT Indosat dengan modal asing ini pada akhir tahun 1980 dibeli oleh Negara Republik Indonesia dari American Cable & Radio

Corporation. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi untuk

umum, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 1980 tentang telekomunikasi untuk umum yang isinya tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1974. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 53 tahun 1980, Perumtel ditetapkan sebagai badan usaha yang berwenang menyelenggarakan telekomunikasi untuk umum dalam negeri dan Indosat ditetapkan sebagai badan usaha penyelenggara telekomunikasi untuk umum internasional.

Memasuki Repelita V pemerintah merasakan perlunya percepatan pembangunan telekomunikasi, karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu pembangunan sektor lainnya. Selain hal tersebut penyelenggaraan telekomunikasi membutuhkan manajemen yang lebih profesional, oleh sebab itu perlu menyesuaikan bentuk perusahaan. Untuk itu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, maka bentuk Perusahaan Umum (Perum) dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (persero), sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 9 tahun 1969. Sejak itulah berdirilah Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia atau Telkom.

Mengantisipasi era globalisasi, seperti diterapkan perdagangan bebas baik internasional maupun regional, maka Telkom pada tahun 1995 melaksanakan tiga program besar secara simultan. Program-program tersebut adalah restrukturisasi internal, penerapan Kerja Sama Operasi (KSO) dan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)